Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glaukoma adalah kondisi kerusakan saraf optik mata yang dapat
menyebabkan kebutaan. Penyebab glaukoma tidak selalu disebabkan oleh
tingginya tekanan intra okular mata,tapi dapat disebabkan oleh karena beberapa
kondisi.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah
gangguan aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut
bilik mata depan (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor
ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup) (Riordan-Eva dan Witcher, 2008).
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di seluruh dunia, dengan
morbiditas yang tidak proporsional di antara wanita dan orang Asia (Stamper et
al., 2009). Berbeda dengan katarak, kebutaan yang diakibatkan glaukoma bersifat
permanen atau tidak dapat diperbaiki (irreversible) (Kemenkes, 2015). Jumlah
penyakit glaukoma di dunia oleh World Health Organization (WHO)
diperkirakan ± 60,7 juta orang di tahun 2010, akan menjadi 79,4 juta di tahun
2020 (Artini, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian glakoma?
2. Apa tanda dan gelaja glakoma?
3. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang pada
glakoma?
4. Bagaimana pengkajian pada penyakit glakoma?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada glakoma?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian glakoma
2. Untuk mengetahui tanda dan gelaja glakoma

1
3. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang pada
glakoma
4. Untuk mengetahui pengkajian pada penyakit glakoma
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada glakoma

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian glakoma
2. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gelaja glakoma
3. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan
penunjang pada glakoma
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian pada penyakit glakoma
5. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada glakoma

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Glaukoma

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa


peninggian tekanan bola mata,penggaungan pupil saraf optik dengan defek
lapang pandangan mata (Sidarta Ilyas,2000).

Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan


peningkatan tekanan intraokular (Long Barbara,2000).

Glaukoma: nama penyakit yang diberikan untuk sekumpulan penyakit mata


dimana terjadi kerusakan syaraf mata (N.Optikus) yang terletak di belakang mata
dan mengakibatkan penurunan penglihatan perifer dan berakhir dengan kebutaan.

Glaukoma adalah kondisi kerusakan saraf optik mata yang dapat


menyebabkan kebutaan. Penyebab glaukoma tidak selalu disebabkan oleh
tingginya tekanan intra okular mata,tapi dapat disebabkan oleh karena beberapa
kondisi.

2.2 Tanda dan gejala

Jenis glaukoma yang paling umum yaitu glaukoma primer sudut terbuka dan
glaukoma akut sudut tertutup memiliki gejala yang sama sekali berbeda. Tanda-
tanda dan gejala glaukoma primer sudut terbuka termasuk kehilangan
penglihatan perifer secara bertahap,biasanya pada kedua mata. Tanda-tanda dan
gejala glaukoma akut sudut tertutup termasuk : mata sakit parah,mual dan
muntah(yang menyertai sakit mata parah),tibatiba-tiba gangguan visual terutama
pada daerah yang kurang cahaya,penglihatan kabur,mata memerah.

Glaukoma sudut terbuka tidak menunjukan gejala sampai pada perjalanan


penyakit yang sudah lanjut. Awitannya insidus,progresif lambat dan kehilangan

3
lapang pandang menjadi lebih jelas bagi pasien,kerusakan irreversibel,ekstensi
saraf optikus biasanya sudah terjadi.

Gejala glaukoma sudut tertutup meliputi nyeri,pandangan halo (melihat halo


disekitar benda),pandangan kabur,mata merah dan perubahan bentuk mata. Nyeri
okuler mungkin disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okuler
cepat,implantasi atau akibat efek samping yang ditimbulkan oleh obat (misalnya
spasme otot silier). Nyeri okuler berat dapat disertai mual,muntah,berkeringat
atau brakardia. Mata merah mungkin berhubungan dengan iritis akut,reaksi
obat,glaukoma neovaskuler,hivema,perdarahan subkonjungtiva atau tekanan vena
episkleral yang meningkat. Edema kornea akibat peningkatan tekanan intra
okular dan dekompensasi epitel kornea dapat mengakibatkan pandangan halo.
Pandangan kabur episodik juga sering dijumpai. Beberapa pasien merasa ada
perubahan penampilan mata,termasuk kornea memburam,pergeseran okuler dan
perubahan posisi,ukuran atau bentuk pupil.

2.3 Pemeriksaan Diagnostik dan Pemeriksaan Penunjang

Didapatkan dengan cara pemeriksaan khusus untuk glaukoma,yaitu :

1. Ketajaman Penglihatan

Pada glaukoma sudut terbuka,kerusakan saraf dimulai dari tepi lapang


pandang dan lambat laun meluas ke tengah. Dengan demikian penglihatan sentral
(fungsi macula) bertahan lama walaupun penglihatan perifer sudah tidak
ada,sehingga penderita seolah-olah melihat seperti melalui teropong (tunnel
vision) dan visusnya dapat tetap 5/5.

2. Tonometri

Cara yang cermat adalah dengan menggunakan Tonometer Schiotz. Cara


pemeriksaannya adalah penderita berbaring tanpa bantal,kemudian matanya
ditetesi pantocain 1-2 % satu kali. Suruh pasien melihat ibu jainya yang

4
diacungkan didepan matanya dan letakkan tonometer di puncak kornea. Tekanan
normalnya antara 10-20 mmHg atau 7/7,5-10,5/7,5.

3. Gonioskopi

Adalah suatu cara untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
Dengan demikian dapat dibedakan glaukoma sudut terbuka atau sudut
tertutup,juga dapat dilihat apakah ada perlekatan iris bagian perifer.

4. Oftalmoskopi

Dalam pemeriksaan ini yang harus diperhatikan adalah pupil,yang


mengalami perubahan penggaungan dan degenerasi saraf optik. Harus
diwaspadai adanya glaukoma apabila terdapat penggaungan >0,3 diameter pupil
(Cup and Disc Ratio),terutama bila diameter vertikel lebih besar dari diameter
horizontal.

5. Pemeriksaan Lapang Pandang (Kampimetri)

Dibedakan atas lapang pandang sentral,seluas 30 derajat,diperiksa dengan


layer hitam Byerrum,pada jarak 1 m dengan menggunakan obyek putih 1 mm
(isopter 1/1000) atau pada jarak 2 m dengan obyek yang sebesar 2 mm (2/2000);
dan lapang pandang perifernyang diukur dengan perimeter atau kempimeter pada
jarak 330 m dengan menggunakan obyek sebesar 3 mm (isopter 3/330). Pada
glaukoma,kelainan lapang pandang disebabkan oleh kerusakan serabut saraf yang
paling dini berupa skotoma relative atau absolute yang terletak pada 30 derajat
sentral.

6. Pemeriksaan secara kasarnya

Adalah dengan terkonfrontasi dimana pada jarak 0,5 m,pasien dan


pemeriksaan saling berhadapan dan pemeriksa menggerakkan tangannya dari
luar kedalam sedang mata pasien dan pemeriksa yang saling berhadapan ditutup
sebelah. Pasien memperhatikan kapan gerak tangan mata itu mulai terlihat, dan

5
diulangi sampai tercapai 360 derajat. Pemeriksaan ini dapat dikerjakan dengan
catatan kampus pemeriksa harus normal.

7. Test Provokasi

Untuk glaukoma sudut terbuka,yang umum dilakukan adalah tes minum air
(water drinking test) dimana pasien puasa 4 jam sebelum tes dan diukur TIO
(tekanan intra okuler) awal. Kemudian pasien disuruh minum 1 liter air dalam
waktu 5 menit,TIO diukur setiap 15 menit setiap 15 menit selama 1
jam,kemudian setiap 30 menit selama 1 jam. Bila TIO ↑ 38 mmHg,provokasi (+)
adalah glaukoma.

