Anda di halaman 1dari 4

Nasionalisme ASN

1
TUGAS INDIVIDU

DISUSUN OLEH :
Sylfia Diana, A.Md
NIP. 19880216 202012 2 010

TUTOR AGENDA II

Drs. Khalid Efendi

MATA DIKLAT :

NASIONALISME
Nasionalisme ASN

SOAL

2
Tugas (Self Learning)
BEST PRACTICE ADVOKASI KEBIJAKAN DAERAH PERSPEKTIF DIFABEL: PENGALAMAN
PPRBM
Salah satu cara menciptakan masyarakat agar memiliki kemauan dan kesadaran tinggi menghormati hak-
hak difabel sebenarnya adalah menjadi tanggung jawab pengambil kebijakan dalam membuat sebuah
aturan. Mengapa ini penting?
Stigma yang saat ini masih melekat terhadap difabel di mata masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,
masih menganggap mereka merupakan aib bagi keluarga, orang yang harus dikasihani dan dihormati,
sebuah takdir Tuhan yang tak mungkin dilawan. Sehingga membuat kita tak bisa berbuat banyak untuk
mengubah kondisi mereka. Padahal, masyarakat perlu diberi pengetahuan lebih jauh bahwa difabel
bukan sebatas mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial, mendapat layanan dasar di pusat rehabilitasi
medik sebuah rumah sakit umum milik pemerintah daerah, tetapi milik masyarakat yang perlu dilibatkan
langsung dalam pemenuhan hak-hak mereka dalam sebuah aksi bernama Rehabilitasi Berbasiskan
Masyarakat (RBM).
RBM sendiri adalah sebuah program rehabilitasi untuk difabel non panti (difabel yang hidup di tengah
masyarakat, yang tidak ditangani atau tidak tinggal di panti). Dalam RBM juga diusahakan adanya
transfer pengetahuan dan keterampilan dari profesional kepada keluarga dan masyarakat agar mereka
mau dan mampu terlibat dalam upaya membantu kemandirian hidup difabel agar kualitas hidupnya
meningkat. Konsep dan pelaksanaan RBM berkembang pesat dan dilaksanakan di lebih dari 90 negara,
mencakup kesehatan, pendidikan, mata pencaharian, sosial, dan pemberdayaan. Termasuk di
dalamnya adalah upaya advokasi dan pengarusutamaan (mainstreaming) isu-isu terkait difabel atau
difabilitas ke dalam agenda pembangunan.
Di Indonesia sendiri, rintisan RBM sudah ada sejak tahun 1970-an, salah satu perintis RBM Indonesia
adalah PPRBM (Pusat Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat) Prof. Dr.
Soeharso – YPAC Nasional, Solo. PPRBM didirikan oleh YPAC Pusat atau YPAC Nasional. PPRBM Solo
mulai berkarya sejak 1970-an dan resmi berdiri sebagai lembaga tahun 1978. Sampai sekarang ini ada
sekitar 30 lembaga yang melaksanakan RBM di Indonesia, yang tersebar di berbagai propinsi di
Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut sejak tahun 2008 tergabung dalam Aliansi RBM Indonesia.
Tugas : Tulislah sebuah laporan penerapan dimensi-dimensi kualitas pelayanan menurut Gasperz (hal.
96) dan Arif Faizal dan Sujudi (hal. 120) terhadap ilustrasi di atas:
a. Di lingkungan keluarga
b. Di lingkungan masyarakat ( lingkungan pendidikan, tempat kerja, pemukiman, di tempat
umum)
Nasionalisme ASN

3
JAWABAN :

Penyandang Disabilitas belum mendapat tempat di masyarakat. Kehadirannya  masih  dipandang


sebelah mata. Keterbatasan yang dimiliki, membuat mereka dianggap sebagai kelompok yang lemah,
tidak berdaya dan hanya perlu  mendapatkan belas kasihan.  Hak-hak mereka sebagai manusia
seringkali diabaikan. Mulai dari hak untuk hidup, hak untuk memperoleh pelayanan pendidikan dan
kesehatan hingga  hak kemudahan mengakses fasilitas umum. Padahal Undang-undang  Dasar UUD
1945, sudah dengan tegas  menjamin para penyandang disabilitas.  Setidaknya dalam Pasal 28H ayat
(2)  UUD 45, menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Selain itu  pemerintah Indonesia juga telah  meratifikasi    Convention On The Rights Of Persons
With Disabillities,  pada 2011 lalu yang tertuamg  dalam Undang-undang No 19 Tahun 2011  tentang
Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Hak-hak Penyandang
Disabilitas). Indonesia merupakan negara ke-107 yang meratifikasi konvensi tersebut.
Dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2001  diatur tentang  hak-hak para   penyandang
disabilitas. Mulai dari  hak untuk bebas dari penyiksaan,  perlakuan yang kejam tidak manusiawi dan
merendahkan martabat manusia, hingga hak untuk  bebas dari eksploitasi, kekerasan dan perlakuan
semena-mena.
Selain itu, penyandang disabilitas juga  berhak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas
mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain, termasuk di dalamnya hak untuk
mendapatkan pelindungan dan pelayanan sosial dalam rangka kemandirian, serta dalam keadaan
darurat.
Penerapan dimensi – dimensi kualitas pelayanan menurut Gaspersz dan Arif faizal dan Sujudi :
a. Di lingkungan keluarga
- Memberikan kasih sayang yang sama kepada setiap anak tanpa pilih kasih
b. Di lingkungan masyarakat
 Di lingkungan pendidikan
- Mendapatkan bimbingan dan perhatian khusus dari guru
- Memberikan fasilitas khusus demi kemudahan siswa difabel dalam beraktifitas
- Penyandang difabel berhak mendapat pendidikan, yaitu mempunyai kesamaan
kesempatan dalam penerimaan SNMPTN
 Di tempat kerja
- Memberikan kemudahan dan keringanan dalam perkerjaan serta memberikan hak
dan kewajiban yang sama terhadap kaum difabel
- Kaum difabel mempunya hak yang sama dalam penerimaan CPNS
Nasionalisme ASN

 Di pemukiman
- Memberikan rasa aman dan nyaman serta bersikap ramah terhadap kaum disabilitas 4
- Memberikan pelatihan ketrampilan bagi kaum difabel
 Di tempat umum
- Memberikan fasilitas khusus kepada penyandang disabilitas di tempat umum seperti
lift khusus disabilitas dan trotoar khusus disabilitas
- Memberikan fasilitas untuk pejalan kaki yang mudah diakses disabilitas
- Memberikan fasilitas penyebrangan yang mudah diakses disabilitas
 Bidang pelayanan kesehatan
- Bebas mengutarakan keluhan penyakit tanpa ada intimidasi dan diskriminasi

Anda mungkin juga menyukai