DASAR TEORI
16
g) keselamatan operasi pertambangan
h) pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pasca
tambang
i) pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan
rekayasa dan rancang bangun dalam negeri
j) pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan
k) Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat
l) penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan
m) kegiatan-kegiatan lain dibidang kegiatan usaha
pertambangan yang menyangkut kepentingan umum
n) pengelolaan IUP atau IUPK
o) jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan
(Ayat ke-2). Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf l dilakukan oleh inspektur
tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Ayat ke-3). Dalam ha1 pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah
kabupaten kota belum mempunyai inspektur tambang, Menteri
menugaskan inspektur tambang yang sudah diangkat untuk
melaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
17
IUPK.
b. Pasal 16: Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
dilakukan terhadap :
a) teknis pertambangan
b) pemasaran
c) keuangan
d) pengelolaan data mineral dan batubara
e) konservasi sumber daya mineral dan batubara
f) keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
g) keselamatan operasi pertarnbangan
h) pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan
pascatambang
i) pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan
rekayasa serta rancang bangun dalam negeri
j) pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan
k) pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat
l) pengupasan, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan.
m) kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang
menyangkut kepentingan umum
n) pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP, IPR, atau IUPK
o) jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.
c. Pasal 26:
(Ayat ke-1). Pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf f terdiri atas:
a) keselamatan kerja
b) kesehatan kerja
c) lingkungan kerja
d) sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
18
a. Pasal 3:
(Ayat ke-1). Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam setiap tahapan
kegiatan Usaha Pertambangan wajib melaksanakan kaidah
pertambangan yang baik.
(Ayat ke-2). Kaidah pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a) kaidah teknik pertambangan yang baik
b) tata kelola pengusahaan pertambangan
(Ayat ke-3). Kaidah teknik pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi pelaksanaan aspek :
a) teknis pertambangan
b) konservasi mineral dan batubara
c) keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan 4).
keselamatan operasi pertambangan
d) pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, reklamasi,
dan pasca tambang, serta pasca operasi
e) pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang
bangun, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan.
b. Pasal 4:
(Ayat ke-1). Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian dalam kegiatan pengolahan dan/atau
pemurnian wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
(Ayat ke-2). Kaidah pertambangan yang baik untuk kegiatan pengolahan
dan/atau pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a) kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian
b) ata kelola pengusahaan pengolahan dan/atau pemurnian.
(Ayat ke-3). Kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi pelaksanaan aspek :
a) teknis kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian
19
b) keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian
c) pengelolaan lingkungan hidup dan pasca operasi
d) konservasi mineral dan batubara.
c. Pasal 14:
(Ayat ke-1). Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan
ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c dan huruf d.
(Ayat ke-2). Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan
ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib:
a) menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat
pelindung diri, fasilitas, personil, dan biaya yang
diperlukan untuk terlaksananya ketentuan keselamatan
pertambangan
b) membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan
pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja,
sifat, atau luas area kerja.
(Ayat ke-3). Ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a) keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
b) keselamatan operasi pertambangan.
d. Pasal 16:
(Ayat ke-1). Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian mineral dan batubara wajib melaksanakan
ketentuan keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b.
(Ayat ke-2). Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian mineral dan batubara dalam melaksanakan
ketentuan keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
20
a) menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat
pelindung diri, fasilitas, personil dan biaya yang diperlukan
untuk terlaksananya ketentuan di bidang keselamatan
pengolahan dan/atau pemurnian.
b) membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan
pengolahan dan/atau pemurnian berdasarkan pertimbangan
jumlah pekerja, sifat, atau luas area kerja.
(Ayat ke-3). Ketentuan keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) keselamatan dan kesehatan kerja pengolahan dan/atau
pemurnian
b) keselamatan operasi pengolahan dan/atau pemurnian.
4. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 1827 tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.
Lampiran III: Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan
Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara:
Poin A. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan
Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara.
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan
dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara meliputi:
1. Keselamatan kerja pertambangan dan pengolahan dan/atau pemurnian
mencakup:
a. Manajemen Resiko
Manajemen resiko merupakan suatu aktivitas dalam mengelola risiko yang
ada, terdiri atas:
1) Komunikasi dan konsultasi
2) Penetapan konteks
3) Identifikasi bahaya
4) Penilaian dan pengendalian risiko
5) Pemantauan dan peninjauan
b. Program Keselamatan Kerja
1) Program keselamatan kerja dibuat dan dilaksanakan untuk mencegah
21
kecelakaan, kejadian berbahaya, kebakaran, dan kejadian lain yang
berbahaya serta menciptakan budaya keselamatan kerja.
2) Kejadian berbahaya merupakan kejadian yang dapat membahayakan
jiwa atau terhalangnya produksi.
3) Kecelakaan atau kejadian berbahaya dilaporkan sesaat setelah
terjadinya kecelakaan atau kejadian berbahaya.
4) Program keselamatan kerja disusun dengan mengacu kepada peraturan
perundang-undangan, kebijakan, kebutuhan, dan proses manajemen
risiko.
c. Kecelakaan tambang memenuhi 5 (lima) unsur, terdiri atas:
1) Benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak direncanakan, dan
tanpa unsur kesengajaan.
2) Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh
kepala teknik tambang (KTT) atau penanggung jawab teknik dan
lingkungan (PTL)
3) Akibat kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan dan/atau
pemurnian atau akibat kegiatan penunjang lainnya
4) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap
saat orang yang diberi izin
5) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah
proyek.
22
2) Menyusun dan menetapkan prosedur pemeliharaan atau perawatan
berdasarkan hasil identifikasi jenis dan karakteristik sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan
3) Merencanakan program dan jadwal pemeliharaan atau perawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
4) Melaksanakan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan pertambangan
5) Evaluasi hasil pelaksanaan pemeliharaan atau perawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
6) Tindak lanjut hasil evaluasi dan peningkatan kinerja
pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan.
23
hal ini merupakan kehilangan yang berjumlah besar, oleh karena itu, Keselamatan
dan Kesehatan Kerja sangat penting untuk menjadi acuan menciptakan
kecelakaan nihil (zero accident) di setiap perusahaan-perusahaan pertambangan di
Indonesia.
Setiap perusahaan diharapkan dapat menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagai landasan untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengkaji ulang sasaran program keselamatan dan kesehatan kerja
secara menyeluruh dan terpadu dengan melibatkan karyawan untuk berperan aktif
dalam melaksanakan penyempurnaan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
24
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada hakekatnya adalah
berupa pengawasan terhadap unsur-unsur produksi, yang terdiri dari 4 point
penting biasa disingkat dengan 4M dimana menjadi pokok pengawasan penting.
4M yang dimaksud disini adalah :
1. Man yaitu pengawasan pada pekerja.
2. Materials yaitu pengawasan pada alat-alat kerja.
3. Machines yaitu pengawasan pada mesin-mesin yang digunakan.
4. Methods yaitu pengawasan pada metode kerja.
Menurut Lampiran III dalam Kep. Men. Pertambangan dan Energi No.
1827 tahun 2018, cidera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan
digolongkan dalam kategori sebagai berikut :
1. Cidera ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
tidak mampu melakukan tugas semula lebih sari satu (1) hari dan kurang
dari tiga (3) minggu, termasuk hari Minggu dan hari libur.
2. Cidera berat
a) Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari tiga (3) minggu,
termasuk hari Minggu dan hari-hari libur.
b) Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
cacat tetap (individu) yang tidak mampu menjalankan tugas semula, dan
c) Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja
tambang tidak mampu melaksanakan tugas semula, tetapi mengalami
cidera seperti salah satu di bawah ini:
1) Keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai
ruas jari, lengan atas, paha sampai ruas jari kaki dan lepasnya
tengkorak bagian wajah.
2) Pendarahan di dalam, atau pingsan disebabkan kurang oksigen.
3) Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap.
4) Persendian yang lepas di mana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3. Mati
25
Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat
kecelakaan tersebut.
26
Tidak ada sesuatu yang kebetulan, termasuk kecelakaan. Setiap kecelakaan
dapat dijelaskan, diprediksi, dan dikendalikan sesuai teori. Teori domino
menyebutkan bahwa setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera terdapat lima
faktor secara berurutan yang menyebabkan dan dapat digambarkan seperti lima
domino yang berdiri sejajar, yaitu : Kebiasaan, Kesalahan seseorang, Perbuatan,
Kondisi tidak aman (hazard), kecelakaan, dan cedera. Heinrich berpendapat bahwa
untuk mencegah kecelakaan kuncinya yaitu dengan memutus rangkaian sebab
akibat dari efek faktor domino. Misalnya dengan membuang salah satu faktor
penyebab kecelakaan yaitu tindakan tidak aman. Maka kecelakaan dan cedera tidak
terjadi.
Gambar 3.1.
Teori Domino Heinrich
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa kelima faktor ini tersusun
seperti domino yang diberdirikan. Apabila satu domino tersebut jatuh, maka domino
akan menimpa domino lainnya sehingga menyebabkan seluruh domino terjatuh.
Heinrich mengemukakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, maka
salah satu domino harus diangkat untuk menghentikan rangkaian kecelakaan.
Domino yang paling mudah dan efektif untuk dihilangkan adalah domino
tengah (yang ke-tiga) yaitu unsafe act or condition. Apabila domino tengah
sudah diangkat maka terjadi jarak antara kartu ke-2 denga n kartu ke-4.
Apabila domino kedua terjatuh maka tidak akan sampai menimpa kartu nomor
4. Dan akhirnya, kecelakaan (poin 4) dan cedera (poin 5) dapat dicegah.
Meskipun demikian teori domino Heinrich memiliki kekurangan dan
kelebihan seperti dijelaskan pada Tabel 3.1.
27
Tabel 3.1.
Kekurangan dan Kelebihan Teori Domino menurut Heinrich
Kekurangan Kelebihan
Menyalahkan manusia sebagai Cukup jelas dan praktis pendekatan
penyebab utama terjadinya kecelakaan. kontrol terhadap kerugian.
Accident hanya dapat dicegah dengan Jika salah satu faktor dapat teratasi,
meminimalisir terjadinya unsafe act or maka injury tidak akan terjadi.
unsafe condition. Pada kenyataannya
tidak hanya itu yang diperlukan.
3.4. Kejadian Berbahaya
Didalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1827 tahun 2018, kejadian berbahaya merupakan kejadian yang dapat
membahayakan jiwa atau terhalangnya produksi.
Piramida kecelakaan adalah segitiga yang menggambarkan tingkatan
jumlah kecelakaan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan yang lebih parah.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Frank E Bird Jr ini bahwasanya satu
kecelakaan serius/fatal akan diawali oleh beberapa kecelakaan sebelumnya.
Gambar 3.2
Piramida Kecelakaan Kerja
28
menyebabkan 30 mayors. Sampai akhirnya kemungkinan terjadi 1 fatality setiap
ada 30 mayors jika tidak ditangani.
…………………....(3.1)
………………………………………….(3.2)
29
tenaga kerja itu sendiri, misalnya kematian, cacat, cidera serta penderitaan
bagi keluarga itu sendiri.
2. Bagi perusahaan
Sedangkan akibat yang diperoleh dari pihak perusahaan adalah seperti
memberikan biaya pengobatan bagi si korban, biaya ganti rugi, terjadi
kerusakan peralatan, serta turunnya produktifitas kerja dan sebagainya.
3. Bagi masyarakat
Bagi pihak masyarakat akibat dari kecelakaan kerja seperti terjadinya
kerusakan lingkungan.
Upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan sederhana yaitu
dengan menghilangkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Akan tetapi,
kenyataan yang dihadapi di lapangan tidak semudah seperti yang dibayangkan karena
ini berkaitan dengan perubahan budaya dan perilaku. Oleh karena itu, banyak
berkembang pendekatan-pendekatan yang disampaikan oleh para ahli antara lain :
1. Pendekatan energi
Sesuai dengan konsep energi, bahwa kecelakaan bermula dari sumber
energi. Oleh karena itu, pendekatan pencegahan kecelakaan dapat
dilakukan pada 3 titik sumber terjadinya kecelakaan yaitu pada
sumbernya, sepanjang aliran energi, dan pada penerima.
a. Pendekatan pada sumber bahaya
Salah satu contoh pengendalian pada sumber bahaya misalnya
memakai peredam suara pada mesin.
b. Pendekatan di sepanjang energi
Pendekatan berikutnya adalah di sepanjang aliran energi. Misalnya
untuk mengurangi kebisingan dengan jalan memasang dinding kedap
suara atau memindahkan area kerja.
c. Pendekatan pada penerima
Pendekatan pada penerima misalnya, untuk mengurangi kebisingan
dengan menggunakan alat penutup telinga.
2. Pendekatan manusia
Data menyebutkan bahwa salah satu penyebab kecelakaan kerja pada area
pertambangan disebabkan oleh unsafe action. Oleh karena itu pendekatan
30
pencegahan kecelakaan dari sisi manusia adalah dengan menghilangkan
unsafe action dengan jalan:
a. Pembinaan dan pelatihan.
b. Promosi K3 dan kampanye K3.
c. Pembinaan perilaku umum.
d. Pengawasan dan inspeksi K3.
e. Audit K3.
f. Komunikasi K3.
g. Pengembangan prosedur kerja aman.
3. Pendekatan teknis
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, lingkungan kerja
maupun proses produksi. Pendekatan teknis untuk mencegah kecelakaan
misalnya :
a. Pembuatan rancang bangun yang sesuai dengan standard dan
ketentuan yang berlaku.
b. Memasang sistem pengamanan pada alat kerja atau instalasi untuk
mencegah kecelakaan dalam pengoprasian alat, misalnya tutup
pengaman mesin, sistem interlock, sistem alarm, dan sebagainya.
4. Pendekatan administratif
Pendekatan administratif dapat dilakukan dengan cara:
a. Penyediaan alat keselamatan kerja.
b. Mengatur pola kerja.
c. Membuat standard operating procedure pengoprasian mesin.
d. Pengaturan waktu dan jam kerja untuk menghindari kelelahan pekerja
31
Ketentuan keselamatan pertambangan terdiri atas keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan; dan keselamatan operasi pertambangan. Sistem
Manajemen Keselamatan Pertambangan yang menjadi bagian dari sistem
manajemen perusahaan dalam rangka untuk mengendalikan risiko keselamatan
pertambangan yang terdiri dari Keselamatan Kerja Pertambangan dan
Keselamatan Operasi Pertambangan (Keselamatan Kerja Pertambangan dan
Keselamatan Operasi Pertambangan). SMKP wajib dilaksanakan oleh semua
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, yang meliputi perusahaan
pertambangan dan perusahaan jasa pertambangan.
Perusahaan pertambangan yang wajib melaksanakan SMKP adalah
perusaahan yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi, Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi, Izin Usaha Pertambangan Khusus
(IUPK) Eksplorasi, Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi
dan IUP Operasi khusus untuk pengolahan dan atau pemurnian.
Sistem manajemen keselamatan pertambangan meliputi elemen kebijakan;
perencanaan; organisasi dan personil; implementasi; pemantauan, evaluasi, dan
tindak lanjut; dokumentasi; dan tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja.
32
pekerja tambang, rekaman data kesehatan, higienis dan sanitasi, pengelolaan
ergonomi, pengelolaan makanan dan gizi pekerja dan pemeriksaan penyakit.
Pada Lampiran IV memuat Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara. Di dalam lampiran ini dijelaskan mengenai
pelaksaan elemen SMKP Minerba sesuai dengan pasal 18 Permen ESDM No. 26
Tahun 2018.
33