Anda di halaman 1dari 5

Nama : Risa Amelia

NIM : 1810123220009

Reg :A

RESUME 1

Kebijakan Satuan Pendidikan Aman Bencana

Satuan Pendidikan Aman Bencana (Program SPAB) adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan dampak Bencana di Satuan Pendidikan, serta bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya dan kualitas di Satuan Pendidikan dalam menanggulangi juga
mengurangi resiko terjadinya bencana, memulihkan dampak bencana dan memastikan
keberlayanan pada satuan pendidikan, serta memberikan perlindungan dan keselamatan pada
peserta didik. Adapun sasaran sekolah aman yang komprehensif yaitu:

a. Melindungi peserta didik, guru dan tenaga kependidikan lainnya dari resiko kematian
ataupun cedera di sekolah
b. Merencanakan kesinambungan pendidikan dalam menghadapi bahaya yang sudah
diperkirakan
c. Memperkuat ketangguhan warga komunitas terhadap bencana melalui pendidikan
d. Melindungi investasi di sektor pendidikan

Kemudian, upaya yang dapat dilakukan untuk pendidikan tangguh bencana dikelompokkan
menjadi tiga yakni; pilar satu yang menyangkut fasilitas bangunan, dimana pengimplementasian
pada pilar ini dapat berupa kegiatan terkait pemberlakuan penempatan sekolah yang bukan rawan
bencana, melakukan retrofiting, menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung,
melakukan perawatan, memperhatikan desain bangunan, dan sebagainya. Lalu ada pilar dua,
yang mana pada pilar ini terkait pemanajemenan sekolah aman bencana yang kegiatannya dapat
berupa pembentukan tim penanggulangan bencana, pengembangan strategi belajar di masa dan
tempat darurat, penetapan SPAB di sekolah/madrasah, dan sebagainya. Dan terakhir terdapat
pilar tiga, dimana pilar ini menyangkut dengan bentuk pencegahan dan pengurangan resiko
bencana, yang kegiatannya dapat meliputi adanya peningkatan kapasitas bagi seluruh jajaran
masyarakat, guru, staff, peserta didik dan lainnya yang terlibat. Kemudian juga dapat dilakukan
pelaksanaan evaluasi maupun simulasi secara rutin terkait materi. Serta dapat juga meletakkan
SPAB sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler formal maupun non-formal yang sasarannya
tertuju pada masyarakat.

Berikut ini beberapa langkah untuk mewujudkan satuan pendidikan aman bencana:

1. Persiapan dan konsolidasi dengan pihak sekolah yang mana pada tahap ini sekolah harus
melakukan koordinasi dengan berbagai pihak penyelenggara program.
2. Pengkajian dan penilaian mandiri di awal program, dimana kita harus bisa mengetahui
apa saja bencana yang kemungkinan akan melanda sekolah tersebut sehingga kita bisa
mengetahui kapasitas dan potensi yang ada.
3. Pelatihan untuk guru, tenaga pendidikan, dan komite sekolah lainnya. Ini tidak harus
dilakukan dengan biaya, bisa saja dengan meluangkan sisa waktu mata pelajarannya
dengan melakukan simulasi berulang yang melibatkan berbagai pihak.
4. Pelatihan untuk murid
5. Pengkajian risiko bencana bersama, termasuk dengan peserta didik.
6. Penyusunan rencana aksi dan pembentukan tim siaga bencana.
7. Penyusunan prosedur tetap untuk masa pra, saat, dan paska bencana. Untuk penyusunan
ini sendiri, kita harus melakukan beberapa hal yakni; menilai situasi secara krisis,
menyebarkan informasi krisis, identifikasi korban, memberikan pelayanan intervensi
krisis, serta melakukan diskusi dan evaluasi tindakan tanggap krisis.
8. Melakukan simulasi teratur sebanyak 2 kali setahun. Ini dapat dilakukan untuk simulasi
masal, namun untuk simulasi yang kapasitas orangnya lebih sedikit misal hanya dalam
satuan kelas bisa dilakukan kapan saja, semakin sering justru semakin bagus.
9. Melakukan penilaian mandiri dan pengawasan secara rutin
10. Melakukan evaluasi pelaksanaan

Dalam proses pembelajaran selama berada di lokasi pasca bencana, tentunya kita harus
memperhatikan beberapa hal. Salah satunya yakni membuat pembelajaran yang menyenangkan.
Pembelajaran yang menyenangkan ini bisa dilakukan dengan menciptakan berbagai program
yang menarik serta menggunakan media yang menghibur pada peserta didik namun tidak
meninggalkan esensi dari pembelajaran itu sendiri. Agar lebih maksimal, maka perlu juga
dilakukan evaluasi yang tidak menyulitkan peserta didik.
RESUME II
Pemulihan Pasca Bencana: Situasi Krisis

Dalam tumbuh kembang normal individu pada umumnya dalam menggali potensi dari
masa bayi hingga menuju dewasa, tentulah tidak terlepas dari berbagai resiko yang bisa membuat
individu tersebut terjebak hingga tidak mencapai aktualisasi diri.
Tujuan normal individu adalah integrasi. Baik dari si janin pada sistem keluarga, anak
pada sistem sekolah, anak pada kehidupan kerja, dan anak pada peranan masyarakat. Namun
integrasi ini bisa rancu bila individu tersebut dihadapkan pada situasi tertentu. Salah satunya
adalah fenomena anak patah.
Fenomena anak patah merupakan sebuah fenomena dimana seorang individu menghadapi
sebuah krisis yang tidak terduga. Krisis yang dimaksud bisa berupa kemiskinan, kecacatan,
penyimpangan perilaku, ketelantaran, bencana, dan sebagainya.
Selain itu, terdapat juga situasi krisis lainnya yakni PMKS dan masalah psikososial.
PMKS merupakan singkatan dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dimana terjadinya
hambatan, kesulitan, atau gangguan yang tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga
kebutuhan jasmani dan rohaninya tidak terpenuhi. Sedangkan masalah psikososial sendiri
merupakan masalah yang mempunyai dampak negatif dan berpengaruh terhadap munculnya
gangguan jiwa. Penyebab terjadinya masalah psikososial ini adalah karena terjadinya bencana,
pemanasan global, kemiskinan, dan lain-lain.
Psikososial terdiri dari kata “psiko” dan “sosial”. Singkatnya, psikososial merupakan
hubungan antara internal si individu tersebut dengan lingkungannya yang mana terjadinya relasi
sosial yang mencakup faktor psikologis dari pengalaman seseorang.
Ketika fenomena anak patah ini terjadi, rentan sekali individu yang awalnya normal
menjadi abnormal. Hal itu pun terjadi secara bertahap dimana pada awalnya individu hanya
merasakan emosi seperti takut, lalu kemudian berkembang jadi rasa cemas dan gelisah, hingga
akhirnya berujung stres maupun trauma semisal PTSD.
Ini pada akhirnya harus diberlakukan berbagai tindakan dengan melakukan berbagai
program dan layanan dukungan psikososial untuk memulihkan kesejahteraan psikologis individu
dan sosialnya sehingga individu tersebut bisa terehebilitasi dan reintegrasi kembali sesuai dengan
tujuan manusia normal umumnya.

Anda mungkin juga menyukai