The Effects of Intravenous Therapy in in 03b159ba
The Effects of Intravenous Therapy in in 03b159ba
2, Juli 2014
DOI: 10.26699/jnk.v1i2.ART.p160-165
Abstract : Patient safety at hospital is system that nursing care given more safe.
When patient at hospital they may got nosocomial enfection, and some medical
procedure have an effect for them, for example intravenous therapy lead to causes
of phlebitis. The purpose of this studiy was to determine the effects of intravenous
therapy in infants based on the VIP (Visual Infusion phlebitis) score. Method: The
research design was descriptive study. The population in this study are 38infants
who received intravenous therapy. Samples are 30 infants by using convenience
sampling, research on March 2014 at Nusaindah room Mardi Waluyo Blitar
Hospital. Result : Research found a total of 27 infants no signs of phlebitis, as
much as 2 toddlers possibility of early signs phlebitis, and 1 toddler stage
beginning phlebitis. Discussion : We expected that nurse will enhance observation
of the effects of intravenous therapy.
Keselamatan pasien (patient safety) di rumah jarang. Angka standar phlebitis yang
sakit merupakan suatu sistem di mana rumah direkomendasikan oleh INS (Infusion Nurses
sakit membuat asuhan pasien lebih aman Society) adalah 5%. Angka kejadian infeksi
(Depkes RI, 2006). Keselamatan pasien sangat nosokomial (phlebitis) di Instalasi Rawat Inap
penting untuk menghindari Kejadian Tidak RS Universitas Hasanuddin selama 4 triwulan
Diharapkan (KTD), seperti infeksi nosokomial. tahun 2012 yaitu 14,7%; 3,7%; 4,48%; dan
Darmadi (2008) menyatakan bahwa infeksi 3,7% sehingga rata-rata kejadian infeksi
nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh nosokomial (phlebitis) sebanyak 6,64%. Angka
penderita ketika penderita dalam proses asuhan kejadian ini melewati standar KMK (Keputusan
keperawatan di rumah sakit. Terapi yang Kementerian Kesehatan) No. 129 Tahun 2008
diberikan bermacam-macam, salah satunya sebesar ≤ 1,5 % (Nur, Noor, & Irwandy: 2013).
adalah pemberian terapi intravena. Pada Studi pendahuluan yang dilakukan
pemberian terapi intravena, dampak lokal sering peneliti pada tanggal 18 Desember 2013 di
terjadi dibandingkan dengan dampak sistemik. ruang rawat inap Nusaindah RSD Mardi
Salah satu dampak lokal yaitu phlebitis. Waluyo Kota Blitar, didapatkan data dari hasil
Phlebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena wawancara petugas kesehatan bahwa tidak ada
yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun angka pasti dampak terapi intravena khususnya
mekanik. Hal ini dikarakteristikkan dengan phlebitis, karena tidak adanya dokumentasi
adanya daerah yang memerah dan hangat di deteksi dini tanda dan gejala dampak terapi
sekitar daerah penusukan atau sepanjang vena, intravena. Tetapi secara umum gejala yang
serta pembengkakan (Brunner & Suddarth, sering muncul yaitu bengkak di area penusukan
2002). intravena, dialami oleh pasien usia di bawah 6
Di Indonesia belum ada angka yang pasti tahun, karena dipengaruhi oleh obat dengan
tentang prevalensi phlebitis, mungkin konsentrasi pekat dan aktivitas pasien kurang
disebabkan karena penelitian yang berkaitan kooperatif. Upaya yang sudah dilakukan untuk
dengan terapi intravena dan publikasinya masih mencegah terjadinya dampak terapi intravena
149
150 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 3, Juli 2014,hlm.149-154
phlebitis
f % f % f %
Tangan kanan 10 33,3 0 0 0 0
Tangan kiri 17 56,7 2 6,7 1 3,3
pemasangan intravena di tangan sebelah kiri mendapat skor 0 atau tidak ada tanda phlebitis
menggunakan ukuran jarum 22G serta tidak sebanyak 90% (27) balita, diantaranya yaitu
dilakukan tindakan pembidaian tempat sebanyak 3 balita yang pemasangan intravena
pemasangan intravena, jenis cairan infus adalah terakhir selama 3 hari bahwa balita dilakukan
cairan isotonis, jumlah cairan infus yang sudah tindakan pembidaian tempat pemasangan
habis digunakan sebanyak 2500cc, dan aktifitas intravena dan aktivitas balita adalah diam atau
yang sering dilakukan balita yaitu naik turun berbaring di tempat tidur. Sedangkan 1 balita
tempat tidur. Sedangkan salah satu balita yang yang pemasangan intravena terakhir selama 4
juga kemungkinan tanda dini phlebitis, berjenis hari, balita tersebut juga dilakukan tindakan
kelamin perempuan, umur 48 bulan, balita pembidaian tempat pemasangan intravena.
