Anda di halaman 1dari 10

Lex et Societatis, Vol. III/No.

7/Ags/2015

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ERHADAP informasi, pengawasan, penegakkan keadilan


PENGEDARAN MAKANAN KADALUWARSA konsumen serta memberikan nasihat-nasihat
MENURUT UU NO. 8 TAHUN 19991 terhadap konsumen yang berkaitan dengan
Oleh: Christian Audy Manopo2 kehati-hatian dalam mengkonsumsi suatu
produk barang dan/jasa tertentu, khususnya
ABSTRAK produk makanan yang telah kadaluwarsa.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Lembaga-lembaga perlindungan konsumen ini
mengetahui bagaimana bentuk perlindungan juga dapat sebagai lembaga yang melakukan
hukum terhadap konsumen berkaitan dengan penyelesaian sengketa diluar pengadilan,
pengedaran makanan kadaluwarsa serta khususnya terhadap pelanggaran hukum
tanggung jawab pelaku usaha terhadap perlindungan konsumen, termasuk didalamnya
pengedaran makanan kadaluwarsa dan bagi pelanggaran hak-hak konsumen di dalam
bagaimana peran pemerintah dan lembaga- mendapatkan suatu produk makanan yang
lembaga perlindungan konsumen terhadap layak untuk dikonsumsi.
peredaran makanan kadaluwarsa. Dengan Kata kunci: Pelaku usaha, makanan,
menggunakan metode penelitian yuridis kadaluwarsa.
normatif, maka dapat disimpulkan: 1.
Perlindungan hukum terhadap konsumen diatur PENDAHULUAN
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 A. Latar Belakang
tentang dimana setiap konsumen mempunyai Hukum perlindungan konsumen dewasa ini
hak atas keamanan dalam mengkonsumsi mendapat cukup perhatian karena menyangkut
barang dan/atau jasa dan hak atas informasi aturan-aturan guna mensejahterakan
yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi masyarakat. Baik konsumen maupun pelaku
dan jaminan barang dan/atau jasa. Setiap usaha mempunyai hak yang sama untuk
pelaku usaha yang mengedarkan produk mendapat perlindungan karena masing-masing
makanan yang sudah kadaluwarsa wajib memiliki hak dan kewajiban. Pemerintah
bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian berperan mengatur, mengawasi, dan
yang ditimbulkannya karena hal tersebut mengontrol, sehingga tercipta sistem yang
merupakan suatu perbuatan yang melanggar kondusif saling berkaitan satu dengan yang
hukum dan kepentingan umum. 2. Peran lain.1
pemerintah sebagai pengayom masyarakat, dan Hubungan hukum antara pelaku usaha dan
juga sebagai pembina pelaku usaha dalam konsumen atas suatu produk merupakan
meningkatkan kemajuan industri dan hubungan hukum yang selalu
perekonomian negara. Fungsi pengawasan berkesinambungan. Pelaku usaha
terhadap produk pangan juga harus dilakukan membutuhkan dan bergantung pada
oleh pemerintah. Sikap yang adil dan tidak kepercayaan konsumen sebagai pelanggan atas
berat sebelah dalam melihat kepentingan produk yang diproduksinya karena dengan
konsumen dan produsen diharapkan mampu adanya kepercayaan konsumen membuat bisnis
memberikan perlindungan kepada konsumen. usaha mereka akan selalu terjamin dan
Dalam perlindungan hukum bagi konsumen, menguntungkan. Selain itu, konsumen dalam
pengawasan serta penegakkan hukum terhadap pemenuhan kebutuhannya bergantung dari
peredaran makanan kadaluwarsa dapat hasil produksi dari pelaku usaha/produsen.
dilakukan oleh lembaga-lembaga perlindungan Perkembangan perekonomian yang pesat
konsumen yang mempunyai peranan penting menghasilkan berbagai jenis barang dan/atau
dalam penanggulangan makanan yang sudah jasa yang disesuaikan dengan keinginan dan
kadaluwarsa, lembaga-lembaga ini juga kebutuhan konsumen. Hal ini tentunya
berperan sebagai pihak yang memberikan bermanfaat bagi konsumen, karena kebutuhan
akan barang dan/atau jasa yang diinginkan
1
Artikel skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Jemmy Sondakh,
konsumen dapat terpenuhi dan konsumen
SH, MH; Doortje Turangan, SH, MH dapat dengan bebas memilih produk yang
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum U nsrat, NIM. bervariatif tersebut.
110711194

