Anda di halaman 1dari 4

Tugas Metodologi Penelitian Kualitatif

“Pengaruh Zakat Terhadapa Tingkat Konsumsi Rumah Tangga


(Mustahik)”

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Syahril, ST. MM. ME.

Di Susun Oleh

Arif Indrayana (E201905

Program Study Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi Bisnis Iskam

Institut Ummul Quro Al Islami Bogor

Tahun 2021M/ 1442H


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk
yang banyak, dengan julamlah menurut Badan Pusar Statistik
(SP2020) berjumlah 270,20 jiwa dengan luas daratan  Indonesia
sebesar 1,9 juta km2, dengan jumlah tersebut agama Islam lah yang
mendominasi kenyakinan masyarakat dengan jumlah 87,2% menurut
data Badan Pusat statistic (SP20219).
Dengan jumlah tersebut Negara Indonesia menjadi salah satu
Negara yang memiliki masyarakat islam terbanyak di dunia, dengan
potensi ini Indonesia seharusnya dapat mengoptimalkan pontensi dari
umma.
Islam adalah agama yang sempurna, yang di dalamnya mengatur
semua aspek kehidupan, islam tidak hanya berisi ajaran mengenai
hubungan manusia denga tuhannya (Allah), tetapi juga berisi ajaran
bagaimana berhubungan manusia dengan manusia lain (Hablum
Minannaas), salah satu perintah yang berhubungan dengan sesama
manusia anatara lain adalah saling berbagi terhadap sesama (Ta’aun),
yaitu bagi yang memiliki kemampuan terhdap orang yang
membutuhkan. Salah satu bentuk penyaluran harta/ distribusi
pendapatan dari yang mampu kepada orang yang membutuhkan
adalah Zakat.
Zakat adalah bagian dari harta dengan persyartan tertentu yang di
wajibkan oleh Allah SWT kepada pemiliknya untuk di serahkan kepada
yang berhak menerimanya, dengan persyartan tertentu pula
(Hafudhuddin, 2002), Adapun zakat menurut syara’, berarti hak yang
wajib dikeluarkan dari harta. Mazhab Maliki mendefinisikannya dengan
“Mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula
yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat)

1
kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiqq-nya).
Dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun),
bukan barang tambah dan bukan pertanian. Sedangkan secara istilah
bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu
yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya utnuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.
Zakat merupakan ibadah yang mengedepankan nilai-nilai social
disamping mambawa nilai spiritualnya, apabila zakat dapat di kelola
dengan baik dan amanah di Negara Indonesia, ini akan menjadi
potensi untuk meningkatkan kesejahtraan ummat ataupun masyarakat
Indonesia, meningkatkat daya produksi, dan dapat menjadi sarana
pemerataan perekonomian ummat dan masyarakat.
Menurut Bisnis.com, Jakarta Total potensi zakat di Indonesia pada
2020 tercatat sebesar Rp233,84 triliun dengan porsi terbesar pada
zakat penghasilan, yaitu senilai Rp139,07 triliun. Dalam realisasinya,
total jumlah penghimpunan nasional pada 2019 masih berada di
angka Rp10.166,12 triliun (Baznas: 2019).
Sementara, potensi senilai Rp233,84 triliun tersebut meliputi Zakat
Perusahaan sebesar Rp6,71 triliun, Zakat Penghasilan sebesar
Rp139,07 triliun, Zakat Pertanian sebesar Rp19,79 triliun, Zakat
Peternakan sebesar Rp9,51 triliun, dan Zakat Uang Rp58,76 triliun.
Persentase sumber zakat paling besar masih didominasi oleh zakat
penghasilan.  Berdasarkan laporan realisasi penghimpunan zakat oleh
Lazismu Nasional yang terdata pada 2019 hingga pertengahan tahun
2020, sebesar Rp239,003 miliar. Dapat dikatakan realisasi
penghimpunan belum optimal. 
Sungguh d sayangkan, melihat potensi zakat ini yang sangat besar
dan jumalah penduduk muslim di Indonesia yang besar pula, namun
masih terdapat masyarakat yang dalam kriteria miskin dengan jumlah
yang cukup besar dan juga pemeratan perekonomian yang sangat
jauh sekali. Upaya pengurangan kemiskinan bukanlah merupakan hal

2
baru di Indonesia, kebijakan pemerintah yang telah di terapkan pun
belum mampu mengatasi masalah kemiskinan dan pemerataan
perekonomian.
Bedasarkan data badan pusat statistik 2017 jumlah penduduk
miskin di Indonesia pada September 2017 sebesar 26.580.000 jiwa
atau jika di persentasekan 10,12% dari jumlah penduduk.

Table 1.1 : Data Jumlah Dan Persentasi Penduduk Miskin Menurut


Daerah Perkotaan Dan Pedesaan Di Indonesia

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Juta Persentase Penduduk Miskin


Orang)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

Maret 2011 11,0 18,97 30,02 9,2 15,72 12,49


5 3
September 2011 10,9 18,94 29,89 9,0 15,59 12,36
5 9
Maret 2012 10,6 18,49 29,13 8,7 15,12 11,96
5 8
September 2012 10,5 18,09 28,59 8,6 14,70 11,66
1 0
Maret 2013 10,3 17,74 28,07 8,3 14,32 11,37
3 9
September 2013 10,6 17,92 28,55 8,5 14,42 11,47
3 2
Maret 2014 10,5 17,77 28,28 8,3 14,17 11,25
1 4
September 2014 10,3 17,37 27,73 8,1 13,76 10,96
6 6
Maret 2015 10,6 17,94 28,59 8,2 14,21 11,22
5 9
September 2015 10,6 17,89 28,51 8,2 14,09 11,13
2 2
Maret 2016 10,3 17,67 28,01 7,7 14,11 10,86
4 9
September 2016 10,4 17,28 27,76 7,7 13,96 10,70
9 3
Maret 2017 10,6 17,10 27,77 7,7 13,93 10,64
7 2
September 2017 10,2 16,31 26,58 7,2 13,47 10,12
7 6
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS2017)

B.

Anda mungkin juga menyukai