Anda di halaman 1dari 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR

PENGOLAHAN KUNYIT
UNTUK PEMBUATAN JAMU SERBUK
DI PJ. BISMA SEHAT
Desa Nguter Rt 02 Rw 07, Kecamatan Nguter, Kabupaten
Sukoharjo 57571, Jawa Tengah

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna


Mencapai Gelar Ahli Madya
Agrofarmaka di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh:
FURI PRIMASARI
H 3508029
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS AGROFARMAKA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

PENGOLAHAN KUNYIT
UNTUK PEMBUATAN JAMU SERBUK
DI PJ. BISMA SEHAT
Desa Nguter Rt 02 Rw 07, Kecamatan Nguter, Kabupaten
Sukoharjo 57571, Jawa Tengah

Yang disiapkan dan disusun oleh :


Furi Primasari
H 3508029

Telah dipertahankan di depan Dosen Penguji


Pada tanggal : 06 Mei 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Ir. Panut Sahari, MP Ir. Sri Nyoto, M.S


NIP. 194905211980031001 NIP. 195708031985031001

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S


NIP. 195602251986011001
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh SWT, atas rahmat dan keridhaanNya
sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih memiliki keterbatasan. Namun
diharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan
dan dicatat oleh Alloh SWT sebagai amal dan ilmu yang bermanfaat, Amin. Tidak
lupa penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian UNS.
2. Ir. Heru Irianto, MM., selaku Ketua Program DIII Fakultas Pertanian UNS.
3. Ir. Panut Sahari, MP., selaku Pembimbing Akademik Program DIII
Agribisnis Minat Agrofarmaka Fakultas Pertanian.
4. Ir. Panut Sahari,MP., dan Ir. Sri Nyoto,MS selaku Dosen
Pembimbing/Penguji Magang.
5. Bapak Mulyadi yang telah mengizinkan magang di PJ.Bisma Sehat
6. Bapak Agus dan pihak - pihak lain yang telah membantu dan membimbing
selama melaksanakan kegiatan magang di PJ.Bisma sehat
7. Mas Joko yang telah memberikan banyak informasi dan nasehatnya.
8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tak
terhingga, untuk airmata yang menetes saat khusuk berdoa untuk anaknya ini,
serta yang memberikan dukungan moril dan materiil
9. Kakak Fandi yang selalu mendukung dan menyemangati dalam setiap
langkahku.
10. Nenek yang selalu mendukungku dalam setiap langkahku.
11. Rizna yang selalu mengingatkan, memberikan motivasi
12. Semua keluargaku yang telah mendukung untuk menyelesaikan kuliah.
13. Sahabat-sahabatku yang selalu mengingatkan, membantu dan memberiku
motivasi dalam menyelesaikan laporan ini.

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14. Teman - teman Agribisnis Minat Agrofarmaka Angkatan 2008 yang secara
kompak saling mendukung suksesnya studi kita.
15. Teman-teman dari DIII lainnya yang saling memberikan dukungan.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang banyak
membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Kami menyadari Laporan Magang ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang.

Surakarta, April 2011

Penulis

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................... 1
B. PERUMUSAN MASALAH............................................................ 3
C. .TUJUAN .......................................................................................... 3
1. Tujuan Umum Magang ................................................................. 3
2. Tujuan Khusus Magang ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. MENGENAL TANAMAN KUNYIT .......................................... 5
B. CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL (CPOTB) ......... 7
C. PROSES PENGOLAHAN BAHAN BAKU ............................... 9
D. MANFAAT KUNYIT .................................................................15
BAB III METODOLOGI
A. DASAR PENENTUAN LOKASI ............................................... 16
B. JENIS DAN SUMBER DATA ................................................... 16
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ........................................... 16
D. TEMPAT DAN WAKTU ........................................................... 17
E. BAHAN DAN ALAT ................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... 18
1. Sejarah Perusahaan ..................................................................... 18
2. Maksud dan Tujuan Perusahaan ................................................. 19
3. Produktifitas Perusahaan............................................................. 20

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. MANAJEMEN PERUSAHAAN ............................................... 21


1. Struktur Organisasi .................................................................... 21
2. Ketenagakerjaan ......................................................................... 22
3. Kesejahteraan Karyawan ............................................................ 23
C. PERSIAPAN PENGOLAHAN BAHAN ................................... 23
1. Sortasi Awal ................................................................................ 23
2. Pencucian .................................................................................... 24
3. Perajangan .................................................................................. 25
4. Pengeringan ................................................................................ 25
5. Sortasi Akhir .............................................................................. 25
D. PERSIAPAN PENGOLAHAN BAHAN ................................... 25
1. Peramuan Bahan Baku ................................................................ 26
2. Penggiling dan Pengayakan ........................................................ 26
3. Penyimpanan Awal .................................................................... 27
4. Peramuan Bahan Jadi .................................................................. 28
5. Pemeriksaan Laboratorium ......................................................... 28
6. Pengemasan ................................................................................. 29
7. Penyimpanan Akhir ..................................................................... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN .......................................................................... 31
2. SARAN ...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PJ. Bisma Sehat....................................... 21

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Magang di PJ. Bisma Sehat


Lampiran 2. Surat Keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia
Lampiran 3. Daftar Produk Jamu di PJ. Bisma Sehat
Lampiran 4. Foto - foto

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat tradisional bukan hal yang baru lagi bagi masyarakat
Indonesia salah satu obat tradisional bangsa Indonesia berbentuk jamu,
yang telah dikenal sejak jaman nenek moyang. Jamu yang beredar di
masyarakat pada saat ini adalah jamu gendong, jamu godogan, dan jamu
serbuk.
Industri jamu di Indonesia saat ini semakin berkembang pesat.
Karena masih banyak digunakan oleh masyarakat. Selain itu jamu
tradisional tidak memberikan efek samping bagi kesehatan dan merupakan
obat warisan nenek moyang sebelum obat-obatan kimia berkembang
secara pesat, tetapi masih banyak masyarakat yang menggemari jamu
tradisional. Dan apa lagi di jaman sekarang banyak dokter-dokter
menggunakan obat herbal sebagai resep pengobatan.
Kunyit (Curcuma domestica VAL.) merupakan salah satu tanaman
obat dalam suku Zingiberaceace yang mempunyai potensi cukup tinggi
untuk dibudidayakan. Pemakaian kunyit dari waktu ke waktu cenderung
meningkat baik di dalam negeri maupun di berbagai negara di dunia.
Dalam perdaganga Internasional, kunyit termasuk salah satu mata
dagang komoditas ekspor. Kebutuhan kunyit untuk seluruh dunia
diperkirakan sekitar 12.000 ton per tahun, namun baru dipenuhi oleh India
1.260 ton dan sebagian kecil dari RRC. Perdagangan kunyit untuk ekspor
umumnya dalam bentuk belahan atau irisan rimpang kering. Negara
pengimpor kunyit antara lain adalah Jepang, Hongkong, negara-negara
kawasan Eropa dan Amerika.
Indonesia telah memanfaatkan peluang pasar ekspor kunyit,
sekalipun jumlahnya selalu naik turun cukup dratis (fluktuasi). Pada tahun
1983 ekspor kunyit Indonesia tercatat sebesar 10.000 kg (US $ 4.707),

commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kemudian tahun 1894 naik menjadi 386. 926 kg (US $ 307.974). Tahun
1985-1986 terjadi penurunan, yakni masing-masing hanya 251.610 kg (US
$ 166.086) dan 129.000 kg (US $ 60.682). Tahun 1987 naik lagi menjadi
398.155 kg (US $ 378.428), tetapi tahun 1988 dan 1989 hanya sebesar
22.600 kg (US $ 23. 679) dan 35.774 kg (US $ 184.225). Tahun 1991
sebesar 162,4 ton (US $ 53.328) dan tahun 1992 hanya 1,7 ton (US $
2.274).
Komoditas ini memberikan peluang cukup tinggi dalam kapasitas
serapnya, baik disektor formal (industri jamu), sektor informal (jamu
gendong, pedagang simplisia, petani pembudidaya dan pengepul simplisia
maupun ekspor). Kebutuhan kunyit untuk bahan baku obat tradisional
lokal maupun ekspor terus meningkat maka perlu adanya pengembangan
agrobisnis tanaman obat di Indonesia. Karena kualitas simplisia sangat
mempengarui hasil jamu, maka pada budidayanya seharusnya lebih
diperhatikan. Pada kenyataannya sering petani membawa hasil tanaman
obat untuk di jual kepada pengusaha, tetapi bahan jamu tersebut ditolak
karena kualitasnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan
distandarkan oleh pengusaha.
Kunyit banyak ditemukan dalam ramuan jamu, baik secara tunggal
maupun dikombinasi dengan bahan jamu yang lain. Berdasarkan
penelitian atau pengalaman (empiris), kunyit dapat menyembuhkan
beberapa penyakit diantaranya sakit gatal, kesemutan, gusi bengkak,luka,
sesak nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus, kudis, encok, sakit
kuning, memperbaiki pencernakan dan merangsang gerakan usus serta
menghilangkan perut kembung (karminativa), anti diare, obat peluru
empedu (kolagoga), koreng (skabida), racun serangga (desinfectan),
penenang (sedativa), dan penawar racun (antidota). Rasanya tidak terlalu
sulit untuk mendapatkan jamu dan minuman segar yang berasal dari kunyit
di warung-warung atau toko-toko jamu.

commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Perumusan Masalah
Untuk menghasilkan produk jamu yang berkualitas, cara
pengolahan sangat berpengaruh. Pertama kali yang perlu diperhatikan
adalah apakah bahan segar yang akan digunakan telah memenuhi standar
atau belum. Selanjutnya bagaiman proses pengolahan bahan bakul jamu
dilakukan sehingga menjadi jamu serbuk yang siap di komsumsi.
Cara pengolahan yang tidak benar dapat mengakibatkan kualitas
produk jamu kurang sempurna, baik dari kebersihan, aroma, warna,
kemasan maupun khasiatnya. Sedangkan apabila cara pengolahan jamu
sudah benar, dapat memperbaiki atau bahkan meningkatkan produk yang
dihasilkan, kebersihan lebih terjamin, aroma warna, dan kemasan yang
menarik sehingga akan lebih berkhasiat.
Disini penulis hanya mengambil satu permasalahan tentang
bagaimana proses pengolahan kunyit sebagai bahan baku jamu serbuk.

C. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat melihat dan memahami secara langsung proses
pengolahan kunyit menjadi jamu serbuk
b. Mahasiswa memperoleh pengalaman kerja secara langsung
sehingga dapat membandingkan antara teori dengan realisasinya di
lapangan serta berkaitan dengan ilmu yang lain.
c. Menjalin hubungan kerjasama antara perguruan tinggi dengan
dunia industri atau perusahaan.
d. Memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Ahli
Madya Agrofarmaka di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui ciri simplisia kunyit yang berkualitas baik

commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Mengerti dan memahami proses pengolahan kunyit dari


pengolahan bakal jamu sampai menjadi jamu serbuk dan kendala-
kendalanya.
c. Mempelajari kondisi umum perusahaan meliputi sejarah
perusahaan,lokasi dan struktur organisasi.

commit to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengenal Tanaman Kunyit


Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman
kunyit termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut :
• Divisio : Spermatophyta
• Sub-diviso : Angiospermae
• Kelas : Monocotyledoneae
• Ordo : Zingiberales
• Famili : Zungiberaceae
• Genus : Curcuma
• Species : Curcuma domestica Val

Famili Zingiberaceae yang tumbuh di dunia diperkirakan terdapat


47 genera dan 1400 spesies, bagi yang tumbuh di daerah tropika maupun
sub tropika. Paling sedikit terdapat 8 jenis temu-temuan yang banyak
digunakan sebagai bahan obat-obatan di Indonesia. Termasuk didalamnya
temu ireng (Curcuma aerugionosa ROXB.), temulawak (C. Xanthorrhiza
ROBX.), temu putih, bengle (Zingiber purpureum ROXB), lempuyang
gajah(Z. zerumbet), temu kunci (Boesenbergia pandurata), jahe dan
tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.) (Kartasapoetra, 1992).
Di berbagai daerah kunyit mempunyai nama yang beragam.
Misalnya kunyir, koneng atau koneng temen(Sunda), kunyit (Aceh),
kuning (Gayo), kuning, unik (Batak), kunyit (Melayu), cahang (Dayak),
kunyit (Lampung), kunyit, janar (Banjar), kunir, kunir betis, temu kuning
(Jawa), konye, temo koneng (Madura), kunyik (Sasak), huni (Bima),
alawahu (Gorontalo), uni, kuni (Toraja), kunyi (Makasar), unyi (Bugis),
kumino, unine, uninum (Ambon), rame, kandeifu, nikwai, mingguai, jaw
(Irian).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat


tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit
tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal
dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan
bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab
Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides
menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit,
kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak
dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan,
Indonesia (Jawa), dan Filipina.
Susunan tumbuhan tanaman kunyit terdiri atas akar, rimpang,
batang semu, pelepah daun, daun, tangkai bunga dan kuntum bunga.
Sistem perakaran tanaman kunyit termasuk akar serabut berbentuk benang
(fibrosus) yang menempel pada rimpang. Kedalaman rimpang dalam tanah
sekitar 16 cm panjang akar kurang lebih 22,50 cm tebal rimpang muda
1,61 cm dan rimpang tua 4 cm. Tiap rumpun tanaman kunyit dapat tumbuh
rimpang 7-10 buah, dan anakan antara 11-15 tanaman (Rukmana, 1991).
Rimpang kunyit bercabang-cabang, dan secara keseluruhan
membentuk rumpun. Bentuk rimpang sangat bervariasi, umumnya bulat
panjang dan kulit rimpang mudah berwarna kuning/muda serta daging
kuning. Rimpang tua kulitnya berwarna jingga kecoklatan dan dagingnya
jingga terang agak kuning. Rasa rimpang enak dan berbau khas aromatik
sedikit agak pahit serta pedas. Rimpang-rimpang kunyit tumbuh dari umbi
utama. Umbi utama bentuknya bervariasi antara bulat panjang, pendek dan
tebal, lurus atau pun melengkung. Batang tanaman kunyit relatif pendek
membentuk batang semu dari pelepah-pelepah daun yang menutup satu
sama lain (Hernani, 2002).
Daun tumbuh berjumbai dengan ukuran panjang sekitar 35 cm,
lebar 14 cm, berwarna hijau, dan tiap tanaman terdiri atas 9-10 helai daun.
Bunga keluar dari ujung batang semu dengan panjang karangan bunga 10-
15 cm serta berwarna merah. Kuntum bunga tumbuh putih-bergaris hijau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan diujungnya merah jambu, sedangkan yang terletak dibagian bawah


berwarna hijau muda (Rukmana, 1991).
Secara keseluruhan tanaman kunyit tumbuh berbentuk terna yang
dapat mencapai ketinggian 1 meter, merumpun selebar lebih kurang 24
cm.
Iklim dan ketinggian tempat tanaman kunyit dapat tumbuh didaerah
tropika maupun subtropika. Di Indonesia dapat tumbuh sepanjang tahun di
daerah-daerah dataran rendah sampai dataran tinggi±2000 m dpl.
Meskipun daya adaptasi tanaman kunyit cukup luas, tetapi kisaran
pertumbuhan dan produksi yang optimum adalah pada kondisi iklim suhu
udara 19º-30ºC, curah hujan antara 1500-4000 mm pertahun, dan masih
dapat tumbuh baik ditempat yang sedikit ternaung (Cheppy, 2002)

B. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)


Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam
yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk
menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik
dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku.
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh
aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan
mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu
produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan
mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani (Tondok,1999).
Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk
itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan
sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat
dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah
bagi produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional
(Anonim, 2009).
Obat tradisional bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia.
Sebelum obat-obat kimia berkembang secara modern, nenek moyang kita
umumnya menggunakan obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
untuk mengatasi problem kesehatannya.
Dari tumbuhan obat tersebut dapat dibuat berbagai produk yang
sangat bermanfaat dalam menunjang industri obat tradisional, farmasi,
makanan dan minuman. Ragam bentuk hasil olahannya, antara lain berupa
simplisia.
Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk
membuat ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan
pengeringan. Proses pembuatan simplisia pada prinsipnya meliputi tahap-
tahap pencucian, pengecilan ukuran dan pengeringan.
Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah secara
terus menerus memfasilitasi industri obat tradisional baik skala besar
maupun kecil untuk dapat menerapkan CPOTB melalui langkah-langkah
dan pentahapan yang terprogram.  Dengan adanya perkembangan jenis
produk obat bahan alam tidak hanya dalam bentuk Obat Tradisional
(Jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka,
maka Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ini dapat pula
diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka (Fauziah, 1996).
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia.
Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal.  Jamu dibuat dari
bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-
akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan
bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. 
Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai
pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya.  Di berbagai
kota besar terdapat profesi penjual jamu gendong yang berkeliling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjajakan jamu sebagai minuman yang sehat dan menyegarkan. Selain


itu jamu juga diproduksi di pabrik-pabrik jamu oleh perusahaan besar
seperti Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer atau Djamu Djago, dan dijual di
berbagai toko obat dalam kemasan sachet. Jamu seperti ini harus
dilarutkan dalam air panas terlebih dahulu sebelum diminum. Pada
perkembangan selanjutnya jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet
dan kapsul (Anonim, 2011).

C. Proses Pengolahan Bahan Baku


Adapun proses untuk dijadikan bakal jamu antara lain:
a. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk memperoleh simplisia yang bersih
dan bebas kotoran yang mungkin terikut saat pemanenan dan
pengangkutan. Perlakuan ini akan menurunkan jumlah microba patogen
yang menyebabkan pembusukan dan membuat penampakan fisik
simplisia lebih menarik.
Pencucian yang benar dilakukan dengan air mengalir sehingga
kotoran yang terlepas tidak menempel kembali. Pencucian simplisia
dalam jumlah besar dapat dilakukan dalam bak bertingkat yang
menerapkan konsep mengalir (Kartasapoetra, 1989).
b. Sortasi
Cara dan tehnik sortasi memerlukan ketelitian dan kecermatan.
Dalam sekala besar sortasi membutuhkan biaya yang besar karena
membutuhkan tenaga kerja cukup banyak. Fungsi sortasi adalah untuk
memperoleh simplisia seperti yang dikehendaki baik kemurnian dan
kebersihannya. Selain itu berperan untuk memilah bahan berdasarkan
ukuran panjang, lebar besar atau kecil sehingga diperoleh ukuran yang
seragam.
Sortasi dibedakan menjadi dua, yaitu sortasi basah dan sortasi
kering. Sortasi basah diterapkan pada simplisia daun rimpang kulit
batang dan sebagainya. Kegiatan sortasi basah pada bahan simplisia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10 

berukuran kecil dilakukan dengan menggunakan nyiru, untuk


memisahkan kotoran-kotoran ringan tersebut, penampi digerakkan
keatas, kebawah sambil dilakukan peniupan, serta gerakan berputar.
Sedangkan sortasi kering lebih mudah dilakukan. Keberadaan kotoran-
kotoran asing seperti debu, krikil, tanah, rambut, serta bahan lain yang
mencemari bahan pada saat pengeringan harus segera di hilangkan
karena dapat berpengaruh pada kualitas simplisia (Kartasapoetra, 1989).
Teknik sortasi kering dan basah memiliki kesamaan yaitu
memisahkan atau membuang semua bahan asing atau kotoran yang
mencemari simplisia yang berkualitas dapat menurunkan mutu. Dengan
sortasi diharapkan dapat memperoleh keseragaman mutu dan ukuran
simplisia.
c. Pengubahan bentuk
Pengubahan bentuk produk tanaman obat menjadi bentuk-
bentuk lain seperti irisan, potongan, dan serutan bertujuan memudahkan
kegiatan pengeringan, pengepakan serta pengolahan selanjutnya
menjadi bahan baku obat.
Pada umumnya semakin tipis bahan yang dikeringkan akan
semakin cepat proses penguapan air berlangsung sehingga dapat
mempercepat pengeringan. Namun irisan, yang terlalu tipis juga tidak
baik karena senyawa aktif yang terkandung akan mudah menguap dan
simplisia juga akan lebih mudah rusak saat di kemas .
d. Pengeringan
Produk tanaman obat sebagai bahan baku industri obat dan
kosmetik tradisional biasanya dikonsumsi dalam bentuk kering,
sedangkan produk segar digunakan terbatas untuk memenuhi kebutuhan
industri minyak atsiri dan dikonsumsi langsung oleh masyarakat.
Pengeringan juga berfungsi sebagai mencegah terjadinya pencemaran
serta kontaminasi oleh jamur atau patogen yang dapat menurunkan
kualitas atau mengakibatkan keracunan pada saat bahan di konsumsi.
Pengeringan pada dasarnya merupakan upaya untuk menurunkan kadar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11 

