Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peradaban India merupakan salah satu peradaban besar yang lahir dimuka buki ini.
Sama halnya dengan peradaban besar lainnya seperti Mesopotamia, Mesir, maupun China.
Setiap peradaban yang pernah ada pastinya memiliki ciri khas tersendiri. Tidak hanya
perbedaan saja yang begtu mencolok ternyata hampir berbagai peradaban besar memiliki
kesamaan, terutama dalam segi kemunculannya. Bila kita mengenal sungai Trigis dan Eufrat
serta lembah kuning yang menjadi awal kemunculan peradaban Mesopotamia, Mesir, dan
China di india peradaban yang lahir dimulai sungai Indus dan Gangga.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari Latar Belakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini sebagai berikut
 Bagaimana sejarah awal perkembangan pada masa peradaban India Kuno?
 Apa saja peninggalan dari perdaban India Kuno?
 Bagaimana perkembangan pada masa Indus?
 Apa penyebab runtuhnya peradaban Indai Kuno?
 Apa saja peninggalan sejarah India Kuno?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bahwa tidak hanya zaman praaksata yang terkenal tapi peradaban
juga terkenal
2. Untuk memberikan beberapa informasi yang dibutuhkan dalam pproses belajar
3. Untuk mengetahui penyebab runtuhnya kerajaan tersebut

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peradaban Lembah sungai Indus

1. Pusat peradaban Lembah sungai Indus

Peradaban Lembah sungai Indus berada di sepanjang wilayah barat India yang
berbatasan dengan wilayah Pakistan. Lembah ini dianggap sebagai wilayah asal nenek
moyang suku bangsa India, yaitu bangsa Dravida. Peradaban lembah sungai Indus
diperkirakan berlangsung sejak 3.000-500 SM. Peradaban yang tinggal di lembah sungai
Indus ini dikenal dengan sebutan peradaban Harappa dan Mohenjondaro. Peradaban
Mohenjondaro sendiri diperkirakan berada di Timur sungai Indus tepatnya di Provinsi Sindu
Pakistan dan Harappa di provinsi Punjab, India. Munculnya peradaban Harappa sendiri
sebenarnya lebih awal dibanding dengan kemunculan kitab Veda yang dijadikan panduan
hidup dari orang India.

Kota Harappa dan Mohenjondaro diperkirakan didirikan oleh bangsa Troya pada
2500 SM. Secara Geografis letak peradaban ini sebelah utara berbatasan dengan pegunugan
Himalaya dan Hndu Kush. Bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Sebelah timur
berbatasan dengan Bangladesh dan Myanmar. Sedangkan antara Himalaya dan Hindu Kush
sendiri terdapat celah yang disebut dengan Celah Kaiber. Celah inilah yang kemudian
digunakan untuk bermigrasi para suku bangsa pendatang yang akhirnya mereka menetap di
India.

2. Bangsa Dravida, Penduduk Pertama Lembah Sungai Indus

Seperti yang telah disebutkan bahwa bangsa yang pertama mendiami lembah sungai
Indus adalah bangsa Dravida. Mereka disebut bangsa Dravida karena mereka berbicara
dengan menggunakan bahasa Dravida. Selain di India mereka dapat pula ditemukan di
wilayah Sri Lanka, Bangladesh, Pakistan, Afganistan, dan Iran. Bahasa Dravida yang paling
dikenal adalah Tamil, Telugu, Kannada, dan Malayalam.

