Anda di halaman 1dari 124

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM KELUARGA MUALLAF


(Studi Kasus di Kampung Muallaf Dusun Nglarangan Desa Getas
Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:
VILI INDRI YANI
NIM: 23010-15-0038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019

i
ii
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM KELUARGA MUALLAF
(Studi Kasus di Kampung Muallaf Dusun Nglarangan Desa Getas
Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:
VILI INDRI YANI
NIM: 23010-15-0038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019

iii
iv
v
vi
MOTTO

Jadilah mata air,


Bila kamu baik maka sekitarmu pun juga akan baik
Bila kamu kotor maka di sekitarmu pun akan kotor atau mati pula.

(BJ. Habibie)

vii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi

ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapakku Waris dan Ibuku Muti’ah tersayang, serta tanteku Suryati

tersayang yang selalu memberikan do’a, semangat, bimbingan, nasihat dan

motivasi dalam kehidupanku.

2. Adikku Sofi Nurma Fika dan Widi Bayu Pradana yang selalu mendoa’kan

kakaknya tanpa hentinya.

3. Sahabatku yang memberikan dukungan dan do’a saat pengerjaan skripsi

ini berlangsung yaitu Widya Astuti, Akid Pratama, Uning Fiyati, Dita

Merawati, Fita Finingsih, Meta Setyani, Lia Panser, Indriyani Yuli, Isti

Nur, Anis Ma’rifah, Via Indri, Nurul Latifah, Diyah Handayani, Ani

Rohmatika, Elma Wijayanti, Dyah Pitaloka, Venny Nurhida).

4. Sahabat seperjuanganku Rosidita, Ira, Faizah.

5. Teman-teman PPL SMK Saraswati tanpa terkecuali.

6. Teman-teman KKN Posko 97 Dusun Ngaglik Desa Bateh Kecamatan

Candimulyo Magelang.

7. Sahabat seperjuanganku angkatan 2015 khususnya program studi PAI.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrohim

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan peada Allah Swt yang telah

memberikan nikmat, syafaat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang telah penulis

susun berjudul Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Muallaf (Studi Kasus di

Kampung Muallaf Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung).

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

nabi agung Muhammad Saw, yang selalau memberikan suri tauladan bagi

keluarga, sahabat, dan juga pengikutnya. Beliaulah yang membawa umat islam

dari zaman kegelapan,zaman kebodohan menuju zaman terang benderang seperti

saat ini. Dan semoga kita selalu mendapat syafaat beliau esok di hari kiamat

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam menyelesikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.

2. Dekan FTIK IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

3. Ketua Program Studi PAI Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

4. Bapak Dr. H. Achmad Maimun, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang

telah membimbing dan eluangkan waktunya dengan ikhlas untuk

penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini terselesaikan.

ix
5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali ilmu selama

saya belajar di kampus tercinta ini.

7. Bapak Dwi Yanto selaku Kepala Desa Getas Kecamatan Kaloran

Kabupaten Temanggung.

8. Bapak Sabar selaku Kepala Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan

Kaloran Kabupaten Temanggung

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya. Amiin.

Salatiga, 16 Agustus 2019

Penulis,

Vili Indri Yani


NIM. 23010150038

x
ABSTRAK
Yani, Vili Indri. 2019. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Muallaf (Studi
Kasus di Kampung Muallaf Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan
Kaloran Kabupaten Temanggung). Skripsi. Program Studi Pendidikan
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing:
Dr. H. Achmad Maimun, M.Ag
Kata Kunci: Keluarga Muallaf dan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang wajib di berikan
oleh orang tua kepada anak sedini mungkin. Namun tidak semua keluarga
memiliki latar belakang agama yang baik. Para orang tua dari keluarga muallaf
memiliki keterbatasan dalam pendidikan agama Islam, sehingga muncul beberapa
pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana
keberagamaan keluarga muallaf di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan
Kaloran Kabupaten Temanggung? 2) Bagaimana pendidikan agama Islam di
lingkungan muallaf di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung?
Penelitian ini merupakan studi kasus yang berupaya mengetahui
pendidikan agama Islam dalam keluarga muallaf baik dari segi pengetahuan, dan
pengamalan di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
bersifat deskriptif, menjelaskan dari objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian
ini adalah keluarga muallaf di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Proses muallaf
yang ada di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung adalah karena sebuah pernikahan. 2) Pengamalan pendidikan agama
Islam di Dusun Nglarangan dalam keluarga muallaf berbeda-beda. Ada yang
berhasil ada juga yang kurang berhasil yang dinilai dari tujuan pendidikan agama
Islam dalam setiap keluarga muallaf. 3) Peran orang tua dalam mendidik anaknya
yaitu dengan memberikan dukungan dan motivasi kepada anaknya. 4) Faktor
pendukung yaitu adanya peran suami atau istri, kerabat, saudara dan teman,
adanya TPA dan pengajian, adanya Badhar dari MAN Temanggung. Sedangkan
faktor pengahambatnya yaitu keterbatasan pendidikan agama Islam, lingkungan
sosial yang kurang baik dn keadaan ekonomi yang sederhana. 5) Pendidikan
Agama Islam Bagi anak, orang tua memberikan fasilitas, reward and punishment,
dan menitipkan ke TPA. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu dukungan dan
motivasi orang tua, banyak teman di TPA, dan pemberian reward. Kemudian
faktor penghambatnya yaitu fasilitas TPA yang kurang memadahi, kurangnya
kesadaran orang tua.

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................... i
LOGO ..................................................................................................... ii
SAMPUL DALAM ............................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................ vi
MOTTO ................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
ABSTRAK .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Fokus Penelitian......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keluarga Muallaf ..................................................................................... 10
1. Pengertian Keluarga Muallaf .............................................................. 10
2. Macam-macam Muallaf ...................................................................... 11
3. Faktor yang mempengaruhi Seorang Menjadi Muallaf ...................... 11
B. Pengertian Pendidikan Agama Islam ....................................................... 12
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................. 12
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam ....................................................... 15
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam....................................................... 15

xii
C. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 21
C. Sumber Data ............................................................................................ 22
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 23
E. Analisis Data ............................................................................................ 25
F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................... 26
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data ............................................................................................ 27
1. Letak Geografis ................................................................................... 27
2. Keadaan Penduduk.............................................................................. 27
3. Kegiatan Sosial Budaya ...................................................................... 29
4. Kegiatan Agama.................................................................................. 31
5. Keadaan Pendidikan............................................................................ 35
6. Sarana Prasarana ................................................................................. 37
7. Struktur Organisasi Dusun Nglarangan .............................................. 38
B. Analisis Data ............................................................................................ 38
1. Proses Menjadi Muallaf ..................................................................... 38
2. Pengamalan Agama Islam Dalam Keluarga Muallaf ........................ 44
3. Peran Orang Tua Muallaf Dalam Memberikan Pendidikan
Agama Islam Pada anak..................................................................... 49
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengamalan Agama Islam ...... 55
5. Upaya Pendidikan Agama Islam Bagi Anak ..................................... 61
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Pendidikan
Agama Islam Bagi Anak .................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 65
B. Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69
LAMPIRAN ...................................................................................................... 71

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel I Nama-nama Keluarga Muallaf ........................................................ 22

Tabel II Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ..................................... 28

Tabel III Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan................................. 28

Tabel IV Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................... 35

Tabel V Jumlah Sarana Prasarana ................................................................ 37

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi


Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengantar dari Desa
Lampiran 4 Transkip Wawancara
Lampiran 5 Lembar Konsultasi
Lampiran 6 Daftar SKK
Lampiran 7 Foto-foto Hasil Penelitian
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan utama yang sangat dibutuhkan bagi anak adalah

pendidikan agama, dimana hal tersebut secara tidak langsung akan

membentuk kepribadian anak yang berpengaruh pada perkembangan dan

perilaku anak. Kepribadian baik atau buruknya anak terdapat pada Pendidikan

agama yang diajarkan oleh orang tua ataupun lingkungan sekitar. Akan tetapi

yang memilki tanggung jawab penuh dalam Pendidikan agama Islam bagi

anak adalah keluarga khususnya orang tua. Oleh karena itu perbaikan

Pendidikan agama Islam bagi anak dalam keluarga merupakan sebuah

keharusan dan membutuhkan perhatian yang serius.

Permasalahannya masih banyak orang yang belum sadar akan

pentingnya sebuah pendidikan terutama pendidikan agama Islam. Fakta

tersebut terbukti dengan masih banyak anak-anak yang belum mendapat

Pendidikan agama sejak dini. Pendidikan agama tidak hanya dilakukan dalam

sekolah saja melainkan pendidikan agama juga bisa dilaksanakan di

lingkungan keluarga.Dalam pandangan Islam keluarga menjadi fondasi

berkembang majunya masyarakat Islam. Oleh karena itu Islam sangat

memberikan perhatian terhadap masalah keluarga. Sejak pra perkawinan

sampai kepada memfungsikan keluarga sebagai dinamisator dalam kehidupan

1
anggotanya terutaa anak-anak sehingga betul-betul menjadi tiyang penyangga

masyarakat Islam. Lebih lanjut Zakiah Daradjat dalam buku Pendidikan

Keluarga Dalam Prespektif Islam mengatakan: “Apabila tiap-tiap keluarga

hidup tentram dan bahagia dan aman tentram pula (Ahid, 2010: 96).

Para ahli psikologi dan pendidikan juga menyatakan bahwa tahun-

tahun pertama kehidupan anak merupakan masa paling penting bagi

pembentukan kepribadian dan penanaman sifat-sifat dasar. Ini tidak berarti

bahwa perkembangan anak terbatas hanya sampai tahun-tahun

tersebutsehingga tidak ada perubahan sesudah masa itu. Yang dimaksud

adalah bahwa dasar-dasar yang paling penting dalam kehidupan anak

diletakkan pada masa-masa tersebut. Keluarga pernah dan masih tetap

merupakan pusat pendidikan pertama tempat anak berinteraksi dan

memperoleh kehidupan emosional. Keutamaan ini membuat keluarga

memiliki pengaruh yang dalam terhadap anak. Keluarga merupakan

lingkungan alami yang memberikan perlindungan dan keamanan serta

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga juga merupakan

lingkungan pendidikan yang urgen tempat anak memulai hubungannya

dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang

membentuknya untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial (Aly

dan Munzier, 2003: 201-203).

Akan tetapi bagaimanakah jadinya jika dalam keluarga tersebut sangat

minim pengetahuannya tentang pendidikan agama Islam. Maka yang terjadi

2
adalah peran dan fungsi pendidikan dalam keluarga belum terlaksana dengan

baik. Dalam hal ini yang terjadi pada sebuah kasus di Dusun Nglarangan Desa

Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung adalah minimnya

pengetahuan agama Islam pada beberapa keluarga di desa tersebut

dikarenakan keluarga tersebut adalah keluarga muallaf. Orang tua adalah

orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Hal itu

dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan anaknya,

paling dekat dalam komunikasi dan paling banyak menyediakan waktu untuk

anak terutama ketika ia masih kecil (Umar, 2010: 107).

Dalam hal ini orang tua juga berkewajiban untuk mendalami

pengetahuan agama untuk memberikan pengetahuan agama pula terhadap

anak. Namun kenyataannya yang terjadi pada kasus di desa yang penulis ingin

teliti yaitu di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung adalah keluarga muallaf yang jika ditelusuri salah satu faktor

dominan mengapa mereka memutuskan menjadi seorang muallaf yakni

dikarenakan berorientasi pada pernikahan, dan kesadaran yang tumbuh ketika

melihat anaknya pandai dalam beribadah. Berdasarkan beberapa fakta di atas

diketahui bahwa minimnya pengetahuan agama jika mereka baru menjadi

muallaf dan mereka masih mempunyai kewajiban untuk membimbing

keluarga bahagia sesuai tuntutan agama Islam. Tidak mudah tentunya bagi

seorang muallaf untuk mendidik anaknya dengan ajaran-ajaran agama Islam

3
sesuai yang disyariatkan. Ini tentu menjadi persoalan tersendiri bagi seorang

muallaf dalam menerapkan pendidikan agama kepada anaknya.

Perkembangan dan kematangan jiwa seseorang anak dipengaruhi oleh

faktor pembawaan dan lingkungan (Djamarah, 2000: 54). Selain itu juga

sebagai orang tua tentunya merupakan kewajiban untuk memberikan

pendidikan agama untuk anak, agar mempunyai bekal agama yang kuat untuk

menjalani kehidupan selanjutnya. Maka dengan adanya hal ini diperlukan

penelitian yang lebih lanjut dan nantinya dapat dijadikan bahan refleksi diri

dan dapat memberikan suatu manfaat. Dengan demikian penelitian ini

mengambil judul “Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Muallaf

(Studi Kasus di Kampung Muallaf Dusun Nglarangan Desa Getas

Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka selanjutnya

penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Hal

tersebut antara lain:

1. Bagaimana keberagamaan keluarga muallaf di Dusun Nglarangan Desa

Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung?

2. Bagaimana pendidikan agama Islam di lingkungan muallaf di Dusun

Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan Penelitian

4
Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui keberagaman keluaraga muallaf di Dusun Nglarangan Desa

Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

2. Mengetahui pendidikan agama islam di lingkungan muallaf Dusun

Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

jelas bagi pembaca. Terdapat 2 manfaat yakni manfaat teoritis dan manfaat

praktis yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a) Dapat mengetahui pendidikan agama Islam pada keluaraga muallaf di

Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung

b) Dapat mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat keluarga

muallaf dalam meningkatkan pendidikan agama Islam pada anak di

Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung

c) Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi keluarga

muallaf yang akan diteliti tentang pentingnya pendidikan Islam dalam

keluarga.

2. Manfaat Praktis

5
a) Sebagai pembelajaran untuk meningkatkan ilmu yang terkait dengan

ajaran-ajaran agama Islam sehingga dapat mempelajari pendidikan

agama Islam secara maksimal.

b) Orang lain atau orang-orang terdekat bisa lebih memperhatikan

keluarga muallaf dan memberikan bantuan moral berupa pendidikan

agama agar keluarga muallaf mampu menjalankan perintah agama

Islam dengan baik.

c) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain di

bidang terkait serta menambah pengalaman peneliti.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok

masalah yang dimaksud maka sebelumnya penulis menguraikan batasan

pengertian yang dimaksud dalam judul ini adalah:

1. Keluarga

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih

memiliki hubungan darah dan bersatu.Keluarga didefinisikan sebagai

sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai

hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran,

adopsi dan lain sebagainya.Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-

anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan

terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih mempunyai

peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23)

6
2. Muallaf

Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam(KBBI, 2008: 1021).

Menurut penulis sendiri orang tua muallaf adalah orang tua yang baru

masuk Islam yang bertanggung jawab atas perkembangan anak dan

mengemban tugas terhadap keberhasilan dengan segala upaya, usaha,

didikan, dan bimbingan yang dilakukan agar nantinya dapat tercapai

keinginan dan cita-cita terhadap anak dimasa depan.

3. Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Abdul Majid dan Dian

Andayani menyatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha

untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai tujuan

hidup. Sedangkan menurut A. Tafsir, pendidikan agama Islam adalah

bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Abdul Majid

dan Dian Andayani, 2004: 130).

Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam secara formal dalam

kurikulum berbasis kompetensi dikatakan bahwa “Pendidikan agama

Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa,

7
dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

utamanya kitab suci Al-Qur’an dan hadist, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.” Dibarengi tuntutan

untuk menghormati penganut agama lain dalam masyarakat hingga

terwujudnyakesatuan dan persatuan bangsa (Abdul Rachman Shaleh,

2005: 7).

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penulisan ini maka disusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN bab ini menjelaskan tetang pokok

permasalahn yang menjadi landasan awal penelitian yaitu membahas latar

belakang masalah, focus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

penegasan istilah dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA bab ini membahas landasan teori yang

meliputi: pengertian keluarga, muallaf, macam-macam muallaf, motif seorang

menjadi muallaf, tanggung jawab orang tua terhadap anak. Pendidikan Agama

Islam yang meliputi: pengertian pendidikan agama Islam,tujuan pendidikan

agama Islam, fungsi pendidikan agama Islam, dan ruang lingkup pendidikan

agama Islam. Perbedaan pola asuh orang tua muslim dengan orang tua

muallaf terhadap anak yang meliputi: pola asuh orang tua muslim terhadap

anak, pola asuh orang tuaa muallaf terhadap anak, dan titik beda anatara pola

asuh orang tua muslim dan orang tua muallaf terhadap anak.

8
BAB III METODE PENELITIAN membahas tentang metode

penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,

sumber data prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan

data, serta tahap-tahap penelitian.

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA pada bab ini peneliti

akan menjelaskan tentang paparan data dan analisis data yang terkumpul

dalam klasifikasi data. Data, paparan data membahas tetang gambaran tempat

meliputi, letak geografis Dusun Nglaangan Desa Getas Kecamatan Kaloran

Kabupaten Temanggung, keadaan penduduk, keadaan sosial budaya, keadaan

sosial Pendidikan, sarana prasarana, struktur organsisasi Dusun Nglarangan,

pendidikan orang tua muallaf, ekonomi keluarga muallaf, agama yang dianut

sebelumnya, motivasi menjadi muallaf, dan cara mendidik anak dari orang tua

muallaf di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung.

BAB V PENUTUP penulis menjabarkan pada bab ini dengan

mengurutkan kesimpulan dari hasi penelitian dan saran-saran.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keluarga Muallaf

1. Pengertian KeluargaMuallaf

Menurut bahasa, mu’allafati artinya adalah orang-orang yang lemah

hatinya.Adapun yang dimaksud dengan istilah ini adalah orang-orang

yang dibujuk hatinya, atau orang-orang yang masuk Islam, yang dengan

demikian iman mereka masih lemah dan perlu pembinaan lebih lanjut.

‫يٱلرقَابِ َى ۡٱل َٰغَ ِر ِمين ََىفِي‬


ّ ِ ِ‫س ِكينِ َى ۡٱل َٰعَ ِم ِلي َنعَلَ ۡي َه َاو ۡٱل ُم َؤلَّفَ ِةقُلُىبُ ُه ۡم َىف‬َ َٰ ‫ص َدَ َٰقَت ُ ِل ۡلفُقَ َرآ ِء َو ۡٱل َم‬
َّ ‫إِنَّ َماٱل‬
َ ٠٦َ‫ض ٗة ِ ّمنَٱللَّ ِۗ ِه َىٱللَّ ُهعَ ِلي ٌم َح ِكيم‬ َ ‫سبِي ِۖ ِلفَ ِري‬ َّ ‫سبِيِلِللَّ ِه َى ۡٱبنِٱل‬ َ
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(Q.S At-Taubah 9 : 60)
Karena itu mereka termasuk golongan asnaf (kelompok) yang berhak

menerima zakat (Q.S At-Taubat, 9:60)

Syarifuddin (2003:49) menyatakan bahwa muallaf secara leksikal

berarti orang-orang yang diijinka hatinya untuk tetap berada dalam

Islam.Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) muallaf

adalah orang yang baru masuk Islam (KBBI, 2008:1021).Jadi keluarga

muallaf adalah dua orang atau lebih yang baru masuk Islam dan tergabung

10
karena hubungan darah, perkawinan dan mereka hidup dalam satu rumah

tangga.

2. Macam-macam Muallaf

Berdasarkan hasil wawancara demgan kelurga muallaf terdapat

beberapa macam keluarga muallaf yaitu sebagai berikut:

1) Keluarga muallaf terdiri dari suami mualllaf dan istri Muslimah

Proses suami menjadi mualaf terjadi sebelum menikah. Suami yang

muallaf sebelum pernikahan dapat berlangsung secara Islami dan

mendapat restu dari orang tuanya maupun calon mertuanya.

2) Keluarga muallaf terdiri dari istri muallaf dan suami muslim

Model keluarga muallaf ini mempunyai alasan yang hampir sama

seperti model keluarga muallaf yang pertama. Istri menjadi muallaf

sebelum menjalankan pernikahan agar mendapat restu dari orang tua

maupun dari calon mertua. Supaya bisa menjalankan proses

pernikahan secara Islam dan mendapat hidayah setelah menjalankan

kehidupan rumah tangga bersama suaminya. (Saftani Ridwan Vol 11,

2017 : 8-9)

3. Faktor yang Mempengaruhi Seseorang menjadi Muallaf

Terdapat faktor-faktor seseorang untuk memutuskan menjadi muallaf,

yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Intern

11
Secara garis besar faktor intern yang ikut berpengaruh terhadap

perkembangan jiwa keagamaan anyara lain adalah faktor hereditas,

tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang. Hubungan

antara perkembangan jiwa dan keagamaan tampak tak dapat

dihilangkan, kondisi kejiawaan dalam hal ini turut berkontribusi dalam

faktor intern seorang menjadi muallaf. Seperti contoh banyaknya

jumlah wanita yang memeluk Islam karena mengikuti agama pria yang

ia cintai karena kondidi kejiwaan wanita cenderung lebih mudah

diajak daripada pria.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan

keluarga.Kelauarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana

dalam kehidupan manusia. Dengan demikian keluaraga menjadi fase

sosialisasi awal bagi pembentuk jiwa keagamaan.Selain lingkungan

keluarga, lingkungan institusional seperti sekolah dan organisasi juga

mempengaruhi jiwa keagamaan. (Saftani Ridwan Vol 11, 2017: 12-13)

B. Pengertian Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Mengenai pengertian pendidikan agama Islam banyak pakar yang

memberikan definisi, diantaranya menurut Djumransjah (2007 : 19-20),

definisi pendidikan agama Islam adalah:

12
a. Pendidikan agama Islam adalah usaha bimbingan ditujukan untuk

mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran

Islam.

b. Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk mengarahkan dan

mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan

kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam dalam proses

kependidikan melalui latihan-latihan, akal fikiran (kecerdasan), kejiwaan,

keyakinan, kemauan, dan perasaan, serta pancaindera dalam seluruh aspek

kehidupan manusia.

c. Pendidikan agama Islam adalah bimbingan secara sadar dan terus menerus

yang sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya

(pengaruh dari luar) baik secara individual maupun secara kelompok

sehingga manusia mampu memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran agama Islam secara utuh dan benar. Ajaran utuh meliputi aqidah

(keimanan), syariah (ibadah, muamalah) dan akhlak (budi pekerti).

Dengan keimanan yang benar memimpin kea rah budi pekerti luhur

(akhlak mulia), dan akhlak mulia memimpin manusia kea rah manusia

mendalami hakikat, dan menuntut ilmu yang benar, sedangkan ilmu yang

benar memimpin manusia ke arah amal sholeh.

Sedangkan pendidikan agama Islam menurut Prof. Dr. Zakiyah

Darajat yaitu:

13
a) Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikanya dapat

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya

sebagai pandangan hidup (way of life).

b) Peniikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan

ajaran agama Islam.

c) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama

Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara

menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu

pandangan hidupnya demi keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat

(Zakiyah Darajat alam Abdul Rachman Shaleh, 2005 : 6).

Dengan demikian pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang

berupa bimbingan dan arahan terhadap anak didik, agar suatu saat setelah

anak itu menyelesaikan pendidikannya ia mampu memahami dan

mengamalkan ilmu agama yang selama ini ia pelajari. Dari beberapa

pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama

Islam adalah suatu usaha yang mengaranhkan, membimbing anak didik

agar mampu mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik. Proses

pengamalan ajaran Islam membutuhkan kemampuan dan kemauan belajar

yang besar dari anak didik sendiri agar dalam proses tersebut selalu berada

14
dalam nilai-nilai Islam, yaitu melahirkan norma-norma syariah maupun

akhlak karimah yang dapat menjadikan pedoman dalam berkehidupan

sesuai dengan syariat Islam.

2. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Darajat yang berpendapat dalam bukunya Metodik khusus

pengajaran agama Islam bahwa fungsi pendidikan agama Islam meliputi:

a. Menanam tumbuhkan rasa kekimanan yang kuat.

b. Menanam kembangkan kebiasaan (Habit Varming) dalam melakuka

amal ibadah, amal shaleh, dan akhlak yang mulia.

c. Menumbuh kembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar

sebagai anugerah Allah SWT kepada manusia (Darajat, 2011 : 174).

Pendidikan agama Islam memiliki fungsi untuk menghasilkan manusia

yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia dan kehidupan di

akhirat serta terhindar dari siksaan Allah yang Maha pedih (Ramayulis, 2008

:7). Maka penulis menyimpulkan bahwa fungsi agama Islam sebagai suatu

cara meningkatkan keimanan seseorang sekaligus sebagai pengembangan

sikap dengan mengamalkan apa yang di dapat dari proses belajar ajaan agama

Islam.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan secara umum memiliki pengertian adalah

mewujudkan perubahan positif yang diharapkan ada pada peserta didik

15
setelah menjalani proses pendidikan baik perubahan pada tingkah laku

individu dan kehiupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan

alam sekitarnya dimana subjek didik menjalani kehidupan (Roqib, 2009 :

25).

Tujuan pendidikan agama Islam menurut Fadlil Al-Jamaly dalam

Soebahar (2002) adalah sebagai berikut:

1. Megenalkan manusia akan perannya diantara sesama (makhluk) dan

tanggung jawab oribadinya di dalam hidup.

2. Mengenalkan manusia akan interaksi social dan tanggung jawabnya

dalam tata hidup bermasyarakat.

3. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajar mereka untuk

mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan

kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut.

4. Mengenalkan manusia akan penciptaan ini (Allah) dan memerintahkan

beribadah kepadanya (Soebahar, 2002 : 20).

Sedangkan menurut Muhaimin (2004) tujuan pendidikan agama

Islam dapat ditarik dalam beberapa dimensi yaitu:

a) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

b) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan

peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

c) Dimensi penghayatan atau pengamalan batin yang dirasakan

peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam.

16
d) Dimensi pengalamannya dalam arti bagaimana ajaran Islam yang

telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh

peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dirinya untuk

menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-

nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan

merealisasikam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara (Muhaimin 2004 : 78).

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka penulis dapat

menyimpulkan tujuan pendidikan agama Islam adalah suatu proses untuk

membentuk keimanan, ketaqwaan pada Allah SWT, akhlak yang mulia pada

anak atau peserta didik, serta pengetahuan tentang Islam yang luas sehingga

ajaran-ajaran tersebut dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya.

C. Kajian Penelitian Terdahulu

Setalah penulis melakukan penelusuran mengenai pendidikan agama

Islam dalam keluarga muallaf maka penulis telah menemukan beberapa

referensi skripsi dan buku yang dapat dijadikan sebagi sumber kajian

penelitian terdahulu sebagai berikut:

Skripsi Muftihah (2017) Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama

Islam. Yang menulis skripsi dengan judul “Peran Orang Tua Muallaf Dalam

Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Pada Anak Di Desa Barukan

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang”. Adapun yang dibahas dalam

17
penulisan ini adalah peran orang tua muallaf yang mengasuh anakknya dan

memberikan pendidikan agama Islam kepada anaknya sedangkan pengetahuan

tentang Islam oleh orang tua tersebut belum seberapa karena dari asal mereka

yang muallaf. Rumusan masalah dalam penelitian tersebut yaitu: 1)

Bagaimana sejarah muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang? 2) Bagaimana penerapan pendidikan agama Islam pada keluarga

muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kbupaten Semarang? 3)

Bagaimana peran orang tua muallaf dalam meningkatkan pendidikan agama

Islam pada anak di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

4) Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat orang tua muallaf dalam

meningkatkan pendidikan agama Islam pada anak di Desa Barukan

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?.

Skripsi Mutoharoh (2016) Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan

Agama Islam.Yang menulis skripsi dengan judul “Pola Asuh Nenek dan

Implikasinya Terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo,

Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan.Di dalam skripsi ini dibahas

mengenai pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh oranng tua, tetapi

dilakukan oleh nenekya. Pola asuh yang diajarkan oleh nenek dan orang tua

pasti akan sangat berbeda, dan penerapan pendidikan oleh nenek bisa menjadi

sesuatu hal yang salah bagi anak. Rumusan masalah dalam penelitian tersebut

yaitu: 1) Bagaimana pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing

Desa Ngambakrejo Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan tahun

18
2016? 2) Bagaimana penanaman nenek terhadap akhlak anak di Dusun

Ngrawing Desa Ngambakrejo Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten

Grobogan tahun 2016? 3) Bagaimana implikasi akhlak anak yang berada

dalam pengasuhan nenek di Dusun Ngrawing Desa Ngambakrejo Kecamatan

Tanggungharjo Kabupaten Grobogan tahun 2016?.

Berdasarkan kajian penelitian di atas, terdapat beberapa persamaan

dan perbedaan dengan yang peneliti lakukan. Persamaannya membahas tetang

pendidikan agama Islam di anak, sedangkan perbedaannya terdapat pada

subjek yang diteliti, dimana dalam penelitian ini merupakan pendidikan

agama Islam dalam keluarga muallaf di Dusun Nglarangan Desa Getas

Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Disini

penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan

secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang

relevansinya dengan penelitian ini. Adapun jenis penelitian yang digunakan

penulis dalam peneitian ini adalah metode kualitatif, yaitu kajian studi kajian

berbagai studi dan kumpulan berbagai jenis materi empiris, seperti studi

kasus, kisah hidup pengalaman personal, pengakuan introspektif, wawancara,

artifak, berbagai terks dan produksi kultural, pengamatan sejarah,

interaksional, dan berbagai teks visual (Septiawan, 2007: 5).

Menurut Denzin dan Lincoln (dalam Lexy, 2009: 4) istilah penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya

dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

Penelitian kualitatif juga menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari

dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu

latar yang berkonteks khusus.

Penelitian kualitatif memperoleh data yang dikumpulkan melalui riset

lapangan dengan mencari informasi dan data tentang masalah yang akan

20
diteliti ke objek penelitian. Selain itu juga melalui riset kepustakaan dengan

membaca dan menelaah buku-buku yag ada kaitannya dengan variable yang

akan diteliti.