82
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

memberikan perlindungan kepada konsumen


Perkembangan selanjutnya, mulailah terjadi dari praktek usaha yang menipu dan
ketidakseimbangan di antara pelaku usaha dan menyesatkan.” 223
konsumen. Dalam artiannya bahwa, pelaku Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8
usaha atau produsen semakin memperoleh Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
keuntungan terhadap hasil produksinya disebutkan bahwa: “Perlindungan Konsumen
terutama dalam produksi suatu jenis makanan adalah segala upaya yang menjamin adanya
tertentu, sedangkan konsumen malah berada kepastian hukum untuk memberi perlindungan
pada keadaan yang sebaliknya, yakni semakin kepada konsumen.” 3
mengalami kerugian dikarenakan Berbicara mengenai perlindungan konsumen
mengkonsumsi produk makanan yang berarti mempersoalkan mengenai jaminan
dihasilkan oleh para pelaku usaha/produsen ataupun kepastian mengenai terpenuhinya
tersebut. Ketidakseimbangan ini terjadi sejak perlindungan yang diberikan terhadap
pelaku usaha mulai berlaku curang terhadap masyarakat sebagai konsumen, dalam hal ini
hasil produksinya. konsumen yang mengkonsumsi suatu jenis
Produsen ataupun pelaku usaha seringkali produk makanan tertentu.
menghasilkan suatu produk makanan dengan Produk makanan merupakan salah satu hasil
tidak memperhatikan kualitasnya lagi, produksi yang memiliki resiko tinggi karena
melainkan hanya kuantitasnya saja. makanan dikonsumsi oleh masyarakat untuk
Pengurangan kualitas dilakukan oleh produsen kelangsungan hidupnya. Sebagaimana yang
maupun pelaku usaha untuk menghemat biaya telah disebutkan diatas, bahwa akhir-akhir ini
produksi yang dikeluarkan, sehingga mereka banyak beredar produk makanan yang sudah
dapat lebih meningkatkan kuantitas produksi kadaluwarsa. Penjualan makanan-makanan
produk makanannya dan dari itu mereka dapat kadaluwarsa tersebut dapat di temui di
memperoleh keuntungan finansial sebanyak- beberapa pasar-pasar tradisional, pasar-pasar
banyaknya. Selain itu, agar supaya hasil swalayan ataupun di tempat-tempat penjualan
produksi yang berlebihan itu tidak merugikan makanan lainnya. Jika konsumen
produsen maupun pelaku usaha karena belum mengkonsumsi makanan-makanan yang telah
semuanya terjual habis padahal sudah kadaluwarsa tersebut dapat membahayakan
mencapai pada batas kadaluwarsanya, jadinya kesehatan mereka, sehingga hal itu merupakan
mereka tetap mengedarkan suatu produk suatu kerugian bagi konsumen.
makanan yang telah kadaluwarsa tersebut, di “Ada dua jenis makanan yang beredar di
jual dengan harga yang lebih murah dan dapat pasaran, yaitu yang mencantumkan tanggal
dijangkau oleh konsumen walaupun mereka kadaluwarsa dan yang tidak mencantumkan
tahu bahwa produk tesebut sudah berada pada tanggal kadaluwarsa. Yang menyulitkan adalah
masa kadaluwarsanya dan dilarang untuk jika tidak ada tanggal kadaluwarsa dalam
diedarkan. Untuk memberikan kedudukan yang produk makanan yang dijual.” 44
seimbang antara konsumen dengan pelaku Kondisi dan fenomena seperti inilah yang
usaha dan agar konsumen tidak lagi dirugikan merupakan salah satu alasan yang
dan keduanya sama-sama saling diuntungkan mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan
maka dibentuklah suatu Hukum Perlindungan konsumen menjadi tidak seimbang dan
Konsumen oleh Pemerintah. Hukum konsumen selalu berada pada posisi yang
perlindungan konsumen ini berperan sebagai lemah. Pengetahuan konsumen yang sangat
sarana pelindung hak-hak konsumen atas awam terhadap apa yang dikonsumsinya
berbagai kecurangan-kecurangan hasil produksi membuatnya kesulitan untuk meneliti
yang dilakukan oleh pelaku usaha.
2
“Pengaturan mengenai perlindungan Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan Konsumen,
konsumen ini dilakukan dengan melindungi Mandar Maju, Bandung, 2000, hal.7.
3
Penjelasan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8
kepentingan konsumen pada khususnya, Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
meningkatkan kualitas barang dan pelayanan 4

jasa yang dikonsumsi oleh konsumen dan http://www.siwalimanews.com/post/peredaran_makanan


_kadaluarsa. (12/11/13-19.30)