dirawat selama 3 hari, pemasangan intravena Sebanyak 6,7% (2) balita yang mendapat skor 1
terakhir adalah 3 hari yang lalu, tempat atau kemungkinan terjadi tanda dini phlebitis,
pemasangan intravena di tangan sebelah kiri pemasangan intravena terakhir selama 3 hari
menggunakan ukuran jarum 22G serta tidak dan 4 hari. Sebanyak 3,3% (1) balita dengan
dilakukan tindakan pembidaian tempat skor 2 atau stadium permulaan phlebitis,
pemasangan intravena, jenis cairan infus adalah pemasangan intravena terakhir selama 3 hari.
cairan isotonis, jumlah cairan infus yang sudah Menurut pendapat Brunner & Suddart (2002)
habis digunakan sebanyak 2500cc, dan balita bahwa mengganti kanula IV perifer setiap 48
sering berjalan sendiri jika ke toilet. sampai 72 jam, atau sesuai indikasi.
Berdasarkan hasil penelitian jenis cairan Pemasangan intravena lebih dari 72 jam
intravena pada balita didapatkan sebanyak 63% menunjukkan tanda gejala dampak terapi
atau 19 balita mendapat cairan KA-EN 3B. intravena. Data tersebut menunjukkan bahwa
Jenis cairan KA-EN 3B, RL, dan Glukosa 5% lama penyisipan intravena sangat berpengaruh
adalah cairan isotonis. Jenis cairan infus yang terhadap terjadinya phlebitis. Sebelum 72 jam
digunakan oleh ketiga balita yang menunjukkan tempat penusukan intravena pada balita dapat
dampak terapi intravena adalah cairan isotonis. diganti untuk mencegah terjadinya dampak
Cairan KA-EN 3B 500 mL berisi Dextrosa terapi intravena. Tempat penusukan intravena
13.500 g; Sodium Chloride 0,875 g; Potassium harus diobservasi setiap hari, karena jika
Chloride 0,750 g; Sodium 50 mEq/L; Lactate terdapat gejala tersebut seperti kemerahan atau
20 mEq/L. Cairan KA-EN 3B dengan nyeri tempat penusukan dapat segera dilakukan
osmolaritas 290 mOsm/L. Cairan intravena RL tindakan perawatan tempat pemasangan
dengan osmolaritas 274 mOsm/L dan Glukosa intravena.
5% dengan osmolaritas 252 mOsm/L. Menurut
pendapat Brunner & Suddart (2002:282) Tempat Pemasangan Intravena Dengan
menyatakan bahwa cairan yang diklasifikasikan Dampak Terapi Intravena
isotonik mempunyai osmolalitas total yang Berdasarkan hasil penelitian tempat
mendekati cairan ekstraseluler dan tidak pemasangan intravena pada balita didapatkan
menyebabkan sel darah merah mengkerut atau hasil sebanyak 33,3 (10) balita terpasang
membengkak. Perawat juga harus intravena di tangan sebelah kanan. Balita
mempertimbangkan osmolalitas suatu larutan, terpasang intravena di tangan sebelah kiri
tetap mengingat bahwa osmolalitas plasma sebanyak 56,7 (17) balita yaitu tidak ada tanda
adalah kira-kira 300 mOsm/L (SI:300 mmol/L). phlebitis, sebanyak 6,7% (2) balita
Jika memberikan cairan parenteral, penting kemungkinan terdapat tanda dini phlebitis dan
untuk memantau respon pasien terhadap cairan. sebanyak 33,3 (1) balita dengan stadium
Perawat harus mempertimbangkan volume pertengahan phlebitis. Menurut Brunner &
cairan, kandungan cairan, dan status klinis Suddart (2002:283) menyatakan bahwa banyak
pasien. tempat yang digunakan untuk terapi intravena,
tetapi kemudahan akses dan potensi bahaya
Pemasangan Intravena Terakhir Dengan berbeda di antara tempat-tempat ini. Vena di
Dampak Terapi Intravena ekstremitas dipilih sebagai lokasi perifer dan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pada mulanya merupakan tempat satu-satunya
bahwa pemasangan intravena terakhir atau lama yang digunakan oleh perawat. Karena vena ini
pemasangan intravena pada 30 balita yaitu relatif aman dan mudah dimasuki, vena-vena di
paling banyak selama 2 hari. Balita yang ekstremitas atas paling sering digunakan.
Rahmawati , Dampak Terapi Intravena Pada Balita ....153
Idealnya kedua lengan dan tangan harus intravena. Karena itu aktivitas balita yang
diinspeksi dengan cermat sebelum tempat menggunakan ekstremitas yang terpasang
pungsi vena spesifik dipilih. Lokasi harus intravena harus diminimalkan.
dipilih yang tidak mengganggu mobilisasi.
Tempat yang paling distal dari lengan atau Tindakan Pembidaian Tempat Pemasangan
tangan umumnya digunakan pertama kali Intravena Dengan Dampak Terapi
sehingga IV yang berikutnya dapat dilakukan Intravena
kearah yang atas. Hal-hal berikut menjadi Berdasarkan hasil penelitian tindakan
pertimbangan ketika memilih tempat penusukan pembidaian tempat pemasangan intravena pada
vena; kondisi vena, jenis cairan atau obat yang balita didapatkan hasil bahwa sebanyak 83,3%
akan diinfuskan, dan lamanya terapi. (25) balita dilakukan tindakan pembidaian
Pemasangan intravena di tangan kanan atau kiri tempat pemasangan intravena, dan sebanyak
tidak menjadi suatu masalah. Biasanya tangan 16,7% (5) balita tidak dilakukan tindakan
kiri cenderung pasif digunakan dan tangan pembidaian tempat pemasangan intravena.
kanan sering untuk pergerakan. Tetapi yang Sedangkan balita yang menunjukkan
sering terlihat pada balita cenderung aktif terdapatnya dampak terapi intravena yaitu
menggunakan kedua tangan, sehingga dapat sebanyak 2 balita yang kemungkinan tanda dini
menimbulkan pergerakan tempat pemasangan phlebitis tidak dilakukan tindakan pembidaian
intravena di tangan kanan atau tangan kiri. tempat pemasangan intravena, dan 1 balita
dengan stadium permulaan phlebitis dilakukan
Aktivitas Balita Dengan Dampak Terapi tindakan pembidaian tempat pemasangan
Intravena intravena. Menurut pendapat Macqueen, Bruce,
Berdasarkan hasil penelitian tentang & Gibsonada (2012:421) menyatakan bahwa
aktivitas balita didapatkan bahwa sebanyak fiksasi yang buruk memungkinkan terjadinya
60% (18) balita yaitu diam atau berbaring di gerakan kanula seperti bergesekan dengan
tempat tidur. Aktivitas balita yang naik turun dinding pembuluh darah. Tindakan pembidaian
tempat tidur sebanyak 23,3% (7) balita, tempat pemasangan intravena dilakukan untuk
diantaranya adalah 5 balita tidak ada tanda mempertahankan kestabilan posisi intravena.