Setelah mendapatkan data dan infomasi tentang Pendidikan Agama

Islam dalam Keluarga Muallaf di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan

Kaloran Kabupaten Temanggung, maka langkah selanjutnya yang ditempuh

oleh peneliti adalah menggambarkan informasi dan data secara sistematis

kemudian dianalisis oleh peneliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Muallaf Dusun Nglarangan Desa

Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Alasan peneliti memilih

lokasi tersebut karena dusun Nglarangan ini berbeda dengan dusun lainnya,

dusun Nglarangan sendiri memiliki jumlah penduduk lebih banyak non

muslimnya dibandingan penduduk muslim. Serta keberagaman agama yang

ada di dusun ini yaitu, agama Islam, Budha, dan Kristen. Oleh karena itu

masih banyak muallaf dan masyarakat muslim yang minim akan pendidikan

agama Islam. Maka, peneliti tertarik dan ingin melakukan penelitian di dusun

tersebut tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga muallaf. Penelitian

ini dimulai dari bulan Juni sampai bulan Juli 2019.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam peneitian ini adalah data premier

dan data sekunder yaitu:

21
a. Sumber data primer yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan

dari sumber pertama. Adapun sumber data yang diambil dari penelitian ini

adalah hasil dari wawancara dengan Kepala Dusun dan keluarga muallaf.

Dalam penelitian ini sumber data langsung didapatkan peneliti dari

keluarga muallaf sendiri di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan

Kaloran Kabupaten Temanggung. Berikut nama-nama keluarga muallaf di

Dusun Nglarangan adalah:

Tabel I. Nama-nama Keluarga Muallaf

No Nama Usia Pekerjaan Lama


Menjadi
Muallaf

Yayuk Sri
1. Rahayu 40 Pedagang 13 tahun

2. Mulyono 57 Petani 38 tahun

3. Rumiyati 46 Ibu Rumah 30 tahun


Tangga

4. Tuti 46 Ibu Rumah 23 tahun


Tangga

5. Budi 56 Buruh 39 tahun

22
b. Sumber data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, disaji, dan diolah

oleh pihak lain biasanya dalam bentuk publikasi, jurnal, atau lainnya. Data

yang diambil dalam penelitian ini adalah berasal dari dokumen berupa

catatan-catatan yang ada di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan

Kaloran Kabupaten Temanggung seperti data penduduk dan struktur

organisasi di Desa. Penulis menggunakan metode ini untuk memperkuat

dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara

dengan narasumbernya langsung.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan penulis

adalah sebagai berikut:

a. Metode Wawancara

Wawancara adalah pembicaraan santai yang dilakukan dalam berbagai

situasi secara terus menerus untuk mendapatkan informasi dan penjelasan

yang utuh, mendalam, terperinci dan lengkap (Nusa dan Santi, 2013: 33).

Wawancara adalah metode paling efektif untuk menggali, mengeksplorasi

semua data yang akan dibutuhkan. Wawancara jugaa dilakukan dengan

dua tahap, pertama eneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang

masalah dan subyek yang akan dikaji. Kedua melakukan wawancara

mendalam sehingga menemukan iformasi yang lebih banyak dan penting.

Adapun sumber data yang akan dijadikan penulis sebagai sumber

wawancara adalah:

23
1) Kepala Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung

2) Muallaf yang berada di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan

Kaloran Kabupaten Temanggung

3) Tokoh agama di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran

Kabupaten Temanggung

b. Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data

kondisi secara umum yaitu dengan mendatangi langsung objek yang

diteliti. Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu objek

dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki (Sukandar Rumidi,

2004: 67).

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan tentang tindakan, pengalaman, dan

kepercayaan (Lexy J Moleong, 2009: 217). Dokumentasi sudah lama

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal

dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji dan

menafsirkan. Dokumen data dapat berupa catatan rekaman, video, foto,

dan lain sebagainya, dalam hal ini peneliti akan mengambil sumber data

berupa dokumen penting guna memperoleh data pendukung yang

meliputi:

24
1) Foto dengan muallaf Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan

Kaloran Kabupaten Temanggung

2) Foto dengan tokoh agama Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan

Kaloran Kabupaten Temanggung

3) Foto sarana pra sarana seperti masjid, gereja, dan vihara.

E. Analisis Data

Menurut Bogdan dan Bilken (dalam Lexy, 2009: 248) analisis data

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan mengajukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.

Penelitian tersebut akan dianalisis secara kualitatif untuk mengolah

data dari lapangan:

a. Pengumulan Data

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang diperoleh

dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara mendalam,

observasi, dan dokumentasi.

b. Reduksi Data

Proses analisis data dmulai dari menelaah sumber data yang siperoleh

dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, abstraksi merupakan usaha

25
membuat rangkuman yang inti proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang

perlu dijaga dalam penelitian.

c. Penyajian Data

Dengan menggambarkan fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang

telah direduksi terlebih dahulu.

d. Kesimpulan

Simpulan dari rangkaian penelitian yang dilakukan.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang akan dipakai dalam

penelitian ini adalah Trianggulasi Data yaitu dengan cara membandingkan dan

hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan

dokumentasi dan hasil pengamatan dengan dokumentasu. Hasil perbandingan

ini diharapkan dapat menyatukan presepsi atas data yang diperoleh.

Pengambilan data melalui tiga tahapan diantaranya yaitu tahapan

pendahuluan, tahap penyaringan, dan tahap melengkapi data yang masih

belum lengkap. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data

banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika terdapat data

yang relevan dan kurang memadai atau kurang lengkap maka akan dilakukan

penyaringan data sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut memiliki

kadar validitas yang tinggi.

26
BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Letak Geografis

Dusun Nglarangan Desa Getas merupakan salah satu desa yang

terlatak di Kabupaten Temanggung. Dusun Nglarangan memiliki udara

yang sejuk dan nyaman karena letak dusun yang berada daerah

pegunungan. Secara administratif Dusun Nglarangan terletak di

Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah.

Dusun Nglarangan berbatasan dengan:

1) Sebelah Utara : Dusun Kemiri

2) Sebelah Selatan : Dusun Getas

3) Sebelah Timur : Dusun Selorjo

4) Sebelah Barat : Dusun Ngasalan

2. Keadaan Penduduk

Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung terdiri dari 2 RT yaitu RT 03 dan RT 04. Berikut jumlah

penduduk yang tertulis dalam table-tabel di bawah ini:

27
Tabel II. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1. Laki-laki 116 Jiwa

2. Perempuan 105 Jiwa

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa populasi perempuan lebih

banyak dari laki-laki yang berselisih sebanyak 9 Jiwa.

Tabel III. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Persentase

1. PNS 5%

2. Karyawan Swasta 10%

3. Petani 50%

4. Pedagang 25%

5. Buruh 10%

28
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum penduduk Dusun

Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung berprofesi

sebagai petani.

3. Keadaan Sosial Budaya

a. Kegiatan Umum

Menurut Bapak Sabar selaku kepala Dusun Nglarangan ada

beberapa kegiatan umum yang sudah berjalan yaitu:

1) PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) dilaksanakan oleh ibu-ibu

di Dusun Nglarangan. Berketempatan di rumah ibu Kepala Dusun

Nglarangan.

2) Kumpulan rutin RT, setiap bulannya yang diikuti oleh seluruh

warga Dusun Nglarangan setiap kepala keluarga atau bapak-bapak.

RT 01 melakukan kumpulan atau pertemuan rutin setiap hari senin

kliwon, sedangkan untuk RT 02 melakukan pertemuan setiap hari

Kamis pon. Kepala RT atau RW dipilih melalui voting warga

tanpa memandang status agama, entah beragama Islam, Budha,

maupun Kristen semuanya berhak mengajukan diri menjadi ketua

RT, RW, Kepala Dusun bahkan perangkat desa.

3) Kerja bakti membersihkan jalan dan makam yang dilaksanakan

warga Dusun Nglarangan setiap hari jum’at.

29
4) Merti Desa, adalah kegiatan sedekah bumi yang biasanya

dilakukan dengan membawa berbagai makanan berupa tumpeng

berukuran besar yang disusun dengan buah-buahan hasil bumi

warga Dusun Nglarangan. Kemudian tumpeng dan buah-buahan

yang sudah disusun itu diarak beramai-ramai oleh warga menuju

sebuah sumber mata air yang ada di Dusun tersebut. Ketika sudah

sampai di sumber mata air tersebut, warga melakukan acara ritual

yang dipimpin oleh masing-masing pemuka agama, dari pemuka

agama Islam, Budha, kemudian Kristen. Puncak dari acara ritual

tersebut adalah pembagian tumpeng dan buah-buahan yang sudah

disusun tadi, sebagian masyarakat percaya jika mendapatkan nasi

tumpeng atau buah-buahan tersebut akan mendapatkan berkah dari

sang pencipta, kemudian puncak dari acara merti desa adalah

pagelaran wayang kulit dan kesenian-kesenian lainnya yang ada di

Dusun Nglarangan. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun dan turun

temurun, merti desa ini merupakan bentuk rasa bersyukur dan

ungkapan rasa terima kasih atas pemberian Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi ini sekaligus nguri-uri budaya yang merupakan kearifan

lokal.

5) Nyadran, yang dilakukan setiap satu tahun sekali menjelang bulan

puasa. Nyadran adalah salah satu rangkaian budaya yang berupa

pembersihan makam keluarga dan leluhur. Kegiatan ini biasanya

30
berupa kenduri (makan bersama) yang dilaksanakan di makam,

dengan pembacaan ayat al-Qur’an, dzikir, tahlil dan do’a menurut

keyakinan masing-masing. Walaupuun nyadran adalah tradisi

umat muslim dan dilakukan dengan cara Islam, akan tetapi warga

tetap mengikuti kegiatan tersebut dan melakukan do’a sendiri

menurut keyakinannya.

6) Bakti sosial yang biasanya dilakukan oleh masing-masing umat.

Karena Dusun Nglarangan merupakan dusun binaan sekolah MAN

Temanggung, maka setiap bulan Ramadhan diadakan baksos dan

bakti dakwah Ramadhan yang dilakukan oleh siswa dan guru dari

MAN Temanggung.

b. Kegiatan Agama

Di Dusun Nglarangan cukup banyak penduduk yang memiliki

perbedaan agama yaitu agama Islam, Budha dan Kristen. Di dusun

Nglarangan sendiri memilki jumlah penduduk yang banyak menganut

agama Budha. Walaupun demikian antara agama Islam, Budha dan

Kristen saling menghormati dan menghargai.

1) Agama Islam

Menurut tokoh agama Islam yaitu Bapak Wahyudi, agama

Islam mulai banyak dianut dan berkembang pada masyarakat

Dusun Nglarangan kurang lebih pada tahun 1974. Proses

masuknya Islam di Dusun Nglaragan adalah dengan cara

31
perkawinan dengan penduduk dari luar Dusun Nglaranngan yang

kemudian membawa agama baru dalam Dusun Nglarangan ini.

Penyebaran agama Islam dilakukan secara turun temurun dari

nenek moyang yang sudah menganut agama Islam terlebih dahulu.

Ilmu yang diajarkan masih sederhana dengan berlatih membaca

Al-Qur’an. Pada saat itu tidak ada guru khusus untuk mengajar

mengaji, tempatnya pun masih di sebuah mushola kecil yang

sering mereka sebut langgar. Tempat ibadah umat Islam di Dusun

ini mulai dibangun pada tahun 1997 dengan sangat sederhana yang

mereka sebut dengan langgar tersebut, yang hanya bisa memuat

beberapa orang saja di dalamnya. Langgar ini sudah direnovasi

sebanyak 2-4 kali sampai saat ini. Renovasi terakhir kali ini

mendapat bantuan dari sekolah MAN Temanggung karena Dusun

Nglarangan merupakan desa binaan dari sekolah tersebut. Saat ini

bangunan langgar sudah jauh lebih baik untuk digunakan

beribadah dan mengaji bagi anak-anak TPA. Ustadz untuk

mengajar TPA juga sudah banyak yang berpengalaman menjadi

ustadz TPA.

2) Agama Budha

Bapak Wargino adalah tokoh agama Budha yang menjelaskan

bahwa agama Budha adalah agama pertama yang ada di dusun ini

dan masih bertahan sampai saat ini. Salah satu penyebaran agama

32
Budha adalah nenek moyang yang memeluk agama Budha dari

zaman dahulu dan diturunkan kepada anak serta cucunya. Masih

percaya hal-hal berbau mistis menjadi alasan yang kuat untuk

bertahan dalam agama Budha.

Kegiatan yang dilakukan di Vihara Dusun Nglarangan ada

sembahayang setiap hari pada pukul 19.00 WIB. Kegiatan ini

menjadi kegiatan rutin selain kegiatan yang diadakan setiap

setahun sekali seperti merayakan hari suci waisak dan melakukan

kegiatan Tisarana. Tisarana adalah sebuah kegiatan yang dilakukan

umat Budha untuk pemberkatan dan belajar lebih dalam tentang

agama Budha, biasanya setelah melakukan Tisarana maka

seseorang akan mendapatkan sebuah nama baru yang mereka

yakini adalah nama yang akan membawa keberkahan pada dirinya.

Sekolah minggu adalah kegiatan yang dilakukan anak-anak

beragama Budha pada hari minggu pagi dengan acara belajar

tentang agama Budha, belajar mengembangkan bakat anak, bahkan

belajar dengan alam. Kegiatan ini ada dua orang pembimbing,

setiap minggu para pembimbing ini akan memberikan kegiatan

belajar yang akan dilakukan oleh anak-anak.

3) Agama Kristen

Sedangkan dari tokoh agama Kristen sendiri yaitu Ibu Maryati

menjalaskan sejarah agama Kristen di Dusun Nglarangan adalah

33
salah satu agama yang memiliki sedikit pengikut di Dusun

Nglarangan. Hanya beberapa rumah saja yang memeluk agama

Kristen. Proses penyebaran agama Kristen sendiri adalah dengan

memberikan bantuan kepada masyarakat Dusun Nglarangan.

Bantuan yang diberikan bisa berupa makanan, minuman, sembako

bahkan uang yang jumlahnya tidak sedikit. Sasaran dari

penyebaran agama Kristen ini sendiri adalah pada warga yang

kurang mampu atau kesulitan dalam ekonomi. Pihak gereja juga

menjanjikan barang siapa yang ikut masuk agama Kristen, maka

akan diberikan upah atau hadiah. Bahkan memberikan biaya

sekolah gratis untuk anak-anak yang masih sekolah jenjang SD

sampai SMA. Mereka akan dibiayai gratis selain gratis SPP

bulanan, mereka juga akan diberikan subsidi untuk memenuhi

kebutuhan mereka setiap harinya diluar sekolah.

Sumber dana yang didapatan oleh gereja yaitu berasal dari

donator gereja dari luar negeri, kemudian dikelola oleh gereja dan

digunakan untuk sarana prasarana gereja, biaya sekolah memenuhi

kebutuhan warga Kristen dan sebagainya. Ada juga donator yang

memberikan bantuan langsung kepada anak dan keluarganya jika

anak tersebut berprestasi.

Kegiatan rutin yang dilakukan umat kristiani di Dusun

Nglarangan adalah do’a pagi setiap hari minggu dan do’a malam

34
setiap hari senin dan rabu. Kemudian ada kegiatan bernama PPA

(Pusat Pembelajaran Anak), dalam PPA tersebut ada guru

tersendiri yang sering disebut sebagai mentor sesuai dengan

keahliannya masing-masing. Ada mentor komputer, mentor bahasa

asing, mentor olahraga dan mentor keterampilan. Kegiatan PPA ini

bertujuan untuk menunjang pengetahuan mereka yang tdak

didapatkan di sekolah umum.

Meskipun mereka mempunyai keyakinan maing-masing, namun

mereka tetap toleran dalam bermasyarakat. Misalnya setiap umat

muslim merayakan Idul Fitri, maka semua masyarakat Dusun

Nglarangan ikut merayakannya juga dengan saling memaafkan.

Begitupula saat Natal dan Waisak, semua masyarakat melakukan

makan bersama pada malam Natal ataupun malam Waisak. Semua

bentuk tolerani ini dialkukan untuk menjaga keutuhan dan

persatuan masarakat Dusun Nglarangan.

4. Keadaan Pendidikan

Tabel IV. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Status Pendidikan Persentase

1. Anak-anak besekolah 90%

35
2. Anak tidak bersekolah 10%

Tabel tersebut menunjukkan bahwa 90% anakanak di Dusun

Nglarangan bersekolah untuk di jenjang SD, SMP, SMA, maupun kuliah.

Hanya ada 10% anak yang tidak sekolah karena beberapa faktor yaitu:

a) Keadaan fisik dan psikis anak yang mengalami keterbelakangan

mental sehingga anak tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah.

Khususnya di sekolah umum, karena untuk menjangkau Sekolah Luar

Biasa memerlukan biaya yang tidak sedikit dan jarak dari Dusun ke

sekolah yang sangat jauh.

b) Keadaan ekonomi orang tua yang tidak mampu membiayai sekolah

anaknya. Sedangkan anak memiliki motivasi yang tinggi untuk

melanjutkan sekolah. Sehingga menyebabkan anak tidak melanjutkan

ke jenjang sekolah pada umumnya. Anak-anak di Dusun Nglarangan

banyak yang sekolah hanya sampai jenjang SMP. Karena biaya masuk

sekolah jenjang SMA yang cukup mahal.

c) Tidak ada minat dari anak serta tidak ada dukungan motiasi dari kedua

orang tua maupun dari keluarga.

d) Mindset atau pemikiran orang dusun yang lebih mementingkan bekerja

mencari uang untuk kehidupannya daripada mencari Ilmu untuk bekal

kehidupannya juga.

36
5. Sarana Prasarana

Tabel V. Jumlah Sarana dan Prasarana

No. Sarana Prasarana Jumlah

1. Masjid 1

2. Vihara 1

3. Gereja 1

4. TPA 1

5. TK 1

6. SD 1

7. Posyandu 1

Tabel di atas menunjukkan bahwa sarana prasarana yang ada di Dusun

Nglarangan cukup memadahi, dan jumlah tempat ibadah yang rata

menunjukkan bahwa Dusun Nglarangan memiliki pemeluk agama yang

berbeda-beda.

6. Struktur Organisasi Dusun Nglarangan

37
Kepala Dusun
Sabar

Ketua RT 03 Ketua RT 04
Supratono Suroto

Tokoh Agama Tokoh Agama Tokoh Agama


Islam Budha Kristen
Wahyudi Wargino Maryati

Struktur di atas menunjukkan struktur organisasi Dusun Nglarangan pada

masa jabatan mulai tahun 2017-2022.

B. Analisis Data

1. Proses Menjadi Muallaf

a. Profil Keluarga Muallaf

1) Keluarga Ibu Yayuk Sri Rahayu

Dalam keluarga Ibu Yayuk yang menjadi muallaf adalah Ibu

Yayuk sendiri. Motivasi Ibu Yayuk menjadi muallaf karena

memikirkan nasib anaknya kelak. Beliau dan sang suami menikah

di agama Budha, namun sang suami beragama Islam. Dan setelah

menikah mereka memutuskan untuk menjalankan agama mereka

masing-masing. Namun setalah Ibu Yayuk mengandung putra

38
pertamanya pada tahun 2007 dan memutuskan untuk memeluk

agama Islam agar suatu saat anaknya tidak bingung untuk memilih

agama dari sang ayah atau ibunya.

Semenjak tahun 2007 Ibu Yayuk sudah resmi menjadi seorang

muslim yang dituntun oleh seorang kyai yang dibawakan oleh

suaminya. Kemudian tahun 2008 mereka baru mendapatkan bukti

otentik yang berupa beberapa surat pernyataan memeluk agama

Islam dari Kantor Urusan Agama.

2) Keluarga Ibu Rumiyati

Dalam keluarga Ibu Rumiyati yang menjadi muallaf adalah Ibu

Rumiyati sendiri. Motivasi Ibu Rumiyati menjadi muallaf karena

beliau menikah dengan seorang yang beragama Islam. Maka Ibu

Rumiyati mengikuti keyakinan sang suami. Ibu Rumiyati menikah

dengan cara Islam walaupun beliau belum bersyahadat secara

resmi. Setelah pernikahan berlangsung, Ibu Rumiyati

memantapkan diri untuk menjadi muallaf dengan bimbingan sang

suami dan pihak keluarga sang suami. Tahun 1989 ibu Rumiyati

resmi menjadi seorang muslim.

Meski pada awalnya keluarga Ibu Ruiyati tidak

memperbolehkan untuk pindah agama, namun seiring berjalannya

waktu keluarga memberikan restu dan mengikhlaskan Ibu

Rumiyati untuk pindah agama. Pernikahan Ibu Rumiyati dan

39
suaminya tetap langgeng sampai saat ini. Bahkan mereka

dikaruniai seorang anak perempuan yang kini menjadi seorang

ustadzah di sebuah TPA.

3) Keluarga Bapak Mulyono

Bapak Mulyono adalah seorang kepala keluarga yang

berprofesi sebagai seorang petani. Ia menikah dengan istrinya

dengan menganut keyakinan agama Budha. Setelah beberapa tahun

pernikahan, Bapak Mulyono dan keluarga mendapatkan hidayah

dan berencana untuk memeluk agama Islam walaupun beliau dan

keluarga tidak mengetahui apapun tentang agama Islam. Faktor

yang menyebabkan Bapak Mulyono mantap memeluk agama

Islam dikerenakan semua anggota keluarganya yaitu ayah, ibu dan

adik-adiknya sudah menjadi muallaf terlebih dahulu, maka Bapak

Mulyono memutuskan untuk menjadi muallaf agar persaudaraan

antar keluarga makin dekat dan mudah dalam mendo’akan satu

sama lain.

Akhirnya pada tahun 1981 Bapak Mulyono serta istri dan

kedua anaknya memutuskan untuk memeluk agama Islam dengan

bantuan dari masyarakat muslim dan tokoh agama yang ada di

Dusun Nglarangan. Kemudian pada tahun 2004 lahirlah anak

ketiga dari Bapak Mulyono, yang mana anak ketiga ini sudah

Islam sejak ia lahir. Dan saat ini anak ketiga dari Bapak Mulyono

40
memutuskan untuk mendalami ilmu agama di salah satu pondok

pesantren yang ada di Temanggung.

4) Keluarga Ibu Tuti

Ibu Tuti adalah seorang karyawan swasta di sebuah pabrik di

Jakarta, pada masa mudanya ia menghabiskan waktu untuk

mencari uang di ibu kota. Agama sebelumnya adalah agama

Budha. Kemudian ia menikah dengan seorang laki-laki muslim

yang ia kenal di tempat kerja waktu itu. Tahun 1996 Ibu Tuti

memutuskan untuk menikah dan menjadi muallaf walaupun pada

awalnya sempat ragu dan banyak tentangan dari keluarga.

Walaupun banyak tantangan dalam keluarga, Ibu Tuti tetap

berusaha meyakinkan keluarganya hingga akhirnya ia

mendapatkan restu dari keluarga. Saat itulah Ibu Tuti

mengucapkan syahadat di depan suami dan tokoh agama yang ada

di Dusun Nglarangan. Untuk saat ini ibu Tuti memutuskan untuk

menjadi ibu rumah tangga dan lebih mendalami agama Islam.

5) Keluarga Bapak Budi

Bapak Budi adalah seorang buruh yang sudah 39 tahun

menjadi muallaf. Agama sebelumnya yang dianut Bapak Budi

adalah agama Kristen. Pada tahun 1980 ia memeluk agama Islam

karena ingin menikah dengan seorang wanita beragama Islam.

Kemudian setalah menikah dan memeluk agama Islam, Bapak

41
Budi menetap dirumah sang mertus untuk belajar Islam lebih

dalam lagi. Saat ini keluarga bapak Budi sudah menjadi keluarga

Islam yang seutuhnya.

b. Faktor pendukung dan penghambat menjadi muallaf

Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang sudah peneliti

lakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan untuk beberpa faktor

pendukung dan faktor penghambat menjadi muallaf. Misalkan faktor

pendukung yang dialami oleh keluarga Bapak Mulyono, beliau

mendapatkan dukungan penuh dari kerabat dan juga dari adik-adiknya,

serta pemikiran Bapak Mulyono yang memikirkan tentang indahnya

jika satu keluarga bisa menjalankan ibadah yang sama dan berdo’a

bersama. Namun ada hambatan dalam beliau sekeluarga menjadi

muallaf misalnya sulit dalam beliau membaca al-Qur’an dan

menghafalkan bacaan solat dan sebagainya. Bapak Mulyono sampai

saat ini masih belum lancar jika membaca al-Qur’an, namun di usianya

yang sekarang ini beliau tetap belajar dan mencoba memahmi tulisan-

tulisan arab yang ada di iqra’ maupun di bacaan lainnya.

Dalam keluarga Ibu Yayuk mendapatkan dukungan dan

bimbingan dari saumi sehingga menjadikan faktor pendukung untuk

menjadi muallaf. Namun penghambat yang Ibu Yayuk rasakan hamper

sama dengan apa yang dirasakan oleh keluarga Bapak Mulyono, yaitu

susah dalam membaca al-Qur’an dan menghafalkan bacaan. Namun

42
dengan semua hambatan tersebut Ibu Yayuk berusaha mengatasi

dengan cara yang bisa ia lakukan seperti membeli iqra’ dan buku-buku

fasholatan untuk dibaca dan dipahami. Dan Ibu Yayuk sering

mengikuti pengajian ataupun yasinan rutin untuk memperdalam agam

Islamnya.

Jadi dari dua pernyataan di atas dapat disimpulan beberpa faktor

pendukung menjadi muallaf:

1. Adanya perasaan untul mengenal jauh tentang Islam

2. Adanya dukungan dan bimbingan dari suami atau istri

3. Adanya keluarga, teman, dan lingkungan sekitar yang memberikan

motivasi kepada para muallaf

4. Adanya kegiatan seperti pengajian, yasinan, bakti sosial yang

mendukung dan memberikan semanngat pada muallaf untuk

belajar Islam lebih dalam lagi

Sedangkan faktor penghambat menjadi muallaf dapat

disimpulkam sebagai berikut:

1. Kesulitan dalam membaca al-Qur’an, membedakan dan memahami

huruf hijaiyah

2. Kurangnya niat untuk memperdalam ajaran Islam

3. Kurangnya motivasi dan dukungan dari keluarga maupun dari

suami atau istri

43
4. Kurangnya perhatian yang berikan untuk muallaf.

2. Pengamalan Agama Islam dalam Keluarga Muallaf

a. Keluarga Ibu Yayuk Sri Rahayu

Ibu Yayuk merupakan muallaf yang mengalami banyak perubahan

dalam dirinya. Misalkan dalam segi penampilan yaitu kewajiban umat

muslim untuk berhijab atau menutup aurat. Pada agama sebelumnya

yang Ibu Yayuk anut, tidak ada hukum menutup aurat atau

mengenakan hijab. Namun setelah memeluk Islam, sang suami

menyarankan agar Ibu Yayuk segera menutup auratnya. Sampai saat

ini Ibu Yayuk masih istiqomah dalam mengenakan hijabnya. Oleh

karena itu niat Ibu Yayuk untuk memperdalam ajaran agama Islam

bertambah.

Untuk lebih memperdalam ajaran agama Islam, Ibu Yayuk selalu

menyempatkan waktu untuk membaca bacaan Islami dan

menghafalkan bacaan maupun do’a seharri-hari. Dengan bantuan serta

dukungan dari sang suami, Ibu Yayuk lebih semangat dalam belajar

agama Islam. Menurut Ibu Yayuk salah satu cara untuk dapat

mengenal Islam lebih dalam adalah dengan mengikuti sholat

berjamaah di masjid setiap waktu. Selain dapat mempererat hubungan

silaturahim dengan sesama muslim, juga dapat belajar lebih banyak

tentang Islam ketika berada di Masjid.

b. Keluarga Bapak Mulyono

44
Bapak Mulyono adalah seorang muallaf yang sebelumnya

memeluk agama Budha. Namun setelah memeluk agama Islam, Bapak

Mulyono masih kurang memahami tentang ajaran-ajaran Islam,

minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh Pak Mulyono menjadi

salah satu penghambat untuk mengajarkan pendidikan agama Islam

terhadap anak-anaknya.

Dengan keterbatasan pengetahuan tersebut, kemudian Bapak

Mulyono berinisiatif untuk selalu mengajak anak-anak dan istrinya

berjamaah di masjid dan bertanya dengan kyai yang ada di Masid

tentang ajaran agama Islam. Pada akhirnya bapak Mulyono

memanggil guru khusus untuk mengajari beliau dan keluarga tentang

agama Islam. Waktu demi waktu beliau lalui dan hinggga saat ini

beliau dan keluarga bisa lebih banyak mengerti tentang agama Islam.

Maka dari itu, untuk mengantisipasi kurangnya pengetahuan Islam

dalam keluarga, Bapak Mulyono sengaja memasukkan anak

terakhirnya ke pondok pesantren agar suatu saat sang anak dapat

mengajarkan agama Islam yang lebih banyak lagi dalam keluarganya.

Menurut Bapak Mulyono pendidikan agama Islam bertujuan

sebagai pedoman atau pegangan hidup untuk masa-masa selanjutnya.

Bapak Mulyono mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup

saling berdampingan dan berkehidupan sosial yang baik. Tujuannya

45
adalah untuk mrngamalkan ajaran agama yang telah ia pelajari selama

ini.

c. Keluarga Ibu Rumiyati

Ibu Rumiyati adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah

menjadi muallaf selama 30 tahun. Agama sebelumnya adalah agama

Budha. Ibu Rumiyati awalnya tidak ingin menjadi muallaf, akan tetapi

beliau menikah dengan seorang laki-laki yang bisa dikatakan kuat

dalam agamanya. Oleh karena itu ibu Rumiyati memutuskan untuk

memeluk agama Islam yang dituntun langsung oleh sang suami.

Keluarga ibu Rumiyati juga awalnya melarang untuk pindah agama

atau menjadi muallaf, namun seiring berjalannya waktu akhirnya ibu

Rumiyati dibolehkan untuk menjadi muallaf.

Pendidikan agama Islam bagi anak merupakan hal yang harus

orang tua lakukan, namun dengan keterbatasan pengetahuan agama

yang dimilki Ibu Rumiyati mengharuskan untuk menitipkan anaknya

dengan seorang guru ngaji yang ada di daerah Dusun Nglarangan. Di

sisi lain Ibu Rumiyati juga mendapatkan semangat dan motivasi dari

sang suami untuk terus belajar agama Islam. Dengan usaha yang

cukup keras, kini Ibu Rumiyati sudah lebih banyak mengetahui

tentang ajaran agama Islam dan berusaha untuk mengamalkan apa

yang sudah Ibu Rumiyati pelajari selama ini. Dan anak dari Ibu

Rumiyati kini sudah menjadi seorang ustadzah di sebuah TPA.

46
d. Keluarga Ibu Tuti

Ibu Tuti adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja di

kebun merupakan seorang muallaf yang mengikuti jejak sang suami.

Agama sebelumnya yang diaut tuti adalah agama Budha. Saudara dan

keluarga Tuti juga beragama Budha. Namun setelah ia bertemu

dengan sang suami ketika ia merantau ke Jakarta, dan memutuskan

untuk menikah akhirnya Ibu Tuti pindah agama menjadi agama Islam.

Walaupun banyak tentangan dari kelurga Tuti maupun keluarga sang

suami. Namun seiring berjalannya waktu kedua keluarga dapat

menerima keputusan Tuti maupun sang suami.

Pendidikan agama Islam menurut Ibu Tuti adalah pembelajaran

yang harus diajarkan sejak dini oleh kedua orang tuanya. Ini

merupakan sebuah hambatan bagi Ibu Tuti yang memiliki kurangnya

pengetahuan tentang agama Islam. Maka Ibu Tuti menitipkan anak-

naknya untuk belajar mengaji atau belajar agama Islam di TPA. Ketika

Ibu Tuti menitipkan anaknya di TPA, namun beliau juga rajin dalam

belajar ajaran Islam melalui sang suami. Dukungan, semangat dan

motivasi yang suami berikan untuk Ibu Tuti menjadikan beliau tetap

semangat dalam mempelajari agama Islam. Ibu Tuti juga rajin

mengikuti acara keagamaan seperti pengajian maupun yasinan yang

diadakan di Dusun Nglarangan.

e. Keluarga Bapak Budi

47
Bapak Budi adalah seorang buruh yang menjadi muallaf ketika

ingin menikah dengan sang istri. Agama sebelumnya yang dianut Budi

adalah agama Kristen, namun sang calon istri yang beragama muslim.

Maka Pak Budi mengikuti kepercayaan calon istrinya. Kemudian Pak

Budi menikah dan menjadi muallaf dengan dituntun oleh keluarga

sang istri, dan selama beberapa tahun Pak Budi pindah ke rumah sang

istri untuk belajar agama Islam.

Pendidikan agama Islam dalam keluarga Bapak Budi berlangsung

sebagaimana yang berjalan oleh keluarga muallaf lainnya. Bapak Budi

adalah seorang buruh yang setiap pulang kerja selalu meminta sang

istri untuk mengajari tentang agama Islam. Kemudian anak-anak

Bapak Budi dititipkan di TPA yang ada di Dusun Nglarangan. Dan

saat malam, mereka selalu membicarakan tentang ajaran agama Islam

yang baru mereka ketahui masing-masing. Baik dari anaknya maupun

dari Bapak Budi sendiri. Menjalankan solat lima waktu berjamaah di

masjid selalu di usahakan oleh keluarga Bapak Budi, walaupun jarak

dari rumah dan masjid lumayan jauh.

Bapak Budi sering mengajarkan tentang toleransi dalam

beragama. Bapak Budi sadar bahwa keluarganya tinggal di sebuah

Dusun yang sangat multicultural maka sikap toleransi menjadi sagat

penting untuk mereka pahami dan terapakan. Bukan hanya toleransi

48
namun juga sikap sosial, tolong menolong dan bekerja sama dengan

orang lain.

Tujuan pendidikan agama Islam dalam keluarga Bapak Budi

adalah menjadi keluarga yang taat akan Allah SWT. Karena dengan

ilmu agama yang diyakini saat ini dapat memberikan pedoman hidup,

bahkan kebahagiaan dunia maupun akhirat. Ilmu agama dapat

diperoleh dimana saja dan dengan siapa saja. Asal kita ada kemauan

dan semangat untuk mempelajari ilmu agama Islam untuk kehidupan

yang lebih baik

3. Peran Orang Tua Muallaf dalam Memberikan Pendidikan Agama

Islam pada Anak

a. Keluarga Ibu Yayuk Sri Rahayu

Peran Ibu Yayuk dalam mendidik anaknya belum begitu banyak

karena keterbatasan pengetahuan yang ia miliki. Namun demikian Ibu

Yayuk tetap berusaha memberikan pendidikan agama Islam sedikit

demi sedikit untuk anaknya pada saat anaknya masih balita. Ketika

anaknya menginjak SD sampai SMP, Ibu Yayuk menitipkan anaknya

di TPA. Akan tetapi Ibu Yayuk juga tetap berusaha untuk belajar

agama Islam lebih dalam lagi.

“Anak saya sudah masuk Islam sejak ia lahir, ayahnya yang


mengadzani. Ayahnya juga yang mengusulkan untuk diadakan aqiah
dan pengajian bapak-bapak. Walaupun pada saat itu saya belum
paham betul tentang aqiqah. Suami saya juga yang memberikan nama
untuk anak kami, mendampingi saya mendidik dari kecil hingga saat

49
ini. Disamping itu suami saya juga masih harus mendidik saya yang
masih banyak kekurangan dalam pengetahuan agama Islam.”

Ibu Yayuk menginginkan anaknya menjadi anak sholih sehingga

kelak anaknya dapat mendoakan kedua orang tuanya. Ibu Yayuk juga

berharap banyak kepada anaknya untuk dapat memahmi agama Islam

lebih dalam lagi walaupun ibunya hanya seorang muallaf. Ibu Yayuk

dan suami sering memberikan nasehat untuk anaknya saat ada

kesempatan untuk mereka mengobrol bersama. Karena untuk saat ini

Ibu Yayuk sudah mulai susah bertemu anaknya karena pekerjaan

anaknya yang jauh. Ibu Yayuk dan Suami hanya bisa memberikan

nasehat dan do’a untuk anaknya yang kini telah dewasa.

b. Keluarga Ibu Rumiyati

Ibu Rumiyati mengakui bahwa beliau sangat susah untuk

mempelajari agama Islam, maka Ibu Rumiyati memberikan hak

sepenuhnya kepada suami untuk mendidik anaknya dalam mepelajari

agama Islam. Tak lupa Ibu Rumiyati juga belajar kepada sang suami.

Karena keterbatasan tersebut maka salah satu metode yang Ibu

Rumiyati lakukan untuk mendidik anaknya dengan memberikan

contoh langsung atau tauladan.

“Sejak anak saya lahir sudah beragama Islam sesuai dengan


agama suami saya. Metode yang kami berikan untuk mendidik anak
kami adalah dengan memberi contoh langsung, misalkan saya
memberikan contoh bagaimana cara makan yang baik ataupun
bagaimana cara meghormati orang lain. Karena sebelum kami

50
memberikan ceramah atau memberikan pengetahuan, kami selalu
memberikan contoh terlebih dahulu.”

Menurut Ibu Rumiyati memberikan contoh kepada anak adalah

salah satu metode yang sangat baik untuk anaknya. Karena jika ingin

memberikan pembelajaran agama Islam secara teori, Ibu Rumiyati

belum bisa memberi bimbingan sepenuhnya. Akan tetapi Ibu Rumiyati

juga tidak lepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang ibu yaitu

memberikan bimbingan baik berupa bimbingan sosial dan akhlak. Jadi

dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga Ibu Rumiyati

dalam mendidik anaknya yang lebih berperan adalah sang suami dari

Ibu Rumiyati. Dan kini anaknya sudah bisa memahami agama Islam

lebih baik, meskipun ibunya kini belum terlalu bisa melakukan ibadah-

ibadah secara sempurna dibandingkan anaknya. Tujuan dari keluarga

Ibu Rumiyati adalah pedoman atau dasar hidup yang harus dimiliki

dan diyakini.

c. Keluaraga Bapak Mulyono

Bapak Mulyono adalah seorang kepala keluarga yang berprofesi

sebagai seorang petani. Bapak Mulyono dan istri menikah dengan cara

dan catatan agama Budha, namun setelah beberapa tahun Bapak

Mulyono mulai mendapatkan hidayah untuk menjadi muallaf. Hidayah

tersebut datang kerena anggota keluarga dari Bapak Mulyono sudah

memeluk agama Islam. Dari sini Bapak Mulyono berfikir untuk

51
menjadi muallaf agar semua keluarga mudah untuk saling mendoakan.

Pada saat itulah Bapak Mulyono dan keluarga yaitu istri dan anak

memutuskan untuk memeluk agama Islam.

“Metode yang saya gunakan untuk anak-anak saya adalah


selalu memberikan contoh yang baik untuk mereka. Karena memang
keterbatasan pengetahuan yang saya miliki, maka saya memberikan
contoh sebisa saya saja. Disamping itu saya juga memanggil ustadz
khusus untuk mengajari Bapak Mulyono sekeluarga belajar agama
Islam. Setiap ba’da shalat maghrib berjamaah di masjid, Bapak
Mulyono dan keluarga belajar dengan Pak Teguh yaitu utadz yang
dipanggil khusus untuk keluarga kami.”

Dalam keluaraga Bapak Mulyono belum semuanya memahami

ilmu agama, karena semua anggota Bapak Mulyono adalah muallaf

kecuali anak terakhirnya yang lahir ketika Bapak Mulyono dan

keluargaya sudah menjadi muallaf. Maka untuk mengajari anak

terahirnya ilmu agama, Bapak Mulyono memasukkan anak terakhirnya

ini ke salah satu pondok pesantren yang ada di Temanggung.

Jadi dalam keluarga Bapak Mulyono dalam pendidikan agama

untuk anaknya, mereka memiliki tujuan yang jelas. Karena bisa

mendatangkan guru ngaji privat untuk mengajari beliau dan keluarga

dalam belajar Islam. Hal ini sudah cukup memperlihatkan semangat

dan kegigihan Bapak Mulyono dalam mempelajari agama Islam dan

mengajarkan kepada anak-anaknya..

d. Keluarga Ibu Tuti

52
Ibu Tuti adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja di

kebun, beliau merupakan seorang muallaf yang mengikuti jejak sang

suami. Agama sebelumnya yang dianut Ibu Tuti adalah agama Budha.

Saudara dan keluarga Ibu Tuti juga beragama Budha. Namun setelah

ia bertemu dengan sang suami ketika ia merantau ke Jakarta, dan

memutuskan untuk menikah akhirnya Tuti pindah agama menjadi

agama Islam. Walaupun banyak tentangan dari kelurga Tuti maupun

keluarga sang suami. Namun seiring berjalannya waktu kedua

keluarga dapat menerima keputusan Tuti maupun sang suami.

“Saya tidak memiliki metode khusus dalam mendidik anak


belajar agama Islam karena saya menyadari ilmu agama saya juga
masih sangat kurang. Semuanya mengalir begitu saja, apa yang suami
saya ajarkan ke saya maka saya ajarkan ke anak saya juga.saya
membicaraan tentang akidah atau akhlak seperti berperilaku yang
sopan, berbicara yang baik kepada orang lian dan orang tua. Selain
itu saya juga mengajarkan tentang ibadah seperti sholat, puasa, zakat
dan sebagainya. Disisi lain saya juga memasukkan ia ke TPA yang
ada di Dusun Nglarangan ini.”

Dalam keluarga Ibu Tuti yang sangat berperan dalam proses

pembelajaran agama Islam adalah suami dari Ibu Tuti. Karena

pengetahuan sang suami yang lebih luas dan mendalam dalam hal

agama. Hal-hal yang diajarkanpun jelas dan mendetail, sedangkan Ibu

Tuti ikut memperhatikan dan berârtisipasi dalam mengajarkan anaknya

belajar ilmu agama Islam. Ibu Tuti juga masih belum fasih dalam

membaca al-Qur’an, maka setelah berjamaah dengan sang suami Ibu

Tuti selalu berusaha belajar membaca al-Qur’an dengan sang suami.

53
Namun untuk bacaan sholat Ibu Tuti sudah bisa menghafal dengan

baik.

Jadi dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

keluaraga Ibu Tuti adalah keluarga yang patuh dengan agama patuh

dengan suami walaupun Ibu Tuti adalah seorang muallaf. Walaupun

Ibu Tuti adalah seorang muallaf, bukan halangan juga untuk mendidik

anak-anaknya di bidang agama. Dengan metode yang mengalir seperti

ini menjadikan anak-anak Ibu Tuti menjadi anak yang baik sesuai

dengan ajaran-ajaran Ibu Tuti.

e. Keluarga Bapak Budi

Bapak Budi adalah seorang buruh yang menjadi muallaf ketika

ingin menikah dengan sang istri. Agama sebelumnya yang dianut Budi

adalah agama Kristen, namun sang calon istri yang beragama muslim.

Maka pak Budi mengikuti kepercayaan calon istrinya. Kemudian pak

Budi menikah dan menjadi muallaf dengan dituntun oleh keluarga

sang istri, dan selama beberapa tahun pak Budi pindah ke rumah sang

istri untuk belajar agama Islam.

“Metode yang saya gunakan untuk mendidik anak-anak saya


adalah dengan mendengarkan apa yang istri saya ajarkan. Kemudian
saya bisa sedikit demi sedikit memberi pelajaran agama untuk anak-
anak. Selain itu anak-anak saya juga mengikuti TPA yang ada di
Dusun. Maka mereka bisa mendapat tambahan ilmu agama dari guru
ngaji yang ada di TPA. Ketika berkumpul dirumah saya selalu
memnasehati apa-apa yang baik untuk anak-anak dan memberikan
pengetahuan tentang ajaran Islam yang saya ketahui seperti Ibadah

54
sholat, puasa, zakat dan lain-lain. Saya selalu membiasakan untuk
sholat berjamaah di masjid dan mengajak anak-anak”

Bapak Budi mengajarkan kepada anak-anak dan istrinya untuk

hidup bersosial yang baik dan bisa toleransi. Karena mereka hidup di

sebuah dusun yang sangat pluralisme atau menghargai agama yang

lain. Maka pelajaran ini selalu Bapak Budi sampaikan agar mereka

dapat hidup berdampingan dengan tetangga yang ada dan dapat

menghormati agama yang ada di Dusun Nglarangan.

Dengan metode yang digunakan oleh Bapak Budi menjadikan

anak-anaknya taat dan patuh kepada orang tuanya. Itulah yang menjadi

tujuan pembelajaran agama Islam dari Bapak Budi, bisa menjadikan

anak-anaknya sholeh dan taat. Karena ketika anak-anak beliau bisa

taat, ia bisa percaya akan apapun yang anak-anak Bapak Budi lakukan

atau mengambil keputusan ketika mereka dewasa suatu saat nanti.

Bapak Budi juga tidak lelah selalu belajar agama Islam dengan sang

istri. Beliau mulai belajar Islam dari bawah yaitu mula belajar

menghafal bacaan sholat dan belajar al-Qur’an, syukurnya saat ini

Bapak Budi sudah bisa menghafal bacaan sholat dan membaca al-

Qur’an walaupun belum fasih.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengamalan Agama Islam

a. Faktor Pendukung

1) Dukungan Keluarga

55
Pendidikan agama Islam dalam keluarga muallaf tidak hanya

dilakukan oleh seorang muallaf itu sendiri akan tetapi juga dapat

dilakukan dari keluarga, saudara, kerabat ataupun suami dan istri

yang muslim. Dengan mininya ilmu agama yang dimilki oleh sang

muallaf tersebut, maka dukungan dari keluarga, saudara, bahkan

istri atau suami sangat diperlukan dalam hal ini. Karena pada

dasarnya keluarga, kerabat, saudara atau suami istri adalah dasar

untuk seorang muallaf mulai belajar mengenal Islam. Keluarga

dapat memberikan dan membantu membimbing menelaskan ilmu

agama Islam sesuai dengan kemampuan yang keluarga terseut

miliki.

2) Lingkungan Rumah

Lingkungan rumah merupakan bagian terpenting dan mendasar

bagi sebuah kehidupan manusia. Sejak dilahirkan seorang sudah

berada dalam sebuah lingkungan yang ia kenali. Lingkungan

merupakan faktor yang mempengaruhi dalam membentuk karakter

seperti pergaulan, akhlak, moral, cara berbicara atau bahasa, dan

lain sebagainya.

Lingkungan yang baik akan membentuk suatu kepribadian

yang baik, sementara lingkungan yang buruk juga akan

membentuk kepribadian yang buruk pula. Di Dusun Nglarangan

merupakan suatu lingkungan yang sangat mendukung untuk para

56
muallaf belajar agama Islam. Karena masyarakat muslim yang ada

di Dusun Nglarangan sangatlah terbuka untuk memberikan

bimbingan bagi muallaf sehingga situasi ini sangat meringankan

beban bagi muallaf.

3) Adanya TPA dan Pengajian

TPA merupakan singkatan dari Taman Pendidikan Al-Qur’an

dimana pusat pembelajaran agama Islam dilakukan di TPA seperti

mengaji, mengenal huruf-huruf hijaiyah dan belajar membaca al-

Qur’an dari nol. Selain itu juga banyak pelajaran agama lainnya

seperti pendidikan moral dan akhlak, fiqh, dan lain sebagainya.

Pembelajaran TPA yang ada di Dusun Nglarangan dilaksanakan

pada sore hari di masjid yang bertujuan untuk membantu anak-

anak di Dusun Nglarangan mempelajari agama Islam, terutama

untuk pembelajaran menghafal bacaan sholat, praktek sholat dan

membaca al-Qur’an. TPA dilaksanakan setiap hari dan libur pada

hari jum’at karena diganti dengan yasinan bersama. Ustadzah di

TPA tersebut adalah Mbak Atika yang merupakan anak dari tokoh

agama Islam.

4) Adanya Bakti Dakwah Ramadhan (BADHAR)

Bakti Dakwah Ramadhan (Badhar) adalah sebuah program

yang diadakan oleh salah satu sekolah yang ada di Temanggung

57
yaitu MAN Temanggung. Dusun Nglarangan sendiri adalah

sebuah dusun binaan. Dusun binaan sendiri merupakan sebuah

dusun yang menjadi perhatian bagi MAN Temanggung serta

sebagai ajang untuk siswa-siswi MAN Temanggung berdakwah

dan menyebarkan agama Islam. Pada saat Badhar dilaksanakan

para siswa membantu dan mengajar anak-anak di Dusun

Nglarangan dari belajar ilmu agama hingga belajar pengetahuan

umum. Namun yang lebih banyak diajarkan adalah ilmu agama

karena mereka berasal dari sekolah yang berbasis Islam. Kehadiran

siswa yang bertugas untuk Badhar sangat membantu bagi para

muallaf baik orang tua muallaf maupu anak-anak yang muallaf.

b. Faktor Penghambat

1) Keterbatasan Pendidikan Agama Islam

Islam mewajibkan orang tua untuk mengajarkan agama kepada

anak-anaknya sejak kecil. Orang tua juga wajib menuntun anak-

anak mereka dengan benar seperti perintah sholat, membentuk

akhlak kepada anak sejak kecil. Namun karena keterbatasan yamg

dimiliki seorang muallaf menjadikan sebuah hambatan untuk

mendidik anaknya. Kaedaan dirinya yang masih kurang dalam

pembelajaran agama Islam, apalagi untuk memberikan pendidikan

itu kepada abak-anaknya. Oleh karena itu para orang tua muallaf

58
banyak yang menitipkan anaknya di TPA agar dapat belajar ilmu

agama dengan baik.

Orang tua muallaf lebih sedikit mengajarkan agama Islam

kepada anak mereka bahkan jika orang tua muallaf mempunyai

ilmu pengetahuan yang terbatas maka kualitas ilmu yang diajarkan

akan rendah. Orang tua muallaf belajar agama juga dari orang lain

misalnya dari suami atau istri yang asli Islam, tokoh agama,

saudara, tetangga bahkan teman kerja. Jadi antara orang tua dan

anak masih sama-sama mencari ilmu agama kepada orang lain

karena keterbatasan ilmu yang mereka miliki.

2) Ekonomi Keluarga

Kebutuhan ekonomi adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pokok

seperti makan dan minum serta masih banyak biaya lainnya seperti

biaya sekolah atau pendidikan, agama, dan kesehatan. Kesibukan

orang tua muallaf yang terkadang sering bekerja hingga pulang

malam membuat tidak ada waktu untuk mendidik anaknya dalam

hal agama Islam. Mereka tidak berani mendatangan guru private

untuk mengajarkan pendidikan agama secara intensif. Ada yang

bisa mendatangkan guru privat namun hanya beberapa orang saja,

itupun yang mempunyai kebutuhan ekonomi yang cukup. Oleh

karena itu orang tua muallaf hanya mengadalkan TPA karena biaya

59
yang dipungut untuk pembayaran TPA tidak begitu banyak, hanya

sekitar Rp. 10.000,-/bulan.

Jadi masih bisa dipahami jika TPA di Dusun Nglarangan

belum bisa maju karena keterbatasan biaya yang ada. Ustadzah

dari TPA di Dusun Nglarangan juga tidak mengaharapkan gaji

atau uang saku, mereka menyadari akan banyaknya muallaf dan

mereka dengan ikhlas membimbing anak-anak yang datang ke

TPA untuk belajar ilmu agama.

3) Lingkungan yang Kurang Mendukung

Lingkungan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan

akhlak maupun karakter seseorang. Dusun Nglarangan adalah

dusun yang mayoritas penduduk beragama Budha. Jadi akan

sedikit sulit untuk umat Islam mengamalkan ajaran Islam di

Dusun. Lingkungan yang agamis akan membentuk karakter

penduduk yang cenderung mempuyai semangat tinggi untuk

belajar agama. Sedangkan Dusun Ngalarangan bukanlah sebuah

dusun yang agamis, masih banyak hal-hal tidak baik yang

dilakukan penduduk Dusun Nglarangan karena pendidikan Islam

masih belum menjadi pegangan berkehidupan. Kemaksiatan masih

sering terjadi dan kemaksiatan tersebut bukan hal yang asing bagi

warga dan dapat mempengaruhi orang lain dengan mudah.

60
Upaya pendidikan agama Islam harus dilakukan sejak dini,

pendidikan pada anak seharusnya lebih disiplin dan lebih ketat

agar tidak terjerumus dalam lingkungan yang salah. Namun di

Dusun Nglarangan masih banyak orang tua yang kurang

menyadari akan pentingnya pendidika Islam sejak dini. Yang

mengakibatkan anak-anak berkembang menjadi kurang sesuai

dengan tunutunan agama Islam dan norma-norma sosial yang ada.

Bagi para muallaf kondisi seperti ini menjadi tantangan tersendiri

dalam mendidik anak-anak bisa taat dalam belajar agama Islam.

5. Pendidikan Agama Islam Bagi Anak

a. Upaya Orang Tua Memberikan Pedidikan Islam Bagi Anak

1) Memberikan Fasilitas

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang sangat penting

untuk diajarkan bagi anak-anak sejak kecil. Maka orang tua harus

memberikan banyak motivasi, dukungan serta memfasiltasi pada saat

proses pendidikan agama Islam. Menurut salah satu narasumber yang

sudah di wawancarai yaitu Bapak Mulyono berpendapat bahwa beliau

menyadari jika tidak memiliki ilmu agaa Islam yang cukup. Namun

untuk mengusahakan agar anak-anaknya dan keluarganya bisa belajar

agama Islam, beliau mendatangkan seorang guru privat untuk

memberikan bimbingan dan pendidikan agama Islam baginya dan

keluarganya.

61
Berbeda dengan Ibu Yayuk yang tidak bisa mendatangkan guru

privat untuk membimbing dan memberikan pendidikan Agama Islam

secara intensif, beliau dan anaknya hanya belajar penuh dengan sang

suami dan membeli buku-buku agama Islam sebagai fasilitas yang

paling mudah didapatkan dan dipahami bagu muallaf untuk belajar

agama Islam.

2) Memanfaatkan TPA

TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) merupakan salah satu

sarana yang mudah bagi orang tua baik mualaf maupun tidak untuk

mendapatkan pendidikan agama Islam bagi anaknya. Bagi para orang

tua muallaf menitipkan anaknya belajar agama Islam di TPA adalah

keputusan yang tepat. Karena keterbatasan pengetahuan agama Islam

yang dimiliki orang tua muallaf. Ketika anak belajar agama Islam di

TPA, maka orang tua juga perlu mengawasi dan memberi motivasi

agar anak semangat dalam memahami agama Islam.

TPA memberikan pelajaran agama Islam seperti belajar mengena

huruf hijaiyah, membaca al-Qur’an, pendidikan akhak dan moral, fiqh

dan lain sebagainya. Dari hasil pengematan yang peneliti lakukan,

kegiatan TPA dilakukan setiap sore hari. Anak-anak melaksanakan

solat berjamaah di masjid kemudian melanjutkan dengan pembelajaran

TPA sampai waktu maghrib. Hal ini dilakukan dengan tujuan

pembiasaan sholat berjamaah di masjid bagi anak-anak.

62
3) Reward And Punishment

Reward and unishment adalah sebuah penghargaan dan sanksi

atau hukuman. Dalam permbahasan ini artinya ketika anak melakukan

ajaran agama Islam dengan baik maka akan mendapatkan penghargaan

dari orang tuanya namun sebaliknya jika anak tidak melakukan ajaran

Islam maka anak tersebut akan mendapatkan sanksi atau hukuman.

Hal ini dilakukan oleh keluarga Bapak Budi. Beliau menerapkan

sistem Reward and punishment. Ketika anaknya dapat melakukan

ajaran Islam dengan baik seperti sholat lima waktu, mengaji dan

belajar agama Islam baik di TPA atau di rumah, maka Bapak Budi

memberikan sebuah penghargaan atau hadiah berupa penambahan

uang saku untuk anaknya. Akan tetapi jika tidak dapat melakukan

ajaran Islam dengan baik, maka sang anak juga akan mendapatkan

sanksi berupa pengurangan uang saku.

Reward and punishment yang diterapkan oleh Bapak Budi

merupakan sebuah penghargaan dan sanksi yang sangat sederhana atau

tidak terlalu berat. Akan tetapi dengan hal seperti ini mampu

meningkatkan semangat belajar sang anak maka tidak ada salahnya

jika rewad and punishment yang dugunakan dengan cara yang sangat

sederhana.

63
b. Faktor Pendukung dan Penghambat

1) Faktor Pendukung

Dalam pendidikan agama Islam bagi anak yaitu keluarga yang

memberikan dukungan, semangat dan motivasi untuk anak

sehingga anak bisa bekajar agama Islam dengan baik. Kemudian

lingkungan yang mendukung seperti contoh ketika teman-teman

sebayanya mengikuti TPA maka anak tersebut juga mendapatkan

semangat tersendiri dalam belajar agama Islam karena lingkungan

yang mendukung. Serta adanya reward atau penghargaan untuk

anak jika dapat melakukan ajaran Islam dengan baik.

2) Faktor Penghambat

Dalam pendidikan agama Islam bagi anak juga ada beberapa faktor

penghambat seperti fasilitas yang kurang memadahi. Fasilitas

disini berarti fasilitas yang ada di TPA. Dari hasil pengamatan di

TPA hanya ada ruang kecil untuk anak-anak belajar mengaji,

bahkan mereka sering melakukan pembelajaran TPA di teras

masjid ketika ruang TPA tidak cukup untuk menampung anak-

anak. Kemudian kurangnya kesadaran orang tua untuk

memberikan semangat bagi anaknya belajar agama Islam. Hal ini

masih banyak terjadi di Dusun Nglarangan, orang tua lebih

64
mementingkan pekerjaan dibandingkan pendidikan agama Islam

bagi anaknya.

65
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakuan penelitian terhadap pendidikan agama Islam dalam

keluarga muallaf di Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaloran

Kabupaten Temanggung, peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Keberagamaan keluarga muallaf di Dusun Nglarangan Desa Getas

Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung yang meliputi pengetahuan

agama Islam, pengamalan agama Islam, proses belajar dan juga hambatan

bagi para muallaf. Dari segi pengetahuan masih banyak muallaf yang

kurang dalam mengetahui pengetahuan tentang agama Islam, maka para

muallaf selalu rajin belajar agama Islam dan masuk dalam proses belajar

agama Islam. Yang mana para muallaf belajar Islam di masjid, majlis,

yasinan, dan ada yang mendatangkan guru privat untuk belajar agama

Islam. Dari segi pengamalan juga beragam, ada yang taat shalat berjamaag

di masjid namun ada juga yang hanya shalat berjamaah di rumah, namun

sebagian besar ibu-ibu muallaf sudah banyak yang mengenakan hijab.

Sedangkan hambatan yang dialami oleh para muallaf adalah terbatasnya

fasilitas untuk belajar agama Islam, lingkungan yang kurang mendukung

serta kurangnya dukungan dari keluarga.

2. Pendidikan agama Islam di lingkungan muallaf Dusun Nglarangan

sangatlah bervariatif. Beberapa orang tua baik itu muallaf maupun bukan,

66
lebih banyak menitipkan anaknya di TPA Dusun Nglarangan untuk

mendapatkan pendidikan agama Islam. Jarang yang mendatangkan guru

privat atau menitipkan anaknya di pondok pesantren. Hal ini terjadi karena

ekonomi warga yang kurang baik. Oleh sebab itu para orang tua muallaf

lebih memilih TPA atau bahkan belajar sendiri dengan membeli buku-

buku tentang Islam dan mempelajarinya sendiri.

3. Peran orang tua muallaf dalam mendidik anaknya yaitu dengan

memberikan motivasi dan bimbingan kepada anaknya. Metode pendidikan

yang diajarkan para orang tua muallaf juga beragam, ada yang denagn

metode keteladanan, metode berceramah,, metode bercerita dan ada juga

yang mengalir begitu saja. Dalam segi fasilitas para orang tua tidak mau

ambil pusing memberikan fasilitas untuk anaknya belajar agama Islam.

Maka para orang tua muallaf menitipkan anaknya di TPA. Namun ada

juga yang mendatangkan guru privat untuk mengajarakan anak

keluarganya belajar agama Islam.

4. Upaya orang tua memberikan pendidikan agama Islam bagi anak yaitu

memberikan fasilitas seperti guru privat, menitipkan di TPA dan

pemberian reward an punishment. Faktor pendukung diantaranya

semangat dan motivasi dari orang tua faktor penghambatnya adalah

kurangnya kesadaran orang tua dan kurang baiknya fasilitas TPA.

B. Saran

67
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang

peneliti sarankan sebagai pertimbangan untuk masa yang akan datang di

Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan Kaoran Kabupaten Temanggung,

sebagai berikut:

a. Bagi orang tua muallaf, untuk lebih memberikan dukungan dan motivasi

kepada anaknya dan meningkatkan kualitas pendidikan agama pada anak.

Maka terlebih dahulu orang tua harus meningkatkan kualitas pendidikan

agamanya sendiri, yaitu dengan cara semangat mempelajari ilmu agama

Islam, mengikuti pengajian, yasinan dan kajian yang ada di Dusun

Nglarangan.

b. Bagi tokoh agaa atau ulama, melihat minimya pendidikan agama Islam

bagi para muallaf. Tokoh agama harus memperhatikan tentang pendidikan

agama dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan warga Dusun

Nglarangan. Karena warga sangat membutuhkan tokoh agama yang

bersedia mengajarkan kepada warga tentang agama Islam.

c. Bagi anak-anak dan remaja Dusun Nglarangan, agar lebih aktif daam

mengikuti kegiatan. Karena kegiatan remaja di Dusun Nglarangan tidak

berkembang dengan baik. Maka dari itu mendatangkan fasilitator agama

Islam di Dusun Nglarangan untuk anak-anak dan remaja.

d. Bagi para muallaf yang sudah taat,agar dapat membimbing para muallaf

yang baru masuk Islam dan membimbing dalam kegiatan agama dan

68
mendalami ilmu-ilmu agama. Serta meyakinkan bahwa agama Islam

adalah agama yang benar.

e. Bagi para pejabat desa, lebih mendukung adanya kegiatan keagamaan

dengan cara memberikan fasilitas. Salah satunya adalah dengan cara

memberikan bantuan untuk tempat TPA yang layak dan bantuan entah itu

buku bacaan, al-Qur’an sebagai pengetahuan dan pengamalan tentang

pendidikan agama Islam dalam keluarga muallaf.

69
DAFTAR PUSTAKA

Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Aly, Noer Hery dan Munzeir. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska
Agumg Insani.

Darajat, Zakiyah. 2001. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakata: PT. Rieneka Cipta.

Djumransjah & Abdul Malik Karim Amrullah. 2007. PENDIDIKAN ISLAM


Menggali “Tradisi”, Meneguhkan Eksistensi. Malang: UIN Malang Press.

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan


Pendidikan Agama Islam di sekolah. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Putra Nusa & Lisnawati Santi. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama
Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ridwan, Saftani. 2017. Konversi Agama dan Faktor Keterkaitan Terhadap


Islam (Studi Kasus Muallaf Yang Memeluk Islam Dalam Acara
Dakwah Dr. Zakir Naik Di Makassar). Konversi Agama. Vol 11.

Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif di


Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat). Yogyakarta: PT LKIS Printing
Cemerlang.

Rumidi, Sukandar. 2004. Metodogi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

70
Santana, Septiawan. 2010. Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif 2.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Shaleh, Abdul Rachman. 2005. Pendidikan Agama dan Pembangun Watak
Bangsa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Edisi Pertama, cetakan ke-2.
Jakarta: Kencana.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.

Soebahar, Abdul Halim. 2002. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia.

Umar, Bukhori. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

71
LAMPIRAN-LAMPIRAN

72
Lampiran 1

SURAT TUGAS PEMBIMBING SKRIPSI

73
Lampiran 2

SURAT PERMOHONAN IZIN MELAUKAN PENELITIAN

74
Lampiran 3

SURAT PENGANTAR PENELITIAN DARI DESA

75
Lampiran 4

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA MUALLAF


(Studi Kasus di Kampung Muallaf Dusun Nglarangan Desa Getas Kecamatan
Kaloran Kabupaten Temanggung)

INFORMAN PERTAMA

Hari, Tanggal : Jum’at, 25 Juli 2019

Tempat : Warung Ibu Yayuk

Waktu : 16.22-16.50 WIB

Informan : Yayuk Sri Rahayu

Fokus : Pengetahuan, pengamalan, proses belajar ilmu agama dan hambatan

dalam belajar agama Islam.

Yayuk Sri Rahayu adalah seorang pedagang sekaligus seorang ibu rumah

tangga yang menjadi muallaf setelah ia menikah dan memiliki seorang anak. Agama

Ibu yayuk sebelumnya adalah Budha, dan Ibu yayuk dan suaminya menikah dengan

keyakinan agama Budha. Namun setelah menikah Ibu yayuk dan suaminya

memutuskan untuk tetap pada keyakinannya masing-masing yaitu suaminya Islam

dan Ibu yayuk Budha. Namun setelah lahir anak pertama Ibu yayuk berfikir kelak

76
bagaimana dengan anaknya, harus beragama Budha atau Islam. Maka pada saat itu

ibu yayuk memutuskan untuk menjadi muallaf.

Peneliti : Sudah berapa lama menjadi muallaf?

Ibu Yayuk : Sudah 13 tahun

Peneliti : Siapa yang menuntun anda membaca syahadat?

Ibu Yayuk : Pak kyai yang dibawa oleh suami

Peneliti : Apakah anda tau maksud dari syahadat tersebut?

Ibu Yayuk : Iya tau, meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan

Muhammad SAW adalah utusan Allah

Peneliti : Bagaimana dengan rukun iman dan rukun Islam? Apakah bisa

menyebutkan?

Ibu Yayuk : Rukun Iman ada 6 yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat

Allah, Iman kepada Kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari

akhir dan Iman kepada qoda dan qodar. Kemudian rukun Islam ada 5

yaitu Syahadat, solat, puasa, zakat dan naik haji

Peneliti : Apakah anda melaksanakan solat lima waktu?

Ibu Yayuk : Iya

Peneliti : Dimana anda melaksanakan solat lima waktu?

77
Ibu Yayuk : Kadang jamaah dengan suami dirumah, kadang juga bejamaah di

masjid.

Peneliti : Ketika bulan Ramadhan, apakah ikut melaksanakan puasa?

Ibu Yayuk : Iya

Peneliti : Bagaimana cara belajar agama saat masih menjadi muallaf?

Ibu Yayuk : Belajar sendiri dengan membeli buku fasholatan dan buku do’a untuk

di hafalkan. Tidak ada guru ngaji khusus, paling ikut pengajian dan

yasinan yang diadakan oleh ibu-ibu

Peneliti : Bagaimana cara ibu memberikan pendidikan agama Islam pada anak?

Ibu Yayuk : Sejak kecil anak saya sudah saya titipka di TPQ untuk mengaji, saya

hanya mengajari sedikit hal yang saya tau. Selebihnya anak belajar

pada ustadz di TPQ dan belajar dengan ayahnya.

Peneliti : Apakah sekarang sudah hafal dengan bacaan solat dan do’a-do’a

yang lain?

Ibu Yayuk : Alhamdulillah sudah walaupun cara belajar saya sedikit kesulitan

karena belum lancer membaca tulisan arab. Tapi selalu diusahakan

untuk belajar terus menerus sampai lancer.

Peneliti : Apa saja hambatan anda dalam belajar agama Islam?

78
Ibu Yayuk : Hambatannya adalah cara menghafalkan do’a dan cara membaca

tulisan arab. Karena tidak tau sama sekali, tetapi saya berusaha beli

iqro untuk berusaha saya pahami dan saya pelajari sedikit demi

sedikit.

REFLEKSI

Dari hasil waawancara tersebut, peneliti menemukan fakta dari segi

pengetahuan, ibu Yayuk masih sangat kurang dalam pengetahuan agama Islam,

namun Ibu Yayuk sendiri tidak pantang menyerah untuk terus belajar mendalami

agama Islam walaupun sudah 13 tahun lamanya. Dari segi pengamalan Ibu Yayuk

termasuk dalam muallaf yang lebih patuh dalam ajaran agama Islam, missal dalam

solat memilih berjamaah daripada sendiri karena takut saat solat sendiri masih ada

bacaan yang salah. Jadi lebih baik ikut berjamaah di masjid atau dengan suaminya.

Dan dari cara Ibu Yayuk belajar beliau lebih berinisiatif belajar mandiri mendalami

Islam, selain belajar dari suami, ia juga rutin mengikuti pengajian dan yasinan hingga

sekarang. Untuk pendidikan anaknya, Ibu Yayuk tidak ingin jika anaknya kesusahan

belajar agama, makan anaknya sudah dimasukkan di TPQ sejak kecil dan berusaha

memberi nasehat—nasehat yang baik untuk anaknya. Tetap mengawasi kegiatan

anak, dan memberi motivasi untuk terus belajar dan tidak meninggalkan ajararan

agama Islam. Kini keluarga Ibu Yayuk menjadi keluarga muslim yang seutuhnya.

79
INFORMAN KEDUA

Hari, Tanggal : Jumat, 25 Juli 2019

Tempat : Rumah Ibu Rumiyati

Waktu : 17.00-17.20 WIB

Informan : Rumiyati

Fokus : Pengetahuan, pengamalan, proses belajar ilmu agama dan hambatan

dalam belajar agama Islam.

Rumiyati adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah menjadi muallaf

selama 30 tahun. Agama sebelumnya adalah agama Budha. Ibu Rumiyati awalnya

tidak ingin menjadi muallaf, akan tetapi beliau menikah dengan seorang laki-laki

yang bisa dikatakan kuat dalam agamanya. Oleh karena itu Ibu Rumiyati

memutuskan untuk memeluk agama Islam yang dituntun langsung oleh sang suami.

Keluarga Ibu Rumiyati juga awalnya melarang untuk pindah agama atau menjadi

muallaf, namun seiring berjalannya waktu akhirnya Ibu Rumiyati dibolehkan untuk

menjadi muallaf.

Peneliti : Sudah berapa lama menjadi muallaf?

Ibu Rumiyati : Sudah 30 tahun

Peneliti : Siapa yang menuntun anda membaca syahadat?

Ibu Rumiyati : Suami saya sendiri

80
Peneliti : Apakah anda tau maksud dari syahadat tersebut?

Ibu Rumiyati : Iya tau setalah diberitau oleh suami saya bahwa syahadat adalah

meyakini tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW

adalah utusan Allah

Peneliti : Bagaimana dengan rukun iman dan rukun Islam? Apakah bisa

menyebutkan?

Ibu Rumiyati : Untuk rukun Iman saya tidak terlalu paham, namun untuk rukun

Islam insyaAllah saya hafal yaitu, rukun Islam ada 5 yaitu Syahadat,

solat, puasa, zakat dan naik haji

Peneliti : Apakah anda melaksanakan solat lima waktu?

Ibu Rumiyati : Iya

Peneliti : Dimana anda melaksanakan solat lima waktu?

Ibu Rumiyati : Karena rumah saya disebalah masjid, maka sepantasnya saya solat

berjamaah di masjid. Kebetulan suami saya juga Imam majid di Dusun

Nglarangan ini.

Peneliti : Ketika bulan Ramadhan, apakah ikut melaksanakan puasa?

Ibu Rumiyati : Iya tentu

Peneliti : Bagaimana cara belajar agama saat masih menjadi muallaf?

81
Ibu Rumiyati : Pada saat itu saya selalu dibimbing oleh suami. Dari membaca iqro

sampai al-Qur’an hingga bacaan solat dan do’a, saya selalu dibimbing

dan diajari oleh suami saya. Selain itu saya juga mengikuti pengajian

dan yasinan yang diadakan di Dusun Nglarangan.

Peneliti : Bagaimana cara ibu memberikan pendidikan agama Islam pada anak?

Ibu Rumiyati : Sejak kecil anak saya sudah saya titipka di TPQ untuk mengaji,

kemudian ketika sudah besar, kami ajak merantau ke Sumatra dan

disana anak kami masuk di sekolah Islam, yang mana pelajaran

agamanya lebih intensif

Peneliti : Apakah sekarang sudah hafal dengan bacaan solat dan do’a-do’a

yang lain?

Ibu Rumiyati : Alhamdulillah sudah lancer berkat belajar dan usaha keras yang saya

dan suami lakukan

Peneliti : Apa saja hambatan anda dalam belajar agama Islam?

Ibu Rumiyati : Hambatannya adalah cara memahami tulisan arab tersebut dan

menghafalkan do’a yang panjang sekaligus susah. Karena faktor usia

juga mempengaruhi untuk belajar hal seperti ini yaitu mudah lupa.

Tetapi saya selalu berusaha terus dan belajar terus sampai saat ini.

82
REFLEKSI

Dari hasil wawancara dengan ibu Rumiyati peneliti menemukan fakta dari sisi

pengetahuan, Ibu Rumiyati dari sisi pengetahuan memiliki pengetahuan Islam yang

cukup rendah namun dengan dukungan sang suami yang merupakan Imam masjid

menjadikan nilai tambah dalam proses belajara agama Islamnya. Dan juga

keberuntungan yang ada dalam Ibu Rumiyati memiliki suami yang mau dan pantang

menyerah dalam membibing dan mendidik Ibu Rumiyati. Dari sisi pengamalan, Ibu

Rumiyati termasuk dalam muallaf yang rajin dan taat pada ajaran agama Islam.

Berusaha mengikuti jamaah ketika solat lima waktu dan mengikuti pengajian serta

yasinan yang ada di Dusun Nglarangan. Serta hambatan yang dialami Ibu Rumiyati

adalah hambatan yang wajar di alami seorang muallaf dan beruntungnya Ibu

Rumiyati bisa sedikit demi sedikit melewati hambatan tersebut. Kini keluarganya

juga sudah menjadi keluarga muslim seutuhnya. Suami merupakan seorang Imam

masjid dan anaknya menjadi seorang guru ngaji di TPQ.

83
INFORMAN KETIGA

Hari, Tanggal : Jumat, 25 Juli 2019

Tempat : Rumah Bapak Mulyono

Waktu : 17.20-17.45 WIB

Informan : Mulyono

Fokus : Pengetahuan, pengamalan, proses belajar ilmu agama dan hambatan

dalam belajar agama Islam.

Mulyono adalah seorang kepala keluarga yang berprofesi sebagai seorang

petani. Bapak Mulyono dan istri menikah dengan cara dan catatan agama Budha,

namun setelah beberapa tahun Bapak Mulyono mulai mendapatkan hidayah untuk

menjadi muallaf. Hidayah tersebut datang kerena anggota keluarga dari Bapak

Mulyono sudah memeluk agama Islam. Dari sini Bapak Mulyono berfikir untuk

menjadi muallaf agar semua keluarga mudah untuk saling mendoakan. Pada saat

itulah Bapak Mulyono dan keluarga yaitu istri dan anak memutuskan untuk memeluk

agama Islam.

Peneliti : Sudah berapa lama menjadi muallaf?

Bp. Mulyono : Sudah 38 tahun

Peneliti : Siapa yang menuntun anda membaca syahadat?

Bp. Mulyono : Pak kyai yang ada di Dusun Nglarangan

84
Peneliti : Apakah anda tau maksud dari syahadat tersebut?

Bp. Mulyono : Awalnya tidak tau sama sekali, lalu di beritau oleh ppak kyai yang

menuntun saya dan keluarga membaca syahadat

Peneliti : Bagaimana dengan rukun iman dan rukun Islam? Apakah bisa

menyebutkan?

Bp. Mulyono : Saya baru mengetahui beberapa tahun yang lelu, setau saya rukun

Iman ada 6 yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat Allah,

Iman kepada Kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari akhir

dan Iman kepada qoda dan qodar. Kemudian rukun Islam ada 5 yaitu

Syahadat, solat, puasa, zakat dan naik haji

Peneliti : Apakah anda melaksanakan solat lima waktu?

Bp. Mulyono : Iya, InsyaAllah

Peneliti : Dimana anda melaksanakan solat lima waktu?

Bp. Mulyono : Alhamdulillah sejauh ini saya selalu berjamaah di masjid, untungya

rumah saya juga dekat dengan masjid

Peneliti : Ketika bulan Ramadhan, apakah ikut melaksanakan puasa?

Bp. Mulyono : Iya pasti

Peneliti : Bagaimana cara belajar agama saat masih menjadi muallaf?

85
Bp. Mulyono : Waktu itu kami selalu belajar sendiri dengan bertanya kepada pak

kyai di masjid setelah maghrib. Kemudian saya dan keluarga

memanggil ustadz khusus bernama Pak Teguh untuk mengajari kami

tentang ajaran agama Islam, entah itu do’a, bacaan solat, dan al-Qur’an

Peneliti : Bagaimana cara bapak memberikan pendidikan agama Islam pada

anak?

Bp. Mulyono : Untuk anak yang pertama dan kedua termasuk muallaf, cara

mengajarnya dengan belajar bersama-sama dengan saya dan istri.

Kemudian untuk anak yang terakhir ini sengaja kami pondokkan agar

mendapat ilmu agama Islam yang lebih baik dari orang tuanya dan

kakak-kakaknya. Alhamdulillahnya sekarang sudah berjalan tahun ke

2 anak saya di pondok.

Peneliti : Apakah sekarang sudah hafal dengan bacaan solat dan do’a-do’a

yang lain?

Bp. Mulyono : Alhamdulillah untuk saat ini saya dan keluarga sudah hafal dan

insyaAllah sudah bisa membaca al-Qur’an walaupun terbata-bata

Peneliti : Apa saja hambatan anda dalam belajar agama Islam?

Bp. Mulyono : Hambatannya adalah susah saat membaca tulisan arab dan

menghafalkannya.

86
REFLEKSI

Dari hasil wawancara dengan Bapak Mulyono, peneliti menemukan fakta

dalam sisi pengetahuan memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam ukuran seorang

muallaf. Dengan gigihnya Bapak Mulyono dan keluarga hingga mendatangkan guru

khusus untuk belajar Islam membuahka hasil pengetahuan Islam yang cukup untuk

seorang muallaf. Dalam sisi pengamalan, keluarga Bapak Mulyono dapat

mengamalkan ajaran-ajaran Ilam dengan cukup baik, melaksanakan shalat berjamaah,

puasa, dan menunaikan zakat dengan baik. Proses belajarnya dapat dikatakan sangat

semangat dalam belajar agama Islam, namun masih ada sedikit hambatan dalam

Belajar agama Islam seperti membaca al-Qur’an dan bacaan doa. Saat ini keluarga

Bapak Mulyono berharap agar dapat belajar Islam lebih baik lagi untuk keluarga dan

anak-anaknya.

87
INFORMAN KEEMPAT

Hari, Tanggal : Sabtu, 26 Juli 2019

Tempat : Rumah Ibu Tuti

Waktu : 16.00-16.20 WIB

Informan : Tuti

Fokus : Pengetahuan, pengamalan, proses belajar ilmu agama dan hambatan

dalam belajar agama Islam.

Tuti adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja di kebun merupakan

seorang muallaf yang mengikuti jejak sang suami. Agama sebelumnya yang dianut

Ibu Tuti adalah agama Budha. Saudara dan keluarga Ibu Tuti juga beragama Budha.

Namun setelah ia bertemu dengan sang suami ketika ia merantau ke Jakarta, dan

memutuskan untuk menikah akhirnya Tuti pindah agama menjadi agama Islam.

Walaupun banyak tentangan dari kelurga Tuti maupun keluarga sang suami. Namun

seiring berjalannya waktu kedua keluarga dapat menerima keputusan Tuti maupun

sang suami.

Peneliti : Sudah berapa lama menjadi muallaf?

Ibu Tuti : Sudah 23 tahun

Peneliti : Siapa yang menuntun anda membaca syahadat?

Ibu Tuti : Pak kyai yang ada di Dusun Nglarangan dan di damping oleh suami

88
Peneliti : Apakah anda tau maksud dari syahadat tersebut?

Ibu Tuti : Awalnya tidak tau sama sekali, lalu di beritau oleh pak kyai yang

menuntun saya dan suami yang menemani membaca syahadat

Peneliti : Bagaimana dengan rukun iman dan rukun Islam? Apakah bisa

menyebutkan?

Ibu Tuti : Setau saya rukun Iman ada 6 yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada

malaikat Allah, Iman kepada Kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman

kepada hari akhir dan Iman kepada qoda dan qodar. Kemudian rukun

Islam ada 5 yaitu Syahadat, solat, puasa, zakat dan naik haji

Peneliti : Apakah anda melaksanakan solat lima waktu?

Ibu Tuti : Kadang iya, kadang juga bolong

Peneliti : Dimana anda melaksanakan solat lima waktu?

Ibu Tuti : Saya lebih sering solat dirumah dengan anak saya, ke masjid paling

solat maghrib dan isya’

Peneliti : Ketika bulan Ramadhan, apakah ikut melaksanakan puasa?

Ibu Tuti : Iya saya mengikuti

Peneliti : Bagaimana cara belajar agama saat masih menjadi muallaf?

89
Ibu Tuti : Saya diajari sepenuhnya oleh suami saya, dari bacaan solat hingga

bacaan do’a

Peneliti : Bagaimana cara ibu memberikan pendidikan agama Islam pada anak?

Ibu Tuti : Cara mendidik agama Islam dalam anak adalah dengan menitipkan

anak saya ke TPA yang ada di Dusun Nglarangan, karena pengetahuan

agama Islam saya yang kurang. Jadi saya memutuskan untuk

menitipkan anak di TPA.

Peneliti : Apakah sekarang sudah hafal dengan bacaan solat dan do’a-do’a

yang lain?

Ibu Tuti : Alhamdulillah saat ini saya sudah hafal dan insyaAllah sudah bisa

membaca al-Qur’an

Peneliti : Apa saja hambatan anda dalam belajar agama Islam?

Ibu Tuti : Hambatannya ada pada diri saya yang kurang memahami dalam

membaca maupun menghafalkan bacaan dan do’a yang diajarkan

REFLEKSI

Dari hasil wawancara dengan Ibu Tuti, peneliti menemukan fakta dari sisi

pengetahuan bahwa Ibu Tuti merupakan muallaf yang rendah dalam pengetahuan

agama Islam, namun ibu Tuti beruntung memiliki suami yang siap untuk

membimbing Ibu Tuti dari tidak bisa sama sekali sampai bisa beribadah sendiri

90
dengan baik. Dari segi pengamalan juga cukup baik untuk seorang muallaf, karena

dorongan dan tuntunan dari sang suami, sehingga Ibu Tuti dapat mencontohkan

ibadah maupun pengamalan agama Islan kepada anak-anaknya. Proses belajar dari

Ibu Tuti yang hanya mengandalkan suami dan terkadang ikut yasinan ataupun

pengajian menjadikan Ibu Tuti cukup memahami tentang agama Islam, walaupun

hambatan yang Ibu Tuti rasakan seperti susahnya menghafal bacaan solat ataupun

do’a yang lainnya. Namun kini Ibu Tuti sudah menjadi seorang Islam yang sudah

mulai memahami leboh dalam tentang agama Islam, hingga Ibu Tuti saat ini sedang

berusaha untuk mengajak seluruh keluarganya menjadi seorang muallaf.

91
INFORMAN KELIMA

Hari, Tanggal : Sabtu, 26 Juli 2019

Tempat : Rumah Bapak Budi

Waktu : 16.20-16.47 WIB

Informan : Budi

Fokus : Pengetahuan, pengamalan, proses belajar ilmu agama dan hambatan

dalam belajar agama Islam.

Budi adalah seorang buruh yang menjadi muallaf ketika ingin menikah

dengan sang istri. Agama sebelumnya yang dianut Budi adalah agama Kristen,

namun sang calon istri yang beragama muslim. Maka pak Budi mengikuti

kepercayaan calon istrinya. Kemudian pak Budi menikah dan menjadi muallaf

dengan dituntun oleh keluarga sang istri, dan selama beberapa tahun pak Budi pindah

kerumah sang istri untuk belajar agama Islam.

Peneliti : Sudah berapa lama menjadi muallaf?

Bp. Budi : Sudah 39 tahun

Peneliti : Siapa yang menuntun anda membaca syahadat?

Bp. Budi : Keluarga istri saya

Peneliti : Apakah anda tau maksud dari syahadat tersebut?

92
Bp. Budi : Saya tau syahadat ketika istri saya menjelaskan apa itu syahadat dan

arti dari syahadat tersebut

Peneliti : Bagaimana dengan rukun iman dan rukun Islam? Apakah bisa

menyebutkan?

Bp. Budi : Rukun Iman ada 6 yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat

Allah, Iman kepada Kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari

akhir dan Iman kepada qoda dan qodar. Kemudian rukun Islam ada 5

yaitu Syahadat, solat, puasa, zakat dan naik haji

Peneliti : Apakah anda melaksanakan solat lima waktu?

Bp. Budi : Iya, InsyaAllah

Peneliti : Dimana anda melaksanakan solat lima waktu?

Bp. Budi : Sejauh ini saya sering solat berjamaah di masjid bersama dengan istri

dan anak saya, karena letak rumah saya yang dekat dengan masjid juga

Peneliti : Ketika bulan Ramadhan, apakah ikut melaksanakan puasa?

Bp. Budi : Iya pasti mengikuti

Peneliti : Bagaimana cara belajar agama saat masih menjadi muallaf?

Bp. Budi : Setelah menikah saya langsung pindah kerumah mertua untuk belajar

agama Islam disana, karena keluarga istri saya adalah Islam asli dari

lahir. Maka saya banyak belajar dengan istri saya dan mertua saya.

93
Baik itu belajar mengaji, menghafalkan bacaan dan belajar ajaran

Islam lainnya

Peneliti : Bagaimana cara bapak memberikan pendidikan agama Islam pada

anak?

Bp. Budi : Untuk anak-anak saya, selalu saya titipkan di TPA sejak mereka

masih kecil, dan saya sekolahkan di sekolah berbasis Islam sampai

saat ini

Peneliti : Apakah sekarang sudah hafal dengan bacaan solat dan do’a-do’a

yang lain?

Bp. Budi : Alhamdulillah untuk saat ini saya sudah cukup hafal dan bisa untuk

bacaan solat dan lain-lainnnya, tetapi untuk membaca al-Qur’an masih

sedikit susah

Peneliti : Apa saja hambatan anda dalam belajar agama Islam?

Bp. Budi : Hambatannya menurut saya hanya pada tulisan arab yang sulit saya

pahami. Karena dari awal juga sudah dalam kondisi berumur saat

belajar al-Qur’an. Jadi sedikit susah untuk memahamiya

94
REFLEKSI

Dari hasil wawancara dengan Bapak Budi, peneliti menemukan fakta dari segi

pengetahuan agama Islam yang sangat sedikit dari Bapak Budi. Belajar dari sang istri

dan mertua yang menjadi pegangan bagi pak Budi. Namun dengan kegigihan yang

Pak Budi lakukan selama ini menghasilkan pengamalan ibadah yang cukup baik

seperti solat berajamaah di masjid dan masih rajin dalam proses belajar mengaji dan

mendalami agama Islam. Kemudian dari segi hambatan masih banyak hambatan yang

diraskan oleh Pak Budi seperti susahnya menghafalkan dan membaca tulisan arab.

Walaupun sampai saat ini Pak Budi masih berusaha belajar lagi dan lagi. Saat ini

keluraga Pak Budi sudah pindah ke Dusun Nglarangan selama 15 tahun setelah

menikah dan belajar agama Islam di rumah mertua.

95
Lampiran 5

LEMBAR KONSULTASI

96
97
98
99
100
Lampiran 6

DAFTAR SKK

101
102
103
104
Lampiran 7

HASIL FOTO PENELITIAN

Foto Ibu Yayuk dan Ibu Rumiyati yang merupakaan seorang muallaf

Foto Bapak Mulyono dan istri yang merupakan seorang muallaf

105
Foto Ibu Tuti dan Bapak Budi beserta istri yang merupakan muallaf

Foto Bapak Sabar dan istri yang meruapakn Kepala Dusun Nglarangan

106
Foto Bapak Wahyudi selaku tokoh agama Islam Dusun Nglarangan

Foto Masjid Miftahul Jannah Dusun Nglarangan

107
Vihara Dhamma Gayasih Dusun Nglarangan

Gereja Filadelfia Dusun Nglarangan yang masih bergabung dengan jemaat Dusun Kemiri

108
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dengan ini Saya cantumkan daftar riwayat hidup sebagai berikut:


Nama : Vili Indri Yani
NIM : 23010 15 0038
Tempat, tanggal lahir : Kab. Temanggung, 29 Mei 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Ayah : Waris
Nama Ibu : Muti’ah
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK PGRI GETAS Lulus tahun 2003
2. SD N 03 GETAS Lulus tahun 2009
3. SMP N 02 KALORAN Lulus tahun 2012
4. MAN Temanggung Lulus tahun 2015
5. IAIN Salatiga
Demikian daftar riwayat hidup saya, saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 3 Agustus 2019

Penulis

109

Anda mungkin juga menyukai