Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429

Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

Pengaruh Penambahan Bekatul dan Ampas Kelapa


Terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik
Snack Bar Jantung Pisang Kepok
The Effect of Bran and Coconut Pulp Addition on Physicochemical
and Sensory Acceptance of Banana Bud Snack Bar

Dita Hesti Rahayu, Nanang Nasrullah, A’immatul Fauziyah


Prog Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan
Nasional Jakarta, Jakarta, Indonesia
Korespodensi: nawal.nasrullah@gmail.com

Diterima : 22 Februari 2021/Direview : 4 Maret 2021/Diterbitkan : 6 Mei 2021

ABSTRACT

Banana bud, bran and coconut pulp are local food ingredients to be developed as
a snack to prevent or control obesity because they contain high dietary fiber and
protein and are low in fat. The purpose of this research is to analyze the effect of
the addition of bran and coconut pulp on the nutritional content, dietary fiber,
hardness and sensory acceptance of banana bud snack bar, as well as determine
the chosen formula. This research used an experimental study with a complete
randomized design method (RAL) one factor with two repetitions consisting of
three levels of treatment. Each treatment has a different proportion of the total
weight of the addition of bran and coconut pulp that are F1 (75%:25%), F2
(60%:40%), and F3 (45%:55%) in banana bud snack bar. Analysis of
physicochemical and sensory acceptance is using ANOVA and Kruskall Wallis
tests, while the selected formula used the Exponential Comparison Method
(MPE). The analysis showed that the addition of bran and coconut pulp to the
snack bar banana bud has a real effect (p<0,05) towards protein content, food
fiber content, texture, scent, and taste. The selected formula is found in the F3
snack bar has water content (18,51%), ash content (4,72%), fat content (5,94%),
protein content (11,14%), carbohydrate content (61,22%), dietary fiber content
(19,48%), and hardness (5406,54 gf).

Keywords: Banana Bud, Bran, Coconut Pulp, Snack Bar, Dietary Fiber

obesitas meningkat pada orang dewasa


PENDAHULUAN yang berusia di atas 18 tahun dari 14,8
Obesitas menjadi masalah persen tahun 2013 menjadi 21,8 persen
kesehatan utama di dunia termasuk di tahun 2018 (Badan Penelitian dan
Indonesia. Di dunia tahun 2016, Pengembangan Kesehatan, 2018).
sebanyak lebih dari 650 juta orang Meningkatnya prevalensi obesitas
dewasa berusia di atas 18 tahun di Indonesia disebabkan oleh pola
menderita obesitas (WHO, 2020). makan yang lebih menyukai konsumsi
Adapun di Indonesia, prevalensi snack atau makanan selingan siap saji

15
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

dengan kandungan lemak yang tinggi pisang kepok mengandung saponin


namun serat pangan yang rendah. untuk menurunkan kolesterol,
Pernyataan tersebut disampaikan oleh sedangkan kandungan flavonoid dan
Khoirunnisa et al. (2019) bahwa saat ini antosianinnya berfungsi sebagai
asupan serat pangan penduduk antioksidan yang dapat menurunkan
Indonesia hanya sebesar 10 – 14 berat badan seseorang (Rochima, 2019;
g/orang/hari. Angka tersebut Sriyanti et al., 2019).
menunjukkan bahwa baru mencapai Adapun bentuk produk makanan
separuh dari kecukupan serat pangan selingan yang sehat, praktis, mudah
yang dianjurkan untuk orang dewasa dibawa dan dikonsumsi adalah snack bar.
yaitu 20 – 37 g/orang/hari berdasarkan Kandungan dalam produk semacam ini,
data Angka Kecukupan Gizi (AKG) tinggi protein dan serat pangan serta
tahun 2019. rendah lemak (Permatahati, 2019).
Asupan serat pangan mengalami Tinggi protein dan serat pangan pada
proses pencernaan di dalam lambung snack bar penelitian ini diperoleh dari
lebih lama sehingga akan memberikan penambahan pangan lokal. Salah satu
efek rasa kenyang atau mencegah pangan lokal yang mengandung tinggi
seseorang untuk tidak mengkonsumsi protein dan serat pangan berasal dari
makanan secara berlebihan (Simpson limbah seperti bekatul dan ampas
dan Campbell, 2015). Selain itu, kelapa.
kolesterol darah dapat dikontrol oleh Bekatul dalam 100 g mengandung
serat pangan. Serat pangan mengikat protein (15,34 g) dan serat pangan
lemak di usus halus. Kolesterol yang (21,52 g) yang terbilang tinggi dan lemak
diikat selanjutnya dikatabolisme dan (24,85 g) yang rendah (Susanto, 2011).
disekresikan menjadi asam empedu, Berdasarkan penelitian Luthfianto et al.
kemudian asam empedu yang terbentuk (2017), tingginya kandungan protein dan
akan diekskresikan bersama feses rendahnya lemak dapat memberikan
(Fairudz dan Nisa, 2015). Dengan rasa kenyang seseorang. Serat pangan
demikian, semakin tinggi asupan serat pada bekatul mampu menurunkan
pangan maka lemak dan asam empedu kolesterol darah dan LDL (Low Density
yang dikeluarkan oleh tubuh juga akan Lipoprotein). Selain serat pangan,
semakin banyak (Britania, 2017). kandungan gamma (ɣ)-oryzanol pada
Berdasarkan kenyataan di atas bekatul berperan sebagai antioksidan
maka diperlukan upaya untuk untuk menurunkan kadar kolesterol,
meningkatkan asupan serat pangan obesitas dan trigliserida (Tuarita et al.,
dengan cara memanfaatkan pangan 2017 ; Minatel et al., 2016). Terbukti dari
lokal. Salah satu pangan lokal relatif penelitian Hernawati et al. (2013),
tidak termanfaatkan namun suplementasi bekatul sebagai diet dapat
mengandung tinggi serat pangan adalah menurunkan berat badan, kolesterol
jantung pisang kapok. Serat pangan darah, trigliserida, LDL dan menaikkan
jantung pisang kepok mampu HDL.
melancarkan sistem pencernaan tubuh, Selain ditambahkan bekatul, snack
mengendalikan berat badan serta bar perlu ditambahkan ampas kelapa
mengikat lemak dan kolesterol darah (Cocos nucifera L.). Ampas kelapa
(Triastuti et al., 2018). Disamping itu, berpotensi sebagai makanan tinggi serat
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat pangan (72,94 g) dan rendah lemak
(2014) menyebutkan bahwa jantung (17,21 g) yang cocok dikonsumsi oleh

16
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

golongan orang yang obesitas (Indrawan Tahap awal pembuatan snack bar
et al., 2018). Serat pangan pada ampas adalah mempersiapkan alat dan bahan.
kelapa mampu mengontrol kadar Setelah itu, lakukan penimbangan setiap
glukosa dan berat badan. Selain itu, bahan. Bahan kering dan bahan basah
kandungan selulosa yang cukup tinggi dipisahkan dalam pencampurannya.
pada serat pangan ampas kelapa Selanjutnya, pencampuran adonan snack
berfungsi untuk proses fisiologi tubuh bar menggunakan susu skim dan madu.
(Putri, 2014). Pemanfaatan ampas kelapa Setelah adonan tercampur lalu
akan lebih menguntungkan apabila tambahkan kacang almond dan rice
dijadikan sebagai tepung. Terbukti crispies dan aduk hingga rata. Kemudian
dalam penelitian Karouw dan Barlina masukkan adonan ke dalam loyang
(2008) bahwa meningkatnya persegi panjang lalu panggang dalam
suplementasi tepung ampas kelapa dapat oven pada suhu 1300 C selama 90 menit.
menurunkan kolesterol darah, LDL, dan Keluarkan snack bar dari oven lalu
TGA. pastikan snack bar matang dan sajikan.
Berdasarkan uraian di atas maka
penelitian ini bertujuan untuk Analisis Kandungan Gizi, Serat
menganalisis pengaruh penambahan Pangan, dan Tingkat Kekerasan
bekatul dan ampas kelapa terhadap sifat Snack bar jantung pisang kepok
fisikokimia dan organoleptik pada snack dengan penambahan bekatul dan ampas
bar jantung pisang kepok, serta kelapa selanjutnya dianalisis kandungan
menentukan formula terpilihnya. gizi, serat pangan, dan tingkat
kekerasannnya. Metode analisis yang
BAHAN DAN METODE digunakan diantaranya: kadar air metode
Desain, Tempat, dan Waktu gravimetri (AOAC, 2012), kadar abu
Desain penelitian ini metode pengabuan kering (AOAC,
menggunakan studi eksperimental 2012), kadar lemak metode soxhlet
dengan metode Rancangan Acak (AOAC, 2012), kadar protein metode
Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan kjeldahl (AOAC, 2012), kadar
dan dua kali pengulangan. Setiap karbohidrat metode by difference (AOAC,
perlakuan memiliki proporsi yang 2012), analisis kadar serat pangan,
berbeda dari total berat penambahan metode gravimetri (AOAC, 2012),
bekatul dan ampas kelapa pada snack bar tingkat kekerasan produk menggunakan
jantung pisang kepok yaitu F1 alat texture analyzer.
(75%:25%), F2 (60%:40%), dan F3 Uji Analisis Organoleptik
(45%:55%). Analisis sifat kimia yaitu Penelitian ini menggunakan uji
kandungan gizi dan serat pangan organoleptik berupa uji hedonik guna
dilakukan di Laboratorium SIG atau PT. mengetahui daya terima panelis atau
Saraswanti Indo Genetech, sedangkan menentukan formulasi terbaik terhadap
analisis sifat fisik yaitu tingkat kekerasan snack bar. Panelis diminta untuk
dilakukan di Balai Besar Penelitian dan mencicipi snack bar F1, F2, dan F3 lalu
Pengembangan Pascapanen Pertanian melakukan penilaian terhadap parameter
Laboratorium Pengujian Bogor. tekstur, warna, aroma, dan rasa.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Penilaian menggunakan skala ordinal
September 2020 hingga Januari 2021. yaitu 1 sampai 9, mulai dari amat sangat
tidak suka hingga amat sangat suka.
Pembuatan Snack Bar

17
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

Pengolahan dan Analisis Data Snack bar jantung pisang kepok


Semua data diolah menggunakan dengan penambahan bekatul dan ampas
Microsoft Excel dan SPSS (Statistical kelapa menghasilkan kadar air sebesar
Package for the Social Sciences). Analisis 15,01 – 18,51%. Hasil tersebut melebihi
data hasil kandungan gizi, serat pangan, atau belum sesuai dengan standar snack
dan tingkat kekerasan produk snack bar bar komersial yang ada dipasaran yaitu
F1, F2, dan F3 menggunakan uji maksimal 13,43%. Walaupun kadar air
ANOVA (Analysis of Variance). Apabila lebih tinggi dari snack bar komersial,
data berpengaruh nyata maka dilakukan daya simpan snack bar penelitian ini
uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range). masih terbilang aman karena Desiliani et
Analisis data hasil uji hedonik parameter al. (2019) berpendapat bahwa snack bar
warna, tekstur, aroma, dan rasa pada tergolong produk semi basah atau
snack bar F1, F2, dan F3 menggunakan intermediate moisture food (IMF) yang
uji Kruskal Wallis. Apabila data memiliki kadar air 20 – 50%.
berpengaruh nyata, maka dilakukan uji
lanjut Mann-Whitney. Sementara itu, Kadar Abu
penentuan formula terpilih snack bar Kadar abu merupakan zat
menggunakan metode perbandingan anorganik dari sisa pembakaran
eksponensial (MPE). sehingga jumlahnya sangat dibatasi pada
suatu produk pangan. Semakin tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN kadar abu, maka semakin banyak kadar
Kadar Air mineral yang ada di dalam suatu produk
Kadar air penting sebagai faktor sehingga semakin berbahaya untuk
penentu daya simpan produk terhadap dikonsumsi (Sari et al., 2017). Hasil uji
mikroba dan juga tekstur. Sejalan ANOVA menunjukkan bahwa
dengan semakin rendahnya kadar air, penambahan bekatul dan ampas kelapa
maka semakin lama daya simpan suatu pada snack bar jantung pisang kepok
produk makanan serta teksturnya akan tidak berpengaruh nyata (p>0,05)
cenderung semakin keras dan kering terhadap kadar abu. Penyebabnya adalah
(Aminah et al., 2019). Hasil uji ANOVA kadar abu jantung pisang kepok (13,79
menunjukkan bahwa penambahan g/100 g) lebih tinggi
bekatul dan ampas kelapa pada snack bar
jantung pisang kepok tidak memiliki
pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap
kadar air. Penyebabnya adalah kadar air
jantung pisang kepok (10,82 g/100 g)
lebih tinggi dibandingkan dengan
bekatul (4,33 g/100 g) dan ampas kelapa
(7,81 g/ 100 g) (Khoirunisa et al., 2019;
Indrawan et al., 2018; Susanto, 2011).
Tabel 1 menunjukkan terjadinya
peningkatan dari snack bar F1 hingga F3.
Hal tersebut bersamaan dengan adanya
penambahan bekatul yang semakin
sedikit dan ampas kelapa yang semakin
banyak maka kadar air snack bar pun
akan meningkat.

18
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

Tabel 1:
Hasil Analisis Sifat Fisikokimia Snack Bar
Formula Snack Bar (%) Syarat Mutu
Parameter
F1 F2 F3 Snack Bar
Kandungan
Gizi
Kadar Air 15,01 + 17,39 + 18,51 + Maks. 13,43%
12,44a 12,93a 13,07a (Komersial)
Kadar Abu 5,56 + 5,32 + 4,72 + Maks. 1,72%
1,05a 1,37a 0,79a (USDA)
Kadar Lemak 7,46 + 6,29 + 5,94 + 1,4% – 14%
0,86a 1,08a 0,13a (SNI 01-4216-1996)
Kadar Protein 14,03 + 12,34 + 11,14 + Min. 9,38%
0,47a 1,34ab 0,17b (USDA)
Kadar 58,48 + 59,44 + 61,22 + Maks. 66,72%
Karbohidrat 9,34a 8,08a 9,86a (USDA)
Kadar Min. 6 g/100 g
15,25 + 16,94 + 19,48 +
Serat Pangan BPOM No.13
0,99a 0,52a 0,08b
Th 2016
Kekerasan (gf) 5648,21a 5470,78a 5406,54a 5466,53 gf
(Komersial)
Keterangan : Formulasi dari total berat penambahan bekatul dan ampas kelapa pada snack bar
jantung pisang kepok sebagai berikut:
F1 = Tepung bekatul 75% : tepung ampas kelapa 25%
F2 = Tepung bekatul 60% : tepung ampas kelapa 40%
F3 = Tepung bekatul 45% : tepung ampas kelapa 55%
a,b = notasi huruf yang berbeda berarti memiliki perbedaan yang signifikan

pada taraf uji Duncan (< 0,05)

dibandingkan bekatul (9,15 g/100 g) 5,56%. Hasil tersebut melebihi atau


dan ampas kelapa (6,34 g/100 g) belum sesuai dengan standar snack bar
(Khoirunisa et al., 2019; Susanto, 2011; USDA yaitu sekitar 1,72% kadar abu.
Indrawan et al., 2018). Tabel 1
menunjukkan terjadinya penurunan dari
snack bar F1 hingga F3. Hal tersebut Kadar Lemak
bersamaan dengan adanya penambahan Lemak berfungsi sebagai
bekatul yang semakin sedikit dan ampas cadangan energi, karena lemak salah
kelapa yang semakin banyak maka kadar satu penyumbang energi terbesar di
abu snack bar pun akan menurun. Selain dalam tubuh, yaitu 9 kkal per g. Selain
itu, dipengaruhi oleh hilangnya mineral itu, lemak bersifat hidrofobik yang dapat
yang terdegradasi selama proses menghambat proses gelatinisasi. Lemak
pemanasan (Herman, 2011). Snack bar juga dapat memperbaiki dan
jantung pisang kepok dengan membentuk tekstur pada makanan
penambahan bekatul dan ampas kelapa sehingga perlu diperhatikan dalam
menghasilkan kadar abu sebesar 4,72 – proses pembuatan pangan (Andriani et

19
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

al., 2018). Hasil uji ANOVA menunjukkan kadar protein snack bar
menunjukkan penambahan bekatul dan mengalami penurunan dari snack bar F1
ampas kelapa pada snack bar jantung hingga F3. Hal tersebut bersamaan
pisang kepok tidak berpengaruh nyata dengan adanya penambahan bekatul
(p>0,05) terhadap kadar lemak dan yang semakin sedikit dan ampas kelapa
dilihat dari Tabel 1 kadar lemak snack bar yang semakin banyak maka kadar
mengalami penurunan dari snack bar F1 protein snack bar pun akan menurun.
hingga F3. Hal tersebut bersamaan Kadar protein bekatul (15,34 g/100 g),
dengan adanya penambahan bekatul sedangkan ampas kelapa (8,66 g/100 g)
yang semakin sedikit dan ampas kelapa (Susanto, 2011; Indrawan et al., 2018).
yang semakin banyak maka kadar lemak Selain itu, menurut Nguju et al. (2018)
snack bar pun akan menurun. Kadar bahwa penurunan kadar protein terjadi
lemak bekatul (24,85 g/100 g), karena adanya hidrolisis protein akibat
sedangkan ampas kelapa (17,21 g/100 g) denaturasi protein selama proses
(Susanto, 2011; Indrawan et al., 2018). pemanasan. Snack bar jantung pisang
Penurunan kadar lemak juga kepok dengan penambahan bekatul dan
dipengaruhi oleh denaturasi protein ampas kelapa menghasilkan kadar
selama proses pemanasan sehingga protein sebesar 11,14 – 14,03%,
menyebabkan rusaknya sifat sehingga telah memenuhi standar
emulsifikasi. . Oleh sebab itu, semakin USDA yaitu minimal 9,38% kadar
banyak protein yang terdenaturasi maka protein.
semakin banyak lemak yang hilang atau
keluar. Snack bar jantung pisang kepok Kadar Karbohidrat
dengan penambahan bekatul dan ampas Karbohidrat menjadi sumber
kelapa menghasilkan kadar lemak energi utama bagi tubuh. Hasil uji
sebesar 5,94 – 7,46%, maka snack bar ANOVA menunjukkan penambahan
tersebut telah memenuhi standar SNI bekatul dan ampas kelapa pada snack bar
01-4216-1996 yaitu sekitar 1,4 – 14% jantung pisang kepok tidak berpengaruh
kadar lemak. nyata (p>0,05) terhadap kadar
karbohidrat. Hal tersebut disebabkan
Kadar Protein oleh kadar karbohidrat jantung pisang
Protein merupakan salah satu kepok (65,04 g/100 g) lebih tinggi
makronutrien yang sangat penting dalam dibandingkan bekatul (46,33 g/100 g)
suatu produk makanan yang berfungsi dan ampas kelapa (59,98 g/100 g)
sebagai pengatur dan pembangun tubuh. (Khoirunisa et al., 2019; Susanto, 2011;
Protein juga merupakan salah satu Indrawan et al., 2018). Tabel 1
penyumbang energi di dalam tubuh, menunjukkan bahwa kadar karbohidrat
yaitu 4 kkal per g. Hasil uji ANOVA mengalami peningkatan dari snack bar F1
menunjukkan penambahan bekatul dan hingga F3. Hal tersebut bersamaan
ampas kelapa pada snack bar jantung dengan adanya penambahan bekatul
pisang kepok berpengaruh nyata yang semakin sedikit dan ampas kelapa
(p<0,05) terhadap kadar protein. Oleh yang semakin banyak maka kadar
sebab itu, dilakukan uji lanjut yaitu uji karbohidrat snack bar pun akan
DMRT (Duncan Multiple Range). Hasilnya meningkat. Selain itu, rendahnya kadar
diketahui bahwa kadar protein snack bar lemak, kadar abu, dan kadar protein
F1 memiliki perbedaan yang nyata pada snack bar dapat meningkatkan hasil
dengan snack bar F3. Tabel 1 persentase kadar karbohidrat. Snack bar

20
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

jantung pisang kepok dengan kadar serat pangan sebesar 15,25 –


penambahan bekatul dan ampas kelapa 19,48%. Berdasarkan Peraturan BPOM
menghasilkan kadar karbohidrat sebesar (Badan Pengawas Obat dan Makanan)
58,48 – 61,22%, sehingga telah Nomor 13 tahun 2016 menyatakan
memenuhi standar USDA yaitu bahwa produk bentuk padat yang
maksimal 66,72% kadar karbohidrat. mendapatkan klaim tinggi serat pangan
apabila mengandung setidaknya, 6 g per
100 g serat pangan. Dengan demikian,
Kadar Serat Pangan snack bar dalam penelitian ini telah
Serat pangan mampu mencegah memenuhi standar mutu BPOM.
atau menurunkan obesitas karena
mengalami proses pencernaan di dalam Tingkat Kekerasan
lambung lebih lama. Oleh sebab itu, Kekerasan merupakan daya tahan
serat pangan akan memberikan efek rasa produk untuk pecah akibat gaya tekan
kenyang atau mencegah seseorang untuk yang diberikan (Mulyadi et al., 2014).
tidak mengkonsumsi makanan secara Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa
berlebihan (Simpson dan Campbell, penambahan bekatul dan ampas kelapa
2015). Hasil uji ANOVA menunjukkan pada snack bar jantung pisang kepok
bahwa penambahan bekatul dan ampas tidak berpengaruh nyata (p = 0,114)
kelapa pada snack bar jantung pisang terhadap tingkat kekerasan. Tabel 1
berpengaruh nyata (p = 0,017) terhadap menunjukkan kekerasan pada snack bar
kadar serat pangan. Oleh sebab itu, menurun dapat dipengaruhi oleh kadar
dilakukan uji lanjut yaitu uji DMRT lemak, protein, dan proses pemanasan.
(Duncan Multiple Range). Hasilnya Sesuai dengan pendapat Herviandri
diketahui bahwa kadar serat pangan (2018) bahwa kekerasan produk
snack bar F3 memiliki perbedaan yang dipengaruhi oleh kadar protein karena
nyata dengan snack bar F1 dan F2. Tabel semakin tinggi kadar protein maka
1 menunjukkan kadar serat pangan snack semakin tinggi pula tingkat
bar mengalami peningkatan dari snack kekerasannya. Selain itu, menurut
bar F1 hingga F3. Hal tersebut Pratama et al. (2014) menunjukkan
bersamaan dengan adanya penambahan bahwa rendahnya kadar lemak pada
bekatul yang semakin sedikit dan ampas adonan produk pangan maka akan
kelapa yang semakin banyak maka kadar terbentuknya gluten yang
serat pangan snack bar pun akan mengakibatkan produk pangan akan
meningkat. Kadar serat pangan ampas mengembang. Oleh sebab itu, semakin
kelapa (72,94 g/100 g), sedangkan mengembang produk pangan maka akan
bekatul (21,52 g/100 g) (Susanto, 2011; berpengaruh terhadap tingkat kekerasan
Indrawan et al., 2018). Selain itu, snack bar. Fellows (2000) menyatakan
kandungan selulosa pada ampas kelapa bahwa pemanasan selama
yang tinggi, tidak memudahkan serat pemanggangan juga dapat
pangan rusak dan terdegradasi selama mempengaruhi tingkat kekerasan karena
proses pemanasan karena selulosa proses tersebut akan membentuk lapisan
termasuk serat pangan yang sulit larut luar yang keras atau padat. Permukaan
dalam air dan tahan terhadap hidrolisis yang keras atau padat bersamaan dengan
(Winarti et al., 2016). Snack bar jantung berkurangnya lapisan berpori pada
pisang kepok dengan penambahan produk akibat dari denaturasi protein
bekatul dan ampas kelapa menghasilkan

21
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

dan keluarnya lemak pada produk yang nyata (p<0,05) dengan snack bar F1
pangan. dan F2. Hal ini disebabkan semakin
Kemungkinan tingkat kekerasan banyaknya bekatul yang ditambahkan
snack bar juga dapat dipengaruhi oleh maka snack bar akan semakin keras
kadar air yang dihasilkan karena semakin (lebih padat) dan menurunkan
meningkat kadar air pada produk kerenyahannya (agak alot). Begitupun
pangan maka semakin menurun tingkat sebaliknya, semakin sedikit bekatul yang
kekerasannya. Hal ini sesuai dengan ditambahkan pada adonan snack bar,
pernyataan Engelen (2018) dan maka snack bar akan padat dan lebih
Wahyuningsih et al. (2018) bahwa renyah (Britania, 2017). Selain itu,
semakin rendah nilai kadar air, maka kerenyahan suatu produk pangan dapat
semakin tinggi tingkat kekerasan yang dipengaruhi oleh hasil nilai kekerasan.
dihasilkan pada produk pangan. Pernyataan tersebut sesuai dengan
Didukung oleh Winarto (2018), yang pendapat Harahap et al. (2018), bahwa
menyatakan kadar air yang rendah dapat semakin tinggi nilai kekerasan maka
menyebabkan rusaknya rongga–rongga semakin rendah nilai kerenyahan suatu
kosong dalam produk sehingga produk produk pangan. Didukung juga dengan
akan lebih padat atau keras. Snack bar adanya hasil dari data persentase kadar
jantung pisang kepok dengan air yang rendah pada snack bar penelitian
penambahan bekatul dan ampas kelapa ini dapat menyebabkan produk menjadi
memiliki tingkat kekerasan sebesar alot atau menurunnya kerenyahan suatu
5406,54 – 5648,21 gf. Artinya, tingkat produk pangan.
kekerasannya lebih tinggi, dibandingkan Warna merupakan parameter yang
snack bar komersial yang ada di pasaran sangat penting untuk segala jenis
yaitu sekitar 5466,53 gf. Walaupun makanan karena mempengaruhi daya
memiliki tingkat kekerasan yang lebih terima atau daya tarik panelis terhadap
tinggi, snack bar tersebut masih dapat suatu produk (Amir, 2018). Tingkat
diterima oleh panelis dari uji hedonik. kesukaan tertinggi warna snack bar
penelitian ini terdapat pada snack bar F3
Sifat Organoleptik sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Tekstur atau konsistensi makanan Hasil uji Kruskal Wallis, diketahui
merupakan ciri suatu makanan yang penambahan bekatul dan ampas kelapa
dapat dirasakan oleh indera peraba, pada snack bar jantung pisang kepok
perasa dan penglihatan (Indrawan, tidak berpengaruh nyata (p>0,05)
2018). Tingkat kesukaan tertinggi terhadap tingkat kesukaan panelis pada
tekstur snack bar penelitian ini terdapat warna snack bar. Hasil tersebut
pada snack bar F3 sebagaimana disajikan dikarenakan warna pada setiap formula
pada Tabel 2. Hasil uji Kruskal Wallis, tidak memiliki perbedaan yang nyata.
diketahui penambahan bekatul dan Warna coklat muda pada snack bar F3
ampas kelapa pada snack bar jantung sangat disukai oleh panelis dibandingkan
pisang kepok berpengaruh nyata snack bar lainnya yang memiliki warna
(p<0,05) terhadap tingkat kesukaan coklat kehitaman. Warna coklat muda
panelis pada tekstur snack bar. Oleh pada snack bar disebabkan oleh
sebab itu, dilakukan uji lanjut yaitu uji banyaknya ampas kelapa berwarna putih
Mann Whitney. Hasilnya menunjukkan, yang ditambahkan pada adonan snack
tingkat kesukaan panelis terhadap bar dibandingkan dengan bekatul dan
tekstur snack bar F3 memiliki perbedaan jantung pisang kepok yang warnanya

22
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

lebih coklat (Britania, 2017). Warna Sejalan dengan semakin banyaknya


coklat kehitaman pada snack bar selain bekatul yang ditambahkan pada formula
disebabkan bekatul dan jantung pisang snack bar F1, maka semakin tercium
kepok yang berwarna kecoklatan adalah aroma khas bekatul pada snack bar.
adanya reaksi karamelisasi dan maillard. Aroma khas bekatul pada snack bar
Reaksi karamelisasi dari proses disebabkan oleh adanya kandungan
pemanasan gula yang menghasilkan minyak tokoferol (komponen volatile)
warna coklat, sedangkan reaksi maillard pada bekatul (Kusumastuty et al., 2015).
akibat dari proses pemangganggan snack Kemudian untuk penggunaan ampas
bar. Hal tersebut yang menyebabkan kelapa yang semakin meningkat
kurangnya tingkat kesukaan panelis menyebabkan aroma snack bar menjadi
terhadap warna coklat kehitaman pada khas kelapa sehingga formula snack bar

Tabel 2:
Hasil Analisis Sifat Organoleptik berupa Uji Hedonik Snack Bar
Nilai Median Uji Hedonik Snack Bar
Parameter
F1 F2 F3
a a
Tekstur 5 (4-8) 6 (5-9) 7 (5-9)b
a a
Warna 7 (5-9) 7 (6-9) 8 (5-9)a
Aroma 4 (6-9)a 5 (6-9)a 6 (5-9)b
Rasa 4 (5-8)a 5 (5-8)ab 6 (4-8)b
Ket: (1) Amat Sangat Tidak Suka, (2) Sangat Tidak Suka, (3) Tidak Suka, (4) Agak Tidak Suka, (5) Netral,
(6) Agak Suka, (7) Suka, (8) Sangat Suka, (9) Amat Sangat Suka. Angka-angka yang diikuti oleh notasi
huruf yang berbeda berarti memiliki perbedaan yang nyata pada taraf uji Mann-Whitney memiliki nilai
5%

snack bar (Pricilya et al., 2015). F3 lebih disukai panelis (Wardani et al.,
Aroma atau bau pada makanan 2017). Hal ini didukung oleh penelitian
merupakan daya tarik yang mampu Nurhiyanah dan Septiani (2019) yang
merangsang indera penciuman (syaraf – menyatakan bahwa semakin banyaknya
syaraf olfakori yang ada di dalam penambahan ampas kelapa maka
hidung) ketika makanan ingin masuk ke semakin wangi aroma khas kelapa pada
dalam mulut (Nadimin et al., 2019). snack bar yang berasal dari ampas kelapa.
Tingkat kesukaan tertinggi aroma snack Rasa merupakan sensasi yang
bar penelitian ini terdapat pada snack bar dirasakan oleh indera pengecap akibat
F3 sebagaimana disajikan pada Tabel 2. dari pencampuran setiap bahan yang
Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan kuantitasnya berbeda ke dalam adonan
bahwa penambahan bekatul dan ampas makanan. Rasa juga merupakan
kelapa pada snack bar jantung pisang parameter yang penting dalam
kepok berpengaruh nyata (p<0,05) menentukan diterima atau tidaknya
terhadap tingkat kesukaan panelis pada suatu produk oleh panelis (Amir, 2018).
aroma snack bar. Oleh sebab itu, Tingkat kesukaan tertinggi rasa snack bar
dilakukan uji lanjut yaitu uji Mann penelitian ini terdapat pada snack bar F3
Whitney. Hasilnya menunjukkan tingkat sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
kesukaan panelis terhadap aroma snack Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan
bar F3 memiliki perbedaan nyata bahwa penambahan bekatul dan ampas
(p<0,05) dengan snack bar F1 dan F2. kelapa pada snack bar jantung pisang

23
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

kepok berpengaruh nyata (p<0,05) kadar lemak, kadar air, kadar abu, dan
terhadap tingkat kesukaan panelis pada kekerasan terendah.
rasa snack bar. Oleh sebab itu, dilakukan Berdasarkan hasil Metode
uji lanjut yaitu uji Mann Whitney. Perbandingan Eksponensial (MPE)
Hasilnya menunjukkan tingkat kesukaan menunjukkan bahwa snack bar F3
panelis terhadap rasa snack bar F1 memiliki total skor terendah. Artinya,
memiliki perbedaan yang nyata (p<0,05) snack bar F3 merupakan snack bar terpilih
dengan snack bar F3. Penyebab dari snack dalam penelitian ini. Snack bar F3
bar F1 tidak disukai oleh panelis adalah mengandung kadar air 18,51%, kadar
rasa bekatul yang lebih dominan abu 4,72%, kadar lemak 5,94%, kadar
dibandingkan dengan snack bar lainnya. protein 11,14%, kadar karbohidrat
Penambahan bekatul yang semakin 61,22%, kadar serat pangan 19,48%, dan
banyak maka menyebabkan rasa snack kekerasan 5406,54 gf. Takaran saji yang
bar kurang enak dan agak pahit sehingga disarankan dalam penelitian ini sebesar
kurang nyaman saat ditelan. Dengan 50 g sehingga kadar serat pangan snack
demikian, semakin sedikit bekatul yang bar penelitian ini telah memenuhi 10%
ditambahkan maka semakin berkurang dari kebutuhan serat pangan satu kali
rasa kasar pada snack bar sehingga akan makanan selingan dalam satu hari.
meningkatkan daya terima panelis
terhadap snack bar (Pricilya, 2015). KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dalam
Penentuan Formula Terpilih penelitian ini sebagai berikut:
Penentuan formula terpilih a. Formulasi dari total berat
menggunakan Metode Perbandingan penambahan bekatul dan ampas
Eksponensial (MPE) bertujuan untuk kelapa pada snack bar jantung pisang
menentukan urutan prioritas sesuai kepok menghasilkan 3 formulasi
dengan kriteria yang dipertimbangkan. dengan proporsi berbeda diantaranya
Kriteria yang dipertimbangkan adalah F1 (75% bekatul : 25% ampas
sifat fisikokimia dan organoleptiknya. kelapa), F2 (60% bekatul : 40%
Penentuan bobot snack bar sebagai ampas kelapa), dan F3 (45% bekatul
berikut: kadar serat pangan (40%), kadar : 55% ampas kelapa).
lemak (10%), kadar protein (10%), kadar b. Hasil analisis sifat fisikokimia pada
air (5%), kadar abu (5%), kadar snack bar jantung pisang kepok
karbohidrat (5%), kekerasan (5%), dan dengan penambahan bekatul dan
masing – masing dari empat parameter ampas kelapa sebagai berikut: kadar
sifat organoleptik (5%). Artinya, kadar air 15,01 – 18,51%, kadar abu 4,72 –
serat pangan yang dijadikan sebagai 5,56%, kadar lemak 5,94 – 7,46%,
keunggulan pada snack bar penelitian ini. kadar protein 11,14 – 14,03%, kadar
Pemberian ranking 1 hingga 3 karbohidrat 58,48 – 61,22%, kadar
didapatkan dari hasil mean setiap serat pangan 15,25 – 19,48%, dan
parameternya. Kemudian untuk kekerasan 5406,54 – 5648,21 gf.
mendapatkan total skor didapatkan dari c. Hasil analisis sifat fisikokimia dan
penjumlahan hasil perkalian antara organoleptik pada snack bar jantung
bobot dengan ranking pada setiap pisang kepok dengan penambahan
parameter. Snack bar terbaik memiliki bekatul dan ampas kelapa
kadar serat pangan, protein, karbohidrat berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
dan sifat organoleptik tertinggi, serta kadar protein, kadar serat pangan,

24
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

tekstur, aroma, dan rasa. Namun, (2018). Daya Terima Susu Bekatul
tidak berpengaruh nyata (p>0,05) sebagai Pangan Fungsional.
terhadap kadar air, kadar abu, kadar Hasanuddin Journal of Public
lemak, kadar karbohidrat, tingkat Health, 1(1), pp. 16–25. doi:
kekerasan, dan warna. 10.30597/hjph.v1i1.9509.
d. Formula snack bar F3 (snack bar
jantung pisang kepok dengan Andriani, W. O. R. A., Ansharullah, dan
penambahan bekatul 45% dan ampas Asyik, N. (2018). Karateristik
kelapa 55%) merupakan formulasi Organoleptik dan Nilai Gizi Snack
terbaik yang diperoleh dari metode Bar Berbasis Tepung Beras Merah
perbandingan eksponensial (MPE). (Oryza nivara) dan Tepung Jagung
Snack bar F3 mengandung kadar air (Zea mays L.) sebagai Makanan
18,51%, kadar abu 4,72%, kadar Selingan Tinggi Serat. J. Sains dan
lemak 5,94%, kadar protein 11,14%, Teknologi Pangan, 3 (6), pp. 1-14.
kadar karbohidrat 61,22%, kadar
serat pangan 19,48%, dan kekerasan [AOAC] Association of Official
5406,54 gf. Analytical Chemist. (2012). Official
SARAN Method of Analysis of Association of
a. Snack bar penelitian ini cocok Official Analytical Chemist. Arlington:
dijadikan sebagai makanan selingan AOAC International.
untuk golongan orang yang obesitas
atau pun tidak obesitas. Namun, Badan Standarisasi Nasional. (1996).
perlu dilakukan analisis lebih lanjut SNI 01-4216-1996 tentang
mengenai nilai indeks glikemiknya Makanan Formula sebagai
dan dapat dijadikan sebagai produk Makanan Diet Kontrol Berat
intervensi dalam pengabdian Badan. BSI, Jakarta. Available at:
masyarakat. https://www.bsn.go.id/main/bsn
b. Perlu diperhatikan kembali bahan /isi_bsn/20306.
tambahan lainnya dalam pengolahan
snack bar sehingga nantinya akan Badan Penelitian dan Pengembangan
membantu menyamarkan rasa pahit Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan
dan tidak enak pada rasa bekatul. Dasar. Available at:
c. Perlu dilakukan penelitian lebih https://kesmas/kemkes.go.id.
lanjut agar kadar air dan kadar abu
sesuai dengan standar mutu snack bar. Badan Pengawas Obat dan Makan.
(2016). Peraturan Kepala Badan
DAFTAR PUSTAKA Pengawas Obat dan Makanan
Aminah, S., Amalia, L. dan Hardianti, S. Republik Indonesia Nomor 13
(2019). Karakteristik Kimia dan Tahun 2016 Tentang Pengawasan
Organoleptik Snack Bar Biji Hanjeli Klaim pada Label dan Iklan
(Coix lacryma jobi-L) dan Kacang Pangan Olahan. BPOM, pp. 1–16.
Bogor (Vigna subterranea (L.)
Verdcourt). Jurnal Agroindustri Britania. (2017). Pemanfaatan Tepung
Halal ISSN 2442-3548, 5 (2), pp. Ampas Kelapa dan Tepung
212-219. Bekatul dalam Pembuatan Snack
Bar Kaya Serat dengan Rasa Green
Amir, Y., Sirajuddin, S. dan Syam, A. Tea. Skripsi. Jakarta: Universitas

25
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

Esa Unggul. Available at: Hernawati, et al. (2013). Perbaikan


https://digilib.esaunggul.ac.id. Parameter Lipid Darah Mencit
Hiperkolesterolemia dengan
Desiliani, Harun, N. dan Fitriani, S. Suplemen Pangan Bekatul. Majalah
(2019). Pemanfaatan Tepung Kedokteran Bandung (MKB),
Pisang Kepok dan Buah Nangka 45(1), pp. 1-9.
Kering dalam Pembuatan Snack
Bar. Jurnal Teknologi Pangan, 13 Herviandri, M. (2018). Tingkat
(1), pp. 1-11. Kekerasan dan Kadar Protein
Donat yang Disubstitusikan
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. dengan Tepung Biji Nangka.
(2014). Jantung Pisang Kaya Serat Skripsi. Surakarta: Universitas
dan Manfaat. Muhammadiyah Surakarta.

Engelen, A. (2018). Analisis Kekerasan, Indrawan, I., Seveline dan Ningrum, R.


Kadar Air, Warna dan Sifat Sensori I. K. (2018). Pembuatan Snack Bar
Pada Pembuatan Keripik Daun Tinggi Serat Berbahan Dasar
Kelor. Journal of Agritech Science, Tepung Ampas Kelapa dan
2(1), pp. 10-15 Tepung Kedelai. Jurnal Ilmiah
Respati, 9(2), pp. 1-10. Available
Fairudz, A. dan Nisa, K. (2015). at: http://ejournal.urindo.ac.id.
Pengaruh Serat Pangan Terhadap
Kadar Kolesterol Penderita Karouw, S. and Barlina, R. (2008).
Overweight. Jurnal Majority, 4(8), Potensi Tepung Ampas Kelapa
pp. 121–126. Available at: Sebagai Sumber Serat Pangan dan
https://juke.kedokteran.unila.ac.id Manfaatnya untuk Kesehatan. Balai
/index.php/majority/article/view/ Penelitian Tanaman Kelapa dan
1485. Palma Lain ABSTRAK, (34). doi:
10.21082/bp.v0n34.2008.%p.
Fellows, P.J. (2000). Food Processing
Technology, Principles, and Practice. Kementerian Kesehatan Republik
Whoodhead Publishing Ltd. Indonesia. (2019). Peraturan
Cambridge Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2019
Harahap, et al. (2018). Karakterisasi tentang Angka Kecukupan Gizi
Kerenyahan dan Kekerasan yang Dianjurkan Untuk Masyarakat
Beberapa Genotipe Kentang Indonesia. Mentri Kesehatan
(Solanum tuberosum L.) Hasil Republik Indonesia, Jakarta.
Pemuliaan. Jurnal Pangan, 26(3).
Khoirunisa, H., Nasrullah, N. dan
Herman, et al. (2011). Analisis Kadar Maryusman, T. (2019).
Mineral dalam Abu Buah Nipa Karakteristik Sensoris dan
(Nypa fructicans) Kaliwanggu Teluk Kandungan Serat Biskuit dari
Kendari Sulawesi Tenggara. J. Jantung Pisang (Musa paradisiaca)
Trop. Pharm. Chem, 1(2), pp. 104- sebagai Makanan Selingan. Jurnal
110. Teknologi Pangan dan Kesehatan,
1(2), pp. 93–100. doi:

26
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

10.36441/jtepakes.vli2.192. Nurhiyanah dan Septiani (2019).


Substitusi Tepung Ampas Kelapa
Kusumastuty, I., Ningsih, L. F. dan dalam Pembuatan Brownies Kukus
Julia, A. R. (2015). Formulasi Food Terhadap Sifat Organoleptik dan
Bar Tepung Bekatul dan Tepung Nilai Gizi. Jurnal Gipas, 3(2), pp.
Jagung sebagai Pangan Darurat. 99-109.
Indonesian Journal of Human
Nutrition, 2(2), pp. 68-75. Permatahati, I. (2019). Variasi
Pencampuran Bekatul dan Kacang
Luthfianto, D., Noviyanti, R. D. dan Merah dalam Pembuatan Snack Bar
Kurniawati, I. (2017). Karakterisasi Ditinjau dari Sifat Fisik, Kadar
Kandungan Zat Gizi Bekatul Pada Proksimat dan Serat Pangan.
Berbagai Varietas Beras di Skripsi. Yogyakarta: Politeknik
Surakarta. Jurnal Kesehatan, 2(1), Kesehatan Yogyakarta. Available
pp. 371–376. Available at: at:
journal.ummgl.ac.id. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/
1099/.
Minatel, I. O. et al. (2016). Antioxidant
Activity of ɣ-Oryzanol: A Complex Pratama, R. I., Rostini, I. dan Liviawaty,
Network of Interactions. International E. (2014). Karakteristik Biskuit
Journal of Molecular Sciences, 17, dengan Penambahan Tepung
pp. 1–15. doi: Tulang Ikan Jangilus (Istiophorus
10.3390/ijms17081107. Sp.). Jurnal Akuatika, 5(1), pp. 30-
39.
Mulyadi, A. F. et al. (2014).
Karakteristik Organoleptik Produk Pricilya, V., Bambang dan Andriani, M.
Mie Kering Ubi Jalar Kuning (2015). Daya Terima Proporsi
(Ipomoea batatas) (Kajian Kacang Hijau (Phaseolus radiata L)
Penambahan Telur dan CMC). dan Bekatul (Rice bran) Terhadap
Jurnal Teknologi Pertanian, 15(1), Kandungan Serat Pada Snack Bar.
pp. 25–36. Available at: Media Gizi Indonesia, 10(2), pp.
http://jtp.ub.ac.id. 136–140.

Nadimin, Sirajuddin, Fitriani, N. (2019). PT. Amerta Indah Otsuka (2019).


Mutu Organoleptik Cookies dengan Produk Soyjoy. Available at:
Penambahan Tepung Bekatul dan https://Soyjoy.id.
Ikan Kembung. Media Gizi
Pangan, Vol. 26, Edisi 1, pp. 8-15. Putri, M. F. (2014). Kandungan Gizi
dan Sifat Fisik Tepung Ampas
Nguju, A. L., Kale, P. R. dan Sabtu, B. Kelapa sebagai Bahan Pangan
(2018). Pengaruh Cara Memasak Sumber Serat. Jurnal Teknologi
yang Berbeda Terhadap Kadar Busana dan Boga, 1(1), pp. 32–43.
Protein, Lemak, Kolesterol dan doi: 10.1529/jtbb.vlil.6402.
Rasa Daging Sapi Bali. Jurnal
Nukleus Peternakan, 5(1), pp. 17 – Rochima, A. S. (2019). Pemanfaatan
23. Jantung Pisang sebagai Campuran
Produk Nugget dan Pengaruhnya

27
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

Terhadap Sifat Fisik, Organoleptik, Tuarita, M. Z. et al. (2017).


Kadar Serat dan Antosianin. Pengembangan Bekatul sebagai
Skripsi. Yogyakarta: Politeknik Pangan Fungsional: Peluang,
Kesehatan Yogyakarta. Available Hambatan, dan Tantangan. Artikel.
at: Bogor: Institut Pertanian Bogor.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/ Available at:
id/eprint/1040. https://www.researchgate.net/pub
lication/320842744_Pengembanga
Sari, D. Y. E., Angkasa, D. dan n_Bekatul_sebagai_Pangan_Fungsi
Swamilaksita, P. D. (2017). Daya onal_Peluang_Hambatan_dan_Ta
Terima dan Nilai Gizi Snack Bar ntangan
Modifikasi Sayur dan Buah Untuk
Remaja Putri. Jurnal Gizi, 6(1), pp. USDA Food Composition Database
1-11. Standard Reference. (2018).
Nutrition values of Snacks, Nutri-
Simpson, H. L. dan Campbell, B. J. Grain Fruit and Nut Bar. Available
(2015). Review Article: Dietary Fibre- at:
Microbiota Interactions. Alimentary https://vitahoy.com/en/ndb/pml
Pharmacology and Therapeutics, /us-25048.
42(2), pp. 158–179. doi:
10.1111/apt.13248. Wahyuningsih, T., Nurhidajah, Suyanto,
Sriyanti, Damayanthi, E. dan Anwar, F. A. (2018). Sifat Kimia, Kekerasan
(2019). Status Antioksidan dan dan Organoleptik Stik Tahu
Oksidatif Laki-Laki yang dengan Substitusi Tepung Sukun.
Mengalami Kegemukan dengan Jurnal Pangan dan Gizi, 8 (5), pp.
Pemberian Minuman Rosela Ungu. 42-52.
Jurnal Gizi Indonesia (The
Indonesian Journal of Nutrition), Wardani, E. N., Sugitha, I. M. dan
7(2), pp. 76–85. doi: Pratiwi, I. D. P. K. (2017).
10.14710/jgi.7.2.75-85. Pemanfaatan Ampas Kelapa
Sebagai Bahan Pangan Sumber
Susanto, D. (2011). Potensi Bekatul Serat dalam Pembuatan Cookies
sebagai Sumber Antioksidan dalam Ubi Jalar Ungu. Jurnal Ilmu dan
Produk Selai Kacang. Skripsi. Teknologi Pangan (ITEPA), 5(2),
Semarang: Universitas pp. 162-170.
Diponegoro. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/35908/. Winarti, S., Sudaryati, dan Estrada, E.
(2016). Sifat Fisiko-Kimia Flake
Triastuti, U. Y. et al. (2018). Krekers Pisang Kepok dengan Substitusi
Tepung Jantung Pisang sebagai Tepung Cassava. Jurnal
Usaha Diversifikasi Pangan REKAPANGAN, 11(2), pp. 1-10.
Berbasis Sumber Daya Lokal. HEJ
(Home Economics Journal), 1(1), Winarto, H. (2018). Penentuan Titik
pp. 1–4. Available at: Kritis dan Laju Karakteristik
https://journal.uny.ac.id/index.ph Fisiko-Kimia Jamur Tiram Selama
p/hej/article/view/23275 Proses Pengeringan dengan Solar
Tunnel Dryer (STD). Skripsi.

28
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 11 No. 01, Tahun 2021, Halaman (15-29) e-ISSN: 2656-0291

Semarang: Unika
SOEGIJAPRANATA.

[WHO] World Health Organization.


(2020). Obesity and Overweight.
Available at:
https://www.who.int/en/news-
room/fact-sheets/detail/obesity-
and-overweight#

29

Anda mungkin juga menyukai