Anda di halaman 1dari 9

Opini

MULTIKULTURALISME DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Widya Ayu Puspita


e-mail: arista05@gmail.com
BP-PAUDNI Regional II Surabaya

Abstrak: Dalam tatanan kehidupan masyarakat majemuk, pemahaman multikulturalisme menjadi sangat
penting agar masyarakat dapat hidup dengan tenteram dan damai. Tulisan ini membahas bagaimana
menanamkan pemahaman multikultural sejak pendidikan anak usia dini. Apabila anak mempelajari multi-
kulturalisme sejak dini, mereka akan menghargai serta toleran atas keberanekaragaman dalam berbagai
hal. Setelah melakukan kajian pustaka dan pembahasan, tulisan ini berkesimpulan institusi pendidikan anak
usia dini (PAUD) memiliki peranan yang sangat strategis. Pendidik PAUD dituntut mengembangkan kemam-
puannya dalam mendesain lingkungan dan program pembelajaran yang bersifat multikultur, di samping
juga menjadi teladan bagi anak, dengan menunjukkan perilaku menghargai keragaman setiap anak. Untuk
mengembangkan hal tersebut, disarankan pendidik bekerjasama dengan pendidik PAUD lainnya, orangtua,
serta masyarakat maupun organisasi kemasyarakatan yang ada, sehingga kebutuhan anak terkait dengan
keragamanan budaya dapat terpenuhi.

Kata-kata kunci: multikulturalisme, kesadaran budaya, pendidikan multikulturalisme

MULTICULTURALISM IN EARLY CHILDHOOD EDUCATION

Abstract: In the pluralistic society, the insight of multiculturalism is essential in creating peaceful life of the
society. This article discusses how education plays in building mutlicultural character among the society
members. If the children learn and understand multiculturalism at their early age, they will be tolerant of the
differences. Having reviewing the existing literature critically, this article concludes that the institution of early
childhood education has a strategic role in multicultural education. The early childhood education institution
should design and develop multicultural learning environment in growing their appriciation of multicultural-
ism. The teachers are encouraged to work together with the parents, society members, and nongoverment
organizations to meet the multicultural needs of the children.

Keywords: multiculturalism, cultural awareness, multicultural education

PENDAHULUAN
Budaya merupakan perilaku, pola, kepercayaan penerimaan dan pemahaman sosial.
dan semua hasil lainnya dari suatu kelompok orang Kedua, budaya terdiri dari aspek-aspek
tertentu yang diteruskan dari generasi ke generasi. lingkungan yang dibuat orang. Aspek-aspek tersebut
Produk tersebut merupakan hasil interaksi dari antara menyangkut hal-hal yang bersifat immateri, misalnya
berbagai kelompok orang dan lingkungan selama nilai-nilai, adat istiadat dan sebagainya, maupun
bertahun-tahun. Budaya mencakup banyak komponen hal-hal yang bersifat materi, misalnya bentuk dan
dan dapat dianalisis dalam banyak cara. aksesoris pakaian, bangunan, dan perwujudan-
Terdapat tujuh karakteristik budaya (Brislin perwujudan lainnya.
dalam Santrok, 2007).Pertama, budaya dibentuk dari Ketiga, budaya diteruskan dari generasi ke
konsep ideal, nilai dan asumsi tentang kehidupan yang generasi. Tanggung jawab atas penerusan tersebut
menuntun perilaku orang. Dengan demikian, budaya berada di bahu orang tua, guru dan pemimpin
memberikan pemahaman mengenai arah tingkah laku masyarakat. Dengan demikian, terjadi proses transfer
ideal yang diharapkan dilakukan oleh semua orang budaya dari generasi ke generasi yang merupakan
yang ada dalam lingkup budaya tersebut, agar terjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya.

144 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013
Multikulturalisme dalam Pendidikan ...

