Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PRAKTIK LAPANGAN

(KKNI) KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DISUSUN OLEH

Nama : Destiana Azizah

NPM : 1814201110016

Semester/Kelas : VII/A

Kelompok :2A

Tempat : Rumah Sakit Islam Banjarmasin

CI : Fitriani Rahmadani,Ns.,M.Kep

CT : Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.KMB

PRAKTIK PRE NERS PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Destiana Azizah


NPM : 1814201110016
Ruangan/ Rumah Sakit : Al Haitam
Judul Laporan Pendahuluan : Hipertensi
Judul Asuhan Keperawatan : An.R dengan Hipertensi

Telah menyelesaikan semua laporan stase Keperawatan Medikal Bedah


III di ruangan tersebut.

Banjarmasin, 2021

Mahasiswa

(Destiana Azizah)

Menyetujui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Fitriani Rahmadani,Ns.,M.Kep) (Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.KMB)


NIDN................................ NIDN..............................
1.1 Konsep Teori

1.1.1 Definisi/deskripsi penyakit


Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu
fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.
Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada
kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. (Ikit Netra
Wirakhmi & Dwi Novitasari.2021).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung
harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi
tersebut berlangsung lama dan menetap, timbul lah gejala yang disebut
sebagai penyakit tekanan darah tinggi (Vitahealth, 2012).

1.1.2 Klasifikasi
a. Normal
Adalah kondisi dimana tekanan darah normal yang sistolik 120-129
mmHg dan diastolic 80-84 mmHg .
b. Prahipertensi
Prahipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik 120 – 139
mmHg dan diastolik mencapai 80 – 89 mmHg. Akan lebih baik jika
mengubah gaya hidup karena sangat berisiko.

c. Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 1 adalah kondisi tekanan darah sistolik 140 – 159
mmHg dan diastolik 90 – 99 mmHg. Jika tekanan darah sudah berada
pada rentang ini, memerlukan pengobatan karena risiko terjadinya
kerusakan pada organ menjadi lebih tinggi.

d. Hipertensi tingkat 2

Kondisi ini ditandai dengan tekanan sistolik > 160 mmHg dan diastolik >
100 mmHg. Penderita biasanya sudah mulai mengalami kerusakan organ
tubuh dan kelainan kardiovaskular. (Amin Huda Nurarif & Hardi
Kusuma.2016)

1.1.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :

a. Hipertensi Primer

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak mengetahui penyebabnya.


Factor yang mempengaruhinya yaitu : Genetik ,Jenis kelamin dan
usia,Diet Berat badan, dan Gaya hidup. Faktor – factor yang
meningkatkan resiko : obesitas, alcohol, merokok dan polisitemia.
Hipertensi primer biasanya timbul umur 30-50 tahun.

b. Hipertensi Sekunder

Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing


(tingginya kadar hormone kortisol dalam tubuh), dan hipertensi yang
behubungan dengan kehamilan. (Amin Huda Nurarif & Hardi
Kusuma.2016) (Heni Widyawati Lestari, 2014)

1.1.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskanya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang nsekresi epinefrin, yang menyebabkan pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid.
lainya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada giliranya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

(Heni Widyawati Lestari, 2014) (Smeltzer, 2005)

1.1.5 Pathway (Nanda 2016-2018)

Faktor usia,jenis kelamin,kebiasaan


merokok,stress,kurang
olahraga,ginetik,alcohol,konsentrasi
garam,dan obesitas

Hipertensi

Kerusakan
Vasokontriksi
Vaskuler Pembuluh
Darah
Gangguan
Sirkulasi

Otak Ginjal Retina Pembuluh Darah

Suplai O2 otak Vasokonstriksi Spasme Iskemik Koroner


menurun pembuluh arteriol
darah ginjal

Resiko Risiko vasokonstriksi Iskemia


ketidakefektifan Cedera miocard
Blood flow
perfusi jaringan munurun
otak Afterload
meningkat Nyeri
Rangsang Akut
aldosteron Edema