83
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

sebelumnya mengenai keamanan dan terjadinya peredaran-peredaran suatu produk


keselamatan di dalam mengkonsumsi suatu makanan yang sudah kadaluwarsa yang dapat
produk makanan tersebut. membahayakan kehidupan manusia.
Kasus-kasus peredaran makanan yang tidak Upaya perlindungan konsumen tersebut
layak konsumsi memang tidak akan pernah tentunya juga memerlukan peranan
berhenti, karena banyak pihak pelaku pemerintah dalam melakukan penegakkan
usaha/produsen yang berusaha meraup hukum di bidang perlindungan konsumen.
keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa Adanya peranan pemerintah tentunya berperan
mempedulikan kerugian yang akan dialami penting terhadap pengawasan terhadap
konsumen. Konsumen pun menjadi objek dari tindakan-tindakan produsen yang seringkali
aktivitas bisnis untuk mendapatkan keuntungan berlaku curang terhadap konsumen.
yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha. Pemerintah pun yang dibantu oleh beberapa
Faktor utama yang menjadi kelemahan lembaga-lembaga perlindungan konsumen
konsumen adalah tingkat kesadaran dari terus-menerus berusaha dalam melakukan
konsumen akan hak-haknya sebagai konsumen upaya-upayanya untuk melindungi masyarakat
dan hal inilah yang sering dijadikan oleh para sebagai konsumen yang patut dilindungi.
produsen maupun pelaku usaha untuk
mendapatkan keuntungan sepihak. Untuk B. PERUMUSAN MASALAH
meningkatkan harkat dan martabat konsumen 1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum
maka perlu ditingkatkan kesadaran, terhadap konsumen berkaitan dengan
pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan pengedaran makanan kadaluwarsa serta
kemandirian konsumen untuk melindungi tanggung jawab pelaku usaha terhadap
dirinya serta menumbuhkembangkan sikap pengedaran makanan kadaluwarsa?
pelaku usaha yang bertanggung jawab. 2. Bagaimana peran pemerintah dan lembaga-
“Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 lembaga perlindungan konsumen terhadap
Tentang Perlindungan Konsumen dibuat dan peredaran makanan kadaluwarsa?
dimaksudkan untuk menjadi landasan hukum
yang kuat bagi Pemerintah, Lembaga C. METODE PENULISAN
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Penelitian ini bersifat yuridis normatif, oleh
(LPKSM) serta masyarakat untuk dapat karena didasarkan pada metode, sistematika,
melakukan upaya pemberdayaan konsumen dan pemikiran tertentu dengan tujuan
melalui pembinaan dan pendidikan mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum
55
konsumen.” tertentu dan menganalisisnya. Untuk
Pertanggungjawaban atas produk yang telah mendapatkan suatu data yang akurat dan yang
di perdagangkan ataupun yang telah saling berhubungan dengan permasalahan yang
didistribusikan ke masyarakat merupakan diteliti, maka penulis menggunakan metodologi
tanggung jawab dari produsen/pelaku usaha penelitian hukum normatif dengan pendekatan
yang memproduksi suatu produk (makanan). studi kepustakaan (library research) dengan
Keamanan atas suatuproduk makanan yang menggunakan bahan pustaka dan metode
ditawarkan kepada konsumen itu tidak boleh penelitiannya yaitu pengumpulan data dan
membahayakan jika dikonsumsi sehingga analisis data.
konsumen tidak akan dirugikan. Secara yuridis
normatif, semua peraturan tentang pemasaran PEMBAHASAN
produk makanan sudah memenuhi standar. A. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap
Tetapi dalam proses penegakannya, aturan- Konsumen Serta Tanggung Jawab Pelaku
aturan itu seringkali dilanggar atau tidak Usaha Terhadap Pengedaran Makanan
dilaksanakan secara konsekuen. Banyak bukti Kadaluwarsa
yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan Sebelum membahas lebih jauh lagi
mengenai pertanggungjawaban khususnya
1
5 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2010, untuk pengenaan ganti rugi/pemberian sanksi
Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, terhadap pelaku usaha yang mengedarkan
Jakarta, hal.181.

84
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

makanan kadaluwarsa, terlebih dahulu penulis dipergunakan/dipakai/dimanfaatkan oleh


