Upaya Memutus Rantai Infeksi Pada Tahap Precaution Dan Pencegahan Hazard Kimia Serta Hazard Fisika
Upaya Memutus Rantai Infeksi Pada Tahap Precaution Dan Pencegahan Hazard Kimia Serta Hazard Fisika
nurazizahr1307@gmail.com
Latar belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari perlindungan bagi
tenga kerja yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja juga termasuk menjamin para pekerja
dan orang lain yang ada di lingkungan kerja tersebut agar selalu dalam keadaan sehat dan
selamat. Selama mereka dalam waktu dan berada di lingkungan kerja, para pekerja akan
menghadapi bebrapa risiko yang memungkinkan terjadinya kecelkaan kerja. Faktor penyebab
suatu kecelakaan dapat dibagi menjadi dua yaitu tindakan orang yang tidak mematuhi
keselamatan kerja (unsafe action) dan keadaan-keadaan lingkungan atau proses dan sistem
yang tidak aman.
Rumah sakit sebgai tempat kerja, tentu mempunyai risiko bahya kesehtan dan
keselamtan kerja baik yang terjadi langsung terhadap pekerja,pasien dan pengunjung pasien.
Rumah sakit sebagai penyedia layanan bagi kesehatan bagi masyarakat memiliki potensi
bahaya yang sangat besar. Potensi bahaya dirumah sakit tidak hanya terkena penyakit-
penyakit infeksi, selain itu juga ada potensi bahaya bahaya lain yang mempengaruhi situasi
dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (kebakaran, ledakan, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomik.
Metode
Hasil
Tahapan pertama dalam penerapan Hazard identification, Risk Analysis and Risk Control
adalah proses identifikasi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial dengan
menggunakan Job Safety Analysis (JSA) sehingga dalam mengidentifikasi bahaya yang
terdapat pada rumah sakit hewan prof. soeparwi. Identifikasi potensi bahaya pada rumah sakit
hewan prof. soeparwi dilakukan dengan membagi dalam 6 unit kerja yaitu grooming, bedah,
rawat inap, rawat jalan dan laboratorium.
Hasil penelitan di RSUD RAA Soewondo, Kelima komponen utama Standard Precautions
sudah disosialisasikan dan diterapkan di RSUD RAA Soewondo Pati namun hanya pada poin
Hand Hygiene, penggunaan APD, dan penanganan dari peralatan atau permukaan di
lingkungan pasien yang potensial terkontaminasi terkait dengan pengelolaan limbah yang
dapat diukur bagaimana penerapannya dilihat dari laporan hasil audit yang akan dijelaskan
pada bagian pembahasan.
Umur
Pendidikan
Pengetahuan
Gambar 1
30
25
20
15 Ada
Tidak Ada
10
0
Bising SuhuRuangan Panas Getaran Radiasi Penerangan
Hasil identifikasi bahaya fisika dapat dilihat pada gambar 1. Dari hasil penelitian Diagram
tersebut menunjukan bahwa potensi bahaya fisika yang paling besar adalah penerangan, hal
ini merupakan potensi yang paling berbahaya sebab dapat menyebabkan gangguan
penglihatan pada pegawai. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan untuk potensi bahaya
fisika diketahui bahwa ruangan instalasi farmasi sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan
dan peredam suara sehingga lingkungan kerja di instalasi farmasi tidak terlalu panas dan
bising. Lokasi instalasi farmasi yang jauh dari ruang radiologi mengurangi resiko potensi
bahaya yang disebabkan radiasi dan getaran.
Hazard Kimia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Gambar 2
35
30
25
20
15
10
5
0 Ada
e i Tidak
n n ur bu ia tik g is
la o
ta ali ksid
r k De im sta rin ed
r m O e p K o K e M
sH Fo M
iru an it s
ga up tilen up h pul atS ir up
t Ga
E r r
p ir hi Te m b S a
hiru e rh ir up T er a Tu n aO ir up A kib
r T rh ke rh
Te en er an
Te e rk T Te ak
T d
Le
n ya
di
erja
T
Hasil identifikasi bahaya kimia dapat dilihat pada gambar 2. Responden menjawab potensi
bahaya terhirup debu, terkena tumpahan zat kimia dan terhirup zat yang ada di sirup kering
lebih banyak daripada potensi bahaya yang lain seperti terhirup zat-zat kimia yang lain dan
ledakan yang terjadi akibat gas medis. Potensi bahaya kimia tersebut banyak terjadi pada saat
proses penyiapan sediaan farmasi4. Dari data bahan beracun dan berbahaya yang dimiliki
instalasi farmasi terdapat 12 item bahan yang harus dikelola penggunaan dan
penyimpanannya agar tidak menyebabkan kecelakaan kerja.
Pembahasan
Menurut Puspitasari (2010) Bahaya adalah sumber, situsi atau tindakan yang
berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasu dari semuanya.
Kurniawan (2008) mengatakan bahwa hazard adalah faktor-faktor intrinsik yang melekat
pada sesuatu berupa barang atau kondiis dan mempunyai potensi menimbulkan efek
kesehatan maupun keselamatan pekerjaserta lingkungan yang membeerikan dampak buruk.
Bahaya (hazard) adalah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (OHSAS
18001:2007). Secara umum terdapt 5 faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain yaitu
faktor bahaya biologi (ex: jamur,virus,bakteri,dll), faktor bahaya kimia (ex: gas,debu,bahan
beracun,dll.), faktor bahaya fisik?mekanik (ex: mesin,tekanan,dll), faktor bahaya biomekanik
(ex:posisi kerja,gerakan,dll), faktor bahaya sosial psikologis(ex:stress,kekerasan,dll).
Ndejjo (2005) menklasifikasikan bahaya menjadi 2 yaitu bahaya biologis dan bahaya
non-biologis. Yang termasuk bahaya biologis adalah luka/laserasi, luka terkait yang tajam,
kontak langusng dengan spesimen yang terkontaminasi/bahan biohazardous, bioteorisme,
yang ditularkan melalui darah patogen, penyakit infeksi/infeksi, penyakit udara penyakit
vektor yang ditangggung dan kontaminasi silang dari material kotor. Bahaya nonbiologis
dibagimenjadi bahaya fisik,psikososial, dan ergonomis. Contoh bahaya fisik termasuk slip,
perjalanan,jatuh, luka bakar,fraktur, radiasi dari sinar x, kebisingan dan radiasi nonionisasi.
Contoh bahaya psikososial adalah penyalahgunaan psikososial,seksual, dan verbal. Contoh
bahaya ergonomis adalah cedera muskulaoskeletal seperti nyeri otot/strain/terkilir.
Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya risiko bahaya di instalasi Farmasi Rumah
Sakit perlu dilakukan penilaian tingkat risiko yang ditimbulkan. Penilaian tingkat risiko dapat
dijadikan dasar untuk menentukan Tindakan pencegahan yang tepat.
Kejadian dengan resiko rendah perlu dilakukan investigasi sederhana dan diselesaikan
dengan pelaksanan standar prosedur operasional. Kejadian risiko sedang perlu dilakukan
investigasi oleh midle manajemen dengan melakukan penilaian dampak terhadap biaya dan
kelola risiko. Kejadian risiko tinggi perlu dibuat analisis akar masalah dan butuh
perhatianoleh midle manajemen untuk penyelesaian masalah. Sedangkan untuk kejadian
risiko sangat tinggi perlu dibuat analisis akar masalah dan tindakan segera oleh direktur untuk
penyelesaian masalah. Setelah dilakukan penilaian risiko dilakukan pengendalian lingkungan
kerja diantaranya pengendalian lingkungan dan pengendalian perorangan Program
pengendalian dapat meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
diantaranya pemeriksaan kesehatan , imunisasi, penyelarasan manusia dan alat kerja, training
keselamatan kesehatan kerja, pengobatan terhadap penyakit dan kecelakan akibat kerja dan
pelayanan yang diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah yang
telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan permanen, baik
sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari
Salah satu standar pencegahan infeksi adalah dengan penerapan universal precaution
yang telah telah dirancang oleh Centers for Desease Control and Prevention (CDC) pada
tahun 2007 sebagai pedoman kewaspadaan dan pencegahan transmisi penyebab infeksi di
fasilitas layanan kesehatan.5 Universal precaution merupakan bagian dari Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang penting dilaksanakan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lain.