8. Untuk glaukoma sudut tertutup

Yang umum dilakukan adalah tes kamar gelap (karena pupil akan midriasis
dan pada sudut bilik mata yang sempit,ini akan menyebabkan terutupnya sudut
bilik mata). Caranya adalah ukur TIO awal,kemudian pasien masuk kamar gelap
selama 60-90 menit. Ukur segera TIO nya. Kenaikan 38 mmHg,tes provokasi (+).

2.4 Pengkajian Glaukoma


1. Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :
 Umur, glaukoma primer terjadi padA individu berumur > 40 tahun.
 Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat
itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang
mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis,
Miopia tinggi)
Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara
cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena
kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)

6
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar
keluar dari iris.
b) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun
secara bertahap.
c) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi
mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding
mata yang lain.
d) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah
timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula)
maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat,
sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya
sempit.

3. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon


a) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien
menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit
glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat

7
keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem
vaskuler, serta riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah
terpancar radiasi.
b) Pola Nutrisi/Metabolisme
 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
 Bagaimana nafsu makan klien
 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
 Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan
mengeluhkan mual muntah
c) Pola Eliminasi
 Kaji kebiasaan defekasi
 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna
dan karekteristik BAB
 Kaji kebiasaan miksi
 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu
untuk miksi
 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada
pola eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit
glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).
d) Pola Aktivitas/Latihan
 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
 Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan
table gorden)
 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang

8
 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah,
batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien
langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non
verbal klien )
 Kaji kekuatan tonus otot
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien
sehari-hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika
terkena cahaya matahari.
e) Pola Istirahat Tidur
 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
 Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan
istirahat klien sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan
nyeri hebat sehingga pola tidur klien tidak normal.
f) Pola Kognitif-Persepsi
 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap,
penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
 Status mental
 Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
 Pendengaran : DBN / tidak
 Peglihatan :DBN / tidak
 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan
intensitas nyeri
 Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri

9
 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap
yang biasa.
g) Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri
 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal
yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah
klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut,  suruh klien
menggambarkannya.
 Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada
konsep diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga
kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus
klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.
h) Pola Peran Hubungan
 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga
lainnya.
 Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak
maupun cucu dll
 Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
 Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
 Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya
yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan
dalam melakukan perannya

10
i) Pola Koping-Toleransi Stress
 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
menggunakan system pendukung
 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam
beberapa bulan terakhir
 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah
yang dihadapi, apakah efektif?
 Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain
 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah
panik
 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam
menghadapi stress
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan
penyakit yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep
dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu organ
penglihatannya.
j) Pola  Reproduksi/ Seksualitas
 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
 Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau
batuk hebat saat melakukan hubungan intim
 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola
reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam
keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima
salah seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.
k) Pola Keyakinan-Nilai
 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan
dalam hidup
 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.

11
 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal
penting dalam hidup
 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas
ibadah sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit
kepala yang akan mengganggu ibadahnya.

4. Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap (katarak),
tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan
perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan kaca mata/ pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
 Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berwarna, peningkatan air mata. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan
menggunakan  oftalmaskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi
diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan dalampada
glaukoma akut primer, karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh
dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
 Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun
secara bertahap.
 Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya.
5. Nyeri/ kenyamanan
 Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis)
 Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit
kepala (glaukoma akut).

12
2.5 Asuhan Keperawatan Glaukoma

1. Pengkajian
Pengkajian data :
a) Aktivitas / istirahat : perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
b) Makanan / cairan : mual, muntah (glaucoma akut)
c) Neurosensory : gangguan penglihatan(jabur/ tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap
(katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/
pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia
(glaucoma akut). Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan.
Tanda :
 Pupil menyempit dan merah/ mata keras dengan kornea
bawaan.
 Peningkatan air mata.
d) Nyeri/ kenyamanan :
 Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaucoma kronis)
 Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala (glaucoma akut)
e) Penyuluhan
 Riwayat keluarga glaucoma, DM, gangguan sistem vaskuler
 Riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh :
peningkatan tekanan vena)
 Ketidakseimbangan endokrin
 Terpajan pada radiasi, steroid/toksitas fenotiazin

13
2. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut b.d peningkatan tekana intra okulir (TIO) d.d mual dan
muntah
b) Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya
nyeri, kemungkinan/ kenyataan kehilangan penglihatan d.d
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan
kejadian hidup
c) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d
kurang terpajan/ tidak mengenal sumber, kurang mengingat, saah
interpretasi d.d pertanyaaan, pernyataan salah persepsi, tidak akurat
mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah
d) Risiko cedera b.d penurunan lapang pandang
3. Rencana keperawatan/ intervensi glaucoma

N Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria Intervensi
o
1. Nyeri akut b.d NOC : NIC :
peningkatan tekanan  Pain level  Lakukan
intra okuler (TIO) d.d  Pain control pengkajian nyeri
mual dan muntah.  Comfort level secara
DS : Setelah dalakukan tindakan komprehensif
 Laporan secara keperawatan selama…. termasuk lokasi,
verbal Pasien tidak mengalami karakteristik,
DO : nyeri , dengan kriteria hasil durasi, frekuensi,
 Posisi untuk : kualitas dan faktor
menahan nyeri  Mampu mengontrol presipitasi
 Tingkah laku nyeri (tahu  Observasi reaksi
berhati- hati penyebab nyeri, nonverbal dari
 Gangguan tidur mampu ketidaknyamanan

14
(mata sayu, menggunakan  Bantu pasien dan
tampak capek, teknik non keluarga untuk
sulit atau gerakan farmakologi untuk mencari dan
kacau, mengurangi nyeri, menemukan
menyeringai) mencari bantuan) dukungan
 Terfokus pada diri  Melaporkan bahwa  Control
sendiri nyeri berkurang lingkungan yang
 Fokus menyempit dengan dapat
(penurunan menggunakan mempengaruhi
persepsi waktu, manajemen nyeri nyeri seperti suhu
kerusakan proses  Mampu mengenali ruangan,
berpikir, nyeri (skala, pencahayaan dan
penurunan intensitas, frekuensi kebisingan
interaksi dengan dan tanda nyeri)  Kurangi faktor
orang dan  Menyatakan rasa presipitasi nyeri
lingkungan) nyaman setelah  Kaji tipe dan
 Tingkah laku nyeri berkurang sumber nyeri
distraksi, contoh :  Tanda vital dalam untuk menentukan
jalan-jalan, rentang normal intervensi
menemui orang  Tidak mengalami  Ajarkan tentang
lain dan/atau gangguan tidur teknik non
aktivitas, aktivitas farmakologi :
berulang-ulang) napas dalam,
 Respon autonom relaksasi,
(seperti distraksi, kompres
diaphoresis, hangat/ dingin
perubahan tekanan  Berikan analgetik
darah, perubahan untuk mengurangi
nafas, nadi dan nyeri
dilatasi pupil)

15
 Perubahan  Tingkatkan
autonomic dalam istirahat
tonus otot  Berikan informasi
(mungkin dalam tentang nyeri
rentang dari lemah seperti penyebab
ke kaku) nyeri, berapa lama
 Tingkah laku nyeri akan
ekspresif (contoh : berkurang dan
gelisah, merintih, antisipasi
menangis, ketidaknyamanan
waspada, iritabel, dari prosedur
nafas  Monitor tanda
panjang/berkeluh vital sebelum dan
kesah) sesudah
 Perubahan dalam pemberian
nafsu makan dan analgesic pertama
minum kali
2. Ansietas b.d faktor NOC : NIC :
fisiologis, perubahan  Kontrol kecemasan Anxiety reduction
status kesehatan, adanya  Koping (penurunan kecemasan)
nyeri, kemungkinan/ Setelah dilakukan asuhan  Gunakan
kenyataan kehilangan selama….klien kecemasan pendekatan yang
penglihatan d.d teratasi dengan kriteria menenangkan
ketakutan, ragu-ragu, hasil “  Nyatakan dengan
menyatakan masalah  Klien mampu jelas harapan
tentang perubahan mengidentifikasi terhadap pelaku
kejadian hidup. dan pasien
DO/ DS : mengungkapkan  Jelaskan semua
 Insomnia gejala cemas prosedur dan apa
 Kontak mata  Mengidentifikasi, yang dirasakan

16
kurang mengungkapkan selama prosedur
 Kurang istirahat dan menunjukkan  Temani pasien
 Berfokus pada diri teknik mengontrol untuk
sendiri cemas memberikan
 Iritabilitas  Tanda vital dalam keamanan dan

 Takut batas normal mengurangi takut

 Nyeri perut  Postur tubuh,  Berikan informasi

 Penurunan TD ekspresi wajah, factual mengenai

dan denyut nadi bahasa tubuh dan diagnosis,


aktivitas tindakan
 Diare,mual,
menunjukkan prognosis
kelelahan
berkurangnya  Libatkan keluarga
 Gangguan tidur
kecemasan untuk
 Gemetar
mendampingi
 Anoreksia, mulut
klien
kering
 Instruksikan pada
 Peningkatan TD,
pasien untuk
denyut nadi, RR
menggunakan
 Kesulitan bernafas
teknik relaksasi
 Bingung
 Dengarkan
 Bloking dalam
dengan penuh
pembicaraan
perhatian
 Sulit
 Identifikasi
berkonsentrasi
tingkat kecemasan
 Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulkan
kecemasan

17
 Dorong lien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
 Kelola pemberian
obat anti cemas
3. Kurang pengetahuan NOC : NIC :
tentang kondisi,  Pengetahuan :  Kaji tingkat
prognosis dan proses penyakit pengetahuan
pengobatan b.d kurang  Pengetahuan : gaya pasien dan
terpajan/ tak mengenal hidup keluarga
sumber, kurang Setelah dilakukan tindakan  Jelaskan
mengingat, salah keperawatan selama…. patofisiologi dari
interpretasi d.d Pasien menunjukkan penyakit dan
pertanyaan, pertanyaan pengetahuan tentang proses bagaimana hal ini
salah persepsi, tak penyakit dengan kriteria berhubungan
akurat mengikuti hasil : dengan anatomi
instruksi, terjadi  Pasien dan keluarga dan fisiologi,
komplikasi yang dapat menyatakan dengan cara yang
dicegah pemahaman tentang tepat
DS : penyakit, kondisi,  Gambarkan anda
 Menyatakan secara prognosis dan dan gejala yang
verbal adanya program biasa muncul pada
masalah pengobatan penyakit dengan
DO :  Pasien dan keluarga cara yang tepat
 Ketidakakuratan mampu  Gambarkan proses
mengikuti melaksanakan penyakit
instruksi, perilaku prosedur yang dengancara yang
tidak sesuai dijelaskan secara tepat

18
benar  Identifikasi
 Pasien dan keluarga kemungkinan
mampu penyebab dengan
menjelaskan cara yang tepat
kembali apa yang  Sediakan
dijelaskan perawat/ informasi pada
tim kesehatan pasien tentang
lainnya kondisi dengan
cara yang tepat
 Sediakan bagi
keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
 Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung paisen
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengancara yang
tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan dengan

