UPTD
PUSKES
PANDUAN
MAS PELAYANAN
LEBAKSI KLINIS
U
DR. BAMBANG SUNGKONO
2
BAB V – Garis Besar Kegawatdaruratan …………………………………………… 50
3
BAB I
DEFINISI
4
BAB II
RUANG LINGKUP
5
BAB III
TATA LAKSANA
A. Judul Penyakit
1. Berdasarkan daftar penyakit terpilih di Standar Kompetensi Dokter Indonesia
2012, namun beberapa penyakit dengan karakteristik yang hampir sama
dikelompokkan menjadi satu judul penyakit.
2. Kode penyakit, dengan menggunakan ketentuan kode International
Classification of Disease (ICD) 10 yang merupakan kodifikasi yang dirancang
untuk fasilitas kesehatan. Kodifikasi dalam bentuk nomenklatur berdasarkan
sistem tubuh, etiologi, dan lain – lain.
3. Tingkat kompetensi berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
B. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan berisi pengertian singkat. Substansi dari bagian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan awal serta gambaran kondisi yang
mengarah kepada penegakkan diagnosis penyakit tersebut.
C. Hasil Anamnesis (Subjektive)
Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering
disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit
yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor risiko, riwayat
keluarga, riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian
ini. Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus
6
diperoleh tenaga kesehatan dari pasien atau keluarga pasien untuk menguatkan
diagnosis penyakit.
D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objektive)
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
spesifik mengarah kepada diagnosis penyakit. Meskipun tidak memuat rangkaian
pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter layanan primer untuk memastikan
diagnosis serta menyingkirkan diagnosis banding.
E. Penegakkan Diagnosis (Assessment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah menjadi
standar alogritma penegakkan diagnosis. Selain itu, bagian ini juga memuat
klasifikasi penyakit diagnosis banding dan komplikasi penyakit.
F. Rencana Penatalaksanan Komprehensif (Plan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada
pasien yang terbagi atas dua bagian yaitu penatalaksanaan non farmakologi dan
farmakologi. Selain itu, bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap
pasien dan keluarga, aspek komunitas lainnya serta kapan dokter perlu merujuk
(kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria TACC
( Time – Age – Complication – Cormobidity)
7
Cormobidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang
memperberat kondisi pasien
Selain empat kriteria di atas kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi
dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan
penatalaksanan dengan persetujuan pasien.
G. Sarana Prasarana
Bagian ini berisi komponen fasilitas pendukung spesifik dalam penegakkan
diagnosis dan penatalaksanaan penyakit tersebut. Penyediaan sarana prasarana
tersebut merupakan kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan.
H. Prognosis
Kategori prognosis sebagai berikut :
1. Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan.
2. Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau
fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
3. Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa.
1. Sanam : sembuh
2. Bonam : baik
3. Malam : buruk
4. Dubia : ragu – ragu / tidak tentu
8
BAB IV
1. BRONCHITIS
Masalah Bronchitis (bronchitis) adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran
Kesehatan udara ke paru – paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada
akhirnya akan sembuh sempurna, namun pada penderita yang memiliki
penyakit menahun dan pada usia lanjut, bronchitis bisa bersifat serius.
Bronkitis akut adalah peradangan pada bronkus yang disebabkan oleh
infeksi saluran napas yang ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak
berdahak) dan berlangsung hingga 3 minggu.
Diagnosis A. Anamnesis
(Anamnesis Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) selama 2 -3 minggu.
, Demam (biasanya ringan)
pemeriksaa Rasa berat dan tidak nyaman di dada.
n fisik atau Sesak nafas dan rasa berat bernapas.
penunjang)
B. Pemeriksaan
Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest (diameter
anteroposterior dada meningkat)
Fremitus taktil dada tidak ada
Perkusi dada hipersonor
Suara napas berkurang dengan ekspirasi panjang, terdapat ronki
basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk),
wheezing dengan berbagai gradasi dan krepitasi.
Tatalaksan a. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala – gejala tidak
a hanya pada fase akut dalam melaksanakan aktivitas sehari – hari
sesuai dengan pola kehidupannya.
b. Oksigenisasi pasien harus memadai
9
c. Istirahat yang cukup
d. Pemberian obat antitusif :
- Dekstromethorfan (DMP) : dewasa 15 mg , 2-3 kali sehari dan
untuk anak
- Codein : dewasa 10 mg, 3 kali sehari dan untuk anak
- Antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan, ibu menyusui dan anak
usia 6 tahun ke bawah.
- Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
e. Pemberian ekspektoran :
- Glyceryl Guaiacolate (GG) :
- Ambroksol :
f. Pemberian antipiretik :
- Paracetamol :
- Ibuprofen :
g. Pemberian bronkodilator :
- Salbutamol
- Aminophilin
- Obat – obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak
nafas atau rasa berat bernapas, sehingga obat ini tidak hanya
untuk obat asma.
- Efek samping pemberian bronkodilator, antara lain berdebar,
lemas, gemetar dan keringat dingin
h. Antibiotik :
- Antibiotik hanya digunakan jika dijumpai tanda – tanda infeksi
berdasarkan pemeriksaan dokter.
i. Terapi lanjutan : jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan
terapi hingga gejala menghilang paling sedikit 1 minggu.
Sarana a. Oksigen (bila perlu)
b. Obat – obatan
Prognosis Dubia ad bonam
Prognosis jangka panjang dan jangka pendek bergantung pada umur dan
10
gejala klinik waktu berobat.
Lain – Lain A. Diagnosis banding :
- Epiglottitis
- Bronkiolitis
- Influenza
- Sinusitis
- PPOK
- Faringitis
- Asma
- Bronkiektasis
B. Komplikasi :
- Bronkopneumoni
- Pneumonia
- Pleuritis
- Penyakit jantung rematik
- Hipertensi
- Bronkiektasis
D. Kriteria rujukan :
- Pada pasien dengan keadaan umum buruk
2. CARIES DENTIN
Masalah Caries dentin adalah
Kesehatan - Karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan karies dini yang
lapisan permukaannya rusak.
- Karies yang sudah berkembang mencapai dentin
- Karies yang umumnya terjadi pada individu yang disebabkan oleh
11
resesi gigi.
Diagnosis A. Anamnesis
(Anamnesis Gigi terasa ngilu
, Perubahan warna gigi
pemeriksaa Permukaan gigi terasa kasar, tajam
n fisik atau Terasa ada makanan yang mudah tersangkut
penunjang)
B. Pemeriksaan
Pemeriksaan sodasi dan tes vitalitas gigi masih baik
Pemeriksaan perkusi dan palpasi apabila ada keluhan yang menyertai
Pemeriksaan dengan pewarnaan deteksi karies gigi (bila perlu)
Tatalaksan - Prosedur tergantung pada kondisi kedalaman dan bahan yang
a digunakan.
- Karies email :
1. Jika mengganggu estetika, ditumpat
2. Jika tidak mengganggu, recountouring (diasah), poles, ulas flour
untuk meningkatkan remineralisasi
- Bila dentin yang menutup pulpa telah tipis
- Semua perawatan yang dilakukan harus disertai edukasi pasien
(informasi penyebab, tatalaksana perawatan dan pencegahan)
- DHE : edukasi pasien tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat
gigi dan pastanya. Edukasi pasien untuk pengaturan diet.
12
- Bahan pelapis dentin
- Alat poles
- Larutan flour
Prognosis Bonam
Lain – Lain A. Faktor penyulit
- Hipersaliva
- Letak kavitas
- Lebar permukaan mulut
- Pasien tidak kooperatif
B. Keberhasilan perawatan
- Klinis tidak ada keluhan, tidak terbentuk karies sekunder atau
kebocoran
- Pulp capping : klinis tidak keluhan, pemeriksaan radiografik terbentuk
dentinreparatif.
3. CELPHAGIA
Masalah Celphagia atau nyeri kepala merupakan gejala dari berbagai macam
Kesehatan penyakit ringan hingga berat. Nyeri kepala timbul sebagai hasil rangsangan
terhadap area di kepala dan leher yang peka terhadap nyeri.
Nyeri kepala diklasifikasikan sebagai nyeri kepala primer dan
sekunder.
- Nyeri kepala primer, disebabkan oleh fokus primer di kepala, yang
termasuk nyeri kepala primer : migraine, tension type headache,
cluster headache
- Nyeri kepala sekunder, berhubungan dengan faktor eksternal, seperti
yang disebabkan trauma kepala / leher, infeksi, kelainan homeostasis
dan lainnya.