1.1.6 Komplikasi

a. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang
meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan
berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau
hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan
masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal
tersebut menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma
bahkan kematian.

b. Pembuluh Darah (Kardiovaskular)

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami


arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran
darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium
yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada
akhirnya dapat menjadi infark.

c. Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat


tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan
glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan
protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat
dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama
terjadi pada hipertensi kronik.

d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan.
Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi
adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran
darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran
darah pada arteri dan vena retina. Penderita retinopati hipertensif pada
awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi
kebutaan pada stadium akhir. (Bianti Nuraini. 2015).

1.1.7 Pemeriksaan penunjang

1.1.7.1 Pemeriksaan Laboratorium

a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokogualabilitas,anemia.

b. BUN/ Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal

c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan


oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d. urinalisa : darah,protein,glukosa,mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada


DM

1.1.7.2 CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral,encelopati

1.1.7.3 EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggain


gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

1.1.7.4 IUP : Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu


ginjal,perbaikan ginjal

1.1.7.5 Photo Thorax : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,


pembesaran jantung (Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma.2016)

1.1.8 Penatalaksanaan

Penanganan hipertensi menurut JNC VII bertujuan untuk mengurangi angka


morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. fokus utama
dalam penatalaksanaan hipertensi adalah pencapaian tekanan sistolik target
<140/90 mmHg. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau penyakit
ginjal, tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg. Pencapaian tekanan darah
target secara umum dapat dilakukan dengan dua cara berikut :

1.1.8.1 Non Farmakologis

Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan


merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol
berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta
meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

- Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih : peningkatan berat


badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam
prevensi dan kontrol hipertensi.

- Meningkatkan aktifitas fisik: orang yang aktivitasnya rendah


berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena
itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting
sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

- Mengurangi asupan natrium

- Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol: kafein dapat memacu


jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3
gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.

1.1.8.2 Terapi Farmakologi: Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang


dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz)
atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau
calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker
(ARB) diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid).

Adapun contoh- contoh obat anti hipertensi antaralain yaitu :


a. beta‐bloker, (misalnya propanolol, atenolol)

b. penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril,


enalapril)

c. antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan)

d. calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin)

e. alpha‐blocker (misalnya doksasozin)

(Bianti Nuraini.2015)

1.2 Asuhan Keperawatan

1.2.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada klien Hipertensi adalah sebagai berikut:

Menurut Saiful Nurhidayat (2015) dan Heni Widyawati Lestari (2014) :

1.2.1.1 Anamnesis

a. Data Umum (Nama KK, alamat dan telepon, pekerjaan KK,


Pendidikan KK., Komposisi keluarga)

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga (Tahap perkembangan


keluarga saat ini, riwayat keluarga inti, Riwayat keluarga sebelumnya)

c. Lingkungan (Karakteristik tetangga dan komunitas RW, karakteristik


rumah)

d. Struktur keluarga (Pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan


keluarga , struktur peran, nilai atau norma keluarga)

e. Fungsi keluarga (afektif, sosialisasi, perawatan keluarga, reproduksi,


ekonomi)

f. Stress dan koping keluarga (Stressor jangka pendek dan panjang,


kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor, strategi
koping yang digunakan, strategi adaptasi fungsional)

g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga

1.2.1.2 Aktivitas/ Istirahat

 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

 Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,


takipnea.

1.2.1.3 Sirkulasi

 Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung


koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.

 Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,


jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.

1.2.1.4 Integritas Ego

 Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress


multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.

 Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue


perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.

1.2.1.5 Eliminasi

 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau


riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).

1.2.1.6 Makanan/cairan

 Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi


garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir
akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic

 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

1.2.1.7 Neurosensori
 Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).

 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi


bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.

1.2.1.8 Nyeri/ ketidaknyaman

 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit


kepala.

1.2.1.9 Pernafasan

 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja


takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.

 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan


bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis

1.2.1.10 Keamanan

 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA (2016) dan NANDA (2018) diagnosa keperawatan yang


timbul pada pasien Hipertensi adalah sebagai berikut

1.2.2.1 Nyeri Akut

1.2.2.2 Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak

1.2.2.3 Resiko Cedera

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1.2.3.1 Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia
NOC : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama lebih dari 1
jam nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a. Nyeri yang dilaporkan dari berat menjadi sedang

b. Panjangnya episode nyeri dari berat menjadi sedang

c. Ekspresi wajah nyeri dari berat menjadi sedang

NIC : Manajemen Nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi


lokasi,karakteristik,onset/durasi, frekuensi, kualitas,intensitas atau
beratnya nyeri dan factor pencetus

2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan


terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif

3. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan


pemantauan ketat

4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui


pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri

1.2.3.2 Resiko ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak kondisi terkait : suplai


O2 ke otak menurun
NOC : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama lebih dari 1
jam resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
a. Tekanan intracranial dari berat menjadi sedang
b. Tekanan darah sistolik dari berat menjadi sedang
c. Tekanan darah diastolic dari berat menjadi sedang
NIC : Monitor Tekanan Intra Kranial (TIK)
1. Monitor aliran darah ke otak
2. Monitor status neurologis
3. Monitor intake dan output
4. Monitor tingkat CO2 dan pertahankan dalam parameter yang
ditentukan

1.2.3.3 Resiko Cedera


NOC : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit,
Fungsi sensori: pengelihatan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Ketajaman pandangan perifer (kiri) dari sangat terganggu menjadi
sedikit terganggu
b. Ketajaman pandangan perifer (kanan) dari sangat terganggu
menjadi sedikit terganggu
c. Respon terhadap stimulus pandangan dari sangat terganggu
menjadi sedikit terganggu
d. Pengelihatan terganggu dari berat menjadi sedang
NIC : Pencegahan Jatuh
1. Mengidentifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi risiko
jatuh
2. Monitor gaya berjalan (terutama kecepatan),keseimbangan dan
tingkat kelelahan dengan ambulasi
3. Sediakan alat bantu (misalnya, tongkat dan walker) untuk
menyeimbangkan gaya berjalan (terutama kecepatan)
4. Instruksikan pasien untuk memanggil bantuan terkait pergerakan
dengan tepat
Daftar Pustaka

Wirakhmi,Ikit Netra,Dwi Novitasari.2021. Pemberdayaan Kader Pengendalian


Hipertensi. Vol. 1, No. 3 – Juli 2021, Hal. 240-248. Banyumas : Jawa tengah

Vitahealth. 2012. Hipertensi. PT Gramedia Pustaka utama. Jakarta

Nuraini ,Bianti. 2015. Risk Factor of Hypertension. Volume 4 Nomer 5. Lampung

Amin huda dan Kusuma. Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis NANDA, NIC-NOC Jilid 1

Nurhidayat,Saiful. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi. Cetakan 1.


Ponorogo

T.Heather Herdman & Shigemi Kamitsuru . 2018 . Buku NANDA-1 Diagnosis


Keperawatan.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Douchterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).


Nursing  Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsevier

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classifications (NOC). Singapore: Elsevier

Lestari,Heni Widyawati.2014. NURSING CARE FAMILY OF Mr. S WITH SYSTEM


DISORDER : HYPERTENSION OF Mrs. S THE HAMLET SIDOSARI,
KRAJAN, GATAK, SUKOHARJO LOCAL GOVERNMENT CLINIC REGION
OF GATAK. Surakarta
Banjarmasin, 06 September 2021

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(.................................................................) (, S.Kep.Ners)
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING KLINIK

Nama Mahasiswa :
Judul Kasus :
Ruangan/ RS :
Pembimbing Akademik :
No. Hari/ Tanggal Materi Konsultasi Masukan/ Saran TTD
Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai