Pembimbing:
DR. Dr. Nazaruddin Umar SpAn, KNA
Oleh:
Dr. Wulan Fadinie
19850306 2010 2 002
Assalamualaikum,
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan kepada saya dalam menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.Tujuan
penyusunan makalah ini ialah sebagai salah satu tugas magister kedokteran pada
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK USU.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
saran dan masukan yang membangun sangat kami harapkan.Semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membacanya.
Medan, April
2011
Wassalam,
Penyusun
Tiga bab sebelumnya membahas farmakologi dari obat yang mempunyai afek
aktifitas kolinergik. Bab ini memperkenalkan sebuah kelompok analog dari obat yang
berinteraksi pada reseptor adrenergik-adrenoseptor. Efek klinis dari obat ini dapat
dipahami dari sebuah pengertian bahwa fisiologis adrenoseptor dan sebuah
pengetahuan dari mana reseptor pada setiap obat diaktifkan atau diblok.
gambar 12-1. sistem saraf simpatis. Inervasi organ, tipe reseptor, dan respon
stimulasi. Asal mulanya rantai simpatis adalah torakoabdominal (T1-L3) medula
spinalis, sama dengan distribusi kraniosakral dari sistem saraf parasimpatis.
FISIOLOGI ADRENOSEPTOR
1. Perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa,
dan terhadap kelenjar liur dan keringat.
2. Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah
otot rangka.
3. Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi.
4. Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernafasan, peningkatan
kewaspadaan, aktifitas psikomotor, pengurangan nafsu makan.
5. Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis
lemak dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.
6. Efek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon
hipofisis.
7. Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan
neurotransmitter NE dan Ach 2
Obat adrenergik terbagi menjadi dua, kerja langsung dan kerja tidak langsung.
Obat adrenergik kerja langsung bekerja secara langsung pada reseptor adrenergik di
membran sel efektor. Jadi, efek suatu obat adrenergik dapat diduga bila duketahui
reseptor mana yang terutama dipengaruhi oleh obat tersebut. Obat adrenergik kerja
tidak langsung menimbulkan efek adrenergik melalui pelepasan NE yang tersimpan
dalam ujung saraf adrenergik.2
Semua obat yang mengandung struktur 3,4 dihidroksi benzene (katekolamin) secara
cepat ditidak aktifkan oleh enzim monoamine oksidase atau katekol-O-
methyltransferase (COMT). MAO adalah enzim yang terdapat pada hati, ginjal dan
saluran gastrointestinal yang mengkatalisa oksidasi deaminasi. COMT dapat
mengmetilasi sebuah grup hidroksi dari katekolamin. Hasilnya adalah metabolit yang
sudah termetilasi dan tidak aktif dihubungkan dengan asam glukorinik danditemukan
diginjal sebagai asam 3-metoksi-4-hidroksimendelik, metanefrin (turunan dari
epinefrin) dan normetanefrin (turunan dari norepinefrin).3
Reseptor α1
Reseptor α2
Reseptor β 1
Reseptor β 2
Reseptor β 2 berasal dari adrenoreseptor postganglionik yang berlokasi pada otot polos
dan sel kelenjar. Reseptor ini mempunyai cara kerja yang sama dengan reseptor β 1 :
Reseptor β 3
β 3 reseptor ditemukan di kandung kemih dan dijaringan lemak otak. Peranannya pada
fisiologis kandung kemih belum diketahui, tetapi ada yang berpendapat bahwa
reseptor β 3 ini berperan pada lipolisis dan termogenesis pada lemak coklat.
AGONIS ADRENERGIC
1
0, tidak ada efek;+,efek agonis (ringan, sedang, ditandai),?, efek tidak diketahui;
DA1dan DA2, reseptor dopaminergik.
Efek akhir keseluruhannya pada tekanan darah arteri bergantung pada keseimbangan
pada vasokonstriksi α 1 -, dan vasodilatasi β 2 -, dan pengaruh inotropik β 1 -. Lebih
lanjut, keseimbangan ini berubah pada dosis yang berbeda.
Adrenergik agonis dapat dikategorikan dengan langsung atau tidak langsung. Agonis
langsung terikat dengan aktifitas neurotransmitter endogen. Mekanisme dari aksi
tidak langsung termasuk peningkatan pelepasan atau penurunan pengambilan kembali
daripada norepinefrin. Perbedaanantara mekanika aksi langsung atau tidak langsung
sebagian penting bagi pasien yang memiliki penyimpanan noreponefrin endogon yang
abnormal, yang sebagian dapat timbul pada beberapa pengobatan anti hipertensi atau
pada inhibitor monoamin oksidase. Hipotensi intraoperasi pada pasien ini harus
diterapi dengan agonis langsung, agar responnya terhadap agonis tidak langsung dapat
dirubah.
