PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak saling bercampur, dimana satu
diantaranya sebagai bola-bola sedikit dalam fase cair lain. Sistem dibuat stabil dengan
adanya suatu zat pengemulsi. ( Martin,A. 2008).
Oleh karena itu sebagai calon farmasis, perlunya kita mempelajari tentang
emulsifikasi agardapat mempermudah kita dalam membuat suatu produk yang terdiri dari
dua zat yang tidak dapat bercampur.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A.Teori umum
Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun atas globulkecil
suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu sama laintidak saling
campur. Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase internal dan medium dispersi
adalah fase eksternal atau kontinyu. Emulsi adalah suatudispersi ketika fase terdispersi
tersusun atas globul kecil suatu cairan yangterdistribusi di seluruh pembawa yang satu
sama lain tidak saling campur.Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase internal
dan medium dispersiadalah fase eksternal atau kontinyu (Allen 2013 ).
Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamikyang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimanasatu di antaranya
didispersi sebagai bola-bola dalam fase cair lain (Martin,A.2008 ).
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebutemulsi
minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”. sebaliknya emulsi
yang mempunyai fase air dan fase luarminyak disebut emulsi air dalam minyak disebut
“a/m”.karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinyu, suatu emilsi minyak dalam air
bisa diencerkan atau ditambahkan dengan air atau suatu preparat dalam air (Ansel 1989).
Adapun teori emulsifikasi dalam semua cairan terdapat tekanan yangmenyeba
bkan tetesan dari cairan yang mempunyai bentuk pada permukaanpaling bawah dengan
hubungannya dengan ukuran yaitu bentuk bola. Karena itu, jika dua tetesan dalam kontak
satu sama lain, mereka berkoalesenmembentuk saru tetesan yang lebih besar karena hasil
ini dalam penurunantotal permukaan ditunjukkan oleh massa cairan yang dihadirkan
kembali.(Wartel, Lund, 1994 ).
Dalam pertimbangan-pertimbangan ini, ketidakstabilan dari emulsi
farmasidapat digolongkan sebagai berikut (Martin, A. 2008 ).
a. Flokulasi dan creaming
b. Penggabungan dan pemecahan
c. Berbagai jenis perubahan kimia dan fisika
d. Inversi fase
Manfaat atau kegunaan HLB yaitu nilai HLB dari fase minyak suatuemulsi,
misalnya minyak, lilin dan lain-lain harus dipertimbangkan pertamaadalah penentuan
HLB apa yang cocok dari emulgator atau campuranemulgator yang dibutuhkan untuk
menghasilkan emulsi yang stabil (Lachman2012 : 1055). Secara farmasetik, proses
emulsifikasi memungkinkan ahlifarmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan
rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat
diberikan dalambentuk bola-bola kecil bukan dalam bulk (Ansel 1989 ).
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar(contoh:air/a),
sedangkan lainnya relatif nonpolar (contoh: minyak/m).Berdasarkan jenisnya, emulsi
dibagi dalam empat golongan, yaitu emulsiminyak dalam air (m/a), emulsi air dalam
minyak (a/m), emulsi minyak dalam airdalam minyak (m/a/m) dan emulsi air dalam
minyak dalam air (a/m/a) (Lachman2012: 1030).
b. Emulgator alam dari tanah mineral
1. Magnesium Aluminium Silikat/Veegum
Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam-garammegnesium dam
aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yangterbentuk adalah emulsi tipe o/w,
sedangkan pemakaian yang lazimadalah sebanyak 1%. Emulsi ini khusus untuk
pemakaian luar.
2. BentonitTanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang
dapatmengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massaseperti gel
sebagai emulgator dipakai sebanyak 5%.
c. Emulgator buatan
Disamping emulsifier alami telah dilakukan sintesis buatan seperti esterdari
polioksietilena sorbitan dengan asam lemak yang dikenal sebagai tweenyang dapat
membentuk emulsi m/a. Sabun juga merupakan emulsifierbuatan yang terdiri dari
garam natrium dengan asam lemak. Sabun jugadapat menurunkan tegangan
permukaan air dan meningkatkan daya pembersih air.
B. URAIAN BAHAN
1. Hitung jumlah tween dan span yang diperlukan untuk setiap nilai HLB butuh
2. Timbang masing-masing bahan yang diperlukan
3. Campurkan minyak dengan span, campurkan air dengan tween, panaskan keduanya
diatas tangas air bersuhu 60°C
4. Tambahkan campuran minyak kedalam campuran air dan segera diaduk
menggunakan pengaduk elektrik selama lima menit
5. Masukkan emulsi kedalam tabung sedimentasi dan beri tanda sesuai nilai HLB
masing- masing
6. Tinggi emulsi dalam tabung diusahakan sama dan catat waktu mulai memasukan
emulsi kedalam tabung
7. Amati jenis ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 6 hari. Bila terjadi kriming,
ukur tinggi emulsi yang membentuk cream
8. Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relative paling stabil.
BAB III
METODE KERJA
C. Cara Kerja
Pertama, hitung jumlah tween dan span yang diperlukan untuk setiap nilai
HLB butuh. Selanjutnya, timbang masing-masing bahan yangdiperlukan. Lalu,
campurkan paraffin cair dengan span, campurkan airdengan tween, panaskan keduanya
diatas tangas air bersuhu 60°C. Tambahkan campuran paraffin cair kedalam campuran air
dan segera diaduk menggunakan pengaduk elektrik selama 5 menit. Lalu, masukkan
emulsi kedalam tabung sedimentasi dan beri tanda sesuai nilai HLB masig-
masing.Usahakan, tinggi emulsi dengan tabung sama dan catat waktu mulai memasukkan
emulsi kedalam tabung. Terakhir, Amati jenis ketidak stabilan emulsi yang terjadi selama
2 hari. Bila terjadi kriming, ukur emulsi yang membentuk cream. Tentukan pada nilai
HLB berapa emulsi tampak relative paling stabil.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Jumlah Span dan Twenn yang dibutuhkan dari masing-masing HLB butuh
a. Untuk HLB 5
(a x 15) + ((3 - a) 4,3 )) = 3 x 5
15a + 12,9 – 4,3a = 15
10.7a = 15 – 12,9
10,7a = 2,1
a = 0,19
Jadi Tween 80 = 0,19 gr
Span 80 = 3 – 0,19 = 2,81 gr
b. Untuk HLB 6
(a x 15) + (3 - a) 4,3 = 3 x 6
15a + 12,9 – 4,3a = 18
10, 7a = 18 – 12,9
10,7a = 5,1
a = 0,47
Jadi Tween 80 = 0,47 gr
Span 80 = 3 – 0,47 = 2,53 gr
c. Untuk HLB 7
(a - 15) + (3 - a) 4,3 = 3 x 7
15a + 12,9 – 4,3a = 21
10,7a = 21 – 12,9
10,7a = 8,1
a = 0,75 gr
Jadi Tween 80 = 0,75 gr
Span 80 = 3 – 0,75 = 2,25 gr
d. Untuk HLB 8
(a x 15) + (3 - a) 4,3 = 3 x 8
15a + 12,9 – 4,3a = 24
10,7a = 24 – 12,9
10,7a = 11,1
a = 1,037 gr
Jadi Tween 80 = 1,037 gr
Span 80 = 3 – 1,037 = 1,963
e. Untuk HLB 9
(a x 15) + (3 - a) 4,3 = 3 x 9
15a + 12,9 – 4,3a = 27
10,7a = 27 – 12,9
10,7a = 14,1
a = 1,317 gr
Jadi Tween 80 = 1,317 gr
Span 80 = 3 – 1,317 = 1,83 gr
f. Untuk HLB 10
(a x 15) + (3 - a) 4,3 = 3 x 10
15a + 12,9 – 4,3a = 30
10,7a = 30 – 12,9
10,7a = 17,1
a = 1,59 gr
Jadi Tween 80 = 1,59 gr
Span 80 = 3 – 1,59 = 1,41 gr
g. Untuk HLB 11
(a x 15) + (3 - a) 4,3 = 3 x 11
15a + 12,9 – 4,3a = 33
10,7a = 33 – 12,9
10,7a = 20,1
a = 1,87 gr
Jadi Tween 80 = 1,87 gr
Span 80 = 3 – 1,87 = 1,13 gr
h. Untuk HLB 12
(a x 15) + (3 - a) 4,3 = 3 x 12
15a + 12,9 – 4,3a = 36
10,7a = 36 – 12,9
10,7a = 23,1
a = 2,15 gr
Jadi Tween 80 = 2,15 gr
Span 80 = 3 – 2,15 = 0,85 g
HLB KREAMING
I II III IV
(pagi ) (sore) ( pagi ) ( sore )
9 10,2 cm 11 cm 11 cm 10,5 cm
10 7,3 cm 8 cm 8 cm 6,3 cm
Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun atas globul kecil
suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu sama lain tidak saling
campur. Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase internal dan medium dispersi
adalah fase eksternal atau kontinu.
Disiapkan alat dan bahan,kemudian dibuat satu seri emulsi dengan nilai HLB
butuh masing-masing 5, 6,7, 8, 9, 10, 11, dan 12, setelah itu dihitung jumlah tween dan
span yang diperlukan untuk setiap masing-masing nilai HLB butuh, kemudian ditimbang
20 gram paraffin cair dan span,lalu di campurkan air dengan twen dan parafin dan span di
dalam gelas ukur, kemudian di panaskan sampai di tangas air sampai bersuhu 60°C.. di
campurkan campuran parafin ke dalam campuran air, setelah itu di aduk
menggunakan mixer kurang lebih selama 04.30 menit di antara itu terdapat waktu jeda
atau fase istirahat (intermitan shaking) selama 30 detik..Masukkan masing-masing emulsi
ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda sesuai nilai HLB masing-masing, kemudian
tinggi emulsi dalam tabung diusahakan sama dan lalu di catat waktu mulai memasukkan
emulsi ke dalam tabung, kemudian diamati jenis ketidak stabilan emulsi yang terjadi
selama 2 hari, bila terjadi kriming, diukur tinggi emulsi yang membentuk cream,
kemudian tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relative paling stabil.
Adapun faktor kesalahan dari percobaan ini adalah kurang telitinyapraktikan
dalam menimbang bahan dan mencampurkannya sehingga volumeyang emulsi setelah
dimixer tidak sesuai dengan seharusnya.
A. Kesimpilan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu bahwa nilai HLB butuh yang
relatif paling stabil adalah HLB 6 dan 11 karena creaming yang terbentuk paling sedikit
yaitu 5,5 cm.
DAFAR PUSTAKA
Ansel, Howartd C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. UI Press : Jakarta.
Allen, Loyd. Et all. 2013. Bentuk Sediaan Farmaseutika dan Sistem Penghantar Obat.
EGC: Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Lachman, Alfred dkk. 2012, Teori dan Praktek Industri Edisi III. UI-Press: Jakarta
Sinko, Patrick J.2015. Martin Farmasi Fisika dan ilmu Farmasetika. EGC: Jakarta
Winarno, F.G. 1992, Kimia Pangan dan Gisi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta