Pre eklampsia ringan Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Pre eklamsia berat Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmhg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Eklamsia Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengantimbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan /atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukan gejala-gejala pre eklamsia.
B. MACAM-MACAM OBAT PRE DAN EKLAMSIA
1. Megnesium sulfat Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95 % kasu. Selain itu zat ini memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah ke uterus. 2. Fenition Fenition berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik. Fenition bekerja menstabilkan aktivitas neorun dengan menurunkan flux ion diseberang membran depolarisasi. Keuntungan fenition adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk beberapa hari sampai risiko kejang eklamptik berkurang. 3. Diazepam Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang eklamtik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang disignifikan. 4. Hidralazin Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takhikardi dan peningkatan cardic output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir dihati. Dapat mengontrol hipertensi pada 95% pasien dengan eklamsia. 5. Labetalol Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral. Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari idralazin ada penderita eklamsia. 6. Nifedipin Merupakan calcium chanel blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya tersedia dalam bentuk preparat oral.
C. CARA KERJA OBAT PRE DAN EKLAMSIA
1. Magnesium sulfat Menghambat atau menurunkan asetikolin pada rangsangan serat syaraf dengan menghambat transmisi neuromuscular. Transmisi neuromuscular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulaft, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium) kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat. 2. Fenitoin Pada korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenition cendrung menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang disebabkan perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan dimana terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini termasuk penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitio menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik (grand mal). 3. Diazepam Diazepam melewati barier plasenta dan dapat menyebabkan depresi pernapasan pada neonatus, hipotensi dan hipotermi hingga 36 jam setelah pemberiannya. Depresi neonatal ini hanya terjadi bil dosisnya lebih dari 30 mmhg pada 15 jam sebelum kelahiran. 4. Hidralazin Merelaksasi otot polos arteriol secara langsung dan vasodilatasi yang terjadi dapat menimbulkan reaksi kompensasi yang kuat berupa peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung, serta peningkatan renin plasma dan retensi cairan yang akan melawan efek hipotensi obat. Penurunan tekanan diatolik lebih besar daripada tekanan sistolik. Absorpsinya melalui saluran cerna dan hampir sempurna, 5. Labetalol Memblokir reseptor adrenergic yang memperlambat kecepatan sinus jantung, menurunkan resistansi peripheral vascular, dan menurunkan output kardiak. 6. Nifedipin Nifedipin bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium masuk kedalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan nodus sino atrial (SA) dan atrio ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan konduksi AV.