436
akan menguraikan perbuatan-perbuatan yang konsumen.”
menjadi larangan bagi pelaku usaha, khususnya Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
yang berkaitan dengan pengedaran makanan 1999 tentang Perlindungan Konsumen memuat
kadaluwarsa yang tercantum dalam Pasal 8 tanggung jawab yang dibebankan terhadap
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang pelaku usaha, yaitu :
Perlindungan Konsumen, yaitu: 1. Pelaku usaha bertanggung jawab
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi memberikan ganti rugi atas kerusakan,
dan/atau memperdagangkan barang pencemaran dan/atau kerugian
dan/atau jasa yang: konsumen akibat mengkonsumsi barang
a. tidak memenuhi/tidak sesuai dengan dan/atau jasa yang
standar yang dipersyaratkan dan dihasilkan/diperdagangkan.
ketentuan peraturan perundang- 2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
undangan, ayat (1) dapat berupa pengembalian
b. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, uang atau penggantian barang dan/atau
keistimewaan/kemanjuran jasa yang sejenis/setara nilainya, atau
sebagaimana dinyatakan dalam label, perawatan kesehatan dan/atau
etiket/keterangan barang dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
jasa tersebut, ketentuan peraturan
c. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, perundang-undangan yang berlaku.
komposisi, proses pengolahan, gaya, 3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam
mode/penggunaan tertentu tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
sebagaimana dinyatakan dalam tanggal transaksi.
label/keterangan barang dan/atau 4. Pemberian ganti rugi sebagaimana
jasa tersebut, dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
d. tidak mencantumkan tanggal menghapuskan kemungkinan adanya
kadaluwarsa atau jangka waktu tuntutan pidana berdasarkan
penggunaan/pemanfaatan yang pembuktian lebih lanjut mengenai
paling baik atas barang tertentu, adanya unsur kesalahan.
2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan 5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada
barang yang rusak, cacat/bekas dan ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila
tercemar tanpa memberikan informasi pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
secara lengkap dan benar atas barang kesalahan tersebut merupakan kesalahan
dimaksud. konsumen.
3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan
sediaan farmasi dan pangan yang rusak, B. Peran Pemerintah Dan Lembaga-Lembaga
cacat/bekas dan tercemar, dengan/tanpa Perlindungan Konsumen Terhadap
memberikan informasi secara lengkap Peredaran Makanan Kadaluwarsa
dan benar. Untuk mengatasi maraknya peredaran
4) Pelaku usaha yang melakukan makanan yang sudah kadaluwarsa, Undang-
pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
dilarang memperdagangkan barang Kesehatan dalam Pasal 111 ayat (1)
dan/atau jasa tersebut serta wajib menyatakan bahwa: “Makanan dan minuman
menariknya dari peredaran. yang digunakan masyarakat harus didasarkan
Secara garis besar, larangan yang dikenakan pada standar dan/atau persyaratan
dalam Pasal 8 Undang-Undang tentang kesehatan”.507
Perlindungan Konsumen tersebut, yaitu:
“Larangan mengenai produk itu sendiri, yaitu 43
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Hukum
yang tidak memenuhi syarat dan standar yang tentang Perlindungan Konsumen, Gramedia Pustaka
layak untuk Utama, Jakarta, hal.39.
50
Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.

85
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

Beredarnya makanan kadaluwarsa atau Lembaga-lembaga perlindungan konsumen


dibuat dari bahan-bahan yang kadaluwarsa juga merupakan suatu wadah yang menangani
memang tidak lepas dari tanggung jawab kasus-kasus ataupun hal-hal yang berkenaan
Pemerintah dan lembaga-lembaga dengan konsumen. Lembaga-
perlindungan konsumen. Berdasarkan Undang- lembagaperlindungan konsumen sangat
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang berperan penting dalam kehidupan masyarakat.
Perlindungan Konsumen, masyarakat wajib Karena setiap konsumen berhak mendapatkan
mendapatkan perlindungan hak yang paling hak-haknya sesuai dengan ketentuan yang telah
asasi, yaitu mendapatkan informasi dan berlaku. Oleh karena itu, penting suatu
keamanan terhadap makanan yang dibeli di lembaga yang membantu konsumen dalam
pasaran. mendapatkan hak-haknya secara utuh.
Banyaknya kasus peredaran makanan “Berbicara tentang lembaga-lembaga
kadaluwarsa kemungkinan karena lemahnya perlindungan konsumen, di Indonesia terdapat
aspek pembinaan, pengawasan dan banyak lembaga-lembaga yang bergerak dalam
penegakkan hukum. Banyak orang yang perlindungan terhadap konsumen. Namun,
beranggapan bahwa satu-satunya yang dalam susunan formalnya lembaga-lembaga
berkewajiban memberikan perlindungan tersebut berada dibawah naungan Direktorat
konsumen atas masalah peredaran makanan Perlindungan Konsumen (Direktorat Jendral
kadaluwarsa adalah pemerintah dan lembaga- Perdagangan Dalam Negeri).”518
lembaga perlindungan konsumen saja. Lembaga-lembaga perlindungan konsumen
Anggapan ini tentunya tidak benar karena yang menjalankan tugas dan tanggung jawab
perlindungan konsumen tersebut sebenarnya terhadap penegakkan hukum serta
menjadi tanggung jawab semua pihak, yaitu: perlindungan bagi konsumen adalah sebagai
pemerintah, pelaku usaha, lembaga-lembaga berikut :
perlindungan konsumen dan konsumen itu
sendiri sebagai pemakai akhir dari suatu produk 1. Badan Pengawasan Obat-Obatan dan
makanan. Tanpa adanya andil dari kempat Makanan (BPOM)
unsur tersebut sesuai dengan fungsinya Salah satu instansi utama yang diberi tugas
masing-masing, maka tidaklah mudah untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap
mewujudkan kesejahteraan konsumen. peredaran makanan oleh produsen/pelaku
Pemerintah juga lembaga-lembaga usaha yaitu Badan Pengawasan Obat-obatan
perlindungan konsumen yang diberi wewenang dan Makanan (BPOM). Badan POM ini sendiri
khusus dalam melakukan pengawasan terhadap mempunyai peranan penting dalam
beredarnya suatu produk makanan harus penanggulangan makanan dan obat-obatan
senantiasa mengembangkan pemantauan dan yang sudah kadaluwarsa.
pengawasan terhadap produk makanan yang Selengkapnya mengenai tugas dan fungsi
beredar luas di masyarakat. Badan POM secara jelas diatur dalam Peraturan
Pemerintah dan lembaga-lembaga Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
perlindungan konsumen berdasarkan peraturan Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
perundang-undangan tertentu diberikan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
kewenangan untuk menyelidiki, menyidik, Pemerintah Non Kementerian, yaitu sebagai
menuntut dan mengadili setiap perbuatan berikut :
pidana yang memenuhi unsur-unsur dari Pasal 67:
norma-norma hukum yang berkaitan, yang “Badan POM mempunyai tugas
melanggar hukum perlindungan konsumen. melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
Pemerintah ini sendiri wajib memikirkan pengawasan obatdan makanan sesuai
berbagai kewajiban yang arahnya adalah untuk
melindungi masyarakat sebagai konsumen
dalam upaya untuk melindungi konsumen dari
situasi tersebut.
51
http://dhidckhi.blogspot.com/2011/06/peran-lembaga-
perlindungan-konsumen.html.(22/12/13-14.00)

