Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TRAUMA ABDOMEN

Oleh:

FEBRIANI HIBUR

NIM C01418047

KELAS C KEPERAWATAN 2018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur hadirat tuhan yang maha Esa. Atas rahmat dan hidayahnya
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TRAUMA ABDOMEN” tepat
pada waktunya.

Saya memyadari bahwa makalah yang saya buat jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritikan yang membangun agar
tulisan saya lebih baik untuk kedepan, dan dapat menambah wawasan dan
memberi manfaat untuk pembaca.

Gorontalo, 29 Juli 2021

FEBRIANI HINUR

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

2.1 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

3.1 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4


2.1 Definisi Trauma Abdomen .................................................................... 4

2.2 Etiologi ..................................................................................................... 6

2.3 Patofisiologi ............................................................................................. 7

2.4 Tanda dan Gejala ................................................................................... 7

2.5 Jenis-jenis Trauma abdomen ................................................................ 7

2.6 Trauma Tajam ........................................................................................ 9

2.7 Komplikasi .............................................................................................. 9

2.8 Manisvestasi Klinis ................................................................................. 9

2.9 Pemeriksaan Penunjan ........................................................................ 10

2.10 Pengkajian ............................................................................................. 12

2.11 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 13

2.12 Intervensi ............................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 15

3.2 Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
(abdominal wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna
vertebralis, dan ilium
Trauma abdomen dibagi menjadi dua tipe yaitu trauma tumpul abdomen
dan trauma tembus abdomen. Trauma merupakan penyebab kematian
tersering ketiga pada populasi umum setelah penyakit kardiovaskular dan
kanker. Pada subgrup pasien usia dibawah 40 tahun, trauma merupakan
penyebab kematian utama.3 dan ditemukan sekitar 7–10% dari jumlah
seluruh kasus trauma. Klasifikasi trauma abdomen berdasarkan jenis trauma
dibagi menjadi dua yaitu trauma tajam (penetrans) dan trauma tumpul (blunt
trauma). Angka kejadian trauma tumpul abdomen didapatkan sekitar 80%
dari keseluruhan trauma abdomen.
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab tersering trauma abdomen
dan penyebab berikutnya adalah jatuh. Di Indonesia, ditemukan prevalensi
cedera yaitu sebesar 8,2%, dimana ditemukan prevalensi tertinggi terdapat di
provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 12,8% dan prevalensi terendah di Jambi
sebanyak 2 4,5%. Penyebab kejadian ini yang ditemukan salah satu nya
adalah karena kecelakaan lalu lintas yaitu kecelakaan sepeda motor sebanyak
40,6%, dan kejatuhan paling sedikit yaitu 2,5%. Saat ini di Indonesia,
prevalensi cedera tertinggi didapatkan berada pada kelompok usia 15-24
tahun yang disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor dan jatuh tersebut.
Sehingga seluruh tenaga kesehatan termasuk dokter dan dokter bedah pada
khususnya akan dihadapkan oleh masalah-masalah kasus trauma, terutam
trauma tumpul abdomen (Riskesdas, 2 Pada kasus-kasus trauma tumpul
diagnosis lebih susah ditegakkan karena biasanya terjadi multisistem trauma,
sedangkan trauma pada organ intra-abdomen kemungkinan terjadi karena

1
adanya luka penetrasi (Umboh, Sapan, Lampus, 2016). Penelitian pada tahun
1997 yang dilakukan oleh Schurink dkk menunjukkan bahwa pemeriksaan
abdomen menampilkan hasil yang sama pada hampir setengah pasien dengan
pasien multitrauma. Sehingga untuk menghasilkaan penatalaksanaan yang
baik harus membutuhkan pemeriksaan lanjutan (Schurink, Bode, Luijt, &
Vugt, 1997). Sebagian dokter beranggapan bahwa ruptur organ yang
berongga dan perdarahan dari organ padat akan mengakibatkan peritonitis
dan akan mudah dideteksi namun kenyataannya gejala fisik yang tidak jelas,
kadang ditutupi oleh nyeri, akibat trauma ekstra abdomen dan dikaburkan
oleh intoksikasi atau trauma kepala yang semuanya merupakan alasan utama
terlewatkannya diagnosis trauma abdomen oleh dokter. Didapatkan lebih dari
sepertiga pasien trauma abdomen yang membutuhkan tindakan operasi segera
(emergency laparotomy) yang pada awalnya mempunyai gejala yang tidak
khas 3 (benign physical examination), sehingga klinisi yang kurang waspada
menganggap bahwa tidak ada trauma abdomen.

2.1 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran karakteristik pasien trauma abdomen?

3.1 Tujuan Penulisan


- Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien trauma abdomen
- Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui karakteristik pasien trauma abdomen
berdasarkan jenis trauma.
2) Untuk mengetahui karakteristik pasien trauma abdomen
berdasarkan umur.
3) Untuk mengetahui karakteristik pasien trauma abdomen
berdasarkan jenis kelamin.
4) Untuk mengetahui karakteristik pasien trauma abdomen
berdasarkan terapi.

2
5) Untuk mengetahui karakteristik pasien trauma abdomen
berdasarkan pemeriksaan penunjang

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Trauma Abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen
yang terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium.
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering
dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan
horizontal dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut
membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones). Dua
bidang diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan iga
kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang
lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan
hingga ke pertengahan ligamentum inguinale.

Daerah-daerah itu adalah:

1) hypocondriaca dextra 6) lumbalis sinistra

2) epigastrica 7) inguinalis dextra

3) hypocondriaca sinistra 8) pubica/hipogastrica

4) lumbalis dextra 9) inguinalis sinistra.

5) umbilical

4
Gambar 1. Pembagian Anatomi Abdomen

1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung


empedu, sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal
kanan dan kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian hati. 3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa,
bagian kaudal pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal
ginjal kiri dan kelenjar suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal
kanan, sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal
ginjal kiri, sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal
ileum dan ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastricmeliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus
(pada kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan
ovarium kiri.
Menurut penelitian Griffith (2003) mengetahui proyeksi organ intraabdomen
tersebut, dapat memprediksi organ mana yang kemungkinan mengalami

5
cedera jika dalam pemeriksaan fisik ditemukan kelainan pada daerah atau
regio tersebut. Untuk kepentingan klinis rongga abdomen dibagi menjadi
tiga regio yaitu : rongga peritoneum, rongga retroperitoneum dan rongga
pelvis. Rongga pelvis sebenarnya terdiri dari bagian dari intraperitoneal dan
sebagian retroperitoneal. Rongga peritoneal dibagi menjadi dua yaitu bagian
atas dan bawah. Rongga peritoneal atas, yang ditutupi tulang tulang thorax,
termasuk diafragma, liver, lien, gaster dan kolon transversum. Area ini juga
dinamakan sebagai komponen torakoabdominal dari abdomen. Sedangkan
rongga peritoneal bawah berisi usus halus, sebagian kolon ascenden dan
descenden, kolon sigmoid, caecum, dan organ reproduksi pada wanita
(Trauma, 2012) Rongga retroperitoneal terdapat di abdomen bagian
belakang, berisi aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar
duodenum, pancreas, ginjal, dan ureter, permukaan posterior kolon ascenden
dan descenden serta komponen retroperitoneal dari rongga pelvis.
Sedangkan rongga pelvis dikelilingi oleh tulang pelvis yang pada dasarnya
adalah bagian bawah dari rongga peritoneal dan retroperitoneal. Berisi
rektum, kandung kencing, pembuluh darah iliaka, dan organ reproduksi
interna pada wanita.

2.2 Etiologi
Menurut penelitian Hudak & Gallo (2001) Trauma atau kecelakaan yang
terjadi pada abdomen yang kebanyakan disebabkan oleh trauma tumpul.
Deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang mengakibatkan
terjadinya trauma saat tubuh seseorang terpukul setir mobil atau benda
tumpul lainnya. Trauma yang disebabkan oleh benda tajam biasanya
diakibatkan oleh luka tembakan yang menyebabkan kerusakan besar dalam
abdomen. Tidak hanya luka tembak, trauma abdomen bisa juga disebabkan
oleh luka tusuk. Luka tusuk tersebut juga bisa menyebabkan trauma organ
intraabdomen.

6
2.3 Patofisiologi
Menurut (Musliha, 2010), jika terjadi trauma penetrasi atau nonpenetrasi
kemungkinan terjadi pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan
memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah
merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ
viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi
peritoneum cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut
meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa
bising usus bila telah terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien
mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosi

2.4 Tanda dan Gejala


Menurut penelitian Sjamsuhidayat, (2010) Kasus trauma abdomen ini bisa
menimbulkan manifestasi klinis meliputi: nyeri tekan diatas daerah
abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi,
peningkatan suhu tubuh, dan nyeri spontan.
- Trauma abdomen tumpul :
a) Jejas atau ruptur di bagian dalam abdomen
b) Terjadi perdarahan intra abdominal
- Trauma abdomen tajam :
a) Terdapat luka robekan pada abdomen
b) Luka tusuk sampai menembus abdomen
c) Penanganan yang kurang tepat memperbanyak perdarahan

2.5 Jenis-jenis Trauma abdomen


2.5.1 Trauma Tumpul
Trauma tumpul kadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada
permukaan tubuh, tetapi dapat mengakibatkan cedera berupa kerusakan
daerah organ sekitar, patah tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi),
cedera kompresi, peningkatan mendadak tekanan darah, pecahnya viskus
berongga, kontusi atau laserasi jaringan maupun organ dibawahnya.

7
Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya
deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan
(non complient organ) seperti hati, lien, pankreas, dan ginjal.
Secara umum mekanisme terjadinya trauma tumpul abdomen yaitu:
1. Saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara
struktur. Akibatnya, terjadi tenaga potong dan menyebabkan robeknya
organ berongga, organ padat, organ visceral dan pembuluh darah,
khususnya pada bagian distal organ yang terkena. Contoh pada aorta
distal yang mengenai tulang torakal mengakibatkan gaya potong pada
aorta dapat menyebabkan ruptur. Situasi yang sama dapat terjadi pada
pembuluh darah ginjal dan pada cervicothoracic junction.
2. Isi intra abdominal hancur diantara dinding abdomen anterior dan
columna vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat
menyebabkan ruptur, biasanya terjadi pada organ-organ padat seperti
lien, hati, dan ginjal.
3. Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya biasanya
menyebabkan ruptur organ berongga. Berat ringannya perforasi
tergantung dari gaya dan luas permukaan organ yang terkena cedera
Kerusakan organ lunak karena trauma tumpul biasanya terjadi sesuai dengan
tulang yang terkena seperti terlihat pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Pola cedera organ lunak pada trauma tumpul abdomen
Organ/area yang terkena langsung Cedera yang mungkin terkait
Fraktur kosta kanan Cedera hepar

Fraktur kosta kiri Ruptur lien

Kontusio midepigastrium Perforasi duodenum, cedera


pankreas
Fraktur prosessus tranversalis lumbal
Cedera ginjal
Fraktur pelvis Ruptur VU, cedera urethra

8
2.6 Trauma Tajam
Trauma tajam abdomen adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan
luka pada permukaan tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum
yang disebabkan oleh tusukan benda tajam. Trauma akibat benda tajam
dikenal dalam tiga bentuk luka yaitu: luka iris atau luka sayat (vulnus
scissum), luka tusuk (vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus caesum).
Luka tusuk maupun luka tembak akan mengakibatkan kerusakan
jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan
tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap
organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation,
dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya.
Kerusakan dapat berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah atau
organ yang padat. Bila mengenai organ yang berongga, isinya akan keluar
ke dalam rongga perut dan menimbulkan iritasi pada peritoneum.

2.7 Komplikasi
Menurut penelitian smaltzer ( 2001), komplikasi yang di sebabkan
karena adanya trauma pada abdomen adalah dalam waktu segera dapat
terjadi syok hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat terjadi infeksi,
thrombosis vena,emboli pulmonar, stress 4 ulserasi dan perdarahan,
pneumonia, tekanan ulserasi, ateletasis maupun sepsis

2.8 Manisvestasi Klinis


Menurut penelitian sjamsuhidayat,(2010) Klinis kasus trauma abdomen
ini bias menimbulkan manifestasi klinis, melliputi :
- nyeri tekan diatas daerah abdomen,
- demam
- anorexia
- mual dan muntah
- takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya
terdapat adanya jejas atau ruptur di bagian dalam abdomen:

9
- terjadi perdarahan intra abdominal. Apabila trauma terkena usus,
mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan
biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah,
dan BAB hitam (melena).

Pada trauma penetrasi biasanya terdapat :

- terdapat luka robekan pada abdomen, luka tusuk sampai menembus


abdomen, biasanya organ yang terkene penetrasi bias perdarahan/
memperparah keadaan keluar dari dalam abdomen.

2.9 Pemeriksaan Penunjan


Pemeriksaan penunjang trauma abdomen yaitu:
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma
pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara
bebas retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.

10
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya
alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold
standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:
• Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
• Trauma pada bagian bawah dari dada
• Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
• Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
• Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
• Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:
• Hamil
• Pernah operasi abdominal
• Operator tidak berpengalaman
• Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum
dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro
peritoneum.
Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna
untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan

11
NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan
100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui
langsung sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.
2.10 Pengkajian
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan
singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Dalam penelitian Brunner & Suddart (2001) Pengkajian data dasar adalah :
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim
Bangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu),
polanapas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau
mengalami gangguan fungsi.

5. Makanan dan cairan


Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera
makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

12
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi
yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan

2.11 Diagnosa Keperawatan


a) Nyeri akut b/d Trauma abdomen
b) Pola nafas tidak efektif b/d Penurunan ekspansi paru
c) Ansietas b/d Luka non-penetrasi abdomen
2.12 Intervensi
No Tujuan/Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1. Setelah dilakukan ➢ Kaji intensitas
tindakan nyeri Untuk menentukan intervensi yang
keperawatan selama tepat.
1x 30 menit, ➢ Jelaskan Untuk menenangkan klien dan keluarga.
diharapkan nyeri penyebab nyeri Meningkatkan kenyamanan klien.
klien hilang ➢ Beri posisi Mengurangi ketegangan otot sehingga
Dengan KH : nyaman mengurangi nyeri.
Klien mengatakan ➢ Ajarkan teknik Analgetik berfungsi
nyeri klien hilang relaksasi menghilangkan nyeri
Klien tampak rileks

13
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgetik
2. Setelah dilakukan Kaji pola nafas Untuk menentukan intervensi yang tepat
tindakan Kaji tanda vital Mengetahui perkembangan klien
keperawatan 1x10 Posisikan klien semi Mengurangi sesak nafas
menit, nyeri teratasi fowler Mengurangi sesak nafas
Dengan KH : Kolaborasi : Beri
Klien tidak oksigen sesuai
mengalami sesak indikasi
nafas, pola nafas
klien membaik
3. Setelah dilakukan Kaji tingkat cemas Untuk menghilangkan ansitas klien
tindakan kelien
keperawatan Tanyakan penyebab
1x24jam, Ansietas cemas klien
kelien hilang Beritahu klien
Dengan KH : mengenai perdaran
Tidak ada tanda- dan penyebab
tanda cemas hematoma
Suhu tubuh normal :
36-37

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi
faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Berdasarkan mekanisme trauma, terbagi atas 2 yaitu :
a. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
b. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi
atau sabuk pengaman (set-belt).
3.2 Saran
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini bisa bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih mengerti dan
memahami tentang tentang Keperawatan gawat darurat. Makalah terutama
tentang trauma abdomen ini masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan
kritik dan saran untuk lebih memperbaiki makalah.

15
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, M., Brathwaite, C., García, V., Patterson, L., Scherer, T., Stafford, P.
and Young, J. (1997) ‘Practice management guidelines for the
nonoperative management of blunt injury to the liver and spleen.’, The
Journal of trauma, 43, pp. 1–32. doi: 10.1097/00005373- 199711000-
00014
Aziz, A., Bota, R. and Ahmed, M. (2014) ‘Frequency and pattern of intra-
abdominal injuries in patients with blunt abdominal trauma’, Journal of
Trauma & Treatment, 3(3), p. 196. doi: 10.4172/2167-1222.1000196.
Beal, A. L., Ahrendt, M. N., Irwin, E. D., Lyng, J. W., Turner, S. V, Beal, C.
A., Byrnes, M. T. and Beilman, G. A. (2016) ‘Prediction of blunt
traumatic injuries and hospital admission based on history and physical
exam’, World Journal Of Emergency Surgery. World Journal of
Emergency Surgery, 11(1), p. 46. doi:http://dx.doi.org/10.1186/s13017-
016-0099-9.
Erfantalab-Avini, P., Hafezi-Nejad, N., Chardoli, M. and Rahimi-Movaghar,
V. (2011) ‘Evaluating clinical abdominal scoring system in predicting
the necessity of laparotomy in blunt abdominal trauma’, Chinese
Journal of Traumatology English Edition. The Editorial Board of
Biomedical and Environmental Sciences, 14(3), pp. 156–160. doi:
10.3760/cma.j.issn.1008-1275.2011.03.006.
Grieshop NA, Jacobson LE, G. and GA, Thompson CT, S. K. (1995)
‘Selective use of computed tomography and diagnostic peritoneal
lavage in blunt abdominal trauma.’, J Trauma, p. 38(5):727-31.
Ikegami, Y., Suzuki, T., Nemoto, C., Tsukada, Y. and Tase, C. (2014)
‘Usefulness of initial diagnostic tests carried out in the emergency
department for blunt trauma’, Acute Medicine & Surgery, 1(2), pp. 70–
75. doi: 10.1002/ams2.20.
Smith J, Caldwell E, D’Amours S, Jalaludin B, Sugrue M. Abdominal
trauma: a disease in evolution. ANZ J Surg. 2005; 75(9):790-4.

16

Anda mungkin juga menyukai