Hal lain yang dapat membedakan adrenergik agonis dari yang lainnya adalah struktur
kimiawinya. Adrenergik agonis memiliki struktur 3,4 dihidroksibenzen yang dikenal
sebagai katekolamin. Obat-obatan ini biasanya kerja pendek karena metabolismenya
oleh monoamin oksidase dan katekol-O-metiltransferase. Pasien yang mendapat
inhibitor monoamin oksidase atau antidepressan trisiklik dapat menunjukkan
sebelumya respon yang berlebihan terhadap katekolamin. Katekolamin yang timbul
secara alami adalah epinefrin, norepinefrin dan dopamine. Perubahan dari struktur
PENILEFRIN
Pertimbangan klinis
Secarta klinis penilefrin mempunyai efek yang sama dengan norepinefrin tetapi
kurang potent dan lebih lama serat efek yang minimal pada SSP. Penyuntikan secara
intra vena dengan cepat pada pasien dengan penyakit arteri coroner mengakibatkan
peningkatan pada tekanan pembuluh darah sistemik yang diiringi dengan penurunan
curah jantung.3
Bolus kecil intravena dari 50 – 100 µg (0,5 – 1 µg/kg) dari penilefrin secara cepat
membalik penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh vasodilatasi perifer.
(misalanya: anestesi spinal). Infus berkesinambungan (100 µg/ml pada rata-rata 0,25
– 1 µg/kg/min) akan menjaga tekanan darah arteri tetapi pada pengeluaran aliran
Agonis α 2
Pertimbangan klinis
Klonidine adalah agonis α 2 yang sekarang secara umum digunakan untuk anti
hipertensi (menurunkan tahanan resisten sistemik) dan efek kronotropik negatif.
Belakangan ini, klonidine dan agonis α 2 ditemukan mempunyai efek sedatif.
Penelitian telah memeriksa efek anestesi pada pemberian klonidin (3-5 µg/kg),
intramuscular (2 µg/kg), intravena (1-3 µg/kg), transdermal (0,1-0,3 mg dilepaskan
perhari), intrataekal (75-150 µg), dan epidural (1-2 µg). secara umum, klonidin
tampaknya dapat menurunkan kebutuhan anestesi dan anlagesik (menurunkan MAC)
dan membuat sedasi dan ansiolisis. Selama anestesi umum, klonidin dilaporkan
meningkatkan kestabilan sirkulasi selama operasi dengan mengurangi level
katekolamin. Selama anestesi regional, termasuk blok saraf perifer, klonidin
memperlama durasi dari blok. Efek langsung pada medula spinalisdapat terjadi
melalui reseptor postsinaptik α 2 yang terdapat pada kornu dorsalis. Kemungkinan
keuntungan yang lain termasuk menurunkan menggigil peska operasi, inhibisi dari
opioid-menginduksi kekakuan otot, melemahkan symptom gejala putus obat opioid,
dan perawatan dari beberapa sindrom penyakit kronik. Efek samping termasuk
bradikardi, hipotensi, sedasi, depresi pernafasan, dan mulut kering.
Klonidin tersedia dalam bentuk oral, transdermal, atau sediaan parenteral (lihat bagian
Pertimbangan Klinis pada agonis α 2 untuk dosisnya). Sediaan parenteral disepakati
hanya untuk epidural atau intrataekal digunakan sebagai obat tambahan untuk
analgesi/anestesi regional. Bagaimanapun, ini digunakan secara luas di Eropa pada
bolus intravena dengan dosis 50 µg untuk mengatur tekanan darah atau nadi.
Mempunyai onset masa kerja yang lambat.
EPINEFRIN
Pertimbangan Klinis
Pada situasi emergensi (cth: syok dan reaksi alergi), epinefrin diberikan secara bolus
intravena 0,05-0,1 mg bergantung kepada kegawatan kompensasi kardiovaskular.
Untuk meningkatkan kontraktilitas otot jantung atau nadi, disiapkan pemberian degan
cara infus berkelanjutan (1 mg dalam 250 mL glukosa 5% di air [D5W; 4 µg/mL)dan
diberikan pada kecepatan 2-20 µg/min. beberapa cairan analgetik lokal mengandung
epinefrin pada konsentrasi 1: 2.000.000 (5µg/mL) ditandai dengan berkurangnya
absorpsi sistemik dan masa kerja yang lebih lama. Epinefrin tersedia dalam bentuk
vial dengan konsentrasi dari 1:10.000 (0,1 mg/mL [100 µg/mL]). Sebuah sediaan :
1.10.000 (10 µg/mL) tersedia untuk anak-anak.
EFEDRIN
Pertimbangan Klinis
Efedrin adalah alkaloid yang terdapat pada tumbuhan jenis efedra. Efeknya seperti
efek epinefrin, bedanya adalah bahwa efedrin efektif pada pemberian oral, masa
kerjanya jauh lebih panjang, efek sentralnya lebih kuat.2
Efedrin merupakan non katekolamin sintetik kerja indirek yang menstimulasi reseptor
α dan β adrenergik. Efek farmakologis dari obat ini secara tidak langsung
Efek kardiovaskular dari efedrin sama seperti epinefrin: meningkatkan tekanan darah,
laju nadi dan curah jantung. Seperti biasanya, efedrin juga digunakan sebagai
bronkodilator. Ada perbedaan penting, bagaimanapun juga: efedrin mempunyai masa
kerja yang lama karena efedrin adalah nonkatekolamin, tidak begitu kuat, mempunyai
efek langsung dan tidak langsung, dan menstimulasi sistem saraf pusat (meningkatkan
konsentrasi alveoli minimum). Efek tidak langsung agonis lainnya dari efedrin dapat
terjadi karena stimulasi pusat, pelepasan norepinefrin postsinaps perifer, atau inhibisi
dari pengambilan kembali norepinefrin.
Pada dewasa, pemberian efedrin sebagai bolus 2,5 – 10 mg, pada anak-anak diberikan
bolus 0,1 mg/kg. dosis laluditingkatkan untuk menurunkanterjadinya takifilaksis,
yang mungkin terjadi karena deplesi dari penyimpanan norepinefrin. Efedrin tersedia
pada sedian 1 ampul mengandung 25 atau 50 mg obat.
NOREPINEFRIN
Pertimbangan Klinis
NE bekerja terutama pada reseptor α, tetapi efeknya masih sedikit lebih lemah bila
dibandingkan dengan epinefrin. NE mempunyai efek β 1 pada jantung yang sebanding
dengan epinefrin, tetapi efek β 2 nya jauh lebih lemah daripada epinefrin.2
Norepinefrin diberikan sebagai bolus (0,1 µg/kg) atau sebagai infus berkelanjutan ( 4
mg dari obat dengan 500 mL D5W [8 µg/mL]) dengan kecepatan rata-rata 2-2-
µg/min. satu ampul terdiri dari 4 mg norepinefrin dalam 4 mL larutan.
DOPAMIN
Pertimbangan Klinis
Efek klinis dari dopamine (DA), sebuah nonselektif agonis adrenergik langsung dan
tidak langsung, banyak ditandai dengan dosisnya. Dosis kecil (≤ 2 µg/kg/min) dari
dopamin mempunyai efek adrenergik yang minimal tapi mengaktivasi reseptor
dopaminergik. Stimulasi dari reseptor nonadrenergik (terutama, reseptor DA 1 )
memvasodilatasi vaskularisasi ginjal dan merangsang diuresis. Pada dosis sedang (2-
10 µg/kg/min), stimulasi ß 1 meningkatkan kontraktilitas otot jantung, laju nadi dan
curah jantung. Permintaan oksigen otot jantung biasanya meningkatkan lebih dari
kebutuhan. Efek α 1 menjadi menetap pada dosis yang lebih tinggi (10-20
µg/kg/min), menyebabkan peningkatan tahanan perifer vaskular dan penurunan aliran
pembuluh darah ginjal. Efek tidak langsung dari DA adalah untuk melepaskan
norepinefrin, yang menetap pada dosis 20 µg/kg/min.
ISOPROTERENOL
DOBUTAMIN
Pertimbangan Klinis
Dobutamin menimbulkan efek inotropic yang lebih kuat daripada efek kronotopik
dibandingkan isoproterenol. Hal ini mungkin disebabkan karena resistensi perifer
yang relatif tidak berubah sehingga tidak menimbulkan efek takikardi.2
Pertimbangan Klinis
Dopexamine datang dalam sediaan konsentrasi 50 mg/mL dan harus dicairkan dalam
D5W. Pemberian secara intravena harus dimulai dengan kecepatan 0,5 µg/kg/min,
meningkat menjadi 1 µg/kg/min dengan interval 10 – 15 menit samapi kecepatan
infus rata-rata 6 µg/kg/min.