Keempat, pengaruh budaya terlihat dalam Keberagaman seringkali dijadikan alat untuk memecah
benturan yang terjadi ketika terdapat interaksi budaya. belah persatuan dan kesatuan bangsa. Di sinilah
Misalnya, antara orang-orang dari latar belakang pentingnya multikulturalisme.
budaya yang berbeda dan tinggal dalam satu lokasi. Multikulturalisme pada dasarnya merupakan
Benturan-benturan ini pada akhirnya dapat bernilai pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan
positif, yaitu apabila kemudian terjadi asimilasi, dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang
ataupun bahwa bernilai negatif, yaitu ketika terjadi menekankan penerimaan terhadap realitas
penolakan yang berkepanjangan. Di sinilah pentingnya keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat
pandangan multikulturalisme dikuatkan, sehingga dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat
dampak negatif dapat diminimalisir. dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian
Kelima, walaupun ada kompromi, nilai-nilai diwujudkan dalam kesadaran politik (Azra, 2007).
budaya masih bertahan, terutama nilai-nilai yang Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,
sudah sangat mengakar. Misalnya tradisi yang berlaku penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang,
turun-temurun. serta penghormatan dan keingintahuan tentang
Keenam, ketika nilai budaya dilanggar atau budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai
ekspektasi budaya diabaikan, orang bereaksi secara multikulturalisme tersebut dapat disimpulkan bahwa inti
emosional dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan
Ketujuh, bukan sesuatu yang aneh bagi orang dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik
untuk menerima nilai budaya dalam kehidupannya kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain.
dan menolaknya pada saat yang lain. Sebagai contoh, Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai
remaja-remaja dan pemuda yang memberontak atau dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di
tidak mengikuti norma yang berlaku dalam keluarga masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus
mungkin akan menerima nilai dan ekspektasi budaya dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-
setelah memiliki anak sendiri. bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan
Indonesia memiliki beragam budaya, yang yang lain.
terbentuk oleh beragam masyarakat serta kondisi Oleh karena itu, penanaman dan pemahaman
geografis. Menurut kondisi geografis, Indonesia akan multikulturalisme perlu dilakukan sejak usia dini.
memang memiliki banyak pulau, yang dihuni Penanaman tersebut tentu saja melalui pengembangan
oleh sekelompok manusia dan membentuk suatu kesadaran akan multikultural. Kesadaran multikultural
masyarakat, yang kemudian terbentuk sebuah adalah penghargaan dan pengertian akan budaya
kebudayaan, diwariskan dari generasi ke generasi, masyarakat, status sosial ekonomi dan gender.
menjadi milik bersama dan tercermin dalam pola pikir Kesadaran ini juga meliputi pemahaman akan budaya
dan pola hidup masyarakat. Hal ini tentu saja berimbas sendiri. Dengan demikian, program dan kegiatan
pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak yang terkait berfokus pada upaya untuk mengenalkan
dan beraneka ragam, sehingga menjadi bangsa yang budaya lain sambil menyadarkan anak akan makna,
multikultural. sifat dan kekayaan budaya sendiri (Morrison, 2012).
Beragam budaya pada akhirnya akan berinteraksi Mempelajari budaya lain bersamaan dengan budaya
sehingga membentuk multikultural. Multikultural anak-anak sendiri sangat memungkinkan untuk
merupakan isu penting yang sesungguhnya merupakan menyatukan persamaan dan menghargai perbedaan
bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara, tanpa menekankan pada kelemahan atau kekuatan
karena bangsa ini sesungguhnya terdiri atas beragam satu atau yang lain.
jenis manusia dengan banyak ras, budaya, agama, Salah satu institusi yang berperan strategis
gaya hidup, bahasa, sejarah dan keragaman lainnya. dalam penanaman kesadaran multikultural adalah
Multikultural adalah keragaman yang sejak dulu ada, lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Anak-
sehingga merupakan kebanggaan ketika bangsa yang anak tidak memasuki program pendidikan anak usia
terdiri atas beraneka ragam budaya dapat menjadi dini sebagai papan tulis kosong yang tak berisikan
satu kesatuan bangsa yang besar. Pemahaman apapun tentang perbedaan. Namun sebaliknya,
akan multikultural tersebut erat dengan pluralisme. anak membawa bank data sendiri-sendiri yang
Sebagai kekayaan bangsa yang luar biasa, keragaman berisi pengamatan mengenai karakteristik orang,
perlu diterima, dipelihara, dan dijadikan sebagai pengalaman dengan respons orang dewasa terhadap
alat pemersatu. Hanya saja, akhir-akhir ini sering pertanyaan mereka yang bisa mencerminkan tingkat
timbul permasalahan berkaitan dengan hal tersebut. ketidaknyamanan yang beragam mengenai masalah

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013 145
Multikulturalisme dalam Pendidikan ...

