Anda di halaman 1dari 5

HUKUM ACARA PIDANA,

PERDATA DAN TUN

OLEH

KELOMPOK 1
KELAS : H-1

MUHAMMAD HARI RIZA 30.0028


ANGELA MARITA PUTRI 30.0227
DAVID KING 30.0084
YOHANA PURBA 30.0159
ANDRI TRIPUTRA 30.0173

PRAKTIK PERPOLISIAN & TATA PAMONG


FAKULTAS HUKUM TATA PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
(IPDN)
2021
TOPIK PEMBAHASAN
HUKUM ACARA PIDANA,
PERDATA DAN TUN

1. Hukum acara adalah hukum yang sangat fundamental bagi advokat dalam memperjuang
kan hak-hak klien. Tanpa menguasainya, advokat tidak akan bisa berbuat apa-apa dalam
membantu para pencari keadilan. Hukum acara dibuat untuk menjamin adanya sebuah
proses hukum yang semestinya dalam menegakkan hukum. Hukum acara berbeda dengan
hukum materil yang mengatur mengenai substansi hukum itu sendiri, yang pada
gilirannya akan diuji melalui hukum acara. Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP tahun
1982, tujuan hukum acara pidana adalah :
a. Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil
ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat.
b. Untuk mencari siapa pelakunya yang dapat didakwakan melakukan pelanggaran
hukum dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna
menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan
menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah
orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.
c. Setelah putusan pengadilan dijatuhkan dan segala upaya hukum telah dilakukan dan
akhirnya putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap maka hukum acara pidana
mengatur pula pokok acara pelaksanaan dan pengawasan dari putusan tersebut.

2. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah serangkaian peraturan perundang-
undangan yang mengatur bagaimana pencari keadilan bertindak/berbuat di pengadilan
dan bagaimana pengadilan bertindak dalam rangka penyelesaian sengketa Tata Usaha
Negara.
3. Perbuatan atau tindakan pemerintah merupakan tiap-tiap tindakan atau perbuatan dari
suatu alat administrasi negara (bestuur organ), melingkupi juga perbuatan ataupun hal-hal
yang berada di luar lapangan hukum administrasi negara, misalnya keamanan, peradilan
dan yang lainnya.
Jenis-jenis Tindakan Pemerintah :
Tindakan pemerintahan dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni tindakan faktual (Feitelijk
Handelingen) dan tindakan hukum (Rechtshandelingen). Berikut adalah pembagiannya:
- Feitelijk Handelingen (biasa disebut tindakan material atau tindakan faktual /
perbuatan konkret. Tindakan Faktual (Feitelijk Handelingen) akan selalu bersegi satu
(Eenzijdige) karena bersifat sepihak saja;
- Rechtshandelingen (Tindakan Hukum), tindakan hukum inilah yang secara teori
memiliki implikasi hukum secara administrasi. Tindakan Hukum (Rechtsandelingen)
ini ada yang bersegi satu (Eenzijdige) karena bersifat sepihak saja, dan ada yang
bersegi dua (Tweezijdige Atau Meerzijdige).

4. Asas-asas hukum yang terdapat di dalam hukum acara peradilan tata usaha negara yaitu :
a. Asas praduga rechtmatig (vermoeden van rechmatigheid praesumptio iustae cause).
Asas ini mengandung makna bahwa setiap tindakan penguasa selalu harus dianggap
rechmatiq sampai ada pembatalannya. Dengan asas ini, gugatan tidak menunda
pelaksanaan keputusan tata usaha negara yang digugat (Pasal 67ayat (1) Undang-
Undang PTUN).
b. Asas pembuktian bebas, hakim yang menetapkan beban pembuktian. Hal ini berbeda
dengan ketentuan Pasal 1865 BW. Asas ini dianut Pasal 107 UndangUndang Nomor
5 Tahun 1986 hanya saja masih dibatasi ketentuan Pasal 100.
c. Asas keaktifan hakim (dominus litis). Keaktifan hakim dimaksudkan untuk
mengimbangi kedudukan para pihak karena tergugat adalah pejabat tata usaha negara
sedangkan penggugat penggugat adalah orang atau badan hukum perdata. Penerapan
asas ini antara lain terdapat dalam ketentuan Pasal: 58, 63 ayat (1) dan (2), 80, 85
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986.
d. Asas putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat “erga omnes”. Sengketa tata
usaha negara adalah sengketa hukum publik. Dengan demikian putusan pengadilan
tata usaha negara berlaku bagi siapa saja, tidak hanya berlaku bagi para pihak yang
bersengketa.
e. Asas Gugatan Pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan KTUN yang
dipersengketakan, kecuali ada kepentingan yang mendesak dari penggugat
sebagaimana terdapat pada pasal 67 ayat 1 dan ayat 4 huruf A.
f. Asas Kesatuan Beracara Adalah asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis baik
dalam pemeriksaan di peradilan judex facti, maupun kasasi dengan MA sebagai
Puncaknya.
g. Asas Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka dan Bebas Menurut
Pasal b 24 UUD 1945 jo pasal 4 4 UU 14/1970, penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan
yang lain baik secara langsung dan tidak langsung bermaksud untuk mempengaruhi
keobyektifan putusan peradilan.
h. Asas Sidang Terbuka Untuk Umum Asas ini membawa konsekuensi bahwa semua
putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila di ucapkan
dalam siding terbuka untuk umum (pasal 17 dan pasal 18 UU 14/1970 jo pasal 70 UU
PTUN)
i. Asas Peradilan Berjenjang
Jenjang peradilan di mulai dari tingkat yang paling bawah yaitu Pengadilan Tata
Usaha Negara (tingkat pertama), kemudian Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
(banding), dan puncaknya (Kasasi) adalah Mahkamah Agung, dimungkinkan pula PK
(MA). j. Asas Pembuktian Bebas. Hakimlah yang menetapkan beban pembuktian.
Hal ini berbeda dengan ketentuan 1865 BW, seperti yang dijelaskan pada pasal 101,
yang dibatasi dengan ketentuan Pasal 100.
j. Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem) Asas para pihak harus
didengar (audi et alteram partem) dan para pihak mempunyai kedudukan yang sama.
l. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan ringan Sebagaimana pasal
4 UU 14/1970, asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.
Sederhana dalam hukum acara, cepat dalam waktu dan murah dalam biaya.
k. Asas putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat (erga omnes)”. Sengketa
TUN adalah sengketa hukum publik. Dengan demikian putusan pengadilan berlaku
bagi siapa saja-tidak hanya bagi para pihak yang bersengketa.
l. Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan Asas pengadilan
sebagai upaya terakhir (ultimum remidium)”, sengketa administrasi sedapat mungkin
diselesaikan melalui upaya administrasi (musyawarah mufakat), jika belum puas,
maka ditempuh upaya peradilan (Pasal 48 UU PTUN)
m. Asas Obyektivitas Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera
wajib mengundurkan diri, apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda
sampai derajat ketiga atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan
tergugat, penggugat atau penasihat hukum atau antara hakim dengan salah seorang
hakim atau panitera juga terdapat hubungan sebagaimana yang di sebutkan di atas,
atau hakim atau panitera tersebut mempunyai kepentingan langsung dan tidak
langsung dengan sengketanya, sebagaimana penjelasan pasal 78 dan pasal 79 UU
PTUN.

Anda mungkin juga menyukai