air bahan sampai pada tingkat yang diinginkan atau kadar air bahan
sampai pada tingkat yang diinginkan atau kadar air seimbang dengan
atmosfer normal. Pada keadaan ini penurunan mutu bahan oleh kapang,
aktivitas enzim, dan serangga dapat diabaikan (Kartasapoetra, 1989).
Kadar air bahan merupakan jumlah air yang yang terikat secara
fisik dalam bahan sehingga bahan dapat dinyatakan sebagai suatu
material basah atau kering. Jumlah kandungan air pada suatu bahan
hasil pertanian akan mempengaruhi daya tahan bahan terhadap serangan
mikroba. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah
tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama
penyimpanan. Cara mengurangi kadar air bahan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode pengeringan pada suhu tertentu sehingga
bahan mencapai berat tetap. Kehilangan berat akibat pengeringan
selanjutnya dianggap sebagai kadar bahan asal.
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas
akhir dari proses pengeringan. Kelembapan udara serta suhu udara pada
simplisia kering biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada
saat kadar air seimbang, penguapan air pada simplisia akan terhenti dan
jumlah molekul-molekul air yang akan diuapkan sama dengan jumlah
molekul air yang di serap oleh permukaan bahan. Laju pengeringan
amat tergantung pada perbedaan antara kadar air simplisia dengan kadar
air keseimbangan.
Secara garis besar pengeringan produk tanaman obat dapat
dilakukan dengan dua cara:
1. Pengeringan secara alami (natural drying)
Pengeringan secara alami pada dasarnya melibatkan unsur-
unsur iklim :
• Pengeringan dengan cahaya matahari (sun drying)
Pengeringan ini memanfaatkan energi panas dari
cahaya matahari langsung dan merupakan cara pengeringan
yang paling sederhana dan paling umum dan paling umun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12 

dilakukan oleh petani atau pengepul simplisia. Cara ini amat


praktis serta tidak memerlukan biaya yang besar.
• Pengeringan menggunakan alat berenergi matahari
Pengeringan dengan alat yang memanfaatkan tenaga
matahari saat ini juga telah banyak dilakukan. Selain itu
memanfaatkan matahari, alat ini juga memanfaatkan suhu,
kelembaban udara sekitar, serta sirkulasi udara untuk
menunjang proses pengeringan. Besar energi yang
dikonversikan dan tingkat suhu yang dicapai merupakan
parameter utama yang menentukan efektivitas alat pengering
ini.
• Pengeringan bertenaga angin (ventilation drying)
Pengeringan dengan metode ini umumnya dilakukan di
dalam ruangan yang memungkinkan terjadinya pergantian
udara yang berlangsung secara cepat. Pengeringan cara ini
amat sesuai untuk mengeringkan bahan yang mengandung
minyak atsiri atau yang ingin dipertahankan warna bahannya
terutaman pada produk tanaman obat berupa bunga dan buah-
buahan.
Pengeringan dengan teknik ventilation drying dilakaun
dengan meletakkan bahan yang akan dikeringakan dengan cara
dihambarkan atau digantung pada rak-rak yang ada di dalam
alat pengering.
2. Pengeringan buatan (artificial drying)
Berbeda dengan pengeringan alami, pengering buatan tidak
tergantung dengan iklim, cuaca dan penyinaran cahaya matahari. Di
mana dan kapanpun alat pengering ini dapat berfungsi sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan.
Alat pengering buatan ini biasanya telah dimodifikasi dan
diaplikasi dengan teknologi terapan. Beberapa perusahan jamu,
produsen simplisia serta obat tradisional telah banyak memanfaatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13 

peralatan ini. Pengeringan buatan ini dapat menggunakan berbagai


tenaga, seperti energi panas, listrik dan api.
Pengeringan buatan beserta teknologi yang digunakan dalam
kegiatan pengeringan ini memiliki kelebihan sebagai berikut :
• Pengeringan tidak tergantung pada keadaan cuaca.
• Kecepatan, ketepatan dan kualitas bahan yang dikeringkan sesuai
dengan yang diharapkan.
• Kerusakan bahan dapat ditekan seminimal mungkin.
• Bahan terhindar dari kontaminasi dengan bahan asing.
• Suhu pengeringan dapat diatur sesuai kebutuhan yang diharapkan
serta sesuai dengan jenis bahan yang dikeringkan.
(Kartasapoetra, 1989).
e. Pengemasan
Pengemasan hasil tanaman obat yang masih segar ataupun
kering telah lama dilakukan. Tujuan utama dari kegiatan pengemasan
atau pengepakan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan suatu hasil produk tanaman suatu unit sesuai
pemanfaatannya.
2. Menyimpan bahan secara aman agar terhindari dari pencemaran
atau kotoran.
3. Melindungi hasil produk tanaman selama dalam perjalanan,
saat pemasaran maupun penyimpanan.
4. Mempermudah pengangkutan atau pemindahan simplisia dari
satu tempat ke tempat lain.
Pengemasan simplisia tergantung pada jenis dan tujuan
pengemasannya. Bahan dan kemasan harus sesuai sehingga bahan
terhindar dari kerusakan dan sesuai dengan segi pemanfaatannya baik
untuk keperluan pengangkutan atau tujuan penyimpanan
(Suyitno,1990).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14 

Syarat bahan pengemas yang baik adalah sebagai berikut:


1. Mampu melindungi simplisia dari kerusakan mekanis.
2. Tidak mengandung zat kimia yang menyebabkan perubahan isi,
rasa, bau, dan kadar air simplisia.
3. Sesuai dengan kebutuhan konsumen, misalnya tidak terlalu
berat, praktis, ukuran, dan bentuk menarik.
4. Mampu menyegah penambahan air atau menghindari
kelembapan yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan
kadar air simplisia.
5. Mampu menahan pengaruh cahaya.
6. Memiliki daya pelindung yang dapat diandalkan dan murah.
Bahan pengemas harus bersifat netral atau tidak menimbulkan
reaksi dengan simplisia (inert) sehingga tidak menyebabkan terjadinya
penyimpangan atau perubahan warna, rasa, dan bau simplisia serta tidak
bersifat racun (toksis).
f. Penyimpanan
Dalam dunia pertanian, penyimpanan merupakan bagian dari
proses produksi sebelum hasil tersebut digunakan oleh konsumen.
Untuk itu, dalam pembangunan gudang penyimpanan simplisia perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
1. Tempat penyimpanan atau gudang harus mempunyai ventilasi
udara yang cukup baik.
2. Bebas dari kebocoran.
3. Terpisah dari tempat penyimpanan bahan atau alat-alat lain yang
tidak sejenis.
4. Berpenerangan cukup serta dapat mencegah masuknya sinar
matahari yang berlebihan.
5. Bersih dan bebas dari sampah dan limbah yang memungkinkan
menjadi sarang penyakit.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15 

Penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian


rupa sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan
yang disimpan. Untuk jenis simplisia yang sama harus diberlakukan
prinsip “pertama masuk pertama keluar” atau FIFO (first in first out).
Untuk itu, perlu dilakukan pencatatan tanggal penyimpanan terhadap
simplisia. Sedapat mungkin jangan terlalu lama menyimpan simplisia di
gudang. Juga harus diperhitungkan jumlah persediaan dan total
kebutuhan setiap jenis simplisia agar tidak terjadi kerusakan.
Dalam jangka waktu tertentu perlu diperlakukan pemeriksaan
gudang secara rutin, meliputi pengecekan dan pengujian mutu seluruh
simplisia yang ada didalam gudang. Dengan cara tersebut dapat
diketahui lebih dini simplisia yang masih bermutu dan yang tidak
bermutu lagi. Kerusakan akibat penyimpanan dapat berupa kehancuran,
berubah warna, rasa dan bau. Simplisia demikian harus segera
dikeluarkan untuk selanjutnya dimusnahkan atau dibuang (Yuli, 1992).

