Anda di halaman 1dari 57

UNIT KESEHATAN PERORANGAN (UKP)

UPTD
PUSKES
PANDUAN
MAS PELAYANAN
LEBAKSI KLINIS
U
DR. BAMBANG SUNGKONO

DRG. ARDIANA FATMASARI

DR. FEBRIANTI TRIANINGRUM

UNTUK KALANGAN SENDIRI


DAFTAR ISI

Cover Depan ………………………………………………………… 1

Daftar Isi ………………………………………………………… 2

BAB I – Definisi ………………………………………………………….. 4

BAB II – Ruang Lingkup ………………………………………………………….. 5

BAB III – Tata Laksana ………………………………………………………….. 6

BAB IV – 10 Penyakit Terbanyak Unit Pelayanan Kesehatan Umum

dan Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut Pada Rawat Jalan …………… 9

4.1. Bronchitis …………………………………………………………… 9

4.2. Caries Dentin ………………………………………………………….. 11

4.3. Celphagia ………………………………………………………….. 12

4.4. Dermatitis ………………………………………………………….. 13

4.5. Gastritis ………………………………………………………….. 21

4.6. Gastroenteritis ………………………………………………………….. 22

4.7. Hipertensi …………………………………………………………… 24

4.8. Mialgia …………………………………………………………… 27

4.9. Nasofaring Akut …………………………………………………… 31

4.10. Pioderma …………………………………………………………… 35

2
BAB V – Garis Besar Kegawatdaruratan …………………………………………… 50

5.1. Triase …………………………………………………………………… 50

5.2. Tanda Vital ……………………………………………………………. 52

5.3. Airway – Breathing – Circulation ……………………………………. 53

5.4. Tersedak ……………………………………………………………. 57

5.5. Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa ……………………………. 63

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 67

3
BAB I

DEFINISI

Panduan Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Lebaksiu bertujuan untuk


memberikan acuan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan di UPTD
Puskesmas Lebaksiu dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Panduan ini diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan untuk dapat


meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di UPTD Puskesmas Lebaksiu, dengan cara :

1. Memberi pelayanan sesuai prosedural kepada pasien,


2. Menyediakan fasilitas pelayanan sesuai kebutuhan standar pelayanan,
3. Meningkatkan mawas diri untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan professional sesuai kebutuhan pasien dan lingkungan, serta
4. Mempertajam kemampuan sebagai gatekeeper pelayanan dalam menapis
penyakit dalam tahap dini untuk dapat melakukan penatalaksanaan secara
tepat sebagaimana mestinya layanan primer.

Dengan menggunakan panduan ini, diharapkan tenaga kesehatan di UPTD


Puskesmas Lebaksiu dapat :

1. Memiliki pedoman baku minimum dengan mengutamakan upaya maksimal


sesuai kompetensi dan fasilitas yang ada, dan
2. Memiliki tolak ukur dalam melaksanakan jaminan mutu pelayanan kesehatan.

4
BAB II

RUANG LINGKUP

Panduan Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Lebaksiu meliputi pedoman


penatalaksanaan terhadap penyakit terbanyak dan yang sering dijumpai di UPTD
Puskesmas Lebaksiu. Jenis – jenis penyakit mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinik
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Gigi, dan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 296/MENKES/SK/III/2008
tentang Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.

Panduan Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Lebaksiu sebagaimana


tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kebijakan pelayanan klinis Puskesmas Lebaksiu.

5
BAB III

TATA LAKSANA

Panduan ini memuat pengelolaan penyakit mulai dari penjelasan hingga


penatalaksanaan penyakit tersebut. Panduan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas
Lebaksiu disusun berdasarkan pedoman yang berlaku secara global yang dirumuskan
bersama para dokter di UPTD Puskesmas Lebaksiu.

Sistematika pada panduan ini, antara lain :

A. Judul Penyakit
1. Berdasarkan daftar penyakit terpilih di Standar Kompetensi Dokter Indonesia
2012, namun beberapa penyakit dengan karakteristik yang hampir sama
dikelompokkan menjadi satu judul penyakit.
2. Kode penyakit, dengan menggunakan ketentuan kode International
Classification of Disease (ICD) 10 yang merupakan kodifikasi yang dirancang
untuk fasilitas kesehatan. Kodifikasi dalam bentuk nomenklatur berdasarkan
sistem tubuh, etiologi, dan lain – lain.
3. Tingkat kompetensi berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
B. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan berisi pengertian singkat. Substansi dari bagian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan awal serta gambaran kondisi yang
mengarah kepada penegakkan diagnosis penyakit tersebut.
C. Hasil Anamnesis (Subjektive)
Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering
disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit
yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor risiko, riwayat
keluarga, riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian
ini. Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus

6
diperoleh tenaga kesehatan dari pasien atau keluarga pasien untuk menguatkan
diagnosis penyakit.
D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objektive)
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
spesifik mengarah kepada diagnosis penyakit. Meskipun tidak memuat rangkaian
pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter layanan primer untuk memastikan
diagnosis serta menyingkirkan diagnosis banding.
E. Penegakkan Diagnosis (Assessment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah menjadi
standar alogritma penegakkan diagnosis. Selain itu, bagian ini juga memuat
klasifikasi penyakit diagnosis banding dan komplikasi penyakit.
F. Rencana Penatalaksanan Komprehensif (Plan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada
pasien yang terbagi atas dua bagian yaitu penatalaksanaan non farmakologi dan
farmakologi. Selain itu, bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap
pasien dan keluarga, aspek komunitas lainnya serta kapan dokter perlu merujuk
(kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria TACC
( Time – Age – Complication – Cormobidity)

Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi


kronis atau melewati Golden Time Standard.
Age : jika usia pasien masuk ke dalam kategori yang
dikhawatirkan meningkatkan risiko komplikasi serta risiko kondisi penyakit
lebih berat.
Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi
pasien.

7
Cormobidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang
memperberat kondisi pasien

Selain empat kriteria di atas kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi
dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan
penatalaksanan dengan persetujuan pasien.

G. Sarana Prasarana
Bagian ini berisi komponen fasilitas pendukung spesifik dalam penegakkan
diagnosis dan penatalaksanaan penyakit tersebut. Penyediaan sarana prasarana
tersebut merupakan kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan.
H. Prognosis
Kategori prognosis sebagai berikut :
1. Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan.
2. Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau
fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
3. Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa.

Prognosis digolongkan sebagai berikut :

1. Sanam : sembuh
2. Bonam : baik
3. Malam : buruk
4. Dubia : ragu – ragu / tidak tentu

Untuk penentuan prognosis sangat ditentukan dengan kondisi pasien saat


diagnosis ditegakkan.

8
BAB IV

10 PENYAKIT TERBANYAK PADA UNIT PELAYANAN KESEHATAN UMUM DAN


PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1. BRONCHITIS
Masalah Bronchitis (bronchitis) adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran
Kesehatan udara ke paru – paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada
akhirnya akan sembuh sempurna, namun pada penderita yang memiliki
penyakit menahun dan pada usia lanjut, bronchitis bisa bersifat serius.
Bronkitis akut adalah peradangan pada bronkus yang disebabkan oleh
infeksi saluran napas yang ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak
berdahak) dan berlangsung hingga 3 minggu.
Diagnosis A. Anamnesis
(Anamnesis  Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) selama 2 -3 minggu.
,  Demam (biasanya ringan)
pemeriksaa  Rasa berat dan tidak nyaman di dada.
n fisik atau  Sesak nafas dan rasa berat bernapas.
penunjang)

B. Pemeriksaan
 Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest (diameter
anteroposterior dada meningkat)
 Fremitus taktil dada tidak ada
 Perkusi dada hipersonor
 Suara napas berkurang dengan ekspirasi panjang, terdapat ronki
basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk),
wheezing dengan berbagai gradasi dan krepitasi.
Tatalaksan a. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala – gejala tidak
a hanya pada fase akut dalam melaksanakan aktivitas sehari – hari
sesuai dengan pola kehidupannya.
b. Oksigenisasi pasien harus memadai
9
c. Istirahat yang cukup
d. Pemberian obat antitusif :
- Dekstromethorfan (DMP) : dewasa 15 mg , 2-3 kali sehari dan
untuk anak
- Codein : dewasa 10 mg, 3 kali sehari dan untuk anak
- Antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan, ibu menyusui dan anak
usia 6 tahun ke bawah.
- Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
e. Pemberian ekspektoran :
- Glyceryl Guaiacolate (GG) :
- Ambroksol :
f. Pemberian antipiretik :
- Paracetamol :
- Ibuprofen :
g. Pemberian bronkodilator :
- Salbutamol
- Aminophilin
- Obat – obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak
nafas atau rasa berat bernapas, sehingga obat ini tidak hanya
untuk obat asma.
- Efek samping pemberian bronkodilator, antara lain berdebar,
lemas, gemetar dan keringat dingin
h. Antibiotik :
- Antibiotik hanya digunakan jika dijumpai tanda – tanda infeksi
berdasarkan pemeriksaan dokter.
i. Terapi lanjutan : jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan
terapi hingga gejala menghilang paling sedikit 1 minggu.
Sarana a. Oksigen (bila perlu)
b. Obat – obatan
Prognosis Dubia ad bonam

Prognosis jangka panjang dan jangka pendek bergantung pada umur dan
10
gejala klinik waktu berobat.
Lain – Lain A. Diagnosis banding :
- Epiglottitis
- Bronkiolitis
- Influenza
- Sinusitis
- PPOK
- Faringitis
- Asma
- Bronkiektasis

B. Komplikasi :
- Bronkopneumoni
- Pneumonia
- Pleuritis
- Penyakit jantung rematik
- Hipertensi
- Bronkiektasis

C. Rencana tindak lanjut :


- Pasien kontrol kembali setelah obat habis, dengan tujuan
mengevaluasi modifikasi gaya hidup dan terapi yang diberikan.

D. Kriteria rujukan :
- Pada pasien dengan keadaan umum buruk

2. CARIES DENTIN
Masalah Caries dentin adalah
Kesehatan - Karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan karies dini yang
lapisan permukaannya rusak.
- Karies yang sudah berkembang mencapai dentin
- Karies yang umumnya terjadi pada individu yang disebabkan oleh
11
resesi gigi.
Diagnosis A. Anamnesis
(Anamnesis  Gigi terasa ngilu
,  Perubahan warna gigi
pemeriksaa  Permukaan gigi terasa kasar, tajam
n fisik atau  Terasa ada makanan yang mudah tersangkut
penunjang)

B. Pemeriksaan
 Pemeriksaan sodasi dan tes vitalitas gigi masih baik
 Pemeriksaan perkusi dan palpasi apabila ada keluhan yang menyertai
 Pemeriksaan dengan pewarnaan deteksi karies gigi (bila perlu)
Tatalaksan - Prosedur tergantung pada kondisi kedalaman dan bahan yang
a digunakan.
- Karies email :
1. Jika mengganggu estetika, ditumpat
2. Jika tidak mengganggu, recountouring (diasah), poles, ulas flour
untuk meningkatkan remineralisasi
- Bila dentin yang menutup pulpa telah tipis
- Semua perawatan yang dilakukan harus disertai edukasi pasien
(informasi penyebab, tatalaksana perawatan dan pencegahan)
- DHE : edukasi pasien tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat
gigi dan pastanya. Edukasi pasien untuk pengaturan diet.

Sarana Peralatan dan bahan :


- Dental unit lengkap
- Alat pemeriksaan standar
- Set alat ART
- Enamel Access Cutter, hatchet, carver, excavator spoon besar,
sedang dan kecil
- Bor untuk preparasi
- Bahan tumpat tergantung letak dan macam giginya

12
- Bahan pelapis dentin
- Alat poles
- Larutan flour
Prognosis Bonam
Lain – Lain A. Faktor penyulit
- Hipersaliva
- Letak kavitas
- Lebar permukaan mulut
- Pasien tidak kooperatif

B. Keberhasilan perawatan
- Klinis tidak ada keluhan, tidak terbentuk karies sekunder atau
kebocoran
- Pulp capping : klinis tidak keluhan, pemeriksaan radiografik terbentuk
dentinreparatif.
3. CELPHAGIA
Masalah Celphagia atau nyeri kepala merupakan gejala dari berbagai macam
Kesehatan penyakit ringan hingga berat. Nyeri kepala timbul sebagai hasil rangsangan
terhadap area di kepala dan leher yang peka terhadap nyeri.
Nyeri kepala diklasifikasikan sebagai nyeri kepala primer dan
sekunder.
- Nyeri kepala primer, disebabkan oleh fokus primer di kepala, yang
termasuk nyeri kepala primer : migraine, tension type headache,
cluster headache
- Nyeri kepala sekunder, berhubungan dengan faktor eksternal, seperti
yang disebabkan trauma kepala / leher, infeksi, kelainan homeostasis
dan lainnya.
Diagnosis Migrain Tension Type Cluster Vertigo
(Anamnesis Headache headache
, Anamnesa : Anamnesa : Anamnesa : Anamnesa :

pemeriksaa a. Serangan a. Serangan a. Durasi a. Nyeri

n fisik atau nyeri 4 – 72 nyeri 30 serangan kepala


jam menit – 7 15 – 180 berputar /
13
penunjang) b. Nyeri hari menit melayang /
moderat b. Episode b. Dapat goyang
sampai nyeri rata – berulang b. Tidak /
berat, pada rata 10 hingga 8x disertai
satu sisi episode dalam satu mual dan
kepala atau serangan per hari muntah,
kedua sisi. bulan c. Nyeri keringat
c. Nyeri c. Nyeri kepala dingin
berdenyut / tersebar hebat c. Ada / tidak
seperti secara difus d. Hidung gangguan
ditusuk (leher beringus pendengar
d. Nyeri belakang – e. Berkeringat an (tinnitus/
semakin bahu) dibagian tuli)
parah d. Nyeri wajah dan d. Ada / tidak
dengan dirasakan belakang gangguan
aktivitas fisik berat, pegal, kepala neurologik
e. Mual kencang f. Kelelahan fokal
dengan/tanp seperti diikat dan agitasi ( hemipare
a muntah di sekeliling selama sis,
f. Fotofobia / kepala serangan diplopia,
fonofobia e. Gangguan paresis
g. Nyeri kepala tidur fasialis)
mereda f. Konflik
secara psikologis Untuk BPPV :
bertahap (kecemasan a. Timbul
pada siang dan depresi0 mendadak
hari dan dan singkat
setelah b. Durasi 10 –
bangun tidur 30 detik
c. Dipengaruhi
perubahan
14
Migrain Tension Type Cluster Vertigo
Headache headache
Non Non a. Pemberian Non Farmakologi
farmakologi : farmakologi : oksigen :
a. Menghindar a. Penilaian b. Sumatriptan a. Latihan
posisi
i stimulantPemeriksaan
adanya : Pemeriksaan : vestibular
Pemeriksaan : Pemeriksaan :
sensoros kecemasan
a. Tanda vital /a. Tanda vital a. Pasien
Injeksi duduka. Pemeriksaa
berlebihan depresi
normal normal tegak di pinggir n umum
konjungtiva
b. Beristirahat b. Pemeriksaa
harus b. Pemeriksaan b. tempat tidur b. Pemeriksaa
Lakrimasi
di tempat n segera
neurologis neurologis c. dengan
Nasal kedua n neurologis
gelap dan dilakukan
normal normal tungkai
congestion
tenang b. Perubahan d. tergantung,
Rinorea
serta pola hidup dengan kedua
dikompres mata tertutup
dingin baringkan tubuh
c. Perubahan dengan cepat
pola hidup ke salah satu
Tatalaksan
sisi, pertahankan
a
selama 30 detik.
Setelah itu duduk
kembali. Setelah
30 detik,
baringkan

Sarana a. Alat pemeriksaan neurologis dengan cepat ke

b. Obat – obatan analgesic sisi lain.


Prognosis Pertahankan
Migrain Tension Type Cluster Vertigo
selama 30 detik,
Headache headache
lalu duduk
Dubia Bonam Dubia Dubia
kembali.
Lakukan latihan
Lain – Lain ini 3
Migrain Tension Type kali pada pagi,Vertigo
Cluster
Headache siang dan malam
headache
Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
hari masing-
rujukan : rujukan : rujukan : rujukan :
masing diulang 5
Jika migraine a. Bila nyeri Jika nyeri a. Tidak
kali serta
15
dilakukan selama
2 minggu atau 3
latihan pagi dan
sore
hari.

Farmakologi : Farmakologi : Profilaksis : Farmakologi :


terus berlanjut kepala kepala hebat terdapat
Pemberian a. Analgesik : - Ergotamine a. Antihistamin
dan tidak tidak dan berlanjut perbaikan
obat analgesic - Aspirin - Verapamil - Dimenhidrinat
hilang dengan membaik setelah
a. NSAID - Paracetamol - Kortikosteroid 25 – 50 mg,
pengobatan b. Bila pemberian
- Aspirin - Ibuprofen - Asam 4x1
analgesik disertai obat
- Paracetamo - Ketoprofen valproat - Betahistin Hcl
dengan b. Vertigo
l - Asam 8 – 24 mg,
depresi vestibular
- Ibuprofen mefenamat 3x1
berat tipe sentral
b. Jika tidak - Natrium b. Kalsium
harus
berespon diclofenak antagonis
segera
terhadap - Cinnarizine
dirujuk
NSAID b. Antidepresa 15 – 30mg,
- Sumatriptan n 3x1
c. Preventif : - Amitriptilin 4. DERMATITIS
Masalah
- Propanolol Dermatitis Atopik Dermatitis Numularis Dermatitis Seboroik
Kesehatan Peradangan kulit Dermatitis berbentuk Kelainan kulit yang
40 – 240
berulang dengan lesi koin atau lonjong, didasari oleh fakto
mg/hari
disertai gatal. berbatas tegas, dengan konstitusi, berhubungan
- Amitriptilin
Umumnya terjadi efloresensi berupa erat dengan kelenjar
10 – 200
selama masa bayi dan papulovesikel. sebasea.
mg/hari
anak – anak dan
- Valproat
berkaitan dengan
500 – 1000
riwayat atopi keluarga.
mg/hari
- Verapamil
80 – 640
mg/hari Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Liken Simpleks Kronik
Alergi Iritan
Reaksi peradangan kulit Reaksi peradangan kulit Kelainan kulit berupa
imunologik karena non imunologik, terjadi peradangan kronis,
reaksi hipersensitivitas secara langsung tanpa sangat gatal, berbentuk
berupa allergen, didahului oleh proses sirkumskrip dengan
berlangsung 2 – 3 sensitisasi tanda kulit menebal,
16
Dermatitis
Dermatitis Atopik
Atopik Dermatitis
Dermatitis Numularis
Numularis Dermatitis
Dermatitis Seboroik
Seboroik
Anamnesa
a. Modifikasi
: gaya Anamnesa
a. Pasien : menghindari Anamnesa
a. Pasien :
- Gatal / pruritus
hidup - Bercak
faktor merah
yang - Bercak merah dan
memperhatikan
- Hilang
Menemukan timbul
faktor basah dan sangat
memprovokasi kulit kasar
faktor predisposisi :
sepanjang
risiko hari, gatal
seperti stress dan - Ketombe emosional,
stress pada kulit
minggu. Bila terjadi menonjol menyerupai
terutama
- Menghindari malam
bahan - fokusKeluhan infeksisering di kepala tidur dam
kurang
pajanan ulang dengan kulit batang kayu akibat
gatal
iritan dirasakan kambuh
organ lain - Keropeng
diet berbau
allergen yang sama garukan dan gosokan
hebat
- Memakai sabun b. - Farmakoterapi
Faktor risiko tidak sedap dan
gejala klinis timbul 24 – berulang.
- dengan pH netral & -  Topikal
Riwayat psikososial Pria (2x sehari) b. gatal :
Topikal
48 jam.
- pelembab
Riwayat alergi
Diagnosis  Usia 55-65 tahun
Kompres terbuka - Bayi : asam salisilat
Riwayat kebersihan
- Menjaga
(Anamnesis alergi  Riwayat larutan
dengan trauma
PK 3% dalam minyak
, keluarga
pakaian fisis dan kimia
1/10.000 kelapa atau
- Menjaga kebersihan
pemeriksaa  Riwayat dermatitis3
menggunakan kompres minyak
diri atau
n fisik kontak kasa
lapis alergi bersih hangat 1x/hari
- Menghindari
penunjang) stress  Riwayat
selama infeksi
15-20 - Dewasa :
Tatalaksan
psikis kulit
menitsebelumnya
untuk lesi Lesi di kepala,
a- Menghindari  Stress emosional
basah/madidansa sampo selenium
pembersih yang  sampai
Minum mengering
minuman sulfide 1,8 atau
mengandung Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak
beralkohol desonid
Dilanjutkan ketokonazolLiken 2% Simpleks Kronik
Pemeriksaan : Pemeriksaan :
Alergi Pemeriksaan :
antibakteri krim 0,05% atauIritan sampo
a. Menghindari
a. Status lokalis a. Statusbahan a. Menghindari
lokalis bahan-
a. Status a. : Antipruritus
lokalis
fluosinolon Lesi di badan,
- Perabaan kering yang - Lesi akut : vesikel, - Papul sampai Hidroksisin
bersifat bahan yang bersifat - plak 10-50
b. Farmakoterapi asetonid 0,025% desonid krim 0,05%
- Pucat / redup allergen. papul, iritan
berbentuk eritema mg
- Topikal (2xsehari) selama 2 minggu atau fluosinolon
- Terdapat b. papul,Topikal koin, b. Topikal - Skuama berminyak
eritematosa, - CTM 4 mg, 2x1
 Lesi di kulit  Lesi likenifikasi dan asetonid krim
- Pelembab
likenifikasi, eritema, krim
sedikit - Pelembab
edema, krim
kekuningan b. Glukorkortikoid
kepala : desonid hiperpigmentasi : 0,025% selama
erosi, hidrofilik
eksoriasi, urea 10%
batas tegas hidrofilik urea 10% -
- Berbatas tidak tegas Betametason
krim 0,05% atau betametason maksimal 2 minggu
eksudasi dan - krusta
Kortikosteroid
- Tanda : eksudasi, - Kortikosteroid- Cradle :cap (krusta dipropionat 0,05%
fluosinolon valerat krim 0,1% Inflamasi berat,
b. Predileksi desonid krim 0,05%
mengering desonid krim
menjadi 0,05%
kotor dan berbau) 1-3x/hari
asetonid 0,025% atau mometason betametason
- Bayi : dahi, atau pipi, fluosinolon
krusta kekuningan atau fluosinolon - Metilprednisolon
selama 2 furoat krim 0,1% valerat krim 0,1%
pergelangan asetonid - Jumlah krim lesi asetonid
bisa b. Predileksi krim : aseponat 0,1% 1-
minggu - Jika disertai infeksi
tangan, tungkai0,025%
dan lebih dari satu0,025% dan - Kepala 2x/hari
 Lesi likenifikasi - Sistemik jamur, krim
lutut - DKA dengan
tersebar - DKI
dengan - Dahi dengan - Mometason furoat
dan  CTM sesuai dosis ketokonazol 2%
- Anak : lipat likenfikasi
siku, ukuran dan likenfikasi
bervariasi. - Belakang dan 0,1% 1x/hari
telinga
hiperpigmentasi  Loratadin 1x10
lipat lutut, hiperpigmentasi
leher, b. Predileksi : hiperpigmentasi dan leher:
: betametason mg/hari c. Oral sistemik :
betametasonTungkai
dahi, wajah, tangan valerat betametason
bawah, - Alis valerat
mata
valerat krim  Cetirizine 1x1 - Antihistamin
- Dewasa : lipatkrim siku, 0,1%badan, atau krim
lengan, 0,1%
- Kelopak ataumata
0,1% atau sedative ,
lipat lutut, leher, punggung tangan 17 - Lipat nasolabial
mometason - Jika ada infeksi hidroksisin 2x1 tab
dahi, wajah, tangan - Lipat bawah
furoat krim 0,1% bacterial, diberikan - Loratadin 1x10 mg /
payudara
- Lipat paha

Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Liken Simpleks Kronik


Alergi mometason furoat Iritan mometason furoat
Anamnesa : Anamnesa : Anamnesa :
Dermatitis Atopik Dermatitis Numularis Dermatitis Seboroik
krim 0,1% krim 0,1%
Bonam,
Kriteria
Bergantungrujukan
dapat terkendali
: pada Kriteria
Dubia
Bergantung rujukan
ad bonam :
pada bila Kriteria
sifat Bonam
a. Gatal rujukan : pada
sekali
- Pada kasus infeksi - Pada kasus infeksi
dengan
a. Dermatitis
keparahan pengobatan
atopik a.kelainan
dermatitis. Apabila beratkelainan
iritan. dan Apabilakulit, tidakterutama
ada
sekunder, sekunder,
pemeliharaan.
a. luas
Gataldan berat denganIritanpenyulitmembaik
- tidak kuat perbaikan
malam haridengan atau
pemberian antibiotic pemberian antibiotic
b. Dermatitis
Bercak kemerahan atopik dengan
memberikan gejala tatalaksana
pengobatan standar
waktu istirahat
topikal topikal
c. rekalsitran
Riwayat kontak/ topical
akut standar b. Sulit ditahan untuk
c. Sistemik c. Sistemik
dependent
dengan bahan yang b.- Apabila
steroid Iritan diduga
lemah tidak digaruk sampai
- Antihistamin - Antihistamin
c. Bila diperlukan tes
berhubungan memberikan gejala
terdapat faktor luka baru gatal
sedatif : hidroksisin sedatif : hidroksisin
uji tusuk
dengan riwayat kronis lain
penyulit hilang sementara
2x1 2x1
d. Bila gejala
pekerjaan, atau a. Perasaan gatal
hobi tidak
- Loratadine 1x10 - Loratadine 1x10
membaik
pemakaianselama obat – 4 b. Bercak kemerahan
mg/ hari mg/ hari
minggu
obatan pada daerah
- Cetirizine 1x1 - Cetirizine 1x1
d. Bila
e. meluas
Riwayat sampai
alergi di terkena kontak
- CTM sesuai dosis - CTM sesuai dosis
eritoderma
keluarga bahan iritan
c. Terasa pedih,
panas, terbakar
Pemeriksaan
Sarana Pemeriksaan
Obat – obatan Pemeriksaan
Tergantung Senterpada Berdasarkan penyebab a. Lesi biasanya
kondisi akut atau kronis. dan pengaruh faktor tunggal, dapat lebih
Prognosis dan
Lokasi pola tertentu. dari satu
kelainan kulit penting - Makula hiperemis, b. Predileksi dapat
diketahui Dermatitis
untuk - Kontak
Skuama Dermatitis Kontak Liken
dimana saja Simpleks Kronik
yang
mengidentifikasi Alergi
- Papul/ vesikel/Iritan mudah dicapai
Bonam Bonam Bonam
kemungkinan pustule tangan
penyebabnya. - Fisur c. Awalnya lesi berupa
eritema dan edema
Lain – Lain atau kelompokan
papul, bagian
Dermatitis Kontak tengah
Dermatitis Kontak menebal,
Liken Simpleks Kronik
Alergi Iritan kering, berskuama,
Kriteria rujukan Kriteria rujukan serta Kriteria rujukan
pinggirnya
18 mengalami
hiperpigmentasi
a. Apabila dibutuhkan c. Apabila dibutuhkan Rujukan dilakukan
patch test patch test dengan tujuan untuk
b. Apabila tidak d. Apabila tidak mengatasi penyebab
membaik dalam 4 membaik dalam 4 lain yang mendasari
minggu pengobatan minggu pengobatan dengan berkonsultasi
standard dan sudah standard dan sudah kepada psikiatri atau
menghindari kontak menghindari kontak. spesialis kulit

5. GASTRITIS
Masalah Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
Kesehatan lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi
bakteri atau bahan iritan lain.
Diagnosis Anamnesa :
(Anamnesis a. Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas
, b. Mual muntah
pemeriksaa c. Perut kembung
n fisik atau d. Riwayat pola makan yang tidak baik
penunjang) e. Faktor risiko yang menyertai : usia lanjut, penyakit lain (HIV/AIDS,
autoimun, refluks empedu, chron disease), stress, alkoholisme

Pemeriksaan :
a. Nyeri tekan epigastrium
b. Bising usus meningkat
c. Bila terjadi inflamasi berat, ditemukan perdarahan saluran cerna
(hematemesis dan melena)
Tatalaksan a. Menghindari pemicu terjadinya keluhan
a - Pola makan teratur
- Menghindari makanan yang meningkatkan asam lambung : kopi, the,
makan pedas, kol
b. Pemberian obat – obatan
- H2 bloker diberikan 2x/hari( ranitidin 150 mg/kali, simetidin 400-

19
800mg/kali)
- PPI diberikan 2x/hari (omeprazole 20mg/kali, lansoprazole 30mg/kali)
- Antasida dosis 3x 500-1000mg / hari
Sarana Obat – obatan
Prognosis Bonam dan dapat terjadi kekambuhan
Lain – Lain Kriteria rujukan :
a. Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan
b. Terjadi komplikasi
c. Terjadi alarm symptoms (perdarahan, berat badan menurun 10% dalam
6 bulan dan mual muntah berlebihan)

Komplikasi :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus peptikum
c. Perforasi lambung
d. Anemia
6. GASTROENTERITIS
Masalah Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus
Kesehatan halus yang ditandai dengan diare, yaitu buang air besar (BAB) lembek atau
cair, dapat bercampur dengan darah atau lender, dengan frekuensi 3 kali
atau lebih dalam waktu 24 jam dan disertai muntah, demam, rasa tidak
enak perut dan menurunnya nafsu makan.
Penyebab gastroenteritis antara lain infeksi, malabsorbsi, keracunan
atau alergi makanan dan psikologis penderita.
Diagnosis Anamnesa :
(Anamnesis a. Diare
, b. Rasa tidak nyaman di perut ( kembung / nyeri )
pemeriksaa c. Mual, muntah
n fisik atau d. Riwayat makan makanan sebelumnya
penunjang) e. Riwayat higienitas
f. Riwayat intoleransi laktosa
g. Riwayat infeksi lain (HIV atau IMS)

20
Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan derajat dehidrasi

b. Pemeriksaan colok dubur dianjurkan dilakukan pada semua kasus


diare dengan feses berdarah, terutama pada usia > 50 tahun dan
perlu dilakukan identifikasi penyakit komorbid.

Tatalaksan a. Pemberian cairan dan diet adekuat


a b. Pemberian obat antidiare :
- Turunan opioid : loperamid ( tidak diberikan pada pasien disentri),
dosis
- Obat mengeraskan tinja :
Attapulgite : dewasa 4x2 tablet / hari
21
Smectite : 3x1 sachet
- Obat anti sekretorik :
Hidrasec 3x1 /hari
c. Pemberian antimikroba
- Golongan kuinolon : ciprofloxacin 2x500 mg/hari
- Kotrimoxazole 2x1 tablet/hari
- Metronidazole 3x500 mg / hari
d. Terapi probiotik dapat mempercepat penyembuhan diare akut
e. Pemberian Zink
f. Pemberian oralit
Sarana a. Obat – obatan
b. Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, widal, feses (jika ada)
Prognosis Dubia ad bonam
Lain – Lain Kriteria rujukan :
a. Tanda dehidrasi berat
b. Terjadi penurunan kesadaran
c. Nyeri perut signifikan
d. Pasien tidak dapat minum oralit
e. Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas pelayanan
7. HIPERTENSI
Masalah Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik
Kesehatan lebih dari ≥140 mmHg dan atau diastolic ≥90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan
komplikasi, seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal.
Diagnosis Anamnesa :
(Anamnesis Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala
, a. Sakit kepala
pemeriksaa b. Gelisah
n fisik atau c. Jantung berdebar
penunjang) d. Leher kaku
e. Penglihatan kabur
f. Rasa sakit di dada
22
g. Mudah lelah
h. Impotensi
i. Faktor risiko, antara lain : pola makan, konsumsi alcohol, aktivitas
kurang, kebiasaan merokok, obesitas, dyslipidemia, diabetes mellitus,
stress

Pemeriksaan :
Pada pasien dengan hipertensi wajib diperiksa status neurologis, akral dan
pemeriksaan jantung (JVP, batas jantung dan ronkhi)

Penunjang :
a. Urinalisis (jika ada) : proteinuria / albuminuria
b. Tes gula darah (jika ada)
c. Tes kolesterol (jika ada)
d. Ureum kreatinin (jiika ada)
e. EKG (jika ada)
f. Foto toraks (jika ada)
Tatalaksan Alogritma Tatalaksana Hipertensi
a

23
A. Modifikasi gaya hidup

24
B. Obat antihipertensi
Pemberian obat antihipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Control pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
a. Hipertensi tanpa compelling indication
1. Hipetensi stage 1 dapat diberikan :
- Golongan diuretic : HCT 12,5 – 50 mg / hari atau furosemide 2 x
20 – 80 mg/hari) ATAU
- Penghambat ACE : captopril 2x 25 – 100 mg/hari atau enalapril
1-2 x 2,5-40 mg/hari ATAU
- Penyekat reseptor beta : atenolol 25 – 100 mg/hari dosis

25
tunggal ATAU
- Penghambat kalsium : diltiazem 1x 180-420 mg/hari atau
amlodipine 1x 2,5 -10 mg/hari atau nifedipin 30-60 mg/hari)
ATAU kombinasi
2. Hipertensi stage 2 dapat diberikan kombinasi 2 obat :
- Diuretik dengan ACEI
- Diuretik dengan CCB
- Diuretik dengan BB

Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat
diberikan kombinasi 2 obat.
Pemilihan antihipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dan
sebaiknya pilih obat yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali
sehari..

b. Hipertensi compelling indication

Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau


26
ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapain (kondisi
untuk merujuk ke spesialis)

Sarana a. Obat antihipertensi


b. Laboratorium
c. EKG
d. Radiologi
Prognosis Bonam apabila terkontrol
Lain – Lain Kriteria rujukan
a. Hipertensi dengan komplikasi
b. Resistensi hipertensi
c. Krisis hipertensi
8. MIALGIA DAN ARTRITIS
Masalah Mialgia / nyeri otot merupakan istilah untuk suatu gejala yang disebabkan
Kesehatan berbagai kelainan dan kondisi medis. Penyebab yang paling sering
disebabkan oleh ketegangan otot yang berlebihan.
Sedangkan artritis merupakan peradangan dan pembengkakan di daerah
persendian. Artritis dapat berupa osteroartritis (OA) atau artritis rheumatoid
(AR).

Polimialgia Reumatik Artritis Reumatoid Osteoartritis


Sindrom klinis dengan Penyakit autoimun Penyakit sendi
penyebab yang tidak ditandai dengan degenerative yang
diketahui, terdapatnya sinovitis berkaitan dengan
mempengaruhi usia erosive simetrik kerusakan kartilago
lanjut. terutama mengenai sendi.
jaringan persendian

Diagnosis
(Anamnesis Polimialgia Reumatik Artritis Reumatoid Osteoartritis
, Anamnesa : Anamnesa : Anamnesa :

pemeriksaa a. Nyeri dan kekakuan a. Prodromal: lelah, a. Nyeri sendi


bahu dan pinggul anoreksia,seluruh b. Hambatan gerak
27
n fisik atau b. Kekakuan setelah tubuh terasa lemah sendi
penunjang) periode istirahat berlangsung c. Kaku pagi hari
serta kekakuan pagi berminggu hingga d. Krepitasi
hari lebih dari 1 jam berbulan – bulan e. Pembesaran sendi
b. Spesifik : mengenai f. Perubahan gaya
beberapa sendi jalan
(poliartikular)
terutama sendi PIP,
sendi MCP,
pergelangan tangan,
lutut dan kaki
c. Sinovitis : bengkak,
nyeri, gerakan
terbatas, kekakuan
pagi hari > 1jam
d. Ekstraartikular :
episkleritis, nyeri
tenggorok, nyeri
menelan, nyeri
dada, anemia
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
a. Penampilan lelah a. Artikular : pada > 3 a. Hambatan gerak
b. Pembengkakan sendi terutama b. Krepitasi
ekstremitas distal sendi tangan, c. Pembengkakan
dengan pitting simetris, imobilisasi sendi, asimetris
edema sendi, pemendekan d. Tanda peradangan
c. Kekuatan otot otot, deformitas sendi
normal sendi tangan e. Deformitas sendi
d. Nyeri pada bahu b. Ekstaartikular : permanen
dan pinggul dengan - Kulit : nodul f. Perubahan gaya
gerakan rheumatoid berjalan

28
e. Sinovitis transient - Soft tissue
pada lutut, rheumatism : frozen
pergelangan tangan shoulder, carpal
dan sendi tunnel syndrome
sternoklavikula - Mata :
keratokonjungtivitis
- Sistem respirasi
- Sistem
kardiovaskular
Kriteria diagnostik Kriteria diagnostic,
a. Usia ≥50 tahun diperlukan 4 dari 7
b. Laju endap darah ≥ kriteria dan diderita
40 mm/jam selama 6 minggu.
c. Nyeri bertahan a. Kaku pagi > 1 jam
selama ≥ 1 bulan, b. Artritis pada
pada leher, bahu, sekurangnya 3 sendi
korset panggul c. Artritis pada sendi
d. Kekakuan pagi pergelangan
berlangsung ≥1 jam tangan , MCP, dan
e. Respon cepat PIP
terhadap prednisone d. Artritis yang simetris
f. Tidak ada penyakit e. Nodul rheumatoid
lainnya yang f. Faktor rheumatoid
menyebabkan serum positif
gejala g. Gambaran
muskuloskeletal radiologic spesifik
h. LED dan CRP
meningkat
i. Analisis cairan sendi
terdapat gambaran
inflamasi ringan-

29
sedang.

Tatalaksan Alogritma untuk tatalaksana nyeri otot/sendi


a

Polimialgia Reumatik Artritis Rheumatoid Osteoartritis


a. Prednison dengan a. Pasien diberikan a. Modifikasi gaya
dosis 10-15 mg/hari informasi untuk hidup
kemudian dapat memproteksi sendi, b. Pemberian NSAID
diturunkan secara dengan - Diklofenak 50-100
bertahap dengan menggunakan mg 2x1
dosis 5-10 mg/hari, decker. - Meloksikam 7,5-15
harus dilanjutkan b. Pemberian NSAID mg/hari
30
selama minimal 1 - Diklofenak 50-100 - Celecoxib 200-400
tahun untuk mg 2x1 mg/hari
meminimalkan risiko - Meloksikam 7,5-15
kambuh mg/hari
b. Obat NSAID - Celecoxib 200-400
- Ibuprofen mg/hari
- Asam mefenamat c. Pemberian
- Meloksikam prednisone atau
- Piroksikam metilprednison dosis
- Diklofenak rendah
c. Modifikasi gaya d. Fisioterapi,
hidup dalam aktifitas tatalaksana okupasi
fisik

Sarana Obat – obatan

Prognosis
Polimialgia Reumatik Artritis Rheumatoid Osteoartritis
Dubia ad bonam, Dubia ad bonam, Dubia ad bonam
tergantung ada/tidaknya tergantung perjalanan
komplikasi penyakit dan
penatalaksanaan
selanjutnya.

Lain – Lain
Polimialgia Reumatik Artritis Rheumatoid Osteoartritis
Kriteria rujukan : Kriteria rujukan : Kriteria rujukan :
Setelah ditegakkan a. Tidak membaik Bila ada komplikasi dan
dugaan diagnosis, dengan pemberian komorbiditas
31
pasien dirujuk ke obat anti inflamasi
spesialis penyakit dalam dan steroid dosis
rendah
b. RA dengan
komplikasi
c. Rujukan
pembedahan jika
terjadi deformitas

9. NASOFARING AKUT
Masalah
Kesehatan Influenza Faringitis
Influenza adalah penyakit menular Peradangan dinding faring yang
disebabkan oleh virus influenza, yang disebabkan oleh virus, bakteri, alergi,
menyerang saluran napas atas dan dan lainnya.
paru – paru.

Tonsilitis Rhinitis Akut


Peradangan tonsil palatine. Peradangan pada mukosa hidung
Pada umumnya diderita oleh anak yang berlangsung akut (<12 minggu),
berusia 3 – 10 tahun dan remaja. sering ditemukan karena manifestasi
dari rhinitis simpleks (common cold),
influenza, penyakit eksantem, serta
sekunder dari iritasi lokal.

Diagnosis
(Anamnesis Influenza Faringitis
, Anamnesa Anamnesa

pemeriksaa a. Demam a. Nyeri tenggorokan, sakit menelan

n fisik atau b. Bersin b. Batuk


c. Batuk c. Demam
32
penunjang) d. Sakit tenggorokan d. Lemas
e. Pilek, hidung meler e. Suara serak
f. Nyeri sendi dan badan
g. Sakit kepala
Pemeriksaan Pemeriksaan
a. Febris a. Faring tampak hiperemis
b. Rinore b. Terdapat eksudat
c. Mukosa hidung edema c. Dapat disertai dengan tonsil
membesar dan hiperemis

Tonsilitis Rhinitis Akut


Anamnesa Anamnesa :
a. Nyeri tenggorokan a. Pilek, keluar ingus dari hidung
b. Nyeri menelan (rinorea)
c. Pernapas berbau (halitosis) b. Hidung tersumbat
d. Demam c. Rasa panas dan gatal pada
e. Sakit kepala hidung
f. Batuk, pilek
Pemeriksaan Pemeriksaan :
a. Fase akut : tonsil edema, hiperemis, a. Demam
terdapat detritus yang memenuhi b. Kavum nasi sempit, terdapat
permukaan tonsil secret serous/ mukopurulen
b. Fase kronik : tonsil membesar c. Mukosa edem dan hiperemis
dengan permukaan tidak rata, kriptus
melebar

33
Tatalaksan
a Influenza Faringitis
a. Modifikasi pola hidup sehat : a. Istirahat cukup
beristirahat, meningkatkan gizi b. Minum air putih yang cukup
makanan, mengurangi kegiatan c. Berkumur dengan air hangat atau
fisik berlebihan dengan obat kumur
b. Terapi simptomatik d. Untuk infeksi virus : metisoprinol
- Antipiretik : paracetamol atau (isoprenosine) dosis dewasa 60-
ibuprofen 100 mg/kgBB/hari , 4x1 dan dosis
- Antihistamin : klorfeniramin 4-6mg anak <5 tahun 50mg/kgBB/hari,
3-4 x/hari atau loratadin atau 4x1
cetirizine 10mg dosis tunggal e. Untuk infeksi bakteri : amoksisilin
(pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB 50 mg/kgBB/hari, 3x1 dan dosis
dan cetirizine 0,3 mg/kgBB) dewasa 3x500 mg atau eritromisin
- Dekongestan : pseudoefedrin 4x500 mg/hari
- Dapat diberikan antitusif atau f. Pada faringitis gonore :
34
ekspektoran bila disertao batuk ceftriakson 2x1
g. Dapat diberikan obat batuk
antitusif atau ekspektoran
h. Kortikosteroid juga diberikan
untuk menekan reaksi inflamasi :
deksametason 3x0,5 mg untuk
dewasa dan 0,01 mg/kgBB/hari ,
3x1 untuk anak

Tonsilitis Rhinitis Akut


a. Istirahat cukup h. Istirahat cukup
b. Makan makanan lunak dan i. Mengkonsumsi makanan dan
menghindari makanan yang minuman sehat
mengiritasi j. Antipiretik : parasetamol atau
c. Menjaga kebersihan mulut ibuprofen
d. Menggunakan obat kumur k. Dekongestan : pseudoefedrin
i. Pada tonsillitis viral : diberikan l. Antibiotik diberikan jika terdapat
metisoprinol (isoprenosine) dosis infeksi bakteri : amoksisilin,
dewasa 60-100 mg/kgBB/hari , eritromisin, cefadroksil
4x1 dan dosis anak <5 tahun
50mg/kgBB/hari, 4x1
j. Pada tonsillitis bacterial :
diberikan amoksisilin 50
mg/kgBB/hari, 3x1 dan dosis
dewasa 3x500 mg atau
eritromisin 4x500 mg/hari
e. Pemberian antipiretik :
paracetamol atau ibuprofen
f. Kortikosteroid : deksametason
3x0,5 mg untuk dewasa dan 0,01
mg/kgBB/hari , 3x1 untuk anak

35
g. Pemberian vitamin C serta B
kompleks

Sarana
Influenza Faringitis
Obat – obatan Obat – obatan
Senter / lampu kepala
Spatula lidah

Tonsilitis Rhinitis Akut


Obat – obatan Obat – obatan
Senter / lampu kepala Senter
Spatula lidah

Prognosis
Influenza Faringitis
Bonam Bonam

Tonsilitis Rhinitis Akut


Bonam Bonam

Lain – Lain
Influenza Faringitis
Kriteria rujukan : Kriteria rujukan :
Bila didapatkan tanda – tanda a. Faringitis luetika
pneumonia b. Timbul komplikasi : epiglottis,
abses peritonsiler, meningitis,
demam reumatik akut

Tonsilitis Rhinitis Akut


Kriteria rujukan Kriteria rujukan :
a. Komplikasi tonsillitis akut : abses Jika pasien dengan rhinitis difteri

36
peritonsiler, septicemia,
meningitis, demam reumatik akut
b. Adanya indikasi tonsilektomi
c. Pasien dengan tonsillitis difteri

10. PIODERMA
Masalah Pioderma adalah infeksi kulit (epidermis, dermis, dan subkutis) yang
Kesehatan disebabkan oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus dan
Streptokokus, dengan penularan melalui kontak langsung dengan agen
penyebab.
Diagnosis Anamnesa :
(Anamnesis a. Adanya koreng atau luka di kulit
, b. Awalnya berbentuk seperti bintil kecil gatal dengan dasar dan pinggiran
pemeriksaa sekitarnya kemerahan. Keluhan dapat meluas menjadi bengkak disertai
n fisik atau nyeri.
penunjang) c. Bintil pecah menjadi koreng yang mongering, keras dan sangat lengket.
d. Faktor risiko :
- Hygiene kurang baik
- Defisiensi gizi
- Imunodefisiensi

Pemeriksaan
Folikulitis Furunkel Furunkulosis
Peradangan folikel Peradangan folikel Beberapa furunkel yang
rambut dengan papul rambut dan jaringan tersebar
eritema perifolikuler dan sekitarnya berupa papul,
gatal / perih vesikel / pustule
perifolikuler dengan
eritema disekitarnya
disertai nyeri

Karbunkel Ektima
37
Kumpulan dari beberapa furunkel, Peradangan yang menimbulkan
ditandai beberapa furunkel yang kehilangan jaringan dermis bagian
berkonfluensi membentuk nodus atas (ulkus dangkal)
bersupurasi di beberapa puncak.

Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa


Peradangan yang memberikan Peradangan yang memberikan
gambaran vesikel dengan cepat gambaran vesikobulosa dengan lesi
berubah menjadi pustule dan pecah bula hipopion (bula berisi pus)
sehingga menjadi krusta kekuningan
seperti madu.

Predileksi : di sekitar lubang hidung,


mulut, telinga atau anus
Tatalaksan A. Terapi suportif
a a. Menjaga higienitas
b. Nutrisi TKTP (tinggi karbohidrat tinggi protein)
c. Menjaga daya tahan tubuh

B. Farmakoterapi
a. Topikal
- Bila banyak pus/krusta : kompres terbuka dengan kalium permangat
(PK) a/5000 dan 1/10000
- Bila tidak tertutup pus / krusta : salep / krim asam fusidat 2% atau
mupirosin 2%, dioleskan 2-3x sehari selama 7-10 hari
b. Antibiotik oral
- Penisilin : oksasilin, kloksasilin
Dosis dewasa 4x 250-500 mg/hari, selama 5-7 hari
Dosis anak 50 mg/kgBB/hari, 4x1, selama 5-7 hari
- Amoxicilin dengan asam klavulanat
Dosis dewasa 3x 250-500mg
38
Dosis anak 25 mg/kgBB/hari, 3x1
- Sefalosporin : cefadroxil, ceftriaxone, cefixime
Dosis 10-25 mg/kgBB/hari, 3x1
- Eritromisin
Dosis dewasa 4x 250-500 mg/hari
Dosis anak 20-50 mg/kgBB/hari, 4x1
c. Insisi untuk karbunkel yang menjadi karbunkel yang menjadi abses
Sarana Obat – obatan
Prognosis Dubia ad bonam jika dengan komplikasi
Lain – Lain A. Komplikasi
a. Erisipelas
b. Selulitis
c. Ulkus
d. Limfangitis
e. Limfadenitis supuratif
f. Bacteremia

B. Kriteria rujukan
a. Komplikasi mulai dari selulitis
b. Tidak sembuh dengan pengobatan 5-7 hari
c. Terdapat penyakit sistemik

39
BAB V

GARIS BESAR KEGAWATDARURATAN

5.1. Triase

Triase / Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas
transportasi, artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.

Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi


korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk
dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan.

Petugas memberikan penilaian pasien untuk memastikan kelompok korban


seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak memungkinkan
diselamatkan / mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan
korban dengan resiko besar akan kematian segera atau apakah memerlukan transport
segera, serta melakukan tindakan pertolongan primer dan stabilisasi darurat.

Triase dilakukan berdasarkan observasi Terhadap 3 hal, yaitu :

1. Pernafasan ( respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (Mental State)

40
Dalam pelaksanaannya petugas biasanya dilakukan Tag label Triase (Label
Berwarna) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengidentifikasi dan mencatat
kondisi untuk tindakan medis terhadap korban.

Penjelasan dan pengelompokan Triase berdasarkan warna

1. Prioritas Nol (Hitam)


Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk
diselamatkan. pengelompokan label Triase

2. Prioritas Pertama (Merah)


Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik
atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita gagal nafas,
henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat.
3. Prioritas kedua (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang kurang
berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. misalnya
cedera abdomen tanpa shok, Luka bakar ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa Shok
dan jenis-jenis penyakit lain.
4. Prioritas Ketiga (Hijau)
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan
pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan.
Nah mungkin anda masuk dalam kategori yang ini, jadi Jangan marah-marah dan
jangan heran kenapa anda tidak langsung mendapatkan perawatan di Ruang IGD
sementara mereka harus menolong pasien lain yang lebih parah.

Pada tahap layanan kesehatan tenaga medis dapat melakukan tindakan sesuai
dengan kedaruratan penderita dan berdasarkan etika profesi. Saat menilai pasien,
secara bersamaan juga dilakukan tindakan observasi pernafasan, perabaan
ekstremitas, dan volume buang air kecil.
Penyebab dari ketidakstabilan sirkulasi dapat berupa perdarahan, alergi berat
(syok anaphylaxys atau anaphylactoid), infeksi yang berat (syok septik) maupun akibat
41
sakit jantung (syok kardiogenik), Anamnesis cepat dan mengarah sangat membantu
disertai dengan pemeriksaan fisik yang tepat dapat menemukan atau menyingkirkan
kemungkinan ketidakstabilan sirkulasi. Resusitasi cairan dalam bentuk oral maupun
akses intravena dapat segera diberikan untuk mengatasi kegawatdaruratan ini. Selalu
konsultasikan kepada dokter untuk dosis yang diperlukan.

Gambar 1. Alur Triase di UPTD Puskesmas Lebaksiu

5.2. Tanda Vital

Tanda vital sesuai namanya merupakan hal yang vital bagi awal pemeriksaan
fisik. Meskipun tampaknya sepele tindakan ini dapat menentukan kegawatan pasien
yang datang. Meskipun demikian petugas kesehatan tak jarang yang
mengabaikannya, dan mengandalkan pada riwayat pemeriksaan terdahulu baik dari
catatan medis maupun anamnesis.
42
Pemeriksaan tanda vital adalah wajib sesuai indikasi dalam pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan darah, pemeriksaan laju nadi, pemeriksaan
laju pernafasan, pemeriksaan suhu badan, dan pemeriksaan ada tidaknya nyeri.
Pemeriksaan tersebut tertuang dalam SOP yang telah disusun dan disepakati.

5.3. Airway – Breathing – Circulation


1. Airway
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran
nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas
seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada
wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.
Pada orang yang sadar dan dapat berbicara dengan suara yang jelas, maka
untuk sementara dapat dianggap bahwa airway dalam keadaan baik. Pernyataan di
atas ini berlaku dengan syarat bahwa penderita berbicara jelas, tanpa ada suara –
suara tambahan ( suara – suara lain saat menarik nafas ). Saat menarik nafas hanya
terdengar bunyi udara masuk. Masalahnya adalah bahwa banyak penderita tidak dapat
diajak berbicara karena kesadaran yang menurun atau pengaruh obat – obatan.
Penilaian cepat airway pada penderita tidak sadar dapat dilakukan dengan cara :
Lakukan pemeriksaan dengan :
- Melihat
- Mendengar
- Meraba

Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :


- Sianosis (mencerminkan hipoksemia)
- Retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)
- Pernafasan cuping hidung
- Bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)
- Tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau
henti nafas)

Taruhlah kepala kita (pemeriksa) di atas mulut penderita, dengan melihat miring
ke arah kaki penderita. Mata kita melihat naik turunnya dada penderita, pipi kita
meraba – rasakan hembusan udara dari mulut penderita dan telinga kita
mendengarkan akan adanya bunyi pernafasan. Cara lain adalah dengan menaruh
punggung tangan kita di depan hidung penderita untuk merasakan adanya hembusan
udara. Cara ini hanya biasa dilakukan oleh orang yang berpengalaman.
43
Apabila pernafasan berbunyi berarti airway tersumbat. Sumbatan ini belum
sepenuhnya, masih ada udara yang dapat masuk – keluar, tetapi karena ada
penyempitan, maka timbullah suara saat bernafas. Jenis – jenis bunyi yang dapat
timbul adalah :

- Mengorok (snoring), airway tersumbat oleh lidah atau jaringan – jaringan di


tenggorokan. Perhatikan bahwa bunyi mengorok terutama terjadi saat
mengeluarkan nafas.
- Bunyi kumur – kumur (gurgling), disebabkan adanya muntahan isi lambung,
darah, atau cairan lain yang mungkin ada di airway. Bunyi ini terjadi saat
mengeluarkan dan menarik nafas.
- Stridor, suara yang keras selama menarik nafas (inspirasi) kemungkinan
karena laring yang membengkak dan menyumbat airway bagian atas. Bisa
juga karena tersumbat sebagian (parsial) oleh benda asing.

Pada umunya lidah merupakan penyebab dari sumbatan airway pada penderita
yang tidak sadar. Penderita yang kesadarannya menurun, pangkal lidahnya dapat
jatuh ke belakang dan menyumbat airway, kemudian timbul bunyi mengorok. Usaha
penderita untuk bernafas kemudian menghasilkan tekanan negatif yang menarik lidah,
epiglotis atau keduanya ke dalam tenggorokan. Apabila kemudian dilakukan
pernafasan buatan, maka lidah akan bertambah jatuh ke belakang, sehingga semakin
tersumbat. Oleh karena itu, apabila akan dilakukan pernafasan buatan, airway selalu
harus tetap terbuka.

Airway: Bukalah jalan udara

a. Letakkan pasien secara terlentang pada tempat yang kokoh.


b. Berlututlah di dekat pipi dan bahu pasien
c. Bukalah jalan udara pasien dengan memiringkan kepala ke belakang-
mengangkat dagu. Letakkan telapak tangan anda pada dahi pasien dan
dengan halus dorong ke bawah. Lalu tangan satunya gerakkan dagu ke
depan untuk membuka jalan udara.
d. Periksa napas normal, dalam waktu tidak lebih dari 10 detik: perhatikan
gerakan dada, dengarkan bunyi napas, dan rasakan napas pasien di pipi dan
telinga anda. Jangan mengira bahwa hembusan napas pasien berupa napas
normal. Bila pasien tidak bernapas secara normal atau anda tidak yakin,
mulailah pernapasan mulut ke mulut.

44
Gambar 2. Airway

2. Breathing
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara
adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama
masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi
merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan
fungsi paru, dinding dada dan diafragma.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
- Pergerakan dada
- Adanya bunyi nafas
- Adanya hembusan/aliran udara

Sangat penting bagi pemeriksa untuk mengenal tanda – tanda pernafasan yang
tidak adekuat. Tanda pernafasan tidak adekuat adalah :

a. Hitung frekuensi (laju) pernafasan dalam setengah menit, lalu kalikan angka
2. Pernafasan yang pasti tidak adekuat apabila kurang dari 8x / menit pada
orang dewasa, kurang dari 10x / menit pada anak atau kurang dari 20x /
menit pada bayi.
b. Sesak : Meningkatnya usaha dalam bernafas. Pernafasan normal adalah
tanpa usaha. Penggunaan otot perut secara berlebihan untuk bernafas,
karena penderita memakai diafragma (sekat rongga dada) untuk memaksa
udara keluar – masuk dari paru – paru.
c. Sianosis : adalah perubahan warna atau kebiru – biruan pada kulit dan
lapisan selaput lendir (dapat dilihat pada bibir dan selaput lendir mata).
45
Sianosis berarti terlalu banyak CO2. Sianosis yang jelas terutama akan
terlihat pada kuku.
d. Perubahan kesadaran. Apabila otak tidak menerima O2, maka pertama –
tama penderita akan sangat gelisah, tetapi lebih lanjut penderita akan
kehilangan kesadarannya (pingsan).
e. Denyut jantung yang lambat atau sangat cepat yang disertai dengan jumlah
pernafasan yang lambat.

Gambar 3. Breathing

3. Circulation

Sirkulasi adalah nama singkat yang berarti peredaran darah. Sebenarnya yang
dimaksud adalah jantung dan semua pembuluh darah, baik pembuluh darah nadi
(sistem arteri) maupun pembuluh darah balik (sistem vena). Kegagalan pada sistem
jantung dan pembuluh darah ini dapat berakibat fatal, kadang – kadang dalam
bilangan detik. Kita semua mendengar seseorang yang sedang mengerjakan sesuatu,
jatuh, lalu meninggal. Ini kerapkali disebabkan gangguan jantung yang mematikan.
Tindakan yang cepat dan tepat oleh seorang penolong mungkin akan menghindarkan
penderita dari kematian. Sirkulasi yang adekuat menjamin distribusi oksigen ke
jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi
tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler.

Status hemodinamik dapat dilihat dari :

- Tingkat kesadaran
- Nadi
- Warna kulit

Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan
arteri femoral.

46
Gambar 4. Circulation

5.4. Tersedak
Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing
(makanan, mainan, dll) ke dalam jalan napas atas  sehingga menimbulkan gawat
napas. Jika hal ini tidak ditangani segera maka korban akan meninggal. Pada
dasarnya kita mengenal 2 jenis tersedak. Tersedak sebagian (partial/mild) artinya
benda asing yang masuk hanya menyumbat sebagian dari jalan napas, masih ada
sedikit celah untuk masuknya udara. Yang paling berat adalah Tersedak Total (total
blockage/severe) dimana benda asing yang masuk sudah menutup semua bagian
jalan napas korban, sehingga korban menjadi jatuh tidak sadarkan diri. Pada sesi kita
akan membahas penanganan tersedak pada korban yang masih sadar dan tidak
sadar.
Pengenalan dini akan tanda-tanda tersedak merupakan langkah awal untuk
suksesnya penanganan tersedak. Adalah penting untuk membedakan kondisi ini dari
sakit-sakit yang lain seperti asma, serangan jantung, stroke atau kondisi sakit lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan.
Berikut cara membedakan antara tersedak yang “mild” (ringan/ sebagian) dan
“severe” (berat/ total):

Tersedak yang ringan:

1. Masih ada pertukaran udara

47
2. Korban masih sadar dan dapat batuk sekeras-kerasnya

Tersedak yang berat:

1. Buruknya pertukaran udara terhadap si korban

2. Masih bisa batuk, tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali

3. Napas bertambah cepat

4. Tidak dapat berbicara

5. Memegang leher (tanda universal dari tersedak)

6. Tidak dapat memasukkan udara/ menarik napas dengan baik

Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia >1 Tahun – Dewasa Yang Masih Sadar

Untuk Tersedak Ringan:

1. Jika korban masih bisa batuk. anjurkan korban untuk batuk terus menerus
sekeras-kerasnya

Yang tidak boleh Anda lakukan:

- Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh udara)
- Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda
asing

Untuk Tersedak Berat:

1. Tanyakan kepada korban “Apakah Anda tersedak?”, sekilas langkah ini terlihat
agak rancu dan tidak mungkin dilakukan. Tetapi hal ini dilakukan untuk
membedakan antara tersedak dan penyakit lain yang menyebabkan gawat
napas.

2. Lakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai


benda asing keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar. Untuk pengananan
korban tersedak yang tidak sadar membutuhkan teknik yang berbeda. Akan
dibahas di halaman selanjutnya.

Berikut ini merupakan langkah-langkah melakukan Heimlich manuever:

48
o Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh Anda sesuai dengan
tinggi tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan Anda harus berlutut)

o Kepalkan salah satu telapak tangan Anda

o Letakkan kepalan tangan Anda dengan arah ibu jari menempel ke dinding perut
korban, posisikan kepalan tangan Anda 2 jari di atas pusat (pusat selalu sejajar
dengan tulang pinggul atas), Anda tidak  memposisikan kepalan tangan Anda
di ulu hati.

o Kencangkan kepalan tangan Anda dengan tangan satunya sehingga kedua


lengan Anda melingkar di perut korban.

o Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar atau
sampai korban menjadi jatuh tidak sadar.

Abdominal thrust atau heimlich manuever

Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu gemuk
(obesitas) kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan “chest thrust”yaitu dengan
meletakkan kepalan tangan Anda di tengah-tengah tulang dada

49
Pengganti heimlich manuever pada korban wanita hamil

Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia >1Tahun – Dewasa Yang Tidak Sadar

Jika korban menjadi jatuh tidak sadar lakukan langkah-langkah berikut:

o Panggil bantuan medis segera

o Buka jalan napas korban (AIRWAY), jika Anda dapat melihat benda asing
lakukan finger swab atau sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing

o Segera lakukan CPR/ RJP. Perbedaannya dengan CPR biasa adalah setelah
melakukan 30 kali kompresi dada, periksalah mulut korban terlebih dahulu
sebelum memberikan 2 kali napas bantuan.

Anda  telah sukses menangani korban tersedak yang tidak sadar jika Anda sudah
melihat tanda-tanda berikut:

1. Anda melihat dada nya naik ketika memberikan bantuan napas

2. Melihat benda asing keluar dari mulut korban.

Lakukan langkah-langkah berikut ini jika Anda sudah berhasil menangani korban
tersedak. Karena ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi setelah benda asing
keluar dari mulut korban:

1. Berikan 2 kali napas


50
2. Lihat respons korban (batuk, muntah, pergerakan) jika Anda terlatih untuk
memeriksa nadi, maka periklsah nadi di leher korban selama 10 detik saja.

3. Jika nadi tidak teraba dan korban juga tidak bernapas, lanjutkan CPR dan
pasang AED segera (jika tersedia). Jika nadi ada tetapi napas tidak ada maka
berikanlah bantuan napas saja selama 2 menit, dalam 1 menit Anda harus
memberikan 10 kali napas (jadi jeda antara napas adalah 6 detik). Setelah 2
menit periksalah apakah napasnya sudah ada atau belum, jika korban sudah
bernapas normal posisikan korban miring (posisi pemulihan) sambil menunggu
bantuan datang.

Penanganan Tersedak Untuk Bayi (<1 Thn)

Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda dengan anak yang berusia lebih
dari 1 tahun. Kita tidak bisa melakukan penekanan perut (Heimlich manuever) pada bayi
karena akan mencederai organ dalam yaitu hati. Penanganan tersedak untuk bayi terdiri
atas kombinasi penekanan dada (chest thrust) dan tepukan punggung (back slaps).

Berikut ini merupakan langkah-langkah pertolongan tersedak terhadap bayi yang


masih sadar:

1. Gendonglah bayi dengan posisi Anda duduk atau berlutut.

2. Buka pakaian bayi.

3. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di atas pangkuan tangan
Anda. Buat kepala bayi lebih rendah dari kakinya. Sangga kepala dan rahang
bawah bayi menggunakan tangan Anda (hati-hati untuk tidak menekan leher
bayi, karena ini akan menyebabkan tersumbatnya saluran napas.

4. Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah dipunggung, antara 2 tulang belikat


bayi, JANGAN menepuk di tengkuk!). Gunakan pangkal telapak tangan Anda
ketika memberikan tepukan.

5. Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung, sanggalah leher belakang bayi


Anda dengan tangan dan balikkan tubuh bayi sehingga dalam posisi terlentang.
Buat posisi kepala bayi lebih rendah dari kakinya.

6. Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi penekanan sama dengan posisi


penekanan dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan tulang dada/ di bawah
garis imajiner antara 2 puting susu bayi). Hanya gunakan2 jari saja (jari telunjuk
dan jari tengah untuk melakukan chest thrust.

51
7. Ulangi langkah No. 4,5,6 di atas sampai benda asing keluar dari mulut bayi atau
bayi menjadi tidak sadar.

Technic Back Slaps atau tepuk punggung

Technic Chest Thrust atau Tekan Dada

Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi Anda menjadi tidak sadar (bayi terkulai
lemas, tidak ada pergerakan, bibir membiru, tidak dapat menangis atau mengeluarkan
suara) penanganan nya adalah sebagai berikut:

1. Baringkan bayi di atas permukaan yang rata dan keras.

2. Buka jalan napas bayi (mulut bayi) dan lihat apakah benda asing terlihat atau
tidak. Jika terlihat ambil dengan menggunakan sapuan jari Anda. Jika Anda tidak

52
melihatnya JANGAN lakukan “blind finger swab” / mengkorek-korek mulut bayi
dengan tujuan untuk mencari benda asing tersebut.

3. Jika benda asing tidak terlihat lakukan langkah selanjutnya yaitu lakukanlah CPR
yang terdiri dari 30 kali penekanan dada diikuti 2 kali napas. Tetapi, perbedaan
CPR korban tersedak dengan korban biasa adalah setiap Anda selesai
melakukan 30 kali penekanan dada periksalah dahulu mulut bayi sebelum
memberikan 2 kali bantuan napas.

4. Jika setelah 5 kali siklus CPR, benda asing masih belum dapat keluar dan bayi
masih belum sadar. Panggil bantuan medis segera, kemudian lanjutkan CPR
Anda sampai bantuan medis datang atau benda asing nya keluar.

5.5. Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa


Resusitasi jantung paru-paru atau CPR (Cardiopulmonary resuscitation) adalah
tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-
sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit
atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam,
terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan
sebagainya.
Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan,
tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah.
Biarkan di tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang
tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR.

Rumus ABC Resusitasi


Pada keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernapas dan diedarkan dalam
aliran darah ke seluruh tubuh. Bila proses pernapasan dan peredaran darah gagal,
diperlukan tindakan resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh. Tindakan ini
didasarkan pada 3 pemeriksaan yang disebut langkah-langkah ABC resusitasi: Airway
(saluran napas), Breathing (bernafas), dan Circulation (peredaran darah). Untuk orang
yang tidak sadar, ikuti urutan ABC sebelum memberikan pertolongan lain Buka saluran
napas, usahakan agar si pasien bernafas, dan periksa kelancaran peredaran darahnya

53
dari denyut nadi atau petunjuk lain seperti kewajaran warna kulitnya. Bila pasien tidak
bernafas, segera berikan pernapasan bantuan untuk meniupkan oksigen ke tubuhnya.
Bila tidak ada denyut atau tanda peredaran darah lalin, segeralah lakukan CPR
(cardiopulmonary resuscitation; resusitasi jantung-paru).

1. Pertolongan Kecelakaan
Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah bentuk bantuan perawatan
seketika kepada korban atau penderita sebelum datangnya perawat keselamatan yang
ahli. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa, mencegah terjadinya kondisi yang
memburuk serta memulihkan keadaan si penderita secepat mungkin. Dalam aktivitas
air hal-hal seperti kegagalan oksigen dalam sel terutama otak dan jantung dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Jika proses pernapasan dan peredaran darah gagal, maka diperlukan tindakan
yang disebut resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh. Usaha untuk
menyelamatkan korban yang seperti ini disebut dengan RJP (Resusitasi Jantung dan
Paru-paru). Untuk pertolongan bagi orang yang tidak sadar maka ikuti urutan ABC
sebelum melakukan pertolongan lain, berikut penjabaran ABC.

a. Jalan Napas (Air way)


Untuk membuka saluran napas, maka dimulai dari mulut dan hidung
ke farinks lalu ke larinks (tempat pita suara) trachea. Pada peralihan
antara farinks dan larinks ada tonjolan di belakang pangkal lidah yang dikenal
dengan epilogis dan merupakan patokan yang terpenting pada orang dewasa saat
melakukan pernapasan terutama melalui hidung, tetapi dapat juga bernapas melalui
mulut.
b. Pemberian Pernapasan (Breathing)

Memeriksa ada atau tidaknya napas adalah dengan cara mendengarkan


napasnya atau merasakan dengan pipi sendiri selama 10 detik. Bila tidak ada tanda-
tanda bernapas maka mulailah dengan napas buatan/bantuan.

54
c. Peredaran Darah (Circulation)
Memeriksa peredaran darah dengan cara meraba denyut nadi dengan dua atau
tiga jari selama 10 detik. Untuk bayi maka rabalah denyut brachial di bagian lengan.
Untuk orang dewasa atau anak-anak, rabalah denyut koratid pada leher di rongga
antara trakea (saluran udara) dan otot besar leher.

2. Teknik RJP (Resusitasi Jantung dan Paru-paru)

RJP merupakan teknis penyelamatan melalui pernapasan hanya dengan


penekanan pada bagian dada. Teknik ini biasanya dilakukan pada korban yang
pingsan, yang tidak bernapas serta tidak terdapat denyut nadi, teknik ini khusus untuk
memaksa jantung berdetak dan oksigen beredar keseuruh tubuh, serta menjaga
oksigen dari napas bantuan sampai ke organ vital lainnya. Jangan berhenti untuk
memberikan teknik RPJ kepada korban sampai jantung korban kembali berdenyut atau
datangnya bantuan medis. Tekanan pada dada harus lebih ringan untuk menghindari
cedera dan juga dengan menggunakan irama yang sedikit berbeda. Napas bantuan
kepada anak juga menggunakan irama yang berbeda dan tiupannya pun tidak terlalu
kuat, apalagi bila menangani bayi. Teknik penyelamatan yang harus dilakukan apabila
terjadi kecelakaan di air antara lain adalah sebagai berikut:

a. Hal pertama yang dilakukan adalah mintalah bantuan medis. Telentangkan si


korban di tempat yang datar dan kokoh. Buka saluran napas dengan menekan
satu tangan di dahi dan dua jari tangan lain agak mendorong dagu. Periksa
dadanya, bila ada gerak napas dan rasakan adakah napasnya dengan
menggunakan pipi sendiri.
b. Bila korban tidak bernapas, jepit hidungnya dengan dua jari dan tengadahkan
dengan jari tangan yang lain. Tangkupkan mulut anda di seluruh korban dan
hembuskan dua kali napas bantuan. selingkan dengan jeda untuk mengambil
napas sendiri.
c. Periksa denyut nadi dileher selama 10 detik dan periksalah tanda pemulihan
lainnya misalkan warna kulit atau gerak napas lain. Biaterasa ada denyut
55
jantung, lanjutkan dengan bantuan pernapasan. Bila denyutan tidak teraba dan
tidak ada tanda tanda pulih, segera lakukan RJP.
d. Berlututlah di sebelah korban. Dengan tangan terjauh dari korban, geser jari
anda sepanjang tulang rusuk terbawah ke arah pertemuan dengan tulang
dada. Letakkan ujung jari tengah di sana dan jari telunjuk persis di atasnya.
e. Tempatkan pangkal telapak tangan yang lain di tuang dada persis di sebelah
telunjuk. Di sinilah tempat yang harus ditekan. Angkat tangan yang pertama
tadi dan letakkan di atas tangan yang kedua. Genggamkan tangan kedua
sehingga jari-jari tangan kedua terjungkit dari dada korban.
f. Berututlah tegak dengan bahu tepat di atas korban dan kedua siku terkunci
tetap lurus. Tekan kebawah, menekan dada 4-5cm, lalu kendurkan tekanan
tanpa memindahkan tangan. tekan dada korban seperti itu sebanyak 15 kali
dengan frekuensi sekitar 15 tekanan dalam 10 detik, dengan irama yang dijaga
seimbang, kemudian berikan dua kali napas bantuan atau buatan.
g. Lanjutkan siklus 15 tekanan dan 2 bantuan pernapasan tersebut. setelah 4
putaran, periksa denyut jantung dan napas korban, serta periksa setiap
beberapa menit sesudahnya. Bila tetap tidak ada maka lanjutkan pemberian
RPJ. Bila napas dan denyut jantung sudah timbul maka RPJ dapat dihentikan.
Tetapi tetap lakukan pantauan akan denyut dan napas si korban sampai
datang bantuan medis.

Gambar 5. Tindakan RJP

56
DAFTAR PUSTAKA

1. Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC


2. SK Menteri Kesehatan RI Nomor 296/MENKES/SK/III/2008 tentang Pedoman
Pengobatan Dasar di Puskesmas
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi
5. Wahyu. 2012. Resusitasi Jantung Paru. Diakses pada 9 Juni 2018 di
http://www.dokterbook.com/2012/05/31/resusitasi-jantung-paru/.
6. Anonim. Protap Resusitasi Jantung Paru ( RJP ). Diakses pada 9 Juni 2018 di
http://loebis-qoa.blogspot.com/2012/10/protap-resusitasi-jantung-paru-rjp.html.

57

Anda mungkin juga menyukai