19
cara yang tepat
4. Risiko cidera b.d NOC : NIC :
penurunan lapangan Risiko control Manajemen lingkungan
pandang Status imun  Sediakan
Faktor-faktor risiko : Gaya hidup yang aman lingkungan yang
Eksternal Setelah dilakukan tindakan aman untuk
 Fisik (contoh: keperawatan selama…. pasien
rancangan struktur Klien tidak mengalami  Identifikasi
dan arahan injury dengan kriteria hasil: kebutuhan
masyarakat,  Klien terbebas dari keamana pasien,
bangunan dan atau cedera sesuia dengan
perlengkapan,  Klien mampu kondisi fisik dan
mode transport menjelaskan fungsi kognitif
atau cara cara/metode untuk pasien dan
perpindahan, mencegah riwayat penyakitt
manusia atau injury/cedera gerdahulu pasien
penyedia layanan) fasilitas kesehatan  Menghindarkan
 Kiln mampu lingkungan yang
Biological (contoh : menjelaskan faktor berbahaya
tingkat imunisasi dalam risiko dari (misalnya
masyarakat, lingkungan/perilaku memindahkan
mikroorganisme) personal perabotan)
Kimia (obat-obatan : agen  Mampu  Memasang said
farmasi, alcohol, kafein, memodifikasi gaya rail tempat tidur
nikotin, bahan pengawet, hidup untuk  Menyediakan
kosmetik, Nutrien : mencegah injury tempat tidur yang
vitamin, jenis makanan,  Menggunakan nyaman dan
racun, polutan) fasilitas kesehatan bersih
Internal yang ada  Menempatkan
 Malnutrisi  Mampu mengenali saklar lampu di

20
 Bntuk darah perubahan status tempat yang
abnormal, contoh : kesehatan mudah dijangkau
leukositosis/leukop pasien
enia  Membatasi
 Perubahan faktor pengunjung
pembekuan  Memberikan
 Trombositopeni penerangan yang
 Sickle cell cukup

 Thalassemia  Menganjurkan

 Penurunan HB keluarga untuk

 Imun-autoimun menemani pasien

tidak berfungsi  Mengontrol

 Biokimia, fungsi lingkungan dan

regulasi (contoh: kebisingan

tidak berfungsinya  Memindahkan

sensoris) barang-barang
yang
membahayakan
 Berikan
penjelasan pada
pasien dan
keluarga atau
pengunjung
adanya perubahan
status kesehatan
dan penyebab
penyakit

4. Implementasi

21
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telan disusun pada tahap intervensi.
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau eveluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa

22
peninggian tekanan bola mata,penggaungan pupil saraf optik dengan defek
lapang pandangan mata (Sidarta Ilyas,2000).

Glaukoma sudut terbuka tidak menunjukan gejala sampai pada perjalanan


penyakit yang sudah lanjut. Awitannya insidus,progresif lambat dan kehilangan
lapang pandang menjadi lebih jelas bagi pasien,kerusakan irreversibel,ekstensi
saraf optikus biasanya sudah terjadi.

Gejala glaukoma sudut tertutup meliputi nyeri,pandangan halo (melihat halo


disekitar benda),pandangan kabur,mata merah dan perubahan bentuk mata. Nyeri
okuler mungkin disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okuler cepat,
implantasi atau akibat efek samping yang ditimbulkan oleh obat (misalnya
spasme otot silier).

3.2 Saran

Bahaya glaukoma akut harus diwaspadai termasuk oleh dokter umum,


karena menyebabkan kebutaan yang cepat pada kedua mata. Pasien datang ke
bagian unit darurat dengan keluhan utama nyeri di sekitar mata dan menurunnya
ketajaman penglihatan, dapat disertai sakit kepala, muntah dan sakit perut
sehingga dapat didiagnosis terjadi gangguan pencernaan atau gastritis.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa: I

23
Made Kriasa. EGC. Jakarta.
Tucker, Susan Martin ,et al. 1998. Standar Perawatan Pasien Proses
Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. Edisi V . EGC. Jakarta.
Ilyas, Sidarta. 2000.  Ilmu  Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Long, Barbara C. 2006. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai