DISUSUN OLEH
NPM : 1814201110016
Semester/Kelas : VII/A
Kelompok :2A
CI : Fitriani Rahmadani,Ns.,M.Kep
CT : Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.KMB
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Banjarmasin, 2021
Mahasiswa
(Destiana Azizah)
Menyetujui
1.1.2 Klasifikasi
a. Normal
Adalah kondisi dimana tekanan darah normal yang sistolik 120-129
mmHg dan diastolic 80-84 mmHg .
b. Prahipertensi
Prahipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik 120 – 139
mmHg dan diastolik mencapai 80 – 89 mmHg. Akan lebih baik jika
mengubah gaya hidup karena sangat berisiko.
c. Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 1 adalah kondisi tekanan darah sistolik 140 – 159
mmHg dan diastolik 90 – 99 mmHg. Jika tekanan darah sudah berada
pada rentang ini, memerlukan pengobatan karena risiko terjadinya
kerusakan pada organ menjadi lebih tinggi.
d. Hipertensi tingkat 2
Kondisi ini ditandai dengan tekanan sistolik > 160 mmHg dan diastolik >
100 mmHg. Penderita biasanya sudah mulai mengalami kerusakan organ
tubuh dan kelainan kardiovaskular. (Amin Huda Nurarif & Hardi
Kusuma.2016)
1.1.3 Etiologi
a. Hipertensi Primer
b. Hipertensi Sekunder
1.1.4 Patofisiologi
Hipertensi
Kerusakan
Vasokontriksi
Vaskuler Pembuluh
Darah
Gangguan
Sirkulasi
1.1.6 Komplikasi
a. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang
meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan
berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau
hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan
masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal
tersebut menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma
bahkan kematian.
c. Ginjal
d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan.
Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi
adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran
darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran
darah pada arteri dan vena retina. Penderita retinopati hipertensif pada
awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi
kebutaan pada stadium akhir. (Bianti Nuraini. 2015).
1.1.8 Penatalaksanaan
(Bianti Nuraini.2015)
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesis
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
1.2.1.3 Sirkulasi
1.2.1.5 Eliminasi
1.2.1.6 Makanan/cairan
1.2.1.7 Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
1.2.1.9 Pernafasan
1.2.1.10 Keamanan
Amin huda dan Kusuma. Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classifications (NOC). Singapore: Elsevier
(.................................................................) (, S.Kep.Ners)
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING KLINIK
Nama Mahasiswa :
Judul Kasus :
Ruangan/ RS :
Pembimbing Akademik :
No. Hari/ Tanggal Materi Konsultasi Masukan/ Saran TTD
Pembimbing