Anda di halaman 1dari 8

Tanah merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan masyarakat, karna sebagian

kehidupan bergantung pada tanah. Maka dari itu perlu sebuah pengaturan tentang tanah untuk
menghindari konflik yang berbeturan yang diatur oleh hukum agrarian dan diunifikasi kedalam
Undang-Undang Pokok Agraria. Adapun pengertian hukum agraria terdapat dua pengertian
yaitu dalam pengertian sempit dan pengertian luas. pengertian sempit tanah adalah permukaan
bumi saja sedangkan dalam pengertiang luas tanah merupakan air, angkasa dan permukaan
bumi serta yang terkandung didalamnya. Adapun hirarki hak atas tanah di Indonesia yaitu :

1) Hak Bangsa yang terdapat pada pasal 1 UUPA .


2) Hak menguasai Negara ( tanah Negara)
3) Hak ulayat
4) Hak atas tanah perorangan
( haki milik, hak guna Usaha, Hak Guna bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka
Tanah, Hak Memungut Hasil Tanah, Hak lainnya yang di tetapkan UU dan yang bersifat
sementara sesuai pasal 53)

Didalam paper ini akan dibahas mengenai tanah Negara. Banyak pertanyaan yang muncul dari
tanah Negara ini. Banyak orang yang menyebutkan tanah Negara namu belum mengerti apa
yang dimaksud dengan tanah Negara apakah Negara sebagai subjek yang memilik hak atas
tanah , apa hubungan tanah dengan Negara dan sejauh mana Negara memilik hak atas tanah.
maka dari itu akan dijelaskan secara rinci tentang tanah Negara mengenai :Definisi tanah
Negara, Konsep tanah Negara, Dasar hukum tanah Negara, Bentuk tanah Negara, Hak atas
tanah yang dimiliki Negara, Peralihan suatu hak atas tanah dan Berakhirnya hak menguasai dari
Negara.
DEFINISI TANAH NEGARA

Tanah Negara atau yang berdasarkan hirarki tanah di Indonesia hak mengusai dari
Negara menunjukan suatu hubungan hukum antara subjek (Negara ) dengan objek (tanah)
pada hubungan kepemilikan , kekuasaan ataupun kepunyaan. Hak menguasai atas tanah
Negara tersebut terdapat pembatasan pengertian menguasai, karna apabila tidak ada
pembatasan atau penafsiran mengenai “menguasai” akan terjadi salah penafsiran
penyalahgunaan sewenang-wenangnya. Maka dari itu haruslah diberikan penafsiran mengenai
menguasai . Didalam konsep hukum Sebutan menguasai atu dikuasai dengan dimiliki ataupun
kepunyaan dalam konteks yuridis mempunyai arti/makna berbeda dan menimbulkan akibat
1
hukum yang berbeda pula. Arti dikuasai tidak sama dengan pengertian dimiliki penguasaan
yuridis dilandasi hak yang dilindungi oleh hukum dan umumnya memberi kewenangan kepada
pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki. Tetapi ada juga penguasaan
yuridis yang biarpun memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki secara fisik
pada kenyataannya penguasaan fisiknya dilakukan pihak lain.. dalam hukum tanah kita dikenal
juga penguasaan yurids yang tidak memberikan kewenangan untuk menguasai tanah
bersangkutan secara fisik. Dengan terbitnya UUPA tahun 1960, pengertian tanah Negara
ditegaskan bukan dikuasai penuh akan tetapi merupakan tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara (lihat, penjelasan umum II (2) UUPA), artinya negara di kontruksikan negara bukan
pemilik tanah

Istilah dan pengertian tanah Negara selain ditemukan didalam Undang-Undang poko
Agraria juga ditemukan dalam PP No. 8 Tahun 1953 Tentang Penguasaan Tanah-tanah negara,
Pasal 1 huruf a. tanah negara, ialah tanah yang dikuasai penuh oleh Negara. Menurut Pasal 2,
Kecuali jika penguasaan atas tanah Negara dengan undang-undang atau peraturan lain pada
waktu berlakunya Peraturan Pemerintah ini, telah diserahkan kepada sesuatu Kementrian,
Jawatan atau Daerah Swatantra, maka penguasaan atas tanah Negara ada pada Menteri Dalam
Negeri. tanah negara itu adalah tanah-tanah yang betul-betul digunakan untuk kepentingan
istansi pemerintah, baik di pusat maupun daerah. Selain itu tanah Negara juga terdapat pada

1
http://sertifikattanah.blogspot.com/2008/08/tanah-negara-dan-wewenang-pemberian.html
UDD NKRI 1945 pasal 33 ayat (3). Bumi dan Air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

KONSEP TANAH NEGARA/ ASAL USUL TANAH NEGARA

Apabila kita membahas tanah Negara maka mempuyai latar belakang sejarah Indonesia
yang membayanginya. Hal ini berkaitan dengan keadaan indonesia sebelum merdeka yang
belum membentuk sebuah Undang-Undang Pokok Agraria. Sebelum dibuatnya Undang-
undang Pokok Agraria atau Undang-undang Np 5 Tahun 1960 indonesia masih di bawah
colonial Belanda yang memberlakukan hukum barat mengenai penguasaan tanah yaitu
Domein Verklaring (1870 sampai 1888) yang kemudian dicabut oleh UUPA pada bagian
konsideran, dinyatakan bahwa semua tanah yang tidak dapat dibuktikan di atasnya ada hak
eigendom adalah domein negara. Dengan demikian tanah yang tidak ada sertifikatnya
dinyatakan sebagai domein negara. Selain itu diatur juga Staatblad” no. 118 tahun 1870 (S.
1870-118). Semua tanah kosong dalam daerah pemerintahan langsung di… adalah domein
Negara, kecuali yang diusahakan oleh para penduduk asli dengan hak-hak yang bersumber
pada hak membuka hutan. Mengenai tanah-tanah Negara tersebut kewenangan untuk
memutuskan pemberiannnya kepada pihak lain hanya ada pada pemerintah, tanpa
mengurangi hak yang sudah dipunyai oleh penduduk untuk membukanya
Berdasarkan latar belakang pemerintah Belanda yang menerapkan domein sehingga
meinggalkan sampai jaman kemerdekaan. Jadi tanah Negara itu ada karna adany tanah
Negara yang dikelola pada jaman belanda, tanah yang kosong atau digarap ,dihuni atau
terlantar dan karna undang undang atau peraturan lainya.

DASAR HUKUM TANAH NEGARA


 UUD NKRI 1945 pasal 33
 Undang –undang No 5 Tahun 1960 tentang undang-undang pokok agrarian
 Permenag/ KBPN No. 3 tahun 1999, tentang Pelimpahan wewenang pemberian hak atas
tanah Negara
BENTUK TANAH NEGARA
Berdasarkan teteran yuridis tanah Negara dari asal usulnya terdiri dari :
I. Tanah Negara bebas
Dilekati Yang dimaksud dengan tanah Negara bebas ialah suatu tanah belum adan atau
belum pernah dilekati suatu hak atas tanah diatasnya. Tanah Negara bebas inipun
diluas mengenai ruang lingkupnya yang pertama tanah Negara bebas karena dibebeskan
dari hak milik dari rakyat atau suatu badan usaha. Kedua karena penguasaannya secara
nyata diserahkan kepada Negara
II. Tanah Negara yang tidak bebas
Tanah Negara yang tidak bebas bahwa tanah Negara yang diatasnya terdapat hak kah
atas rakyat atau tanah yang diduduki oleh rakyat berdasarkan pada hukum adat
mereka. Atau tanah Negara tidak bebas ialah Tanah Negara yang berasal dari tanah-
tanah yang sebelumnya ada haknya, karena sesuatu hal atau adanya perbuatan hukum
tertentu menjadi tanah Negara. Tanah bekas hak barat, tanah dengan hak atas tanah
tertentu yang telah berakhir jangka waktunya, tanah yang dicabut haknya, tanah yang
dilepaskan secara sukarela oleh pemiliknya.