phlebitis karena dilakukan tindakan pembidaian Fiksasi yang kurang rapi dan kurang kuat,
tempat pemasangan intravena, sebanyak 1 balita mengakibatkan tempat penyisipan intravena
kemungkinan tanda dini phlebitis dan 1 balita mudah tergoyahkan dan memungkinkan
dengan stadium permulaan phlebitis. terjadinya gesekan antara jarum intravena
Sedangkan balita yang berjalan sendiri ke toilet, dengan vena. Hal tersebut dapat menimbulkan
sebanyak 3,3% (1) balita kemungkinan terjadi tanda gejala dari dampak terapi intravena,
tanda dini phlebitis, dan sebanyak 13,3% (4) sehingga mengganggu kenyamanan balita serta
balita tidak ada tanda phlebitis karena dilakukan pemberian obat yang melalui terapi intravena
tindakan pembidaian tempat pemasangan tidak maksimal.
intravena serta lama pemasangan intravena
adalah 2 hari. Menurut pendapat Macqueen, SIMPULAN DAN SARAN
Bruce, & Gibsonada (2012:421) menyatakan Simpulan
bahwa aktivitas anak atau manipulasi anak Dampak terapi intravena pada balita
dapat berkontribusi peningkatan phlebitis, berdasar VIP (Visual Infusion Phlebitis) score
seperti anak berjalan dengan letak kanula di didapatkan data sebanyak 27 balita dengan skor
kaki. Data hasil penelitian tersebut 0 ditandai dengan keadaan tempat penusukan
menunjukkan bahwa, aktivitas balita yang intravena tampak sehat yang menunjukkan
menggunakan banyak pergerakan ekstremitas bahwa tidak ada tanda phlebitis, sebanyak 2
seperti berjalan sendiri ke toilet dan naik turun balita dengan skor 1 ditandai dengan terdapat
tempat tidur dapat mempengaruhi terjadinya nyeri tempat penusukan intravena yang
dampak terapi intravena. Aktivitas yang kurang menunjukkan kemungkinan tanda dini phlebitis,
terkontrol, terutama pada tangan dapat dan 1 balita dengan skor 2 ditandai dengan
menyebabkan tempat pemasangan terapi nyeri tempat penusukan intravena serta terdapat
intravena menjadi tidak stabil. Sehingga pembengkakan yang menunjukkan stadium
intravena yang terpasang dapat terjadi permulaan phlebitis. Selain itu hasil penelitian
pergeseran atau ketidak lancaran aliran cairan ini menunjukkan bahwa pendokumentasian
154 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 3, Juli 2014,hlm.149-154
dampak terapi intravena menggunakan VIP yang terpasang infus di Puskesmas Krian
(Visual Infusion Phlebitis) score tidak efektif Sidoarjo, (Online),
jika dilakukan pada hari pertama dan kedua (http://www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jur
pemasangan terapi intravena per 1-2-het.pdf), diakses 8 Oktober 2013.
Saran Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan
Bagi institusi pendidikan diharapkan Medikal-Bedah Volume 1. Jakarta: EGC
dapat digunakan sebagai tambahan sumber Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial
informasi atau literatur tentang dampak terapi Problematika dan Pengandaliannya. [e-
intravena yang terjadi pada balita sehingga book]. Jakarta: Salemba Medika
dapat bermanfaat untuk proses kegiatan belajar http://books.google.co.id/books?id=BdkO
mengajar. Bagi instansi kesehatan dapat Haf5RIC&printsec=frontcover#v=onepage
digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan &q&f=false. Diakses tanggal 23
pelayanan kesehatan, serta petugas kesehatan November 2013
melakukan kegiatan pendokumentasian Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan Dan
terhadap terjadinya dampak terapi intravena Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
pada balita. Bagi peneliti selanjutnya Cipta
diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk Nur, Noor, & Irwandi. 2013. Relationship
melakukan penelitian pada balita yang Between Motivation And Supervision On
mendapat terapi intravena seperti tindakan Association Nurse Performance In
pencegahan yang dilakukan petugas kesehatan Applying Patient Safety At Inpatient Ward
untuk meminimalkan terjadinya dampak terapi Of Hasanuddin University Hospital In,
intravena (Online), (http://www.Qalbia M.
Nur_Hubungan Motivasi
DAFTAR RUJUKAN Supervisi_140623.pdf), diakses tanggal 20
Aprillin, H. 2011.Hubungan perawatan infus Desember 2013.
dengan terjadinya phlebitis pada pasien