Bangsa Dravida ini digolongkan kedalam ras Australoid, dengan bibir tebal, kulit
hitam, hidung pesek. Dan berbadan tegap, dan berambut ikal. Mereka sudah menetap dan
tinggal di lembah sungai Indus dengan bercocok tanam sesuai dengan keadaan alam yang
subur. Populasi penduduk yang ada dilembah sungai Indus ini dibagi menjadi 2, yaitu wilayah
2
administratif dan wilayah kota. Wilayah administratif adalah wilayah permukiman, sedangkan
wilayah kota merupakan pusat pemerintahan yang dibatasi dengan pagar tinggi besar dan
sistem aliran air bawah tanah.Pada tahun 1925 Sir John Hubert Marshal melakukan
penggalian dan menemukan materai-materai berhuruf (diduga sebagai sarana penghindar
bahaya), bangunan bekas rumah yang sudah memiliki pintu dengan ukuran batu bata yang
sama, pendopo, kolam renang serta adanya sistem drainase kota (diperkirakan pula mereka
sudah mengenal dan memanfaatkan api), perhiasan dan barang-barang mewah (seperti,
kalung, gelang, anting-anting), dan mereka juga sudah mengenal binatang peliharaan (seperti,
gajah, unta, kerbau, dan anjing).Sedangkan penggalian di Harappa ditemukan arca-arca yang
memiliki nilai seni tinggi, barang-barang dapur yang membuktikan bahwa orang-orang
Harappa telah mengenal memasak, ukiran-ukiran kecil yang menyerupai manusia, binatang
dan lain sebagainya.Dari penemuan-penemuan ini dapat dikatakan bahwa kota-kota ini sudah
tertata rapi, bangsa Dravida sudah tinggal menetap, dan juga mereka sudah memiliki
kepercayaan dimana mereka mempercayai agama keibuan, yaitu mereka buktikan dengan
memuja dewa yang disebut “Mother Goddess”. Sedangkan mengenai hal penguburan jenazah
mereka memiliki cara yang berbeda tergantung dengan keyakinan masing-masing di mana
mereka yang di Mohenjondaro lebih cendrung untuk membakar jenazah dan menaruh abunya
di tempayan. Sedangkan yang di Harappa, mereka lebih cenderung untuk mengubur jenazah.

3. Tata Kota Peradaban Sungai Indus

Kota Mohenjodaro disebut sebagai “Metropolis Kuno di Lembah Indus", dikarenakan


kota ini menjadi kota terbesar yang ada di wilayah Hindustan. Namun kota ini bukanlah
sebuah pusat kerajaan karena tidak ditemukan makam ataupun bekas Istana Raja di kota
Mohenjodaro. Tapi Mohenjodaro sendiri memiliki arti sebagai sebuah kota “Bukit orang
mati”.Dari bukti-bukti peninggalan yang ada dapat dikatakan bahwa kota Mohenjodaro telah
memiliki sistem arsitektur yang bagus. Kota ini telah di tata secara rapi dan teratur. Penataan
yang diterapkan dalam kota ini adalah konsep organisasi grid. Jalan yang dibuat berupa saling
tegak lurus dan berjajar sehingga membentuk blok-blok yang digunakan sebagai tempat
pendirian bangunan.

Pada bagian Lower Town terdapat jaringan jalan yang membentang dari utara hingga
selatan dan timur hingga barat. Jalanan ini membagi beberapa petak tanah yang merupakan
tempat perumahan penduduk, sehingga hal ini yang membuat kota Mohenjodaro terlihat rapi
dan teratur. Sedangkan perumahan Mohenjodaro sendiri memiliki tipe yang yang berbeda-

3
beda. Ada yang berukuran kecil dan ada pula yang berukuran besar, sesuai dengan kebutuhan
dan status sosial pemiliknya.Berikut fasilitas yang terdapat di kota Mohenjodaro:

a) The Great Bath, yaitu bangunan yang menyerupai kolam berukuran 12 x 7 m dan
kedalaman 2,4 m. Bangunan ini terbuat dari material berupa batu bata. Bangunan ini
digunakan untuk tempat melakukan ritual keagamaan berupa pemandian untuk
melakukan pensucian.

b) Asemmbly Halls, yaitu bangunan dengan area terbuka yang cukup luas (seperti
lapangan).

c) The Granary, bangunan yang digunakan untuk tempat menyimpan hasil panen untuk
menyuplai kebutuhan penduduk.

Pada bagian Citadel yang merupakan pusat kota terdapat beberapa fasilitas yaitu, dari
sisi fasilitas kota Mohenjodaro dibagi menjadi 2  berdasarkan fungsinya. Bagian timur kota
disebut Lower Town, yang merupakan wilayah yang digunakan sebagai permukiman
penduduk. Sedangkan bagian luar kota disebut Citadel yang merupakan sebagai wilayah pusat
kota.Bahan bangunan yang digunakan pada perumahan penduduk maupun fasilitas kota
terbagi menjadi 2 jenis, batu bata lumpur (mud bricks) dan batu kayu (wood bricks). Batu bata
lumpur terbuat dari lumpur endapan yang terdapat di lembah sungai Indus. Sedangkan batu
bata kayu terbuat dari kayu yang dikeringkan dengan cara dibakar. Untuk daya tahan batu
bata yang digunakan di Mohenjodaro lebih awet dengan batu bata yang digunaan di
Mesopotamia.

a. Keadaan Politik dan Pemerintahan Lembah Sungai Indus

Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya),
tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah
Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung
kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para
penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa
terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap
mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih
maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.

b. Sistem Ekonomi Lembah Sungai Indus

4
Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat bergantung pada
pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Di kawasan ini, petani menanam padi, gandum,
sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan
babi. Selain pertanian dan peternakan, perdagangan juga merupakan aspek perekonomian
penting bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat mereka
dapat melakukan perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan penduduk Mesopotamia.
Barang dagangan yang diperjual-belikan masyarakat lembah Sungai Indus adalah barang-
barang dari perunggu dan tembaga, bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit dan
gading.

c. Kejayaan Lembah Sungai Indus

Masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa pra sejarah dan peradaban Sumeria
dianggap peradaban tertua didunia, namun selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan
penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang
maju sebelum tahun 4000 SM. Serta memiliki unsur moderanitas yang tinggi.Mohenjodaro
adalah salah satu situs dari situs peninggalan permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah
Sungai Indus, terletak di propinsi Sind, Pakistan. Diperkirakan dibangun sekitar tahun 2600
Sebelum Masehi, kota yang termasuk salah satu permukiman kota pertama di dunia,
bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Arti dari kota
Mohenjo-daro adalah “Bukit orang mati”. Seringakali kota tua ini disebut dengan “Metropolis
Kuno di Lembah Indus”. Saat ini Reruntuhan bersejarah tersebut telah terdaftar di UNESCO
sebagai Situs Warisan Dunia.

Beberapa benda peninggalan penuh sejarah dan teka-teki ditemukan di situs tersebut,
seperti huruf, bangunan, perhiasan, alat rumah tangga, permainan anak-anak yang sudah
dihiasi seni gambar dan seni ukir yang indah. Para penduduk telah mengenal berbagai jenis
binatang seperti gajah, unta, kerbau, anjing. Berdasarkan benda-benda yang ditemukan disana
dapat disimpulkan jika peradaban Lembah Sungai Indus di Mohenjodaro sudah sangat tinggi
dan modern.

Harappa terletak di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal


terletak di bantaran bekas Sungai Ravi. Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding
kitab Weda, saat itu bangsa Arya belum sampai ke India. Tahun 2500 Sebelum Masehi,
bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjon-daro serta beberapa kota megah
lainnya didaerah sekitar aliran sungai India. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini
dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota tersebut banyak ditemukan relik dari masa
5
Budaya Indus yang terkenal sebagai budaya Harappa.Kota Harappa memiliki lay-out kota
yang sangat canggih. Benda-benda peninggalan juga banyak ditemukan di kota tersebut
seperti arca, patung (terra cotta) yang diukir seperti bentuk wanita telanjang dengan dada
terbuka (bermakna bahwa ibu merupaka sumber kehidupan), alat dapur dari tanah liat, periuk
belanga, pembakaran dari batu keras, dan sebuah patung pohon disamping dewa (gambaran
kesucian pohon bodhi tempat Sidharta menerima wahyu). Arca-arca yang ditemukan
melukiskan lembu yang menyerang harimau dan lembu yang bertanduk sebagai gambaran
bahwa mereka sangat mensucikan binatang. Hal ini tampak ketika masyarakat India
mensucikan sapi sampai sekarang.

d. Kemunduran Lembah Sungai Indus

Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa


disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat
serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun
gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit
juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu
hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa
ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka
menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini.
Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa
bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut
didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang
yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik,
misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka.

Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri
atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga
yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang
menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang
leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM,
peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki
wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan
kebudayaan India di bagian utara.

6
e. Peninggalan Lembah Sungai Indus

a. Arsitektur

Peninggalan masyarakat lembah Sungai Indus yang sangat berperan dalam


mengungkap peradaban mereka adalah ditemukannya reruntuhan kota kuno Mohenjo daro di
Pakistan Selatan dan Harappa di Punjab, India. Kedua kota ini dipisahkan oleh gurun tandus
sepanjang 644 km. Bangunan kota kuno ini dibuat dengan batu bata merah yang sudah
dibakar serta dipoles dengan kapur dan semen. Rumah-rumah banyak yang bertingkat dua dan
tiga lengkap dengan tangganya, serta dilengkapi pula oleh sumur dan kamar mandi. Kota
Mohenjodaro dan Harappa dibangun berdasarkan pada pola perencanaan kota yang sangat
baik. Perumahan penduduk sangat teratur, jalan-jalannya dibuat lurus dan lebar, saluran-
saluran air yang baik, dan dibuat pula tempat pemandian umum dengan ukuran 12 meter X 7
meter, serta lumbung-lumbung tempat penyimpanan bahan makanan terutama gandum
dengan ukuran 15 meter X 6 meter.

b. Perhiasan

Gambar gelang yang banyak ditemukan di Mohenjo Daro dan Harappa. Di reruntuhan
Mohenjo Daro dan Harappa banyak ditemukan berbagai bentuk perhiasan wanita yang terbuat
dari logam, kulit, dan gading.

c. Mainan Anak

Banyak ditemukan berbagai bentuk mainan anak berupa kereta binatang yang terbuat
dari tanah liat yang dibakar yang disebut dengan terracota.

d. Cap atau Stempel

Benda peninggalan masyarakat lembah Sungai Indus yang banyak ditemukan adalah
cap atau stempel yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Cap atau stempel tersebut
berbentuk segi empat dan hanya berukuran 2,5 cm saja. Cap stempel ini ditemukan sebanyak
250 lambang dengan berbagai bentuk gambar manusia, binatang dan disertai dengan tulisan
gambar (piktograf). Biasanya cap stempel ini dipergunakan para pedagang untuk menandai
7
barang-barang miliknya. Namun, tulisan gambar yang tertera di cap stempel tersebut sampai
sekarang masih belum bisa diterjemahkan. 

B. Peradaban Sungai Gangga

a. Pusat Peradaban Sungai Gangga

Lembah sungai Gangga dengan anak sungainya Yamuna terletak antara Pegunungan
Himalaya dan Pegunungan Vindhya. Kedua sungai tersebut bermata air di Pegunungan
Himalaya dan mengalir di Kota-Kota besar seperti Delhi, Agra, dan bermuara di wilayah
Bangladesh ke teluk Banggala. Sungai Ganggabertemu dengan Sungai Brahmaputra yang
bermata air di Pegunungan Kwen Lun. Lembah Sungai Gangga merupakan daerah yang
subur.
Bangsa Pendukung

Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk
bangsa Indo Jerman. Bangsa Aria memasuki wilayah India antara tahun 2000- 1500 SM
melalui celah Pas Kaiber di Pegunungan Hindu Kush. Merka berkulit putih, berbadan tinggi,
dan berhidung mancung. Pencahariannya semula berternak  dan kehidupannya terus
mengembara. Tetapi setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus
dan menguasai daerah yang subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan hidup menetap.
Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan
kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa
Dravida dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu.

b. Kehidupan Politik dan Pemerintahan Sungai Gangga

Bangsa Aria berusaha untuk tidak bercampur dengan bangsa Dravida yang merupakan
penduduk asli India. Mereka menyebut bangsa Dravida adalah anasah artinya tidak berhidung
atau berhidung pesek dan dasa artinya raksasa. Untuk memelihara kemurnian keturunannya,
diadakan sistem pelapisan (kasta) yang dikatakannya bersumber pada ajaran agama. 

Bangsa Aria berhasil mengambil alih kekuasaan politik, sosial dan ekonomi. Akan tetapi,
dalam kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi) antara Aria dan Dravida. Percampuran
budaya itu melahirkan kebudayaan Weda. Kebudayaan inilah yang melahirkan agama dan
8
kebudayaan Hindu atau Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai
Gangga yang kemudian disebut Aryawarta (negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah milik
orang Hindu).

Untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah kehidupan masyarakat, bangsa Arya


berusaha menjaga kemurnian ras. Artinya, mereka melarang perkawinan campur dengan
bangsa Dravida. Untuk itulah, bangsa Arya menciptakan sistem kasta dalam kemasyarakatan.
Sistem kasta didasarkan pada kedudukan, hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat.
Pembagian golongan atau tingkatan dalam masyarakat Hindu terdiri dari empat kasta atau
caturwarna, yakni :
 Brahmana (pendeta), bertugas dalam kehidupan keagamaan;
 Ksatria (raja, bangsawan dan prajurit), berkewajiban menjalankan pemerintahan
termasuk mempertahankan negara.
 Waisya (pedagang, petani, dan peternak), dan
 Sudra (pekerja-pekerja kasar dan budak).
 Paria (Pelanggar Aturan, Penjahat, Perampok, Pembunuh)
Kasta Brahmana, Kastria, Waisya terdiri dari orang-orang Aria. Kasta Sudra terdiri dari
orang-orang Dravida. Selain keempat kasta di atas, ada lagi kasta Paria/Candala atau
Panchama. Panchama yang berarti “kaum terbuang”. Kasta ini dipandang hina, karena
melakukan pekerjaan kotor, orang jahat dan tidak boleh disentuh, lebih-lebih bagi kaum
Brahmana.
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan
kelanjutan sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya
Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara
kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali
setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan
Gupta dan Kerajaan Harsha.

c. Peninggalan Kebudayaan

Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India
maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa
tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni
(Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu
pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan
9
selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini
dipelopori oleh Sidharta Gautama.

Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai
tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha
Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk
kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari
lembah sungai ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.

C. Sistem kepercayaan bangsa India kuno

Kepercayaan bangsa India kuno bersifat politheisme, artinya percaya kepada banyak
dewa. Tiap-tiap dewa memiliki kekuatan dan suci karenanya harus disembah dan dipuja-puja.
Dewa-dewa yang dianggap suci itu adalah sebagai berikut:

a. Dewa Pertiwi (dewa bumi)

b. Dewa Surya (dewa matahari)

c. Dewa Bayu (dewa angin)

d. Dewa Baruna (dewa laut)

e. Dewa Agni (dewa api)

Dalam perkembangan berikutnya, bangsa India memeluk agama Hindu dan agama
Budha. Walaupun pemeluk agama Hindu memuja banyak dewa, tetapi dewa yang diutamakan
adalah Trimurti, artinya tiga dewa utama, yaitu Dewa Brahma (dewa pencipta), Dewa Wisnu
(dewa pemelihara), dan Dewa Syiwa (dewa perusak). Pada zaman raja Chandra Gupta, agama
Hindu ditetapkan sebagai agama negara. Namun, pada zaman raja Ashoka, agama Budha
yang berkembang.Baik agama Hindu maupun agama Budha mempunyai banyak upacara
keagamaan. Salah satu upacara penting dalam agama Hindu adalah upacara Nyepi, sedangkan
dalam agama Budha adalah upacara Waisyak. Jenazah penganut agama Hindu dibakar yang
disebut upacara Ngaben. Tujuannya agar rohani terlepas dari jasmani. Sungai Gangga
merupakan tempat pembuangan abu jenazah yang telah dibakar.

Agama Budha di India diajarkan oleh Sidharta, putra raja Sudhodana dari kerajaan
Kosala. Ia berusaha menyederhanakan ajaran agama Hindu yang dianggapnya memberatkan

10
umatnya. Ia kemudian dijuluki sang Budha oleh para pengikutnya. Peristiwa kelahiran,
menerima penerangan agung, dan kematiannya berlangsung pada waktu yang sama, yaitu
bulan Mei. Ketiga peristiwa itu dirayakan sebagai Hari Waisyak.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi difase-fase perkembangan dunia yang kini begitu cepat pastinya akan ada masa-masa
yang akan selalu diingat seperti halnya zaman praaksara, lalu zaman perunggu, dan zaman
peradaban. Di zaman peradan ini terdapat salah satu daerah yang begiitu dekat dengan
wilayah kita yang menjadi salah satu daerah yang memiliki peradaban terbesar di dunia yaitu
adalah india. Dalam peradaban india bermula dari lembah sungai Indus dan Gangga, karena
letaknya yang begitu strategis membuat daerah ini begitu menjadi sangat terkenal, dan bahkan
membuat suatu perdaban yang begitu besar.

B. SARAN
Kami sadar makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Jadi setiap saran yang diberikan pastinya sangat berguna bagi kami untuk mencoba makalah
ini menjadi lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://ekos95.wordpress.com/2015/10/03/peradaban-india-kuno-lembah-sungai-indus-dan-
lembah-sungai-gangga/amp/

http://hinduismedila.blogspot.com/2012/11/sistem-kepercayaan-bangsa-india-kuno.html?m=1

http://gapurasejarah.blogspot.com/2017/08/kebudayaan-lembah-sungai-indus.html?m=1
Anita Dalal. (2011).Selidik National Geographic: India Kuno. Jakarta : Kepustakaan Populer
Gramedia.

12
LAMPIRAN

 Peninggalan Kebudayaan India Kuno

1. Arsitektur

2. Perhiasan

13
3. Mainan Anak

4. Cap atau Stempel

14
15

Anda mungkin juga menyukai