Diagnosis Migrain Tension Type Cluster Vertigo
(Anamnesis Headache headache
, Anamnesa : Anamnesa : Anamnesa : Anamnesa :
5. GASTRITIS
Masalah Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
Kesehatan lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi
bakteri atau bahan iritan lain.
Diagnosis Anamnesa :
(Anamnesis a. Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas
, b. Mual muntah
pemeriksaa c. Perut kembung
n fisik atau d. Riwayat pola makan yang tidak baik
penunjang) e. Faktor risiko yang menyertai : usia lanjut, penyakit lain (HIV/AIDS,
autoimun, refluks empedu, chron disease), stress, alkoholisme
Pemeriksaan :
a. Nyeri tekan epigastrium
b. Bising usus meningkat
c. Bila terjadi inflamasi berat, ditemukan perdarahan saluran cerna
(hematemesis dan melena)
Tatalaksan a. Menghindari pemicu terjadinya keluhan
a - Pola makan teratur
- Menghindari makanan yang meningkatkan asam lambung : kopi, the,
makan pedas, kol
b. Pemberian obat – obatan
- H2 bloker diberikan 2x/hari( ranitidin 150 mg/kali, simetidin 400-
19
800mg/kali)
- PPI diberikan 2x/hari (omeprazole 20mg/kali, lansoprazole 30mg/kali)
- Antasida dosis 3x 500-1000mg / hari
Sarana Obat – obatan
Prognosis Bonam dan dapat terjadi kekambuhan
Lain – Lain Kriteria rujukan :
a. Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan
b. Terjadi komplikasi
c. Terjadi alarm symptoms (perdarahan, berat badan menurun 10% dalam
6 bulan dan mual muntah berlebihan)
Komplikasi :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus peptikum
c. Perforasi lambung
d. Anemia
6. GASTROENTERITIS
Masalah Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus
Kesehatan halus yang ditandai dengan diare, yaitu buang air besar (BAB) lembek atau
cair, dapat bercampur dengan darah atau lender, dengan frekuensi 3 kali
atau lebih dalam waktu 24 jam dan disertai muntah, demam, rasa tidak
enak perut dan menurunnya nafsu makan.
Penyebab gastroenteritis antara lain infeksi, malabsorbsi, keracunan
atau alergi makanan dan psikologis penderita.
Diagnosis Anamnesa :
(Anamnesis a. Diare
, b. Rasa tidak nyaman di perut ( kembung / nyeri )
pemeriksaa c. Mual, muntah
n fisik atau d. Riwayat makan makanan sebelumnya
penunjang) e. Riwayat higienitas
f. Riwayat intoleransi laktosa
g. Riwayat infeksi lain (HIV atau IMS)
20
Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan derajat dehidrasi
Pemeriksaan :
Pada pasien dengan hipertensi wajib diperiksa status neurologis, akral dan
pemeriksaan jantung (JVP, batas jantung dan ronkhi)
Penunjang :
a. Urinalisis (jika ada) : proteinuria / albuminuria
b. Tes gula darah (jika ada)
c. Tes kolesterol (jika ada)
d. Ureum kreatinin (jiika ada)
e. EKG (jika ada)
f. Foto toraks (jika ada)
Tatalaksan Alogritma Tatalaksana Hipertensi
a
23
A. Modifikasi gaya hidup
24
B. Obat antihipertensi
Pemberian obat antihipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Control pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
a. Hipertensi tanpa compelling indication
1. Hipetensi stage 1 dapat diberikan :
- Golongan diuretic : HCT 12,5 – 50 mg / hari atau furosemide 2 x
20 – 80 mg/hari) ATAU
- Penghambat ACE : captopril 2x 25 – 100 mg/hari atau enalapril
1-2 x 2,5-40 mg/hari ATAU
- Penyekat reseptor beta : atenolol 25 – 100 mg/hari dosis
25
tunggal ATAU
- Penghambat kalsium : diltiazem 1x 180-420 mg/hari atau
amlodipine 1x 2,5 -10 mg/hari atau nifedipin 30-60 mg/hari)
ATAU kombinasi
2. Hipertensi stage 2 dapat diberikan kombinasi 2 obat :
- Diuretik dengan ACEI
- Diuretik dengan CCB
- Diuretik dengan BB
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat
diberikan kombinasi 2 obat.
Pemilihan antihipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dan
sebaiknya pilih obat yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali
sehari..
Diagnosis
(Anamnesis Polimialgia Reumatik Artritis Reumatoid Osteoartritis
, Anamnesa : Anamnesa : Anamnesa :
28
e. Sinovitis transient - Soft tissue
pada lutut, rheumatism : frozen
pergelangan tangan shoulder, carpal
dan sendi tunnel syndrome
sternoklavikula - Mata :
keratokonjungtivitis
- Sistem respirasi
- Sistem
kardiovaskular
Kriteria diagnostik Kriteria diagnostic,
a. Usia ≥50 tahun diperlukan 4 dari 7
b. Laju endap darah ≥ kriteria dan diderita
40 mm/jam selama 6 minggu.
c. Nyeri bertahan a. Kaku pagi > 1 jam
selama ≥ 1 bulan, b. Artritis pada
pada leher, bahu, sekurangnya 3 sendi
korset panggul c. Artritis pada sendi
d. Kekakuan pagi pergelangan
berlangsung ≥1 jam tangan , MCP, dan
e. Respon cepat PIP
terhadap prednisone d. Artritis yang simetris
f. Tidak ada penyakit e. Nodul rheumatoid
lainnya yang f. Faktor rheumatoid
menyebabkan serum positif
gejala g. Gambaran
muskuloskeletal radiologic spesifik
h. LED dan CRP
meningkat
i. Analisis cairan sendi
terdapat gambaran
inflamasi ringan-
29
sedang.
Prognosis
Polimialgia Reumatik Artritis Rheumatoid Osteoartritis
Dubia ad bonam, Dubia ad bonam, Dubia ad bonam
tergantung ada/tidaknya tergantung perjalanan
komplikasi penyakit dan
penatalaksanaan
selanjutnya.
Lain – Lain
Polimialgia Reumatik Artritis Rheumatoid Osteoartritis
Kriteria rujukan : Kriteria rujukan : Kriteria rujukan :
Setelah ditegakkan a. Tidak membaik Bila ada komplikasi dan
dugaan diagnosis, dengan pemberian komorbiditas
31
pasien dirujuk ke obat anti inflamasi
spesialis penyakit dalam dan steroid dosis
rendah
b. RA dengan
komplikasi
c. Rujukan
pembedahan jika
terjadi deformitas
9. NASOFARING AKUT
Masalah
Kesehatan Influenza Faringitis
Influenza adalah penyakit menular Peradangan dinding faring yang
disebabkan oleh virus influenza, yang disebabkan oleh virus, bakteri, alergi,
menyerang saluran napas atas dan dan lainnya.
paru – paru.
Diagnosis
(Anamnesis Influenza Faringitis
, Anamnesa Anamnesa
33
Tatalaksan
a Influenza Faringitis
a. Modifikasi pola hidup sehat : a. Istirahat cukup
beristirahat, meningkatkan gizi b. Minum air putih yang cukup
makanan, mengurangi kegiatan c. Berkumur dengan air hangat atau
fisik berlebihan dengan obat kumur
b. Terapi simptomatik d. Untuk infeksi virus : metisoprinol
- Antipiretik : paracetamol atau (isoprenosine) dosis dewasa 60-
ibuprofen 100 mg/kgBB/hari , 4x1 dan dosis
- Antihistamin : klorfeniramin 4-6mg anak <5 tahun 50mg/kgBB/hari,
3-4 x/hari atau loratadin atau 4x1
cetirizine 10mg dosis tunggal e. Untuk infeksi bakteri : amoksisilin
(pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB 50 mg/kgBB/hari, 3x1 dan dosis
dan cetirizine 0,3 mg/kgBB) dewasa 3x500 mg atau eritromisin
- Dekongestan : pseudoefedrin 4x500 mg/hari
- Dapat diberikan antitusif atau f. Pada faringitis gonore :
34
ekspektoran bila disertao batuk ceftriakson 2x1
g. Dapat diberikan obat batuk
antitusif atau ekspektoran
h. Kortikosteroid juga diberikan
untuk menekan reaksi inflamasi :
deksametason 3x0,5 mg untuk
dewasa dan 0,01 mg/kgBB/hari ,
3x1 untuk anak
35
g. Pemberian vitamin C serta B
kompleks
Sarana
Influenza Faringitis
Obat – obatan Obat – obatan
Senter / lampu kepala
Spatula lidah
Prognosis
Influenza Faringitis
Bonam Bonam
Lain – Lain
Influenza Faringitis
Kriteria rujukan : Kriteria rujukan :
Bila didapatkan tanda – tanda a. Faringitis luetika
pneumonia b. Timbul komplikasi : epiglottis,
abses peritonsiler, meningitis,
demam reumatik akut
36
peritonsiler, septicemia,
meningitis, demam reumatik akut
b. Adanya indikasi tonsilektomi
c. Pasien dengan tonsillitis difteri
10. PIODERMA
Masalah Pioderma adalah infeksi kulit (epidermis, dermis, dan subkutis) yang
Kesehatan disebabkan oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus dan
Streptokokus, dengan penularan melalui kontak langsung dengan agen
penyebab.
Diagnosis Anamnesa :
(Anamnesis a. Adanya koreng atau luka di kulit
, b. Awalnya berbentuk seperti bintil kecil gatal dengan dasar dan pinggiran
pemeriksaa sekitarnya kemerahan. Keluhan dapat meluas menjadi bengkak disertai
n fisik atau nyeri.
penunjang) c. Bintil pecah menjadi koreng yang mongering, keras dan sangat lengket.
d. Faktor risiko :
- Hygiene kurang baik
- Defisiensi gizi
- Imunodefisiensi
Pemeriksaan
Folikulitis Furunkel Furunkulosis
Peradangan folikel Peradangan folikel Beberapa furunkel yang
rambut dengan papul rambut dan jaringan tersebar
eritema perifolikuler dan sekitarnya berupa papul,
gatal / perih vesikel / pustule
perifolikuler dengan
eritema disekitarnya
disertai nyeri
Karbunkel Ektima
37
Kumpulan dari beberapa furunkel, Peradangan yang menimbulkan
ditandai beberapa furunkel yang kehilangan jaringan dermis bagian
berkonfluensi membentuk nodus atas (ulkus dangkal)
bersupurasi di beberapa puncak.
B. Farmakoterapi
a. Topikal
- Bila banyak pus/krusta : kompres terbuka dengan kalium permangat
(PK) a/5000 dan 1/10000
- Bila tidak tertutup pus / krusta : salep / krim asam fusidat 2% atau
mupirosin 2%, dioleskan 2-3x sehari selama 7-10 hari
b. Antibiotik oral
- Penisilin : oksasilin, kloksasilin
Dosis dewasa 4x 250-500 mg/hari, selama 5-7 hari
Dosis anak 50 mg/kgBB/hari, 4x1, selama 5-7 hari
- Amoxicilin dengan asam klavulanat
Dosis dewasa 3x 250-500mg
38
Dosis anak 25 mg/kgBB/hari, 3x1
- Sefalosporin : cefadroxil, ceftriaxone, cefixime
Dosis 10-25 mg/kgBB/hari, 3x1
- Eritromisin
Dosis dewasa 4x 250-500 mg/hari
Dosis anak 20-50 mg/kgBB/hari, 4x1
c. Insisi untuk karbunkel yang menjadi karbunkel yang menjadi abses
Sarana Obat – obatan
Prognosis Dubia ad bonam jika dengan komplikasi
Lain – Lain A. Komplikasi
a. Erisipelas
b. Selulitis
c. Ulkus
d. Limfangitis
e. Limfadenitis supuratif
f. Bacteremia
B. Kriteria rujukan
a. Komplikasi mulai dari selulitis
b. Tidak sembuh dengan pengobatan 5-7 hari
c. Terdapat penyakit sistemik
39
BAB V
5.1. Triase
Triase / Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas
transportasi, artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.
1. Pernafasan ( respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (Mental State)
40
Dalam pelaksanaannya petugas biasanya dilakukan Tag label Triase (Label
Berwarna) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengidentifikasi dan mencatat
kondisi untuk tindakan medis terhadap korban.
Pada tahap layanan kesehatan tenaga medis dapat melakukan tindakan sesuai
dengan kedaruratan penderita dan berdasarkan etika profesi. Saat menilai pasien,
secara bersamaan juga dilakukan tindakan observasi pernafasan, perabaan
ekstremitas, dan volume buang air kecil.
Penyebab dari ketidakstabilan sirkulasi dapat berupa perdarahan, alergi berat
(syok anaphylaxys atau anaphylactoid), infeksi yang berat (syok septik) maupun akibat
41
sakit jantung (syok kardiogenik), Anamnesis cepat dan mengarah sangat membantu
disertai dengan pemeriksaan fisik yang tepat dapat menemukan atau menyingkirkan
kemungkinan ketidakstabilan sirkulasi. Resusitasi cairan dalam bentuk oral maupun
akses intravena dapat segera diberikan untuk mengatasi kegawatdaruratan ini. Selalu
konsultasikan kepada dokter untuk dosis yang diperlukan.
Tanda vital sesuai namanya merupakan hal yang vital bagi awal pemeriksaan
fisik. Meskipun tampaknya sepele tindakan ini dapat menentukan kegawatan pasien
yang datang. Meskipun demikian petugas kesehatan tak jarang yang
mengabaikannya, dan mengandalkan pada riwayat pemeriksaan terdahulu baik dari
catatan medis maupun anamnesis.
42
Pemeriksaan tanda vital adalah wajib sesuai indikasi dalam pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan darah, pemeriksaan laju nadi, pemeriksaan
laju pernafasan, pemeriksaan suhu badan, dan pemeriksaan ada tidaknya nyeri.
Pemeriksaan tersebut tertuang dalam SOP yang telah disusun dan disepakati.
Taruhlah kepala kita (pemeriksa) di atas mulut penderita, dengan melihat miring
ke arah kaki penderita. Mata kita melihat naik turunnya dada penderita, pipi kita
meraba – rasakan hembusan udara dari mulut penderita dan telinga kita
mendengarkan akan adanya bunyi pernafasan. Cara lain adalah dengan menaruh
punggung tangan kita di depan hidung penderita untuk merasakan adanya hembusan
udara. Cara ini hanya biasa dilakukan oleh orang yang berpengalaman.
43
Apabila pernafasan berbunyi berarti airway tersumbat. Sumbatan ini belum
sepenuhnya, masih ada udara yang dapat masuk – keluar, tetapi karena ada
penyempitan, maka timbullah suara saat bernafas. Jenis – jenis bunyi yang dapat
timbul adalah :
Pada umunya lidah merupakan penyebab dari sumbatan airway pada penderita
yang tidak sadar. Penderita yang kesadarannya menurun, pangkal lidahnya dapat
jatuh ke belakang dan menyumbat airway, kemudian timbul bunyi mengorok. Usaha
penderita untuk bernafas kemudian menghasilkan tekanan negatif yang menarik lidah,
epiglotis atau keduanya ke dalam tenggorokan. Apabila kemudian dilakukan
pernafasan buatan, maka lidah akan bertambah jatuh ke belakang, sehingga semakin
tersumbat. Oleh karena itu, apabila akan dilakukan pernafasan buatan, airway selalu
harus tetap terbuka.
44
Gambar 2. Airway
2. Breathing
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara
adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama
masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi
merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan
fungsi paru, dinding dada dan diafragma.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
- Pergerakan dada
- Adanya bunyi nafas
- Adanya hembusan/aliran udara
Sangat penting bagi pemeriksa untuk mengenal tanda – tanda pernafasan yang
tidak adekuat. Tanda pernafasan tidak adekuat adalah :
a. Hitung frekuensi (laju) pernafasan dalam setengah menit, lalu kalikan angka
2. Pernafasan yang pasti tidak adekuat apabila kurang dari 8x / menit pada
orang dewasa, kurang dari 10x / menit pada anak atau kurang dari 20x /
menit pada bayi.
b. Sesak : Meningkatnya usaha dalam bernafas. Pernafasan normal adalah
tanpa usaha. Penggunaan otot perut secara berlebihan untuk bernafas,
karena penderita memakai diafragma (sekat rongga dada) untuk memaksa
udara keluar – masuk dari paru – paru.
c. Sianosis : adalah perubahan warna atau kebiru – biruan pada kulit dan
lapisan selaput lendir (dapat dilihat pada bibir dan selaput lendir mata).
45
Sianosis berarti terlalu banyak CO2. Sianosis yang jelas terutama akan
terlihat pada kuku.
d. Perubahan kesadaran. Apabila otak tidak menerima O2, maka pertama –
tama penderita akan sangat gelisah, tetapi lebih lanjut penderita akan
kehilangan kesadarannya (pingsan).
e. Denyut jantung yang lambat atau sangat cepat yang disertai dengan jumlah
pernafasan yang lambat.
Gambar 3. Breathing
3. Circulation
Sirkulasi adalah nama singkat yang berarti peredaran darah. Sebenarnya yang
dimaksud adalah jantung dan semua pembuluh darah, baik pembuluh darah nadi
(sistem arteri) maupun pembuluh darah balik (sistem vena). Kegagalan pada sistem
jantung dan pembuluh darah ini dapat berakibat fatal, kadang – kadang dalam
bilangan detik. Kita semua mendengar seseorang yang sedang mengerjakan sesuatu,
jatuh, lalu meninggal. Ini kerapkali disebabkan gangguan jantung yang mematikan.
Tindakan yang cepat dan tepat oleh seorang penolong mungkin akan menghindarkan
penderita dari kematian. Sirkulasi yang adekuat menjamin distribusi oksigen ke
jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi
tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler.
- Tingkat kesadaran
- Nadi
- Warna kulit
Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan
arteri femoral.
46
Gambar 4. Circulation
5.4. Tersedak
Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing
(makanan, mainan, dll) ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan gawat
napas. Jika hal ini tidak ditangani segera maka korban akan meninggal. Pada
dasarnya kita mengenal 2 jenis tersedak. Tersedak sebagian (partial/mild) artinya
benda asing yang masuk hanya menyumbat sebagian dari jalan napas, masih ada
sedikit celah untuk masuknya udara. Yang paling berat adalah Tersedak Total (total
blockage/severe) dimana benda asing yang masuk sudah menutup semua bagian
jalan napas korban, sehingga korban menjadi jatuh tidak sadarkan diri. Pada sesi kita
akan membahas penanganan tersedak pada korban yang masih sadar dan tidak
sadar.
Pengenalan dini akan tanda-tanda tersedak merupakan langkah awal untuk
suksesnya penanganan tersedak. Adalah penting untuk membedakan kondisi ini dari
sakit-sakit yang lain seperti asma, serangan jantung, stroke atau kondisi sakit lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan.
Berikut cara membedakan antara tersedak yang “mild” (ringan/ sebagian) dan
“severe” (berat/ total):
47
2. Korban masih sadar dan dapat batuk sekeras-kerasnya
2. Masih bisa batuk, tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali
Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia >1 Tahun – Dewasa Yang Masih Sadar
1. Jika korban masih bisa batuk. anjurkan korban untuk batuk terus menerus
sekeras-kerasnya
- Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh udara)
- Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda
asing
1. Tanyakan kepada korban “Apakah Anda tersedak?”, sekilas langkah ini terlihat
agak rancu dan tidak mungkin dilakukan. Tetapi hal ini dilakukan untuk
membedakan antara tersedak dan penyakit lain yang menyebabkan gawat
napas.
48
o Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh Anda sesuai dengan
tinggi tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan Anda harus berlutut)
o Letakkan kepalan tangan Anda dengan arah ibu jari menempel ke dinding perut
korban, posisikan kepalan tangan Anda 2 jari di atas pusat (pusat selalu sejajar
dengan tulang pinggul atas), Anda tidak memposisikan kepalan tangan Anda
di ulu hati.
o Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar atau
sampai korban menjadi jatuh tidak sadar.
Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu gemuk
(obesitas) kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan “chest thrust”yaitu dengan
meletakkan kepalan tangan Anda di tengah-tengah tulang dada
49
Pengganti heimlich manuever pada korban wanita hamil
Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia >1Tahun – Dewasa Yang Tidak Sadar
o Buka jalan napas korban (AIRWAY), jika Anda dapat melihat benda asing
lakukan finger swab atau sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing
o Segera lakukan CPR/ RJP. Perbedaannya dengan CPR biasa adalah setelah
melakukan 30 kali kompresi dada, periksalah mulut korban terlebih dahulu
sebelum memberikan 2 kali napas bantuan.
Anda telah sukses menangani korban tersedak yang tidak sadar jika Anda sudah
melihat tanda-tanda berikut:
Lakukan langkah-langkah berikut ini jika Anda sudah berhasil menangani korban
tersedak. Karena ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi setelah benda asing
keluar dari mulut korban:
3. Jika nadi tidak teraba dan korban juga tidak bernapas, lanjutkan CPR dan
pasang AED segera (jika tersedia). Jika nadi ada tetapi napas tidak ada maka
berikanlah bantuan napas saja selama 2 menit, dalam 1 menit Anda harus
memberikan 10 kali napas (jadi jeda antara napas adalah 6 detik). Setelah 2
menit periksalah apakah napasnya sudah ada atau belum, jika korban sudah
bernapas normal posisikan korban miring (posisi pemulihan) sambil menunggu
bantuan datang.
Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda dengan anak yang berusia lebih
dari 1 tahun. Kita tidak bisa melakukan penekanan perut (Heimlich manuever) pada bayi
karena akan mencederai organ dalam yaitu hati. Penanganan tersedak untuk bayi terdiri
atas kombinasi penekanan dada (chest thrust) dan tepukan punggung (back slaps).
3. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di atas pangkuan tangan
Anda. Buat kepala bayi lebih rendah dari kakinya. Sangga kepala dan rahang
bawah bayi menggunakan tangan Anda (hati-hati untuk tidak menekan leher
bayi, karena ini akan menyebabkan tersumbatnya saluran napas.
51
7. Ulangi langkah No. 4,5,6 di atas sampai benda asing keluar dari mulut bayi atau
bayi menjadi tidak sadar.
Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi Anda menjadi tidak sadar (bayi terkulai
lemas, tidak ada pergerakan, bibir membiru, tidak dapat menangis atau mengeluarkan
suara) penanganan nya adalah sebagai berikut:
2. Buka jalan napas bayi (mulut bayi) dan lihat apakah benda asing terlihat atau
tidak. Jika terlihat ambil dengan menggunakan sapuan jari Anda. Jika Anda tidak
52
melihatnya JANGAN lakukan “blind finger swab” / mengkorek-korek mulut bayi
dengan tujuan untuk mencari benda asing tersebut.
3. Jika benda asing tidak terlihat lakukan langkah selanjutnya yaitu lakukanlah CPR
yang terdiri dari 30 kali penekanan dada diikuti 2 kali napas. Tetapi, perbedaan
CPR korban tersedak dengan korban biasa adalah setiap Anda selesai
melakukan 30 kali penekanan dada periksalah dahulu mulut bayi sebelum
memberikan 2 kali bantuan napas.
4. Jika setelah 5 kali siklus CPR, benda asing masih belum dapat keluar dan bayi
masih belum sadar. Panggil bantuan medis segera, kemudian lanjutkan CPR
Anda sampai bantuan medis datang atau benda asing nya keluar.
53
dari denyut nadi atau petunjuk lain seperti kewajaran warna kulitnya. Bila pasien tidak
bernafas, segera berikan pernapasan bantuan untuk meniupkan oksigen ke tubuhnya.
Bila tidak ada denyut atau tanda peredaran darah lalin, segeralah lakukan CPR
(cardiopulmonary resuscitation; resusitasi jantung-paru).
1. Pertolongan Kecelakaan
Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah bentuk bantuan perawatan
seketika kepada korban atau penderita sebelum datangnya perawat keselamatan yang
ahli. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa, mencegah terjadinya kondisi yang
memburuk serta memulihkan keadaan si penderita secepat mungkin. Dalam aktivitas
air hal-hal seperti kegagalan oksigen dalam sel terutama otak dan jantung dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Jika proses pernapasan dan peredaran darah gagal, maka diperlukan tindakan
yang disebut resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh. Usaha untuk
menyelamatkan korban yang seperti ini disebut dengan RJP (Resusitasi Jantung dan
Paru-paru). Untuk pertolongan bagi orang yang tidak sadar maka ikuti urutan ABC
sebelum melakukan pertolongan lain, berikut penjabaran ABC.
54
c. Peredaran Darah (Circulation)
Memeriksa peredaran darah dengan cara meraba denyut nadi dengan dua atau
tiga jari selama 10 detik. Untuk bayi maka rabalah denyut brachial di bagian lengan.
Untuk orang dewasa atau anak-anak, rabalah denyut koratid pada leher di rongga
antara trakea (saluran udara) dan otot besar leher.
56
DAFTAR PUSTAKA
57