D. Manfaat Kunyit
Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu
karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan,
menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama
tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri
jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu
rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti
oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan
kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah
(Mooryati, 1998).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16 

BAB III

METODOLOGI

A. Dasar Penentuan Lokasi


Penulis memilih P.J Bisma Sehat sebagai tempat magang karena :
1. Berhubungan langsung dengan hasil pertanian sehingga cocok sekali
dengan jurusan Agribisnis minat Agrofarmaka untuk tempat magang.
2. Salah satu perusahaan jamu yang cukup prospektif di Nguter Sukoharjo
yang sudah mempunyai ijin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Rebuplik Indonesia.

B. Jenis dan Sumber Data.


Sumber data yang di peroleh dari data primer dan data sekunder
1. Data Primer
Data yang diperoleh dengan pengamatan langsung pada saat terlibat
selama kegiatan pengolahan.
2. Data Sekunder
Data sekunder di peroleh dari kepustakaan yang ada di beberapa
perpustakaan universitas.

C. Teknik Pengumpulan Data.


1. Pengamatan dan Bekerja
Di lakukan dengan cara mengamati pada saat terlibat secara langsung
pada proses pengolahan jamu di P.J Bisma Sehat
2. Interview
Interview yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pembimbing
lapangan serta tenaga kerja P.J Bisma Sehat mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan proses pengolahan jamu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17 

3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan di lakukan dengan cara mencari data yang ada dalam
buku-buku di perpustakaan universitas.

D. Tempat dan Waktu.


Magang ini di laksanakan di P.J Bisma Sehat yang terletak di
Nguter RT 02/VII Sukoharjo. Waktu pelaksanaan magang selama 2
minggu sejak tanggal 16 Februari 2011 dan berakhir sampai dengan 3
Maret 2011.

E. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan antara satu dengan yang lain tidak
sama, tergantung pada perlakuan masing-masing.
1. Bahan
Bahan yang digunakan adalah semua tanaman apotek hidup,
khususnya kunyit.
2. Alat
Alat yang digunakan antara lain :
• Tampah / ayakan untuk menyeleksi.
• Karung plastik untuk menampung hasil.
• Bak
• Ember
• Mesin penghalus
• Mesin pres
• Mesin packing
• Rak-rak untuk menyimpan produk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Perusahaan


1. Sejarah Perusahaan
P.J Bisma Sehat adalah salah satu unit usaha yang bergerak
dalam bidang jamu tradisional. Usaha yang masih bersifat industri
rumah tangga ini semula di rintis oleh Bapak Mulyadi pada tanggal 13
Desember 1993 yang berlokasi di Nguter RT 02/VII Sukoharjo.
Awalnya Bapak Mulyadi adalah seorang pemilik toko
kelontong, salah satu produk yang di jual adalah jamu tradisional yang
diambil atau di setori oleh para pengrajin jamu disekitar Nguter
Sukoharjo. Karena banyaknya permintaan jamu tradisional pada
waktu itu maka beliau berfikir untuk mencoba membuat usaha sendiri
tentang pembuatan jamu tradisional dan beliau mendalami usaha
pengolahan jamu serbuk dengan cara mencoba racikan jamu sendiri
tanpa mengikuti pelatihan-pelatihan, hanya dengan membaca buku-
buku dan belajar dari saudaranya.
Untuk mendukung dan memperlancar usaha tersebut bapak
Mulyadi bekerja sama dengan para petani simplisia disekitar
Sukoharjo, Boyolali dan Wonogiri sebagai penyedia bahan baku jamu
dengan berjalannya waktu penyedia bahan baku sekarang sudah
sampai di kota-kota lainnya antara lain Solo, Pacitan dan Ambarawa
dan para pedagang jamu yang merantau ke luar daerah agar bisa
membantu dalam hal pemasaran jamu tradisional tersebut.
Pada mulanya kegiatan peracikan dan pengolahan jamu
tradisional tersebut dilakukan oleh Bapak Mulyadi sendiri serta di
bantu oleh istrinya dan dua orang pekerja yang membantunya. Modal
untuk peracikan dan pengolahan tersebut didapat dari pinjaman bank.

commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19 

Pertama kali produksi jamu tradisional sebanyak 50-100 kg


setiap harinya dengan menggunakan mesin penggiling sebanyak 2
buah, dan mesin ayak 1 buah. Karena dengan ketekunan dan keuletan
Bapak Mulyadi serta dukungan istri serta keluarga besarnya akhirnya
usaha itu berkembang hingga mempunyai mesin produksi 5 buah,
mesin pecking 2 buah, mesin ayak 3 buah dan mesin pres 1 buah.
Selain itu jenis jamu serbuk yang di produksi juga semakin
beranekaragam sekitar 50 macam. Yang semula dipasarkan di pasar-
pasar dan di jual ke luar kota dengan cara dititipkan oleh para
pedangang jamu yang merantau keluar kota bahkan sampai keluar
pulau jawa.
Tetapi Bapak Mulyadi tidak puas begitu saja dengan usahanya
beliau masih terus berjuang agar usahanya terus berkembang antara
lain dengan cara mengikuti seminar-seminar usaha kecil dan
penyuluhan tentang COPTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
baik) yang diadakan oleh Balai POM. Dengan sifat ulet, telaten dan
berani maka usaha yang awalnya kecil berubah menjadi usaha yang
bisa diharapkan. Dengan sifat tersebut dan dukungan dari keluarga,
Bapak Mulyadi mampu mengembangkan usahanya sampai sekarang
ini.
2. Maksud dan Tujuan Perusahaan
Setiap perusahaan dalam pendiriannya tentu memiliki maksud
dan tujuan yang hendak di capai. P.J Bisma Sehat dalam pendiriannya
memiliki maksud yaitu : “Mengembangkan usaha dari pengalaman
yang di dukung dengan mengadakan kerja sama dengan beberapa
perusahaan jamu tradisional di sekitar Nguter dan membantu
masyarakat dalam bidang kesehatan dengan menyediakan sarana
pengobatan yang efek sampingnya rendah serta harganya terjangkau”.
Sedangkan tujuan berdirinya P.J Bisma Sehat adalah :
a. Mendapatkan keuntungan dan menambah penghasilan.
b. Memenuhi permintaan jamu tradisional dari penjual jamu gendong.
commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20 

c. Membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.


3. Produktifitas Perusahaan
P.J Bisma Sehat memproduksi 50 macam produk jamu tetapi
tidak semua jenis produk di produksi dalam waktu yang bersamaan,
melainkan di sesuaikan dengan pesanan dan kondisi pasar.
P.J Bisma Sehat tidak hanya memproduksi jamu serbuk saja
tetapi juga memperoduksi jamu godokan.
a. Jamu serbuk
Jamu serbuk berupa butiran serbuk halus hasil gilingan dari
simplisia yang di ayak dan di ramu yang komposisinya berbeda
disesuaikan dengan fungsi atau manfaat jamu tersebut, yang di
konsumsi dengan cara di seduh dengan air hangat.
b. Jamu godokan
Jamu godokan berupa rempah – rempah atau empon –
empon yang masih utuh bentuknya (tidak di giling) dan sudah di
ramu dan di kemas dengan plastik, yang di konsumsi dengan cara
di godok (di rebus) terlebih dahulu.

commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21 

B. Manajemen Perusahaan
1. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi yang ada di P.J Bisma Sehat yaitu
sebagai berikut:

PIMPINAN
Mulyadi

SEKRETARIS BENDAHARA
Wiwik Wiwik

PENGAWAS
Agus dan Gimin

PEMASARAN
Priyanto

Karyawan Tetap Karyawan Borongan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi P.J Bisma Sehat

Keterangan garis :
a. : sejajar
b. : membawahi
commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22 

2. Ketenagakerjaan
a. P.J Bisma Sehat mempunyai karyawan sebanyak 25 orang
karyawan yang sudah mempunyai tanggung jawab masing-masing
dan untuk karyawan borongan 4 orang. Dalam P.J Bisma Sehat
tidak ada pembagian tugas secara khusus.
Di bawah ini merupakan karyawan berdasarkan bagian
tugasnya, sebagai berikut :
• Sortir : 3 orang
• Gudang : 2 orang
• Produksi : 4 orang
• Ayak : 2 orang
• Pengemasan : 3 orang
• Pres : 2 orang
• Packing : 2 orang
• Pengawas : 2 orang
• Pemasaran : 3 orang
• Sopir : 2 orang
b. Semua karyawan memiliki jam kerja yang sama yaitu 9,5 jam
perhari, dengan jumlah hari kerja dalam seminggu 7 hari yaitu dari
hari senin sampai minggu, sedangkan untuk libur tiap tanggal 1
(awal bulan). Mulai bekerja dari jam 07.00 – 16.30 WIB dan waktu
istirahat selama 60 menit yaitu dari jam 12.00 – 13.00 WIB.
c. Penerimaan tenaga kerja di P.J Bisma Sehat apabila membutuhkan
karyawan dan lulusan tidak menjadi jaminan asalkan pelamar
pekerja mempunyai kemampuan dan ketrampilan di bidang jamu
tradisional. Dan yang menjadi karyawan di P.J Bisma Sehat adalah
orang sekitar Sukoharjo dan Wonogiri.
d. Sistem gaji di PJ. Bisma Sehat memberikan gaji pada setiap
karyawan berdasarkan kedudukan, prestasi (lemburan), lama

commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23 

karyawan tersebut bekerja. Sistem pembayaran upah atau gaji


karyawan diberikan setiap bulannya (gaji bulanan).
3. Kesejahteraan karyawan
Para karyawan mendapatkan penginapan gratis (mess) selain
itu terdapat pula THR (Tunjangan Hari Raya ). Jaminan sosial yang
ada berupa jaminan pengobatan jika menderita sakit atau mengalami
kecelakaan.

C. Persiapan Pengolahan Bahan


Untuk menjadi sebuah jamu serbuk, kunyit harus di proses melalui
beberapa tahapan. Tetapi tidak semua proses pembuatan dilakukan oleh
karyawan, contohnya pada proses peramuan produk jamu tertentu
dilakukan oleh pimpinan perusahaan yaitu Bapak Mulyadi, hal ini
dilakukan untuk menjaga kerahasiaan ramuan masing-masing jamu. Bapak
Mulyadi memperoleh ilmu meracik jamu dari salah satu keluarganya yang
sudah dulu berwirausaha dalam pengrajin jamu kemudian Bapak Mulyadi
tidak hanya itu saja memperoleh ilmu, beliau juga banyak menambah
pengetahuannya dengan membaca beberapa buku tentang jamu tradisional
di Indonesia untuk selanjutnya diterapkan dalam bidang usahanya sebagai
salah satu pengrajin jamu tradisional di Nguter, Sukoharjo.
Dari 50 macam jamu yang dibuat hampir semua menggunakan
bahan kunyit, hanya komposisi yang berbeda, disesuaikan menurut fungsi
atau manfaat dari jamu itu sendiri.
Persiapan bakal jamu perlu dilakukan dengan tujuan agar
mempelajari proses pengolahan selanjutnya selain itu juga menjaga
kualitas bahan simplisia yang akan digunakan dalam proses produksi.
Dalam persiapan bakal jamu di P.J Bisma Sehat masih dibagi
menjadi beberapa tahapan, antara lain:
1. Sortasi Awal
Sortasi awal dilakukan sebelum kunyit dicuci yaitu dengan
memisahkan kunyit menurut ukuran dan mutu, hal ini biasanya
commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24 

dilakukan oleh petani penyedia simplisia. Sortasi pada bahan segar


dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa
tanaman, dan gulma. Cara sortasi yaitu kunyit diayak menggunakan
ayakan dari bambu seperti tampah tetapi dengan lubang lebih besar,
agar pasir atau tanah yang masih tercampur pada simplisia kunyit bisa
jatuh. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan
tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Dalam satu hari bisa
mendapatkan hasil sortiran 50-100 kg per hari.
Adapun standart mutu kunyit yang baik yang biasanya diterima
oleh P.J Bisma Sehat adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Warna kuning cerah
b. Kadar kering antara 8-10 %
c. Tebal kering ± 0,8-1 mm
d. Diameter ± 1,5 cm
e. Aroma sedap khas kunyit
Apabila simplisia kunyit atau bahan lain tidak memenuhi
standart mutu seperti yang telah ditentukan oleh P.J Bisma Sehat maka
bahan tersebut dikembalikan pada pengepul simplisia dengan
pertimbangan tukar dengan simplisia yang baru.
2. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan menggunakan bak yang terisi air
bersih. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan
pembilasan sampai bersih. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
plastik/ember. Pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
cemaran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Cemaran -
cemaran yang ada pada bahan baku bisa berupa cemaran fisik (misal :
tanah, kerikil), cemaran kimia (misal: pestisida), dan cemaran biologi
(misal: jamur, ulat).

commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25 

3. Perajangan
Pengecilan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya.
Simplisia kunyit yang dikirim oleh pengepul ukurannya masih beragam
atau bermacam-macam ada yang sudah berbentuk kepingan kecil-kecil
dan ada yang masih berukuran besar-besar, tetapi juga tegantung dari
jenis masing-masing bahan. Proses pengecilan ukuran disini sudah
menggunakan mesin perajang dengan tebal 3 - 6 mm. Dalam satu hari
bisa mendapatkan hasil rajangan 500 - 700 kg.
4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cahaya matahari,dan apabila
cuaca tidak menentu dibantu dengan api. Suhu yang digunakan
pengeringan di P.J Bisma Sehat 50 - 60ºC.
Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air sampai batas
yang terbaik sekitar 8 – 10 %, pada kadar air tersebut, kemungkinan
bahan cukup aman terhadap pencemaran, baik yang disebabkan oleh
jamur ataupun insektisida.  Pada waktu penjemuran, dijaga agar bahan
jangan sampai menumpuk. Sedangkan untuk alas penjemuran
digunakan anyaman bambu. Tetapi penjemuran langsung dengan
matahari seringkali menyebabkan bahan mudah tercemar dan keadaan
cuaca yang tidak menentu akan menyebabkan pembusukan.
5. Sortasi Akhir
Sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara
memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah
atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran
ini di masukkan dalam wadah untuk proses selanjutnya.

D. Proses Pengolahan Bahan


Adapun tahapan dalam pengolahan simplisia untuk menjadi jamu
serbuk, antara lain:

commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26 

1. Peramuan Bahan Baku


Setelah simplisia kunyit dan bahan jamu yang lain sudah melalui
proses sortasi dan pengecilan ukuran maka bahan siap untuk di ramu
menjadi bahan baku jamu serbuk. Ramuan ini adalah ramuan dasar
yang digunakan untuk macam jamu, sesuai dengan jenis dan
kegunaannya. Proses ramu yang dilakukan dengan cara bahan-bahan
yang diperlukan di tuang ke wadah yang sudah dibersihkan, kemudian
semua bahan di campur sampai rata. Setelah itu bahan siap digiling.
2. Penggilingan dan Pengayakan
Pengilingan di P.J Bisma Sehat dilakukan 3 tahap yaitu gilingan
kasar, gilingan agak halus, dan gilingan halus. P.J Bisma Sehat dengan
menggilingan mengunakan 10 mesin dengan 5 mesin gilingan kasar dan
5 mesin gilingan lembut atau halus. Dalam sebulan gilingan kering
sekitar 700 - 900 kg dan menghasilkan 500 - 700 kg, dengan melalui
proses gilingan kasar ke agak halus,diayak dan selanjutnya di giling
menjadi serbuk halus.
Cara penggilingannya yaitu pertama mesin di hidupkan setelah
itu bahan ramuan bahan baku dimasukkan sedikit demi sedikit. Setelah
hancur hingga berbentuk serbuk kasar kurang lebih membutuhan waktu
30 menit dengan kapasitas mesin untuk menampung bahan baku 300
kg, maka bahan akan keluar dari mesin dan masuk dalam karung
panjang yang berfungsi sebagai penampung hasil gilingan, sehingga
bahan tidak bertaburan di sekitar ruangan.
Setelah melalui proses penggilingan pertama bahan dari dalam
karung panjang yang masih berupa serbuk kasar dikeluarkan dan di
tuang dalam wadah (bak) yang sudah dibersihkan. Bahan serbuk hasil
gilingan masih dalam keadaan panas maka perlu di diamkan sebentar,
agar lebih dingin untuk menuju proses gilingan selanjutnya.
Setelah serbuk kasar agak dingin maka siap untuk di giling lagi
menjadi serbuk yang agak halus. Caranya masih seperti pada proses
gilingan yang pertama, mesin dihidupkan kemudian bahan dimasukkan
commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27 

dalam mesin selama 20 menit untuk bahan 300 kg dan setelah itu
hasilnya akan keluar menjadi serbuk yang agak halus. Hasil
penggilingan yang kedua ini perlu didinginkan dulu sebelum dilakukan
proses pengayakan.
Pengayakan dilakuakan dengan tujuan agar serbuk jamu benar-
benar halus. Setelah selasai penggilingan yang kedua dingin maka siap
untuk menjalankan proses selanjutnya yaitu pengayakan. P.J Bisma
Sehat menggunakan 3 mesin ayak dengan tipe mesh 120 yang
berukuran 1,25 m x 2,5 m. Cara pengayakan mesin dihidupkan
kemudian serbuk dituang pada ayakan sambil diaduk-aduk dengan kayu
panjang. Hasil ayakan akan jatuh ke bawah dalam bentuk serbuk halus.
Setelah melalui proses ayakan, masih ada proses penggilingan
satu kali lagi tujuannya untuk mendapatkan hasil serbuk jamu yang
sangat halus, dalam penggilingan ini membutuhkan waktu 45 menit
untuk bahan kunyit 300 kg, sehingga lebih mudah larut saat di
konsumsi dengan cara diseduh dengan air hangat. Setelah melewati
beberapa proses penggilingan dan pengayakan bahan sudah bisa di
sebut sebagai serbuk bahan baku.
3. Penyimpanan Awal
Gudang ini bersifat sementara yaitu berfungsi sebagai tempat
penampungan sebelum serbuk bahan baku di ramu menjadi jamu serbuk
jadi. Serbuk bahan baku yang sudah mengalami beberapa proses di
simpan dalam karung plastik yang diberi kode dan tanggal pembuatan.
Kode ini dibuat untuk membedakan ramuan yang satu dengan yang lain
sedangkan tanggal pembuatan di tulis untuk menentukan masa
kadaluarsa bahan baku. Penyimpanan dengan karung plastik bertujuan
untuk mengantisipasi kemungkinan - kemungkinan yang tidak
diinginkan, misalnya kerusakan bahan baku kunyit karena air hujan,
perlindungan terhadap gangguan tikus atau serangga serta
mengantisipasi kerusakan atau kebocoran karung yang menyebabkan
bahan - bahan terjatuh atau tercecer.
commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28 

Penyimpanan dalam gudang di P.J Bisma Sehat menggunakan


sistem FIFO (First In Frist Out) yaitu bahan yang pertama masuk maka
bahan tersebut yang pertama dikeluarkan. Dengan sistem ini bertujuan
untuk menghindari kerusakan bahan yang telah disimpan dalam waktu
yang lama dan untuk menjaga kualitas produk. Masa kadaluarsa bahan
baku serbuk adalah satu minggu. Untuk masa kadaluwarsa simplisianya
1 tahun, sedangkan untuk masa kadaluwarsa hasil ramuan atau jamu
yang sudah jadi yaitu 3 tahun. Untuk bahan baku kunyit yang sudah
digiling apabila dalam satu minggu bahan baku kunyit tersebut tidak
diramu dan dikemas, maka bahan tersebut tidak bisa digunakan. Bahan
yang sudah habis masa kadaluwarsanya harus dibakar, sedangkan untuk
simplisia kering apabila dalam satu tahun simplisia belum digiling,
maka juga akan di musnahkan atau dibakar. Untuk mencegah keracunan
jamu karena simplisia yang terkena jamur atau kotoran lain.
4. Peramuan Bahan Jadi
Ramu jamu jadi merupakan inti dari proses lanjutan dari proses
ramu bahan baku. Proses ramu jamu jadi adalah proses menambahkan
bahan yang diperlukan setiap macam jamu. Ramu jamu jadi dilakukan
oleh Bapak Mulyadi sebagai pemilik perusahaan dan Bapak Gimin
yang di angkat sebagai tangan kanan dari Bapak Mulyadi, sehingga
tidak sembarangan orang bisa meramu jamu, jadi bahan apa saja yang
ditambahkan serta komposisinya dalam jamu tersebuat hanya beliau
dan Pak Gimin yang tahu. Caranya, bahan yang di perlukan di
tambahkan kemudian diaduk sampai rata. Setelah itu, bahan bisa
disebut sebagai jamu serbuk jadi yang siap untuk di kemas.
5. Pemeriksaan laboratorium
Jamu Bisma Sehat sebelum berlanjut pada proses berikutnya,
pengemasan diambil sampelnya terlebih dahulu untuk diperiksa di
laboratorium. Di PJ. Bisma Sehat pemeriksaaan dilakukan setiap 3
bulan sekali. Petugas dari Dinas Kesehatan datang dan mengambil
sampel produk, kemudian di bawa ke laboratorium untuk diperiksa.
commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29 

Setelah 3 hari pemeriksaan laboratorium akan dikirim kembali ke PJ.


Bisma Sehat. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain
meliputi homogenitas campuran, kadar air, derajat halus, khasiat, dan
kandungan logam beratnya. Selain itu juga memeriksa angka kuman,
kandungan bakteri, jamu dan efek sampingnya.
6. Pengemasan
Pengemasan perlu dilakuakn dengan tujuan agar bahan
tersimpan secara baik serta terjaga kualitasnya. Dalam pengemasan ada
4 tahapan yaitu kemas dalam, kemasan luar, pres dan packing.
Kemasan di P.J Bisma Sehat ada 2 macam antara lain kemasan
kertas, dan kemasan plastik. Cara untuk kemasan kertas dalam yaitu
serbuk jamu yang sudah jadi di tuang dalam mesin pengisi yang sudah
di atur takaran untuk setiap kemasan adalah 7 gram. Kemasan dengan
sendirinya sudah terisi jamu, selanjutnya dilakukan kemasan luar yang
terbuat dari kertas juga yang di beri cap P.J Bisma Sehat serta nama,
manfaat, komposisi, dan cara membuatannya. Cara pengemasannya
yaitu jamu yang sudah di kemas dalam kertas di masukkan dalam
kemasan kertas kemudian di lem dan siap menuju proses packing.
Untuk cara kemasan plastik ada 2 macam, yang kemasan plastik
pertama serbuk yang sudah jadi di tuang dalam mesin pengisi yang
sudah di atur takaran untuk setiap kemasan adalah 7 gram. Kemasan
dengan sendirinya sudah terisi jamu dan siap menuju proses packing.
Dan kemasan plastik yang kedua di isi dengan cara manual dengan
menggunakan sendok makan dengan takaran untuk setiap kemasan 250
gram, 500 gram dan 1000 gram. Proses kemasan ini menggunakan
mesin pres. Cara pengepresannya adalah alat pres di hidupkan
kemudian ujung dari plastik kemasan di jepitkan dalam mesin pres.
Fungsi pengepresan adalah agar kemasan plastik tertutup rapat sehingga
bahan tidak tumpah. Setelah itu menuju proses packing.
Packing merupakan kegiatan paling akhir dari pengemasan.
Urutan kegiatannya adalah 10 sampel jamu dimasukkan dalam kantong
commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30 

plastik kecil yang di sablon P.J Bisma Sehat kemudian dari 40 plastik
tadi di masukkan dalam 1 plastik besar dan ditambahkan etiket di
dalamnya.
Setelah proses pecking selesai jamu serbuk siap di pasarkan
tetapi tidak semua langsung dipasarkan ada sebagian digunakan sebagai
cadangan atau stok. Cadangan ini simpan dalam rak – rak yang
diletakkan dalam ruangan tersendiri untuk menunggu pemasaran
selanjutnya. Daerah pemasaran jamu P.J Bisma Sehat yaitu wilayah
kabupaten Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, dan provinsi Jawa Barat,
Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur.
7. Penyimpanan Akhir
Produk P.J Bisma Sehat yang telah dikemas kemudian disimpan
pada ruang terpisah yang tergantung dari jenis bahan yang disimpan.
Pada saat penyimpanan ruang yang digunakan harus ruangan yang
bersih dan terbebas dari serangga, binatang pengerat, cukup
penerangan, terjamin peredaran udaranya dan suhu harus sesuai
sebelum dilakukan pemasaran.

commit  to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan kegiatan magang di P.J Bisma Sehat Nguter maka
penulis dapat menarik kesimpulan antar lain:
1. P.J Bisma Sehat adalah salah satu unit usaha yang bergerak dalam
bidang jamu tradisional.
2. P.J Bisma Sehat dalam pendirian perusahaan ini bermaksud untuk :
“Mengembangkan usaha dari pengalaman yang di dukung dengan
mengadakan kerja sama dengan beberapa perusahaan jamu tradisional
di sekitar Nguter dan membantu masyarakat dalam bidang kesehatan
dengan menyediakan sarana pengobatan yang efek sampingnya rendah
serta harganya terjangkau”.
3. Tujuan berdirinya P.J Bisma Sehat adalah :
a. Mendapatkan keuntungan dan menambah penghasilan.
b. Memenuhi permintaan jamu tradisional dari penjual jamu gendong.
c. Membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.
4. P.J Bisma Sehat merupakan salah satu industri pembuatan jamu yang
cukup berkembang di Nguter, Sukoharjo dengan memproduksi kurang
lebih 50 macam jamu.
5. Ciri-ciri simplisia untuk jamu serbuk antara lain : Warna kuning cerah,
kadar kering antara 90-95 %, tebal kerina ± 3 cm, diameter ± 7 cm,
aroma sedap khas kunyit.
6. Persiapan pengolahan bahan jamu di P.J Bisma Sehat masih dibagi
menjadi beberapa tahapan, antara lain: sortasi awal, pencucian,
perajang, pengeringan, dan sortasi akhir.

commit31 to user

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Proses pengolahan bahan jamu antara lain : meramu bahan baku,


menggilingan, pengayakan, penyimpanan, meramu bahan jadi, dan
mengemasan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada P.J Bisma Sehat
antara lain :
1. Meningkatkan hasil produk, dengan menjaga mutu dan kualitas jamu.
2. Kebutuhan yang besar dan kelangkaan bahan dapat menjadi
perangsang petani tanaman obat untuk mengembangkan budidayanya.
3. Untuk meningkatkan kapasitas produksi, sebaiknya menggunakan
semua media yang saat ini berkembang seperti media cetak (majalah,
surat kabar), media elektronik (radio, tv, internet) ataupun media –
media lain yang mendukung.
4. Untuk meningkatkan mutu, PJ Bisma Sehat dapat meningkatkan obat
herbal berstandar.
5. Mengingat semakin banyaknya jenis produk jamu dipasaran,sebaiknya
produk jamu di PJ Bisma Sehat lebih diperbanyak lagi

commit32 to user

Anda mungkin juga menyukai