FENOLDOPAM
Pertimbangan Klinis
Fenoldopam adalah selektif reseptor DA1 yang mempunyai banyak keuntungan dari
DA tetapi dengan sedikit atau tidak ada adenoreseptor β atau α atau aktivasi agonis
reseptor DA 2 . Fenoldopam telah menunjukkan penurunan efek hipotensi yang
ditandai dengan penurunan pada tahanan perifer vaskular, sejalan dengan peningkatan
pada aliran darah ginjal, diuresis dan natriuresis. Ini diindikasikan untuk pasien yang
akan menjalani operasi jantung dan perbaiakn aneurisma aorta, karena efek
Fenoldopam tersedia dalam ampul 1-, 2-, dan 5-mL, 10 mg/mL. dimulai sebagai infus
berkelanjutan dari 0,1 µg/kg/min, ditingkatkan dengan penambahan 0,1 µg/kg/min
pada interval 15 ke 20 menit samapi target tekanan darah dicapai. Dosis lebih rendah
telah dihubungkan dengan berkurangnya reflek takikardi.
ANTAGONIS ADRENERGIK
α BLOKER
terbagi menjadi α bloker non selektif, α 1 bloker selektif dan α 2 bloker selektif. α
bloker non selektif terbagi lagi menjadi 3 kelompok: derivat haloalkalamin, derivat
imidazolin dan alkaloid ergot.2
FENTOLAMIN
Pertimbangan Klinis
0,tidak ada efek; -, efek antagonis (ringan, sedang, ditandao). Labetalol juga dapat
mempunyai beberapa aktifitas agonis β 2 .
Fentolamin diberikan secara intravena sebagai blus intermiten (1-5 mg pada dewasa)
atau sebagai infus berkelanjutan (10 mg dalam 100 D5W [100 µg/mL]). Untuk
mencegah nekrosis jaringan diikuti ekstravasasi dari cairan intravena mengandung
sebuah agonis α (cth: norepinefrine), 5 – 10 mg dari fentolamin dalam 10 mL dari
cairan fisiologis dapat diinfiltrasi secara lokal. Fentolamin tersedia dalam sediaan
bubuk lipofilik (5 mg).
Pertimbangan Klinis
Dosis awal yang direkomendasikan dari labetalol adalah 0,1 – 0,25 mg/kg diberikan
secara intravena lebih dari 2 menit. Dua kali jumlah ini dapat diberikan dengan
interval 10 menit sampai tekanan darah yang diinginkan telah dicapai. Labetalol dapat
juga diberikan sebagai infus berkesinambungan yang lambat (200mg dalam 250 mL
D5W) dengan kecepatan rata-rata 2 mg/menit. Bagaimanapun, karena waktu paruh
yang panjang (>5 jam), infus yang berkepanjangan tidak disarankan. Labetalol (5
mg/mL) tersedia dalam 20 dan 40 mL. Kemasan dosis ganda dan di 4 dan 8 mL dosis
tunggal dalam jarum.
β BLOKER
ESMOLOL
Pertimbangan Klinis
Masa kerja yang pendek dari esmolol adalah karena redistribusi yang cepat
(waktu paruh distribusi adalah 2 menit) dan hidrolisis oleh sel darah merah esterase
(waktu paruh eliminasi adalah 9 menit). Efek samping dapat dibalik dalam semenit
dengan menghentikan infus. Sama seperti semua antagonis β 1 , esmolol sebaiknya
menghindari pasien dengan sinus bradikardi, blok jantung lebih besar dari derajat 1,
syok kardiogenik, atau bahkan gagal jantung.
Esmolol diberikan sebagai bolus (0,2-0,5 mg/kg) untuk terapi jangka pendek, seperti
merangsang respon kardiovaskular untuk laringoskopi dan intubasi. Pengobatan
jangka panjang biasanya dimulai dengan dosis awal 0,5 mg/kg dimasukkan lebih dari
1 menit, diikuti dengan infus berkelanjutan 50 µg/kg/menit untuk mempertahankan
efek terapeutik. Bila ini gagal untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam 5
Esmolol tersedia dalam vial dengan dosisi ganda untuk bolus. Pemberian
mengandung 10 ml obat (10 mg/mL). ampul untuk infus berkelanjutan (2,5 g dalam
10 mL) juga tersedia tetapi harus diencerkan untuk pemberian dengan konsentrasi 10
mg/mL.
PROPANOLOL
Pertimbangan Klinis
1. Morgan G. Edward,Jr, MD; Clinical Anesthesiolgy; 4th ed. New york: The Mc Graw-
2. Bagian Farmakologi Universitas Indonesia.: Farmakologi dan terapi, 4th ed. Jakarta:
3. Stoelting K. Robert, MD; Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice, 4th ed.