Hasil observasi pendahuluan pada bulan April 2017 pada saat melakukan tindakan
invasif pemasangan infus dari 8 orang perawat 5 orang tidak melaksanakan sesuai prosedur
universal precaution, yaitu 3 orang tidak cuci tangan sebelum melaksanakan tindakan dan 2
orang perawat tidak menggunakan sarung tangan. Praktik perawat dalam menjalankan
prosedur tindakan yang dilakukan cepat dalam penanganan pasien sehingga universal
precaution terkadang tidak dikerjakan dengan benar.
Pada Tabel 1 yang merupakan hasil penelitian Haris Basuni,dkk tentang Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perawat Dalam Pelaksanaan Universal
Precaution Di RSUD Brebes, menunjukkan bahwa responden dengan umur dewasa awal
lebih banyak yang memiliki persepsi praktik baik (52%%) dibandingkan dengan yang
memiliki persepsi kurang (48%). Sedangkan responden dewasa madya lebih banyak memiliki
persepsi kurang (54%) dibanding dengan yang memiliki persepsi baik (46%).
Hubungan antara umur dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal
precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-
value sebesar 0,607 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel umur
dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi
(p>0,05). Nilai rho -0,045 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel umur dengan
prersepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah
sangat lemah dan hubungan bernilai negatif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut
bersifat terbalik sehingga jika nilai umur tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam
pelaksanaa universal precaution pencegahan infeksi menjadi rendah dan berlaku sebaliknya.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih
yang menyebutkan bahwa umur memiliki pengaruh bermakna terhadap kepatuhan perawat
melakukan cuci tangan dalam upaya pencegahan infeksi.
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden dengan sikap baik lebih banyak yang
memiliki persepsi praktik baik (75%) dibandingkan dengan responden yang memiliki
persepsi kurang (25%). Sedangkan responden yang memiliki sikap kurang lebih banyak yang
memiliki persepsi kurang (83%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi
baik (17%). Hubungan antara sikap dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan
universal precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan
nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel sikap
dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi
(p,0,05). Nilai rho 0,575 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel sikap dengan
persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah
kuat dan hubungan bernilai positif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat
searah sehingga jika nilai sikap tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan
universal precaution pencegahan infeksi juga tinggi. gahan infeksi juga tinggi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawati yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku kepatuhan perawat
dalam pencegahan infeksi luka operasi.
Kewaspadaan standar (Standard Precaution) yaitu kewaspadaan yang utama,
dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis,diduga terinfeksi atau
kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis,
sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis.Tenaga
kesehatan seperti petugas laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan lainnya
juga berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan kepatuhan
petugas tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi.
Diantara ke-11 komponen stdar precaution, 5 komponen utamanya yaitu hand hygiene,
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), praktik injeksi aman, penanganan dari peralatan atau
permukaan di lingkungan pasien yang potensial terkontaminasi dan respiratory hygiene /
etika batuk sudah diterapkan di RSUD RAA Soewondo Pati namun hanya pada poin Hand
Hygiene, penggunaan APD, dan penanganan dari peralatan atau permukaan di lingkungan
pasien yang potensial terkontaminasi terkait dengan pengelolaan limbah yang dapat diukur
bagaimna penerapannya dilihat dari lapora hasil audit tentang kepatuhan dalam melakukan
Hand Hygiene, kepatuhan dalam pengelolaan limbah, an kepatuhan dalam penggunaan APD
yakni sebgai berikut:
Penutup
Bahaya kerja pada lingkungan Rumah Sakit secara umum meliputi permukaan lantai
licin, tergores/tertusuk jarum suntik, kabel listrik berserakan, kontaminasi jamur/bakteri/virus
saat petugas melakukan tindakan dengan bersentuhan langsung dengan pasien tanpa
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), penggunaan produk-produk rumah sakit berbahan
kimia, kurangnya kebutuhan luas ruang kerja dan keluhan klien terkait pelayanan rumah
sakit.
Hasil analisis multivariate secara bersama-sama diketahui variabel yang berpengaruh
terhadap praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution adalah pengetahuan dan
sikap. Maka penting bagi pihak manajemen untuk melaksanakan pelatihan guna
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik perawat dalam pelaksanaan universal
precaution
Daftar Pustaka
Hidayah,W.F. (2019). Analisis Faktor Risiko dan Hazard Dalam Implementasi Keperawatan.
Bachelor Thesis. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diakses dari
http://repository.ump.ac.id/9327/3/Wulan%20Fatwa%20Hidayah%20BAB%20II.pdf