ini, pemaparan pada prasangka umum mengenai Pendidikan multikulturalisme memiliki peran
kelompok tertentu dan teori-teori yang disusun sendiri yang sangat strategis dalam upaya membangun
tentang sebab dan pengaruh keragaman (Johson, masyarakat antara lain: (1) meningkatkan tumbuhnya
2011). rasa empati yang berujung pada berkembangnya
Sebagai ujung tombak dalam PAUD adalah perilaku saling menghargai; (2) mengantisipasi
pendidik, yang berinteraksi langsung dengan anak. terjadinya konflik yang disebabkan adanya perbedaan
Pendidik memiliki tantangan untuk mengembangkan agama, suku, budaya, jenis kelamin dan sebagainya;
profesionalisme dalam rangka menjadi jembatan dan (3) membangun proses interaksi sosial yang positif
agen transformasi nilai dalam kehidupan anak yang dalam masyarakat yang beragam; (4) membangun
bersifat multikultural. Dengan demikian, pendidik proses pendidikan yang adil bagi semua anak sesuai
dituntut untuk mengembangkan konsep pendidikan dengan karakteristiknya, sehingga anak akan mampu
yang mengedepankan multikultural. Memperkenalkan membangun kolaborasi dan memiliki komitmen nilai
multikulturalisme sejak dini memiliki implikasi yang yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat; dan
luar biasa terhadap kelas dan bahkan masyarakat. (5) dalam jangka panjang, memberikan kontribusi
Multikulturalisme akan mempengaruhi hubungan dalam penyelesaian konflik yang bernuansa SARA di
interpersonal dan pandangan umum anak tentang masyarakat.
kehidupan. Pendidikan multikulturalisme memiliki dampak
Ketika pendidik PAUD peduli akan multikultural, jangka panjang bagi bangsa Indonesia, terutama
maka akan menjadikannya sebagai pendidik dalam upaya memperkuat persatuan dan kesatuan
yang multidimensional. Dengan demikian, akan bangsa. Di samping itu, juga merupakan salah satu
meningkatkan kemampuan untuk peduli akan upaya untuk membangun masyarakat yang harmonis.
keberagaman budaya, bahasa, etnis, agama, gender, Berdasarkan pada penjelasan tersebut, terdapat
dan sebagainya, yang akan membantu pendidik dan tiga rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana
anak untuk belajar dan tumbuh bersama. Menjadi keterkaitan antara multikulturalisme dengan pendidik
pendidik yang multikultural berarti juga tanggap PAUD? (2) Bagaimana peran pendidik PAUD
terhadap berbagai kebutuhan anak, bertanggung dalam pendidikan multikulturalisme? (3) Bagaimana
jawab dan mendidik dengan rasa hormat serta keadilan pengembangan profesionalisme pendidik PAUD yang
bagi semua anak. multikulturalisme?
Oleh karena itu, ketika pendidik mengembangkan Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan
proses pembelajaran yang bersifat multikultural, keterkaitan antara multikulturalisme dengan pendidik
secara langsung membantu anak dalam melakukan PAUD, peran pendidik PAUD dalam pendidikan
penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial diartikan multikulturalisme, serta pengembangan profesionalisme
sebagai keberhasilan untuk menyesuaikan diri pendidik PAUD yang multikulturalisme. Dengan
terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap demikian, artikel ini diharapkan dapat memberikan
kelompok pada khususnya. Penyesuaian sosial yang informasi dalam pengembangan profesionalisme
baik, akan membantu anak untuk meraih keberhasilan pendidik terkait dengan multikulturalisme serta
pada masa dewasa (Hurlock, 1978). gambaran multikulturalisme dalam PAUD, sehingga
Kriteria penyesuaian sosial mencakup empat harus disikapi oleh pendidik dengan baik
hal. Pertama, penampilan nyata, yaitu kemampuan Untuk medukung pembahasan pada artikel ini,
anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain berikut beberapa kajian pustaka yang digunakan.
yang tampak dari tindakan anak. Kedua, penyesuaian a. Esensi Pendidikan Multikulturalisme
diri terhadap berbagai kelompok yang berbeda- Pendidikan multikulturalisme pada intinya
beda, sehingga terjadi proses pemahaman dan merupakan upaya internalisasi perilaku toleransi
penerimaan kelompok, termasuk aturan-aturan yang terhadap perbedaan agama, ras, suku, budaya,
berlaku dalam setiap kelompok. Ketiga, sikap sosial, adat istiadat, bahasa, dan lain-lain, di kalangan
seperti partisipasi sosial serta peran-peran sosial anak didik untuk menyiapkan anak dalam kehidupan
dalam kelompok, misalnya berbagi, menghargai, dan bermasyarakat kelak. Pendidikan multikultural
sebagainya. Sikap sosial tersebut menjadi dasar bagi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembentukan perilaku sosial (prososial). Keempat, komitmen untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang
Kepuasan pribadi, yang terwujud dari sikap dan lebih toleran, dapat menerima dan memberi di dalam
tindakan anak ketika menjadi anggota atau pemimpin perbedaan budaya, demokratis dalam perikehidupan,
suatu kelompok anak. mampu menegakkan keadilan dan hukum, memiliki

146 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013
Multikulturalisme dalam Pendidikan ...

kebanggaan dalam kehidupan berbangsa dan belakang anak.


bernegara, secara individual maupun kolektif, serta Keenam, memasukkan budaya ke dalam
mendasarkan diri pada kehidupan beragama yang rencana pembelajaran, sehingga anak lebih memahami
benar dalam lingkungan pergaulan. budaya sendiri dan orang lain, guna menumbuhkan
Pendidikan multikulturalisme merupakan sikap penerimaan dan penghargaan.
sebuah proses pembiasaan, pemberian bimbingan Ketujuh, menjadi teladan dengan menerima,
dan pengkondisian terhadap anak agar memiliki mental menghargai serta menghormati bahasa dan budaya
atau karakteristik terbiasa hidup di tengah-tengah lain,
perbedaan yang sangat kompleks, baik perbedaan Kedelapan, menggunakan pengalaman anak
ideologi, sosial, ekonomi dan agama. Dengan untuk membuat dasar rencana pembelajaran dan
demikian, anak akan dapat memiliki sikap kemandirian pengembangan kegiatan, serta memperkaya ilmu,
dalam menyadari dan menyelesaikan segala problem merasa bangga dan nyaman dengan budaya sendiri.
kehidupannya, melalui berbagai macam cara dan c. Pendekatan dalam Pendidikan Multikulturalisme
strategi pendidikan serta mengimplementasikanya Pengetahuan dalam pendidikan multikulturalisme
yang mempunyai visi dan misi selalu menegakkan dan mencakup pengetahuan tentang pendidikan dan
menghargai pluralisme, demokrasi dan humanisme. keterampilan mendidik, yang melibatkan konsep, teori,
b. Pengembangan Kesadaran Budaya penelitian dan pendekatan yang efektif. Pendekatan
Kesadaran budaya merupakan penghargaan pendidikan yang efektif mencakup beberapa hal
terhadap keragaman budaya yang ada. Dengan sebagai berikut.
adanya kesadaran budaya, pendidik diharapkan Pertama, menggunakan praktek-praktek
memperlakukan anak secara adil, tanpa memandang pendidikan yang sesuai dengan perkembangan siswa,
perbedaan latar belakang anak.Dengan demikian, termasuk di dalamnya memelihara gagasan setiap
pendidik PAUD dituntut untuk memiliki kemampuan anak tentang konsep diri dan identitas kelompok, serta
dalam delapan hal. membangun program pembelajaran yang mendorong
Pertama, mengenali bahwa semua siswa adalah anak untuk memperdalam ikatan dengan keluarga
unik. Setiap anak memiliki bakat khusus, kemampuan, dan masyarakat, serta mengetahui dan menghargai
gaya belajar serta cara berinteraksi dengan orang keunikan keluarga dan masyarakat.
lain. Pendidik PAUD hendaknya selalu menghargai Kedua, memilih dan menggunakan materi yang
keunikan dan perbedaan tersebut, sehingga setiap tidak bias budaya. Ketiga, mendukung bahasa dan
anak memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh komunikasi verbal anak. Keempat, mendukung proses
dan berkembang secara optimal. belajar atas inisiatif anak, sehingga pemahaman
Kedua, mengenali, menghargai, dan dan pengetahuan anak berkembang. Kelima,
menghormati latar belakang anak. Pendidik PAUD menandai proses belajar sebagai proses yang
dapat mengembangkan kunjungan rumah untuk berkesinambungan, yang tidak terhenti pada satu
belajar lebih banyak tentang budaya dan agama serta titik, tetapi terus menerus, untuk membangun manusia
cara hidup keluarga anak. Dengan demikian, pendidik paripurna yang siap menghadapi setiap tantangan.
akan mengenal anak dengan lebih baik, sehingga Keenam, membimbing proses belajar dan
dapat memberikan perlakuan yang adil pada anak. perilaku anak sehingga memahami norma-norma
Ketiga, memasukkan budaya anak (dan sosial serta nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
juga budaya lain) ke dalam program pembelajaran, Proses pembimbingan ini disertai dengan pemberian
sehingga anak dapat memahami bahwa perbedaan teladan, karena anak belajar dengan cara imitasi
adalah sesuatu yang wajar dan terdapat di dalam atau meniru, dan pendidik adalah salah satu contoh
lingkungan kehidupannya, yang harus diterima dengan atau model bagi anak. Dengan demikian, pendidik
baik dan penuh penghargaan. hendaknya menjadi model yang baik bagi anak,
Keempat, menggunakan situasi yang otentik sehingga anak meniru model yang baik.
untuk pembelajaran dan pemahaman budaya. Ketujuh, mendukung hubungan yang responsif,
Misalnya, dengan melakukan kunjungan ke lingkungan termasuk meningkatkan interaksi anak yang nyaman
masyarakat yang secara budaya sangat beragam, dan berempati dengan orang-orang dari latar belakang
sehingga anak dapat mempelajari beragam budaya. berbeda, dengan mendorong kesadaran kognitif,
Kelima, menggunakan kegiatan penilaian otentik pengaturan emosi, dan keterampilan perilaku yang
untuk menilai pembelajaran dan pertumbuhan anak diperlukan untuk menghormati perbedaan, berunding
secara penuh dengan memperhatikan keragaman latar dan menyesuaikan diri dengan perbedaan secara
Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013 147
Multikulturalisme dalam Pendidikan ...

efektif dan nyaman, serta memahami perikemanusiaan Pendidik juga perlu mengimplementasikan
umum yang dimiliki oleh semua orang. Hubungan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
yang responsif sangat membantu anak dalam proses dan budaya siswa, yang mencakup rasa empati
pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga dapat terhadap latar belakang budaya dan etnis serta
optimal. pemenuhan kebutuhan setiap anak secara spesifik.
Kedelapan, menciptakan dan memelihara Implementasi tersebut dipengaruhi oleh: (a) sejarah,
lingkungan belajar, baik di dalam maupun di luar pengetahuan, kepercayaan, nilai dan minat pendidik
ruangan, sehingga anak dalam kondisi siap dan dalam pengembangan kurikulum; (b) kebutuhan,
senang belajar. Kesembilan, membentuk dan pengalaman, minat, pertanyaan, perasaan dan perilaku
menggunakan pusat-pusat pembelajaran anak, yang sesungguhnya juga mencerminkan budaya,
Kesepuluh, menggunakan permainan sebagai status sosial dan ekonomi; serta (c) kepercayaan,
dasar pembelajaran anak, karena bermain adalah kekhawatiran dan hasrat keluarga bagi anak,
dunia anak, sehingga melalui bermainlah anak belajar. yang sesungguhnya mendeskripsikan sejarah dan
Melalui bermain pula anak mengenai aturan-aturan pengalaman keluarga dalam membangun hubungan
dasar dalam kehidupan bermasyarakat melalui bersama anak dan sekolah (Johson, 2011).
aturan main sederhana, misalnya untuk saling Selain itu, implementasi kurikulum anti bias
menghargai, menjaga alat permainan, rukun, berbagi perlu dilakukan oleh pendidik. Kurikulum anti
dan sebagainya. bias menggabungkan berbagai tujuan positif dan
Kesebelas, menggunakan teknologi sebagai memberikan pendidikan yang lebih inklusif, yaitu:
alat bantu dalam proses pembelajaran. Teknologi Pertama, mempertimbangkan keragaman budaya
merupakan bagian dari kehidupan anak, yang anak dan karakteristik individual setiap anak.
mempengaruhi perkembangan anak. Pendidik Kedua, didasarkan pada tugas-tugas perkembangan
hendaknya menggunakan teknologi untuk memperkaya anak ketika membangun identitas dan perilaku.
pengalaman dan pengetahuan anak, serta membangun Tugas penting pengembangan identitas awal masa
kebijaksanaan pada diri anak dalam penggunaan kanak-kanak mencakup pengembangan identitas
teknologi. individual dan budaya. Identitas individual mencakup
K e d u a b e l a s ,m e m b a n t u p e r k e m b a n g a n pembelajaran tentang diri sendiri, sedangkan identitas
pemikiran kritis anak tentang bias dengan mendorong budaya menyangkut pembelajaran tentang budaya
anak untuk menemukan citra yang tidak adil dan tidak tempat anak tersebut tinggal. Ketiga, secara langsung
benar (stereotip), komentar (mengejek, menghina) dan menangani dampak stereotip, bias dan perilaku
perilaku yang ditujukan pada diri sendiri atau orang lain diskriminatif dalam perkembangan dan interaksi anak.
(diskriminasi) dan mengembangkan empati emosional Pendidik dapat mengembangkan strategi
untuk mengetahui bahwa bias itu menyakitkan. pembelajaran yang antibias, antara lain dengan
Ketigabelas, melatih kemampuan anak-anak melakukan evaluasi lingkungan kelas dan materi
untuk bertindak apabila berhadapan dengan bias, pengajaran, sehingga tidak hanya cenderung pada
dengan cara membantu anak belajar dan melakukan salah satu budaya atau etnis tertentu. Pendidik dapat
beragam respons dalam situasi yang berbeda. memajang berbagai foto atau gambar yang dapat
Oleh karena itu, pendidik anak usia dini mewakili budaya setiap anak.
hendaknya memiliki konsep keterampilan dasar yang Mendesain ulang ruang kelas perlu dilakukan,
memadai ketika berinteraksi dengan anak, termasuk sehingga terdapat cukup buku cerita atau alat
dalam pendidikan yang bersifat multikulturalisme. permainan yang berkaitan dengan tema-tema
Pendidik perlu menggunakan berbagai pendekatan multikultural. Pendidik hendaknya memberikan banyak
dalam implementasi pendidikan multikulturalisme kesempatan kepada anak untuk membaca, menulis,
dengan memahami anak sebagai satu kesatuan bio- berdiskusi, bercerita atau melakukan aktivitas lain yang
psiko-sosio, yaitu biologis, psikologis dan sosiologis. berkaitan dengan keragaman budaya.
Sebagai satu kesatuan, anak berkembang dalam setiap Pendidik dapat melakukan evaluasi kurikulum
aspeknya, namun berbeda-beda, baik dalam irama dan pendekatan tentang keragaman yang selama ini
maupun kecepatannya. Pemahaman mengenai setiap digunakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak
anak didukung dengan pemahaman akan pertumbuhan dengan beragam budaya, serta mengamati anak-
dan perkembangan anak, membantu pendidik untuk anak yang sedang bermain dan interaksi sosial untuk
mengembangkan program pembelajaran yang memastikan bahwa semua anak diamati dan dihargai.
multikultural dan sesuai dengan kebutuhan anak. Pendidik dapat melakukan evaluasi cara

148 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013
Multikulturalisme dalam Pendidikan ...

berinteraksi dengan anak, sehingga dapat membangun program pembelajaran harian.


empati terhadap keragaman setiap anak. Evaluasi Pendidik perlu bekerja sama dengan orang tua
dapat dilakukan sendiri (self evaluation), ataupun dalam implementasi pendidikan multikulturalisme.
meminta rekan pendidik lain untuk melakukannya, Orangt ua adalah mitra utama untuk mencapai tujuan
serta mengintegrasikan kegiatan belajar yang setara pendidikan anak usia dini, sehingga perlu dilibatkan
untuk semua anak dengan menjabarkannya dalam dalam proses pendidikan.

PEMBAHASAN
A. Keterkaitan antara Multikulturalisme dan Pen- merasa baik, perbedaan pribadi, dan pencapaian
didik serta kemandirian. Kolektivisme mementingkan
Kebutuhan praktis dan norma sosial dari nilai kelompok dengan mengabaikan tujuan pribadi
berbagai budaya mendominasi pemikiran tentang untuk mempertahankan integritas kelompok, saling
perkembangan, pengasuhan, perawatan, dan ketergantungan antaranggota dan hubungan yang
pendidikan anak. Dalam konteks gender misalnya, harmonis. Perbedaan fokus mempengaruhi cara
pengasuhan dan pendidikan anak laki-laki berbeda pendidik, dan memilih, dan menanamkan nilai-
dengan anak perempuan. Di banyak negara, laki-laki nilai serta norma-norma pada anak didik. Dengan
memiliki akses yang lebih besar terhadap kesempatan demikian, pendidik dapat memahami sejauhmana
pendidikan, kebebasan yang lebih besar untuk perkembangan anak sama atau universal atau spesifik
mengejar karier, dan batasan yang lebih longgar dalam dalam budaya tertentu.
aktivitas-aktivitas lain dibanding perempuan (UNICEF, Pendidik juga perlu memahami pengaruh
2005 dalam Santrock, 2007). perbedaan etnis dalam perkembangan dan interaksi
Pada suatu studi tentang pengasuhan dalam setiap anak. Mengakui perbedaan etnisitas adalah
186 kebudayaan yang berbeda, ditemukan bahwa aspek penting untuk mengembangkan kehidupan
terdapat variasi lintas budaya yang berbeda, meskipun yang rukun antar anak, terutama dalam bangsa yang
juga ditemukan pola pengasuhan yang paling umum, beragam dan multikultur. Dengan demikian, pendidik
yaitu gaya hangat dan mengontrol merupakan hendaknya mengembangkan diri menjadi pendidik
pola yang tidak permisif, namun juga tidak restriktif yang peduli pada keberagaman. Pendidik yang peduli
(Santrock, 2007). Pola pengasuhan yang berbeda ini terhadap keberagaman memiliki ciri-ciri: (1) Mendidik
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dengan beragam cara, membuat kelas menarik dan
anak, sehingga perlu dipahami secara utuh oleh mengajar dengan cara yang istimewa, sehingga setiap
pendidik. anak senang dan siap untuk menerima informasi;
Pemahaman mengenai multikultural hendak (2) menghargai dan menyayangi setiap anak; (3)
dimiliki oleh pendidik PAUD karena akan sangat memperhatikan, mendengarkan dan mengajukan
membantu pendidik dalam mengenal beragam banyak pertanyaan untuk merangsang munculnya
latar beragam anak secara komprehensif. ide kreatif anak; (4) jujur, adil, menaruh kepercayaan
Pemahaman tersebut akan membantu pendidik untuk pada anak dan mengatakan yang sebenarnya dengan
mengembangkan strategi pembelajaran yang adil cara-cara yang tepat; serta (5) bertindak sebagai
bagi semua anak, tanpa memandang latar belakang teman, meluangkan waktu dan memastikan bahwa
budaya, personal, etnis, jenis kelamin, gender, setiap anak menerima dan memahami informasi,
maupun latar belakang sosial ekonomi mereka. yang berguna untuk meningkatkan keterampilan dan
Dengan demikian, pendidik dan anak dapat hidup pengalaman anak.
berdampingan secara produktif dalam dunia yang Terdapat beberapa kriteria pendidik PAUD
memang multikultural. dalam dunia yang multikultur, antara lain: (1)
Pendidik sangat terkait dengan berbagai memahami materi pendidikan anak usia dini secara
prioritas pada budaya-budaya yang berbeda serta komprehensif, sehingga dapat menyampaikan
interaksi antar budaya tersebut. Hal ini tampak dalam informasi yang lengkap dan benar kepada anak;
masyarakat yang mengedepankan individualisme, (2) memahami proses pengembangan anak secara
yang tentu saja berbeda dengan masyarakat holistik; (3) mudah beradaptasi dalam setiap kondisi
yang mengutamakan kolektivisme. Individualisme dan budaya, termasuk budaya anak; (4) mampu
memberikan prioritas pada tujuan pribadi, menekankan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran
nilai yang memenuhi kebutuhan diri sendiri. Misalnya, untuk berinteraksi dengan anak yang memiliki latar

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013 149
Multikulturalisme dalam Pendidikan ...