Selain yang telah dijelaskan diatas , perlu juga diketahui adalah siapa yang menguasai,
Negara yang bagaimana yang mempuyai hak menguasai atas tanah Negara. Apabila kita
berbicara suatu hubungan hukum kita harus mengetahui seubjeknya , karna hanya subjek
hukumlah yang mampu melaksanakan hak dan kewajiban. Subjek hukum adalah orang atau
badan hukum yang cakap hukum. Cakap hukum adalah yang mampu menanggung beban hak
dan kewajiban yang harus ia penuhi. Pada tanah Negara ini yang menjadi subjek hukum adalah
Negara yang di kelola oleh sekelompok atau organisasi Negara sebagai badan hukum publik
yang memiliki otoritas mengatur warganya maupun menyelenggarakan seluruh kedaulatan
yang melekat pada dirinya sesuai mandat yang diberikan oleh konstitusi atau perundang-
undangan. Jadi yang mempuyai kewenangan pada hak enguasai dari tanah Negara adalah suatu
badan hukum atau organisasi Negara berdasarkan konstitusi dan undang –undang.
Otoritas Negara, dalam hal ini Negara Republik Indonesia dalam penguasaan hak atas
tanah bersumber dari konstitusi, dimana dalam pembukaan atau mukadimah undang-undang
dasar dinyatakan bahwa salah satu tugas Negara yang membentuk Pemerintah Republik
Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan melindungi segenap bangsa
Indonesia.
Suatu badan pemerintah yang mempuyai kewenangan untuk menguasai hak atas tanah
Negara ialah BPN atau badan pertanahan Nasional ini berdasarkan PERATURAN MENTERI
NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL No. 3 Tahun 1999 tentang
Pelimpahan kewenangan pemberian dan pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah
Negara, maka peraturan perundangan yang ada sebelumnya menjadi tidak berlaku. Peraturan
ini mengatur sebagai berikut:
Didalam Pasal 2, disebutkan  :
(1)   dengan peraturan ini kewenangan pemberian hak atas tanah secara individual dan
secara kolektif, dan pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah dilimpahkan
sebagian kepada kepala kantor wilayah BPN atau Kepala kantor Pertanahan
kabupaten/kota madya
(2)   pelimpahan kewenangan pemberian hak atas tanah dalam peraturan ini meliputi
pula keewenangan untuk menegasan bahwa tanah yang akan diberikan dengan
sesuatu hak atas tanah adalah tanah Negara;
(3)   dalam hal tidak ditentukan secara khusus dalam pasal atau ayat yang
bersangkutan, maka pelimpahan kewenangan yang ditetapkan dalam peraturan
ini hanya meliputi kewenangan mengenai hak atas tanah Negara yang sebagian
kewenangan mengusai dari Negara tidak dilimpahkan kepada instansi atau badan
lain dengan hak pengelolaan. Kewenangan Kepala Kantor untuk memberikan hak
diatur dalam Pasal 3, 4 dan 5 sebagai berikut:
Adapun hak menguasai atas tanah dari Negara diatur pada undang-undang no 5 tahun 1960
tentang Undang-Undang Pokok Agraria pasal 2 :
(1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 undang-undang dasardan hal-hal sebagao
yang dimaksud dalam pasal 1, bumi,air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, seebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
(2) Hak menguasai dari Negara termasuk dalam ayat 1 pasal ini member wewenang untuk :
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan ,penggunaan,persediaan dan
pemeliharaan bumi,air dan ruang angkasa tersebut.
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi,air dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi,air dan ruang angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat 2 pada
pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti
kebangsaan,kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum
indonesia yang merdeka,berdaulat,adil dan makmur.
(4) Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada
daerah-daerah swantantra dan masyarakat hukum adat,sekedar diperlukan dan tidak
bertentangan kepentingan nasional menurut ketentuan-ketentuan peraturan
pemnerintah.
Adapun penjelasan atas pasal 2 ayat 2 mengenai pemegang hak ialah
(1) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan tanahHak-hak yang mengenai pengaturan peruntukan tersebut
dijabarkan dalam berbagai produk peraturan dan perundang-undangan lainnya, dalam
bidang-bidang seperti:
- Penatagunaan tanah
- Pengaturan Tata ruang
- Pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
(2) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
tanah. Hak-hak yang mengenai pengaturan hubungan hukum tersebut dijabarkan dalam
berbagai produk peraturan dan perundang-undangan lainnya, dalam bidang-bidang
seperti: :
1) Pembatasan jumlah bidang dan luas tanah yang boleh dikuasai (landreform)
2) Pengaturan hak pengelolaan tanah

Selain UUPA ada juga dasar hukum pada Undang-undang lainnya tentang Hak menguasai dari
negara, antara lain tercantum pada :
a. UU no. 5 tahun 1967 tentang UU Pokok Kehutanan. Pasal 5 ayat 2 UU Pokok Kehutanan
redaksi dan konstruksinya persis seperti pasal 2 ayat 2 UUPA, hanya saja tidak
menggunakan UUPA sebagai salah satu referensinya.
b. UU no. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Pertambangan pada pasal1
ayat 1 yang mengatur mengenai penguasaan bahan galian
c. UU no. 3 tahun 1972 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Transmigrasi
d. UU no. 11 tahun 1974 tentang Pengairan
e. UU no. 23 tahun 1997 tentang Penataan Lingkungan Hidup
f. UU no. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Penggolongan hak menguasai Negara pada tanah yang ada pada UUPA adalah meliputi
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan tanah.
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dengan tanah.
3. Menetukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara dan perbuatan hukum
atas tanah.
Pengambil alihan tanah perorangan oleh Negara
1. Alas hak bagi Negara untuk mengambil alih tanah masyarakat, baik yang berasal dari
perorangan, kumpulan perorangan atau badan hukum

Anda mungkin juga menyukai