86
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

dengan ketentuan peraturan perundang- “ 1. Melakukan pembinaan dan memberikan


undangan yang berlaku.” 529 informasi kepada masyarakat tentang
Ruang lingkup penyidikan tindak pidana makanan kadaluwarsa yang berbahaya
terhadap makanan, yaitu : melalui :
a. Pengedaran makanan kadaluwarsa. a. brosur/pamflet.
b. Memproduksi dan/atau mengedarkan b. penyebaran informasi yang
makanan mengandung bahan berbahaya. bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
c. Memproduksi, mengimpor dan/atau kabupaten/kota,
mengedarkan makanan tanpa izin edar. c. berpartisipasi dalam kegiatan
Dalam Keputusan Kepala Badan Pengawasan pameran-pameran dengan
Obat-obatan dan Makanan Republik Indonesia memberikan berbagai informasi
No.02001/1/SK/KBPOM/2001 tentang tentang makanan.
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan 2. Melakukan operasi penertiban di sarana
Obat-obatan dan Makanan, menyebutkan distribusi agen, pasar-pasar tradisional,
antara lain : supermarket/pasar-pasar swalayan, toko-
Pasal 341: toko dan warung-warung secara berkala,
“Melaksanakan kegiatan penyelidikan dan maupun dalam rangka memperingati
penyidikan terhadap perbuatan melawan hari-hari besar, seperti: Natal, Idul Fitri
hukum di bidang produk terapetik, narkotika, dan Tahun Baru.
psikotropika dan zat adiktif, obat tradisional, 3. Melakukan pemeriksaan terhadap
kosmetik, produk komplimen dan makanan industri makanan terutama industri
serta produk sejenis lainnya.”5310 rumah tangga secara berkala.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan 4. Melakukan proses penyidikan bagi
POM itu sendiri dalam rangka menanggulangi produsen/pelaku usaha yang diduga
peredaran makanan kadaluwarsa yang melakukan tindak pidana di bidang
mengandung zat berbahaya adalah sebagai makanan.” 5411
berikut :
1. melakukan pembinaan terhadap 2. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
produsen maupun pedagang makanan Masyarakat (LPKSM)
atas hasil produksi makanan yang layak “Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
untuk dikonsumsi, Masyarakat (LPKSM) adalah lembaga
2. melakukan pengawasan baik secara NonPemerintah yang terdaftar dan diakui oleh
langsung maupun tidak langsung Pemerintah yang mempunyai kegiatan
terhadap produsen dan pedagang menangani perlindungan konsumen.”
5512
makanan, LPKSM posisinya amat strategis dalam ikut
3. melakukan operasi penertiban di sarana mewujudkan perlindungan konsumen. Selain
produksi ataupun distributor makanan. menyuarakan kepentingan konsumen, lembaga
Untuk lebih memaksimalkan upaya-upaya ini juga memiliki hak gugat dalam kepentingan
yang dilakukannya, Badan POM selalu konsumen di Indonesia. Hak gugat tersebut
menindaklanjuti upaya tersebut dengan dapat dilakukan oleh lembaga konsumen yang
melakukan langkah-langkah penanggulangan telah memenuhi syarat, yaitu telah berbentuk
peredaran makanan yang sudah kadaluwarsa, badan hukum/yayasan yang dalam anggaran
yaitu sebagai berikut : dasarnya memuat tujuan perlindungan
konsumen. Gugatan oleh lembaga konsumen
hanya dapat diajukan ke Badan Peradilan
52
Pasal 67 Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
54
Kementerian. Share.pdfonline.com/../BAB%2520IV.htm. (22/12/13-
53
Pasal 341 Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat- 13.50)
55
obatan dan Makanan Republik Indonesia Pasal 1 angka (3) Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun
No.02001/1/SK/KBPOM/2001 tentang Organisasi dan Tata 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Kerja Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan. Masyarakat.

87
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

Umum (Pasal 46 Undang-Undang Nomor 8 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen


Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen). (BPSK) merupakan suatu badan/lembaga
LPKSM memiliki kedudukan strategis dan peradilanyang berfungsi menyelesaikan
merupakan mitra pemerintah dalam menangani permasalahan konsumen diluar pengadilan
perlindungan konsumen melalui pembelaan, secara murah, cepat dan sederhana. BPSK
pemberdayaan, maupun pengawasan terhadap berperan melaksanakan penanganan dan
barang dan jasa yang beredar di masyarakat. penyelesaian sengketa konsumen secara
Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang konsiliasi, mediasi dan arbitrase, memberikan
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsultasi perlindungan konsumen, melakukan
Konsumen dalam Pasal 44 ayat (2), dimana pengawasan terhadap pencantuman klausula
LPKSM memiliki kesempatan untuk berperan baku, melaporkan kepada penyidik umum,
aktif dalam mewujudkan perlindungan menerima pengaduan baik tertulis maupun
konsumen yaitu dengan membantu tidak tertulis, memanggil pelaku usaha yang
meningkatkan kesadaran konsumen akan hak- diduga telah melakukan pelanggaran,
haknya serta tidak hanya menerima memanggil dan menghadirkan saksi serta
pengaduan, tetapi juga melakukan upaya menjatuhkan sanksi administratif terhadap
advokasi langsung melalui jalur pengadilan. pelaku usaha yang melanggar.
“LPKSM diharapkan dapat menjadi alat Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 47
kontrol bagi produsen dalam meningkatkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
kualitas barang dan jasanya yang memenuhi Perlindungan Konsumen, BPSK bertujuan
aspek kesehatan, keamanan, keselamatan dan menyelesaikan sengketa antara konsumen dan
lingkungan (K3L) kepada konsumen.” 5613Dalam pelaku usaha, sehingga tercapai kesepakatan
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun diantara mereka mengenai bentuk dan
2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen besarnya ganti rugi dan/atau tindakan tertentu
Swadaya Masyarakat, tugas LPKSM meliputi untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau
kegiatan : tidak akan terulang kembali kerugian yang
“a) menyebarkan informasi dalam rangka diderita oleh konsumen. Jaminan dimaksud
meningkatkan kesadaran atas hak dan berupa pernyataan tertulis yang menerangkan
kewajiban dan kehati-hatian konsumen bahwa tidak akan terulang kembali perbuatan
dalam mengkonsumsi barang dan/atau yang telah merugikan konsumen tersebut.
jasa, Apabila konsumen merasa dirugikan atas
b) memberikan nasihat kepada konsumen kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian
yang memerlukannya, akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
c) melakukan kerja sama dengan instansi yang dihasilkan atau diperdagangkan oleh
terkait dalam upaya mewujudkan pelaku usaha, maka berdasarkan ketentuan
perlindungan konsumen, Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
d) membantu konsumen dalam tentang Perlindungan Konsumen, konsumen
memperjuangkan haknya, termasuk dapat menuntut ganti rugi. Atas tuntutan ganti
menerima keluhan/pengaduan konsumen, rugi yang dilakukan oleh konsumen, pelaku
e) melakukan pengawasan bersama usaha dapat memenuhinya dalam tenggang
Pemerintah dan masyarakat terhadap waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
pelaksanaan perlindungan konsumen.” 5714 Sebaliknya, apabila pelaku usaha menolak,
tidak memberikan tanggapan dan tidak
3. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen membayar ganti rugi seperti yang dituntut oleh
(BPSK) konsumen, maka konsumen dapat mengajukan
penyelesaian sengketanya terhadap pelaku
usaha melalui BPSK.
56
http://lpksm-purworejo.blogspot.com/2012/12/perlu-
kode-etik-lpksm-untuk-tegakkan.html. (22/12/13-14.25)
4. Badan Perlindungan Konsumen Nasional
57
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001 (BPKN)
tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat.

88
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

“Badan Perlindungan Konsumen Nasional non pemerintahan. “Yayasan Lembaga


(BPKN) dibentuk sebagai upaya untuk Konsumen Indonesia ini didirikan dengan
mengembangkan perlindungan konsumen, tujuan untuk membantu konsumen Indonesia
khususnya tentang perlindungan hak dan agar tidak dirugikan dalam mengonsumsi
kewajiban konsumen dan pelaku usaha, barang dan jasa.” 6217
pengaturan larangan-larangan bagi pelaku Keberadaan YLKI diarahkan pada usaha
usaha di dalam menjalankan bisnisnya, meningkatkan kepedulian konsumen atas hak
pengaturan tanggung jawab pelaku usaha dan dan kewajibannya dalam upaya melindungi
pengaturan penyelesaian sengketa dirinya sendiri, keluarga serta lingkungannya
perlindungan konsumen.” 6015 dan untukmeningkatkan martabat dan
BPKN mempunyai fungsi memberikan saran kepentingan konsumen.
dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam YLKI memusatkan kegiatannya untuk
upaya mengembangkan perlindungan melakukan pengawasan atas kualitas berbagai
konsumen di Indonesia. Dalam menjalankan barang dan jasa yang beredar di pasaran, yang
fungsinya tersebut, maka BPKN bertugas : sebagian besar masih belum memenuhi standar
“ 1) memberikan saran dan rekomendasi dan tidak layak untuk di konsumsi, termasuk
kepada Pemerintah dalam rangka didalamnya suatu pengedaran produk makanan
penyusunan kebijaksanaan di bidang yang sudah kadaluwarsa.
perlindungan konsumen, Secara garis besar, yang perlu di perhatikan
oleh Pemerintah dan Lembaga-lembaga
2) melakukan penelitian dan pengkajian Perlindungan Konsumen dalam melakukan
terhadap peraturan pengawasan produk makanan kadaluwarsa
perundang-undangan yang berlaku di untuk memberikan perlindungan, adalah
bidang perlindungan konsumen, sebagai tujuan dari Hukum Perlindungan
3) melakukan penelitian terhadap barang Konsumen, yaitu:
dan/atau jasa yang menyangkut 1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan
keselamatan konsumen, kemandirian konsumen untuk melindungi
4) mendorong berkembangnya lembaga diri;
perlindungan konsumen swadaya 2) Mengangkat harkat dan martabat
masyarakat, konsumen dengan cara menghindarkannya
5) menyebarluaskan informasi melalui dari akses negatif pemakaian barang
media mengenai perlindungan dan/atau jasa;
konsumen dan memasyarakatkan sikap 3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen
keberpihakan kepada konsumen, dalam memilih, menentukan dan menuntut
6) menerima pengaduan tentang hak-haknya sebagai konsumen;
perlindungan konsumen dari 4) Menciptakan sistem perlindungan
masyarakat, lembaga perlindungan konsumen yang mengandung unsur
konsumen swadaya masyarakat dan kepastian hukum dan keterbukaan
pelaku usaha, informasi serta akses untuk mendapatkan
7) melakukan survei yang menyangkut informasi;
kebutuhan konsumen.”6116 5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
mengenai pentingnya perlindungan
5. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia konsumen sehingga tumbuh sikap yang
(YLKI) jujur dan bertanggung jawab dalam
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia berusaha;
(YLKI) merupakan sebuah organisasi masyarakat 6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau
yang bersifat nirlaba.YLKI merupakan lembaga jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi produksi barang dan/atau jasa,
60
http://jerryleopard-jerry.blogspot.com/2012/04/hukum-
perlindungan-konsumen-badan.html.(22/12/13-14.45)
61
Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun
62
2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional. Ahmadi Miru, Op.cit, hal.95.

89
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan memerlukannya, serta bekerja sama dengan


keselamatan konsumen. instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen, membantu konsumen
PENUTUP dalam memperjuangkan haknya, termasuk
A. Kesimpulan menerima keluhan atau pengaduan konsumen,
1. Perlindungan hukum terhadap melakukan pengawasan bersama pemerintah
konsumen diatur dalam Undang- dan masyarakat terhadap pelaksanaan
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Perlindungan Konsumen dimana setiap Pemerintah dan Lembaga-lembaga
konsumen mempunyai hak atas Perlindungan Konsumen juga dituntut harus
keamanan dalam mengkonsumsi lebih proaktif dan antisipatif, bukan menunggu
barang dan/atau jasa dan hak atas telah muncul kasus ke permukaan akibat
informasi yang benar, jelas dan jujur keluhan konsumen baru mereka bertindak.
mengenai kondisi dan jaminan barang Selain itu, harus lebih tegas lagi dalam
dan/atau jasa. Setiap pelaku usaha memberikan sanksi terhadap pelaku usaha yang
yang mengedarkan produk makanan mengedarkan makanan kadaluwarsa serta lebih
yang sudah kadaluwarsa wajib meningkatkan lagi pengawasannya terhadap
bertanggung jawab secara mutlak atas peredaran suatu hasil produksi terutama
kerugian yang ditimbulkannya karena produk makanan.
hal tersebut merupakan suatu Bagi pelaku usaha, dalam mencari
perbuatan yang melanggar hukum dan keuntungannya memproduksikan suatu produk
kepentingan umum. Selain Undang- makanan, haruslah memenuhi standar/mutu
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang kualitas yang berlaku yang tidak merugikan
Perlindungan Konsumen, ada juga konsumen. Jangan hanya karena demi
beberapa peraturan pelaksana lainnya keuntungan yang besar, Pelaku Usaha
bahkan Peraturan Presiden yang mengedarkan produk makanan kadaluwarsa
mengatur tentang pelaksanaan yang nantinya hanya akan menimbulkan
perlindungan konsumen dan peraturan kerugian bagi masyarakat selaku konsumen.
mengenai pembentukan lembaga- Diharapkan agar konsumen lebih
lembaga dalam rangka perlindungan meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
konsumen. kepedulian, kemampuan dan kemandirian
2. Peran pemerintah sebagai pengayom konsumen untuk melindungi dirinya. Lebih
masyarakat, dan juga sebagai pembina berhati-hati dalam mengkonsumsi suatu produk
pelaku usaha dalam meningkatkan makanan dengan memperhatikan batas waktu
kemajuan industri dan perekonomian kadaluwarsa makanan tersebut serta
negara. Fungsi pengawasan terhadap memahami apa yang menjadi hak-haknya
produk pangan juga harus dilakukan sebagai konsumen. Untuk peningkatan
oleh pemerintah. Sikap yang adil dan kesadaran dan kewaspadaan konsumen,
tidak berat sebelah dalam melihat konsumen juga memiliki kewajiban untuk
kepentingan konsumen dan produsen membaca atau mengikuti petunjuk informasi
diharapkan mampu memberikan dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
perlindungan kepada konsumen. barang dan jasa, demi keamanan dan
keselamatan. Maka telitilah sebelum membeli
B. Saran dan mengkonsumsi suatu produk!
Bagi Pemerintah dan Lembaga-lembaga
Perlindungan Konsumen harus lebih berusaha DAFTAR PUSTAKA
untuk menyebarkan informasi dalam rangka Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen
meningkatkan kesadaran atas hak dan Indonesia. Grasindo. Jakarta.
kewajiban serta kehati-hatian konsumen dalam Miru, Ahmadi. 2013. Prinsip-Prinsip Perlindungan
Hukum Bagi Konsumen di Indonesia. Raja
mengkonsumsi barang dan jasa, memberikan
Grafindo Persada. Jakarta.
nasihat kepada konsumen yang

90
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

Miru, Ahmadi & Sutarman Yodo. 2010. Hukum Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2001
Perlindungan Konsumen. Raja Grafindo Persada. tentang Badan Perlindungan Konsumen
Jakarta. Nasional.
Citra Umbara. 2010. Kitab Undang-Undang Hukum Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001
Pidana. Citra Umbara. Bandung. tentang Lembaga Perlindungan Konsumen
Subekti, R., dan R, Tjitrosudibio. 1983. Kitab Swadaya Masyarakat.
Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Paramita. Jakarta. Larangan Praktek Monopoli dan
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Inggris-Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat-obatan
Jakarta. dan Makanan Republik Indonesia
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2011. Hukum No.02001/1/SK/KBPOM/2001 tentang Organisasi
Perlindungan Konsumen. Sinar Grafika. Jakarta. dan Tata Kerja Badan Pengawasan Obat-obatan
Nitisusantro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen dan Makanan.
Dalam Perspektif Kewirausahaan. Alfabeta. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Bandung. Pangan.
Rajagukguk, Erman. 2000. Hukum Perlindungan Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Konsumen.Mandar Maju. Bandung. Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Shofie, Yusuf. 2003. Penyelesaian Sengketa Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Konsumen Menurut Undang-Undang Pemerintah Non Kementerian.
Perlindungan Konsumen (UUPK). Citra Aditya http://www.siwalimanews.com/post/peredaran_ma
Bakti. Bandung. kanan_kadaluarsa.(12/11/13-19.30)
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. 2003. Hukum http://mawaddah-
Tentang Perlindungan Konsumen. Gramedia nurjannah.blogspot.com//makala-
Pustaka Utama. Jakarta. makanankadaluarsa.html. (12/11/13-19.40)
Tim Pengajar. Pengantar Ilmu Hukum. Fakultas http://bpskkotabandung.blogdetik.com/2008/07/21
Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado. /fungsi-dan-peranan-bpsk-dalam-penyelesaian-
Andi Hamzah. 2005. Kamus Hukum, Ghalia sengketa-konsumen. (23/12/13-09.00)
Indonesia. Jakarta http://dhidckhi.blogspot.com/2011/06/peran-
Soekidjo Notoatmojo. 2010. Etika dan Hukum lembaga-perlindungan-konsumen.html.
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. (22/12/13-14.00)
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. 2010. http://izhalruztam.blogspot.com//permasalahan-
Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi makanan-berkadaluwarsa.html. (14/11/13-
Pustaka, Jakarta. 20.25)
Purbacaraka. 2010. Perihal Kaedah Hukum, Citra http://jerryleopard-
Aditya, Bandung. jerry.blogspot.com/2012/04/hukum-
Komariah, SH, Msi, Edisi Revisi Hukum Perdata. perlindungan-konsumen-badan.html. 22/12/13-
2001. Universitas Muhammadiyah Malang. 14.45)
http://lpksm-
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang purworejo.blogspot.com/2012/12/perlu-kode-
Perlindungan Konsumen. etik-lpksm-untuk-tegakkan.html. (22/12/13-
Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 14.25)
tentang Perlindungan Konsumen. http://share.pdfonline.com/../BAB%2520IV.htm.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak (22/12/13-13.50)
Asasi Manusia. http://www.indosiar.com/ragam/makanan-
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kadaluwarsa_74597.html.(14/11/13-20.10)
Kesehatan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan No.
180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan
Daluwarsa.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001
tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.

91

Anda mungkin juga menyukai