belakang budaya, pengalaman, status sosial ekonomi, tindakan kekerasan, penganiayaan, eksploitasi, dan
dan pola pengasuhan yang berbeda; (5) memiliki diskriminasi, serta dari segala bentuk terorisme dan
keterampilan untuk mengelola kelas dan memotivasi penyanderaan.
setiap anak. (6) memiliki keterampilan berkomunikasi Ketujuh, melindungi anak dari peperangan.
secara efektif; (7) memiliki keterampilan untuk Anak-anak harus dilindungi dari konflik bersenjata
merancang dan melaksanakan pembelajaran yang serta ketentuan-ketentuan hukum konflik internasional.
sesuai dengan anak, dengan berbagai perbedaan Kedelapan, menyelamatkan anak dari HIV/
karakteristik; (8) dapat melakukan penilaian terhadap AIDS. Anak-anak dan keluarga harus dilindungi dari
perkembangan anak; (9) memiliki tanggung jawab penyakit HIV/AIDS serta dampak mengerikan yang
dan komitmen profesional; serta (10) dDapat menjalin ditimbulkannya. Oleh karena itu, perlu pemastian
hubungan yang baik anak, sesama pendidik, orangtua bahwa setiap anak mendapatkan layanan kesehatan
maupun stakeholder yang lainnya (Jenkins, 2008). yang memadai. Di samping itu, sesungguhnya
Kesepuluh, kriteria tersebut dapat dipenuhi anak juga perlu dihindarkan dari berbagai penyakit
oleh pendidik melalui pengembangan profesionalisme atau berbahaya lainnya, misalnya penyakit infeksi,
secara berkelanjutan. Pengembangan profesionalisme kelaparan, dan sebagainya
secara berkelanjutan merupakan upaya-upaya yang Kesembilan, mendengarkan setiap pendapat
dapat ditempuh oleh pendidik, baik secara individual anak dan pastikan partisipasi mereka. Setiap anak
maupun kolektif, untuk mengembangkan kapasitas berhak untuk mengemukakan pendapat serta
diri, sehingga dapat memberikan layanan yang sebaik- perasaan, dan ikut serta dalam segala hal yang
baiknya pada anak. menyangkut mereka sesuai dengan usia dan
Apabila pendidik memahami multikulturalisme kematangan.
dengan tepat, maka hal ini sangat mendukung gerakan Kesepuluh, menciptakan lingkungan yang
global untuk anak, yang pada dasarnya menyangkut aman dan nyaman untuk anak. Lingkungan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut. Pertama, dahulukan keragaman hidup dan budayanya merupakan
kepentingan anak. Dalam segala tindakan yang pendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan anak, kepentingan terbaik anak anak, sehingga hendaknya dapat menjadi tempat
hendaknya menjadi pertimbangan utama. yang baik bagi anak (Rilantono, 2009). Dengan
Kedua, berantas kemiskinan. Kemiskinan demikian, gerakan global ini merupakan upaya untuk
memberikan pengaruh yang besar terhadap menyelamatkan dan meningkatkan kualitas hidup
pertumbuhan dan perkembangan anak secara anak, sehingga tumbuh menjadi generasi yang
menyeluruh. Memberantas kemiskinan berarti berkualitas pula.
memenuhi hak-hak dasar anak untuk hidup, serta B. Peran Pendidik PAUD dalam Pendidikan Multi-
menghindarkan anak dari berbagai bentuk perburuhan kulturalisme
dan perdagangan anak. Pendidik adalah ujung tombak dalam pendidikan
Ketiga, jangan sampai seorang anak pun anak usia dini, karena berinteraksi langsung dengan
tertinggal. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan anak, termasuk juga dengan orang tua dan masyarakat.
merdeka dan setara dalam martabat dan hak asasi, Dengan demikian, pendidik memiliki peran yang sangat
dengan demikian, segala bentuk diskriminasi harus penting dalam proses pendidikan multikultural. Berikut
diakhiri. ini adalah beberapa peran pendidik PAUD dalam
Keempat, perawatan bagi setiap anak. Anak pendidikan multikulturalisme.
harus mendapatkan perawatan yang terbaik di awal Pertama, pendidik berperan sebagai
kehidupannya. Ketahanan (survival), perlindungan, pendamping. Pendidik diharapkan dapat memberikan
pertumbuhan, perkembangan, kesehatan serta nutrisi pendampingan dan bimbingan kepada anak agar
yang baik harus diterima oleh setiap anak karena menjadi manusia pembangunan yang sesuai dengan
merupakan landasan bagi anak untuk hidup dengan falsafah negara, yaitu yang dapat menghayati dan
baik. melaksanakan berbagai aktivitas dengan mendasarkan
Kelima, didiklah setiap anak. Setiap anak pada falsafah negara.
hendaknya mendapatkan akses yang sama terhadap Kedua, pendidik berperan sebagai pengembang
pendidikan yang berkualitas, sehingga dapat tumbuh kurikulum. Pendidik diharapkan dapat menerapkan dan
dan berkembang dengan optimal. mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
Keenam, melindungi anak dari pengayaan anak. Pendidik dituntut mampu mendesain program
dan eksploitasi. Anak harus dilindungi dari setiap pembelajaran, termasuk merancang berbagai aktivitas

150 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013
Multikulturalisme dalam Pendidikan ...

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setiap anak. ini dapat dilakukan dengan menggunakan gambar,
Ketiga, pendidik berperan sebagai komunikator, benda-benda kerajinan tangan, alat permainan, dan
pendidik hendaknya mengadakan komunikasi, sebagainya; (b) mendukung budaya dan bahasa ibu
terutama untuk memperoleh informasi tentang anak. yang digunakan oleh anak, dengan menciptakan
Pendidik perlu berkomunikasi dan membangun lingkungan yang aman dan nyaman, sehingga anak
hubungan baik dengan anak. Dengan mengetahui bebas bercerita dan berbagi budaya dan bahasa
keadaan serta karakteristik anak, maka akan sangat masing-masing; serta (c) mendorong anak untuk
membantu dalam upaya menciptakan proses berdiskusi, menggambar, dan melukis tentang arti
pendidikan yang optimal. budaya bagi mereka
Keempat, pendidik berperan sebagai motivator. Ketiga, membuat semua orang tua dan
Pendidik diharapkan dapat memberikan semangat keluarga merasa diterima. Semua orang tua dan
untuk senantiasa menghargai perbedaan, bangga keluarga hendaknya merasa menjadi bagian tak
terhadap budaya sendiri. terpisahkan dalam proses pendidikan anak usia
Kelima, pendidik berperan sebagai role model, dini. Dengan demikian, orang tua dan keluarga
sehingga dituntut untuk menampilkan perilaku turut bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif
yang menunjukkan keteladanan dalam menghargai dalam proses pembelajaran.Oleh karena itu, perlu
keragaman latar belakang anak. dirancang program untuk melibatkan orang tua,
Agar kelima peran tersebut dapat dilakukan oleh dengan cara: (a) mengundang orangtua atau
pendidik, maka perlu pengembangan profesionalisme keluarga anak untuk bercerita dan mendiskusikan
pendidik secara berkelanjutan. bahasa dan budaya mereka masing-masing di kelas
C. Pengembangan Profesionalisme Pendidik PAUD bersama anak dan pendidik. Mungkin perlu juga
yang Multikulturalisme mereka mendemonstrasikan musik, lagu, atau kostum
Pengembangan profesionalisme merupakan yang berkaitan dengan budaya; (b) pendidik dapat
hal penting yang harus dilakukan oleh pendidik PAUD, berusaha belajar bahasa mereka sehari-hari dan
mengingat bahwa keberagaman adalah hal yang berbicara dengan orangtua dengan menggunakan
pasti terdapat dalam diri anak dan masyarakat. Oleh bahasa sehari-hari tersebut; (c) bekerjasama dengan
karena itu, pendidik PAUD dapat melakukan beberapa orangtua untuk menjembatani perbedaan antara cara
hal yang dapat meningkatkan kompetensinya dalam yang berlaku di sekolah dengan norma yang berlaku
menghargai keberagaman dan mendidik secara adil. di rumah dan budaya mereka; serta (d) bekerja sama
Pembangun kompetensi tersebut dapat dilakukan dengan sesama pendidik PAUD.
dengan lima cara (Morrison, 2012). Untuk menjalin kerja sama dan komunikasi aktif
Pertama, memperhatikan perkembangan yang efektif antarpendidik PAUD, perlu dikembangkan
multikultural dalam diri pendidik. Berbagai hal yang kegiatan untuk berbagi ide tentang cara menanggapi
dapat dilakukan antara lain: (a) menunjukkan sikap berbagai permasalahan anak dan orang tua yang
dan pandangan yang menghargai terhadap orang yang berkaitan dengan perbedaan budaya, bahasa, gender,
berbeda kebudayaan; (b) mempelajari kebiasaan, etnis dan sebagainya, serta membentuk kelompok
adat, kepercayaan dan perilaku yang berkaitan dengan diskusi untuk membahas berbagai kebutuhan anak
agama yang dianut oleh anak; dan (c) meminta terkait bahasa dan budaya.
orangtua mengajarkan bahasa mereka (apabila ada Kelima, berperan aktif dalam komunitas tempat
anak yang berbeda bahasa), supaya pendidik dapat pendidik PAUD berada. Pendidik PAUD diharapkan
mempelajari beberapa ungkapan dasar untuk memberi berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan,
salam dan bertanya, serta cara anak-anak memanggil karena komunitas atau masyarakat adalah tempat
orangtua dengan benar dan hormat yang sangat multikultural. Oleh karena itu, pendidik
Kedua, membuat semua anak merasa diterima. PAUD hendaknya mempelajari sebanyak mungkin
Dengan demikian, anak akan merasa nyaman dan segala hal tentang komunitas atau masyarakat sekitar
betah berada dalam lingkungan kelas. Oleh karena itu, dan sumber daya budaya yang dimiliki komunitas
pendidik PAUD hendaknya dapat melakukan berbagai Selain itu, pendidik PAUD diharapkan dapat
aktivitas, antara lain: (a) membuat suasana kelas yang bekerja sama dengan organisasi masyarakat,
penuh dengan kegembiraan dan semangat melalui keluarga dan populasi yang beragam budaya dan
afirmasi dan bahasa tubuh yang positif, sehingga kelas bahasa.Apabila perlu, dapat diminta untuk menjadi
menjadi lingkungan yang penuh semangat dan hidup sukarelawan untuk membantu memenuhi kebutuhan
dengan berbagai budaya yang dimiliki oleh anak. Hal anak yang beragam. Pendidik PAUD perlu berinteraksi

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013 151
Multikulturalisme dalam Pendidikan ...

secara intensif dengan beragam masyarakat dan berkontribusi terhadap peningkatkan kapasitas
menghargai teladan dari semua budaya. pendidik PAUD sebagai salah satu agen dalam
Pendidik juga dapat memberikan layanan transfer dan transformasi budaya antar generasi.
pendidikan anak di rumah (apabila diperlukan), karena Dengan demikian, turut membantu menyiapkan anak
kemungkinan anak belum menerima layanan yang menghadapi lingkungan masyarakt yang beragam,
memadai di rumah karena berbagai hal yang berisiko sehingga mampu hidup dalam keberagaman dengan
menurunkan kualitas hidup anak. damai.
Pengembangan kompetensi tersebut sangat

PENUTUP
Kesimpulan menghargai perbedaan atau keragaman.
Berdasrkan uraian yang dijelaskan pada Ketiga, pendidik dapat mengembangkan
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai program pembelajaran dan mendesain kelas yang
berikut. Pertama, multikulturalisme menyangkut bersifat multikultur melalui kerja sama dengan anak,
internalisasi penerimaan keberagaman di lingkungan, sesama pendidik PAUD, orang tua, masyarakat
sehingga kelak anak dapat tumbuh dalam perbedaan, ataupun organisasi kemasyarakatan.
menerima dan menghargai keberagaman, serta Keempat, pendidikan anak usia dini yang
bersikap adil terhadap sesama. multikultur membentuk kemampuan anak untuk
Kedua, pendidik dituntut memiliki dua hal bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat yang
penting, yaitu multikulturalisme dan profesionalisme,. majemuk, serta mampu melihat keberagaman sebagai
Keduanya membantu pendidik untuk mengembangkan kekayaan.
program pembelajaran yang sesuai bagi anak, dengan

DAFTAR PUSTAKA
Azra, A. (2007). Identitas dan krisis budaya, mem- Johson, J. E, & Roopnarine, J. L. (2011). Pendidikan
bangun multikulturalisme budaya Indonesia. anak usia dini dalam berbagai pendekatan.
Makalah. Disampaikan dalam Kongres Nasional Terjemahan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta Group.
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan anak. Jilid 1. Morrison, G. S. (2012). Dasar-dasar pendidikan anak
Terjemahan. Jakarta: Erlangga. usia dini (PAUD). Terjemahan. Jakarta: PT.
Indeks.

152 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai