Anda di halaman 1dari 6

‫‪Teks Khutbah Jum’at‬‬

‫‪Korps Mubaligh Hidayatullah‬‬


‫‪11 Dzulhijjah 1444 H / 30 Juni 2023‬‬

‫‪BELAJAR DARI KELUARGA NABI‬‬


‫‪IBRAHIM‬‬
‫‪Oleh : Naspi Arsyad,Lc‬‬

‫و َن ْس‪ .‬و َن ُت إل و َن ُع له ْ ُ ْن ُف َ ت أَ م ْن‬ ‫إ َّن إل ح ْم َد َ َْن َم ُد ُه ون و َن ْس‪َ .‬ت‬


‫َْت َد ْي َه ْوب ْي ْو ُذ ِب ل ن ش َس‪َ .‬نا س َي َْعا َل َنا‬ ‫ْس‪َ .‬ت َع ْي ُن ُه ْغ َف ُ ُر ه‬ ‫ِ ل َّ‬
‫‪َ r‬ئا‬ ‫ْ و َر‬ ‫ل و ْح َد ُه‬
‫َه‬
‫و‬ ‫م‬
‫م ْر َش ًدإ‪.‬‬ ‫َْي لهال َفُه َو إ ْل و َم ْن ُي ْض ََت َد‬
‫َد َه ُم ْه َت َد َل ْ ُْل َفلَ ْن َلُ وَ ل ًّيا‬
‫وَأ َّدى إ ْ َْل َمانَ َة ون‬ ‫ُس ْو ُ َلُ إ‬ ‫ُد أَ ُ‬ ‫ْش َه ُد َل إ َ َلَ إ و ْح َد ُه َل‬
‫َص َح إ ْ ُْل َّم َة‪.‬‬ ‫د ََّ‬ ‫َُش ْيك َُل‬ ‫ََّل هلال‬ ‫ْن أ‬
‫ّن مح‬
‫ُه لي َبلَّ َغ إل َ‪r‬ر َسا َ ََل‬
‫ع‬
‫و َر‬
‫ّم ًدإ و َأ ْش َه ْب‬
‫َإللَّ ُه َّم َف َص ‪r‬ل و ح بَ ْي َب َنا إ ْل مح َّم َد ْب َن ع ْب َد هلال وع و َ َْص بَ َه و م َن إ َت وإ ْس َ ََّت َب ُس َن َّت َه‬
‫وإ ْه َت َدى‬ ‫َب َع ه َدإ ُه‬ ‫ََل أ~ َ ََل‬ ‫ُم ْص َطَفى‬ ‫َس َ ّ ْ ‪r‬ل َع ََل‬
‫ْد َي َه جا َه َد ِف س َب ْيل هلال ح َّق َي ْو َم إ َ‪r‬لْي َن‪َ .‬أ َّما ب ع َبا َد هلال ْو َص ْي ُ ُْك و َن ْف َِس ب َت ْق َوى هلال‬
‫و َطا َعَت َه َفَق ْد‬ ‫ْع َد ُه َف َيا إ ََل‬ ‫َِجا َد َه‬ ‫و َِب‬
‫َفا َز إلْ ُم َّت ُق ْو َن‪ ،‬لهال َت َعا ََل ِف َتا َر ْ َْي و ُه َو َأ ْص َد ُق إ هل م ش‪ْ .‬ي َطا َن‬
‫َْل قـائَ َل ْ َْي ُع ْو ُذ ِب َن إل إل َّر َج ْ َْي‪:‬‬ ‫بَ َه إل‬ ‫َفَقا َل‬
‫﴿ َ ح َّق و َل َت ُمو َ وَأن م ْس َل ُمو َن﴾‬
‫ُتن َّل ُ ْت‬ ‫ُتَقاتَ َه‬ ‫يَأ ه‬
‫إ‬ ‫ل‬
‫ِل‬
‫يا إ‬
‫ََّ‬
‫لي َن أ~ َم ُنوإ إ َتّ ُقوإ إ‬
‫‪Ma’asyiral Muslimin Rahimanii wa Rahimakumullah‬‬
‫‪Masih basah dalam benak kita momen Idul Adha kemarin dan masih segar dalam‬‬
‫‪memori sosok agung yang namanya terucap indah disetiap bulan Dzulhijjah, Khalilullah‬‬
Teks Khutbah Jum’at
Korps Mubaligh Hidayatullah
11 Dzulhijjah 1444 H / 30 Juni 2023
Ibrahim Alaihissalam. Figur yang telah menginspirasi banyak manusia, termasuk
Nabiyullah Muhammad Saw. Ketauladanannya tidak dapat dipungkiri dan ajarannya
merasuk hingga mewarnai kehidupan kita saat ini. Allah Swt telah mempersembahkan
kesaksian-Nya dalam
al Qur’an:
:ْْ ُ ْ َ :َ َ ً ‫ً َه‬ َ َ َّ
‫َي‬. ‫شك‬
ِ ِ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ف‬ ‫ي‬‫ن‬ِ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫ن‬ِ ‫ا‬ ‫ق‬ ‫ا‬‫ك‬ ‫إ ن إ ْب َ َٰر ِهي م‬
ِ
َ‫ْم ي‬ ‫َ ُ ً ِّ ِّل‬
‫ل‬ ‫ن أ َّم ة‬
“Sungguh Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh
kepada
Allah secara hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan)” (QS. An
Nahl:120).
Dengan tuntunan Allah Swt, Nabi Ibrahim berhasil menjelmakan dirinya tidak
hanya sebagai sosok yang sholeh secara individu, tapi beliau juga berhasil membawa istri
dan anaknya pada jenjang yang mulia, yang membuat kita mengingat beliau serta
keluarganya dalam ruang keridhaan dan menerima uswah hasanah mereka secara tulus
dan utuh.
Ma’asyiral Muslimin Rahimanii wa Rahimakumullah
Teks Khutbah Jum’at
Korps Mubaligh Hidayatullah
11 Dzulhijjah 1444 H / 30 Juni 2023

Nabi Ibrahim telah memperagakan satu kontruksi rumah tangga panutan yang
selalu menjadi parameter rumah tangga kita. Sebagai seorang suami, beliau telah
mengantarkan istrinya untuk mampu menerima rangkaian perjalanan hidup yang sangat
berat hingga tunduk patuh saat ditinggal bersama bayinya disuatu tempat yang nyaris
tidak ada potensi hidup bila tinggal disana, bi waadin ghairi dzii zar’in, dilembah yang
tidak terlihat satupun tumbuhan dan pohon.
Sebagai seorang ayah, beliau juga mampu menanamkan nilai tauhid yang sangat
tinggi terhadap putra pertamanya, Ismail Alaihissalam dan memberikannya pendidikan
karakter yang begitu kokoh sehingga membuat tugas Ibrahim terasa menjadi mudah.
Tugas yang hampir mustahil bila diembankan kepada kita saat sekarang ini.
Terabadikan indah
dalam ayat al Qur’an :
. ‫س َت ج ُد‬ ْ ُ ْ َ ‫ى ّٓن َأ فٱن ُظ ْر َما َذا قا‬. ‫ َّن إ ف ٱ ْل َم َنام َأ‬:َ. ‫ ُب‬.َٰ ‫قا َل َي‬ ُ َ
ِ ‫ما ت ؤ‬ ‫ف‬ ‫ٱ‬ ‫ل‬ ‫م َع ه ٱل‬ ‫ل‬
َ ٓ َ ْ َ ‫ى‬
‫ّٓن إن‬ ‫َم ُر‬ ‫ أ َب َعل ت‬.َٰ ‫ت َر َٰى َي‬ ‫ذ َب ُحك‬ ‫ ّٓن أ َر َٰى‬. ‫َّس ْ َْع‬
َ َ
‫ّما َب ل غ‬
‫ف‬
‫ٓ َ ه‬
‫ ِبي َن‬:ِ .َٰ ‫م ص‬ ‫شاءٱ‬
ُ ِّ
‫َن ٱ ل‬ ‫ّل‬
‫ل‬
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab, “Wahai ayahku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Shaffat: 102).
Ma’asyiral muslimin rahimanii wa rahimakumullah,
Jangan dibayangkan bahwa ungkapan Ismail Alaihissalam
ٓ
‫ ِبي َن‬:ِ .َٰ ‫ش ا َء م ص‬ ُ ِّ
‫ِ س َت ِج ّل‬
‫إن‬ ْ ُ
‫ما ت ؤ َم ُر‬
‫ه‬
‫ٱ َن ٱ ل‬ ‫ل‬ ‫ ّٓن‬. :‫ِد‬
ُ
Teks Khutbah Jum’at
Korps Mubaligh Hidayatullah
11 Dzulhijjah 1444 H / 30 Juni 2023
ْ َ ٓ
‫ٱ ف َعل ت‬ ‫ي‬ ‫ أ َ ب‬.َ
adalah kalimat yang lahir dari proses yang mudah dan singkat. Ini bukan kalimat yang
terangkai dari seorang anak yang tidak mendapatkan pendidikan tauhid dan karakter yang
kuat dari seorang pendidik yang juga memiliki orientasi hidup yang mengalahkan
Teks Khutbah Jum’at
Korps Mubaligh Hidayatullah
11 Dzulhijjah 1444 H / 30 Juni 2023

kecintaannya terhadap putra yang berpuluh tahun dinantikannya. Ibrahim siap


menyembelih Ismail bukan karena benci, tidak karena alergi, bahkan sebaliknya. Pada
sosok Ismail, Nabi Ibrahim seakan mendapatkan secercah harapan besar bahwa tugas
kenabiannya tidak akan terhenti pada dirinya. Amanah kerasulan seolah mendapatkan
titik cerah dari pribadi Ismail, yang membuat cinta Ibrahim tertambat utuh dan membuat
penantiannya yang sarat kecemasan berpuluh-puluh tahun sirna dan berganti
kebahagiaan. Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menggambarkan sosok Ismail
dalam tafsirnya “usia yang sangat disayang oleh kedua orangtuanya, di mana beban
mengurusinya sudah tidak ada dan masa usia bergunanya telah datang”
Ma’asyiral muslimin Rahimanii wa rahimakumullah,
Salah satu unsur utama dalam satu proses pendidikan adalah pemahaman seorang
anak bahwa dirinya harus memiliki karakter tangguh dan kuat karena akan menjalani
perjalanan hidup yang tidak akan memanjakannya. Seorang anak harus mendapatkan
tempaan yang meyakinkan dirinya bahwa berjuang adalah sebuah keniscayaan dan
berkorban dalam berjuang merupakan sisi lain yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak
harus meyakini bahwa memisahkan pengorbanan dari perjuangan hidup bagaikan
memisahkan dua sisi mata uang. Suatu pekerjaan yang mustahil terjadi.
Olehnya itu, respon dan jawaban Ismail Alaihissalam ;
ٓ
‫ ِبي َن‬:ِ .َٰ ‫م ص‬ ‫ ّٓن ش ا َء‬. :‫س َت ِج ُ ِد‬
‫ه‬
‫ٱ َن ٱ ل‬ ‫ِإن‬
ُ ِّ
‫ّل‬
‫ل‬
“…insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”
Tidak hanya dipahami sebagai wujud sikap menerima secara pasrah akan penyampaian
sang ayah, tapi juga mengekspresikan suatu komitmen bahwa kesiapan dan
ketundukannya untuk disembelih adalah pengorbanan personal yang akan melahirkan
Teks Khutbah Jum’at
Korps Mubaligh Hidayatullah
11 Dzulhijjah 1444 H / 30 Juni 2023

maslahat sosial, membangun kebaikan bersama menuju satu tatanan peradaban manusia
yang berwibawa dan bermartabat, dibawah naungan cinta dan ridha Allah SWT.
Nabi Ismail menawarkan satu konsepsi hidup bahwa eksistensi diri merupakan
penggalan hidup kolektif bermasyarakat yang menuntut kesiapan diri untuk mau
berkorban demi maslahat bersama yang lebih besar. Apatah lagi secara khusus, Islam
bukanlah agama individual. Islam adalah agama yang penuh rahmat bagi semesta alam
(Rahmatan lil alamin). Islam tidak hanya untuk kepentingan penyembahan dan
pengabdian diri pada Allah semata tetapi juga membawa kebaikan bagi seluruh makhluk.
Karena itu, dalam al-Qur’an kita jumpai fungsi manusia itu bersifat ganda, bukan hanya
sebagai Abdullah (hamba Allah), tetapi juga sebagai khalifatullah. Khalifatullah berarti
memegang amanah untuk memelihara, memanfaatkan, melestarikan dan memakmurkan
alam semesta ini, karena itu mengandung makna hablun minan-naas wa Hablun
minal-‘alam.
Bagaimana mungkin kita bisa membuat negara dan bangsa ini bermartabat
bila kita tidak memiliki sikap yang baik terhadap semua makhluk? Dalam rangka itu,
maka hampir tidak ada ibadah yang dianjurkan dalam Islam yang tidak memiliki nilai
atau efek sosial. Semua ibadah pada akhirnya ditujukan untuk membentuk perilaku yang
akan memberi dampak sosial positif pada lingkungan sekitarnya.

ُ‫ه‬
‫ فع ي ِن وإياَّي ُك م ا‬.‫ ون‬,‫ب را ك هلال ي ِل ولا ُك م يِف اْل قرآ ين اْل ع يظ ي م‬
‫ا‬ ْ ‫ا ْ ا اا ا ْ ا‬ ُْ ْ ‫ُ ْ ا‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ي‬
‫ن اوي ْمن ُك ْم تيلااوتاُه إيناُه‬¹ِْ ‫اا قبا ال يمي‬.‫ اوت‬,‫ي ْذ كي ر ا ْلاك ْي ي م‬¹ ‫باا فيْيي ه يم ان اآل اَّي يت اوال‬
،‫ْغي فُْروُه‬.‫ْغي ُفر هلالا الْا ع ي ْظي ام ي ِْل اولا ُك ْم افا ْا ست‬.‫ اه اذا اوا ْسات‬.‫ال اس يمْي ُع اْل اعليْي ُم‬
‫إيناُه ُها و اْلغ ُا ْف ُور الاري ْحي ُم‬ ‫ وي ِْل‬.ْ ‫ْ ُو ل قا‬.‫أاُق‬

Anda mungkin juga menyukai