Anda di halaman 1dari 152

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STROKE

PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSU KOTA


TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 – 2017

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

oleh :
Irma Fajar Hadi Suryaningrum
NIM. 11141010000080

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
EPIDEMIOLOGI
Irma Fajar Hadi Suryaningrum, NIM: 11141010000080
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stroke pada Pasien Diabetes Melitus di RSU Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017
xvii + 107 halaman, 6 tabel, 3 bagan, 4 lampiran

ABSTRAK
Latar belakang: Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian. Pasie
n
DM berisiko dua sampai tiga kali lebih tinggi untuk terkena stroke. Peningkatan risiko r
vaskula pada pasien DM diketahui meningkatkan beban stroke. Penelitian ini k
bertujuan untu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stroke pada pasien DM.n
k
Metode: Disai penelitian menggunakan cross sectional dan pengambilan sampel dilakukan
dengan tekni random sampling dengan jumlah sampel 134 orang. Analisis data bivariat hi
dengan uji c square. Data yang dikumpulkan berasal dari rekam medis pasien DM di RSU g
Kota Tangeran Selatan tahun 2016-2017. Hasil: Kejadian stroke pada pasien DM sebesar M
19.4%. Pasien D lebih banyak pada usia >55 tahun, jenis kelamin perempuan dan tidak n
bekerja. Berdasarka karakteristik biologis, pasien DM lebih banyak disertai dengan al
hipertensi, kolesterol tot tinggi dan rasio kolesterol total / HDL tinggi. Terdapat hubungan )
signifikan (p-value <0.05 antara hipertensi, kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, ,
rasio kolesterol total / HDL rasio trigliserida / HDL dengan kejadian stroke pada pasien n
DM. Simpulan: Meningkatka gaya hidup sehat yang dapat berpengaruh terhadap hipertensi,a
kadar kolesterol total, trigliserid dan LDL. Pasien DM berusia >55 tahun terutama yang u
dislipidemia untuk
juga menderita rutin melakukan
hipertensi dan/ata kontrol glikemik.
Kata kunci: Stroke, Diabetes Mellitus, DM
Referensi: 90 (2000 – 2018)

ii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF EPIDEMIOLOGY
Irma Fajar Hadi Suryaningrum, NIM: 11141010000080
Factors Associated with Stroke in DM Patients in RSU Kota Tangerang Selatan 2016 - 2017
xvii + 107 pages, 6 tables, 3 charts, 4 attachments

ABSTRACT
Background: Stroke is the main cause of disability and the cause of death. DM patients have
a risk of two to three times higher for stroke. Increased vascular risk in DM patients is known
to increase the burden of stroke. This study aims to determine the factors associated with e
strok in DM patients. Methods: The study design used cross sectional and sampling was y
done b random sampling technique with a total sample of 134 people. Analysis of bivariate h
data wit the chi square test. Data collected came from medical records of DM patients h
in Sout Tangerang City General Hospital 2016-2017. Results: Stroke incidence in DM s
patients wa al
19.4%. More DM patients at age > 55 years, female sex and unemployed. Based on biological
characteristics, DM patients were more often accompanied by hypertension, high totp-
cholesterol, and high ratio of total cholesterol / HDL. There is a significant relationship ( al
value <0.05) between hypertension, total cholesterol, triglycerides, LDL cholesterol, tots.
cholesterol / HDL ratio, triglycerides / HDL ratio with the incidence of stroke in DM patients,
m
Conclusion: Improving a healthy lifestyle that can affect hypertension, total cholesterol level
triglycerides and LDL. DM patients aged> 55 years, especially those who also suffer fro
hypertension and / or dyslipidemia for routine glycemic control.
Keywords: Stroke, Diabetes Mellitus, DM
References: 90 (2000 - 2018)

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, April 2019

Irma Fajar Hadi Suryaningrum

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STROKE PADA


PASIEN DIABETES MELITUS DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2016 – 2017

SKRIPSI
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, April 2019

Oleh
Irma Fajar Hadi Suryaningrum
NIM: 11141010000080

Mengetahui,
Pembimbing,

Catur Rosidati, SKM, MKM


NIP. 19750210 2008012018

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M

v
LEMBAR PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STROKE PADA


PASIEN DIABETES MELITUS DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2016 – 2017

IRMA FAJAR HADI SURYANINGRUM


11141010000080

Jakarta, April 2019


Tim Sidang Skripsi
Ketua,

dr. Yuli Praphanca Satar, MARS


NIP. 19530730 198011 1001

Anggota,

Ir. Febrianti, Msi dr. Toni Wandra, M.Kes, Ph.D


NIP. 197102212005012004 NIP. 196112091990021001

vi
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi
Nama : Irma Fajar Hadi Suryaningrum
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 20 Juli 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Pelaukan RT 02/01 Ds. Karangrahayu
Kec. Karangbahagia, Kabupaten Bekasi,
Jawa Barat
No Hp : 0895 6353 45933
Email : irmafhs@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


2001 – 2002 : TK El-Hurriyah
2002 – 2008 : SDN Sukaraya 03
2008 – 2011 : SMPN 1 Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi
2011 – 2014 : SMAN 1 Cikarang Utara, Kabupaten Bekas
i
2014 – 2019 : Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla
h
Jakarta

vii
III. Pengalaman Kerja
2016 dan 2017 : Pengalaman Belajar Lapangan I dan II di
Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru, Kota
Tangerang Selatan
2018 : Magang di Puskesmas Mekarmukti
Kabupaten Bekasi

IV. Riwayat Organisasi


2016 – 2017 : - Anggota Departemen Komunikasi dan
Informasi Dewan Eksekutif Mahasiswa
(DEMA) FKIK UIN Jakarta
- Departemen Komunikasi dan Informasi
Epidemiology Student Association (ESA)
UIN Jakarta

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya, skri psi dengan berj udul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stroke pada
Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016-2017” dapat terselesaikan. Skripsi
n
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi S1 program studi Kesehata
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua (Ayah Duladi dan Mama Suryani), kedua adik (Windu dan Widi) ta
ser
t ri i i t ’ ti ti.
keluarga yang elah membe kan dukungan dan mot vas ser a do a yang ada hen
m
2. Ibu Dr. Zilhadia, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Isla
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
s
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakulta
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
h
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang tela
memberikan banyak arahan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
ni
5. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, Ibu Ir. Febrianti, Msi dan Bapak dr. To
n
Wandra, M. Kes, Ph.D selaku penguji skripsi yang telah memberi banyak masukan da
saran.
a
6. Petugas Rekam Medis RSU Kota Tangerang Selatan yang telah membantu selam
pengambilan data.
n
7. Teman-teman Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat 2014 yang selalu memberika
si
dukungan dan motivasi baik selama masa perkuliahan hingga masa penyusunan skrip
g
8. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan dalam penyusunan skripsi ini yan
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun tidak mengurasi rasa terima kasih.
k
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki banya
kekurangan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Ciputat, April 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................................iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...............................................................................v

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................................vi

RIWAYAT HIDUP.....................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .................................................................................................ix

DAFTAR ISI................................................................................................................. x

DAFTAR TABEL....................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7

C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................7

D. Tujuan............................................................................................................. 8

E. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 10

x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 11

A. Stroke............................................................................................................ 1 1

1. Definisi dan Klasifikasi Stroke ................................................................. 1 1

2. Gejala Stroke............................................................................................. 1 2

3. Diagnosis Stroke ....................................................................................... 1 2

B. Diabetes Melitus (DM)................................................................................. 1 5

1. Definisi Diabetes Melitus (DM) ............................................................... 1 5

2. Gejala DM................................................................................................. 1 6

3. Diagnosis DM ........................................................................................... 1 7

C. Patofosiologi Stroke pada Penderita DM ..................................................... 1 8

D. Epidemiologi Stroke pada Pasien DM ......................................................... 2 2

E. Faktor Risiko Stroke pada Pasien DM ......................................................... 2 4

1. Usia ........................................................................................................... 2 4

2. Jenis Kelamin............................................................................................ 2 5

3. Ras/Etnis ................................................................................................... 2 6

4. Durasi Diabetes......................................................................................... 26

5. Riwayat Keluarga Penyakit Kardiovaskuler............................................. 27

6. Fibrilasi Atrium (FA)................................................................................ 28

7. Hipertensi.................................................................................................. 29

xi
8. Dislipidemia.............................................................................................. 32

9. Hiperurisemia............................................................................................ 35

10. Status Pekerjaan........................................................................................ 36

11. Merokok.................................................................................................... 38

F. Kerangka Teori................................................................................................. 41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 43

A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 43

B. Definisi Operasional..................................................................................... 46

C. Hipotesis ....................................................................................................... 49

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 50

A. Desain Penelitian .......................................................................................... 50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................ 50

C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 50

1. Populasi dan Sampel................................................................................. 50

2. Besar Sampel ............................................................................................ 51

3. Instrumen Penelitian ................................................................................. 54

4. Pengumpulan Data.................................................................................... 54

D. Pengolahan Data........................................................................................... 54

E. Analisa Data ................................................................................................. 55

xii
1. Analisis Univariat ..................................................................................... 55

2. Analisis Bivariat ....................................................................................... 55

F. Etik Penelitian .................................................................................................. 56

BAB V HASIL............................................................................................................ 57

A. Gambaran Tempat Penelitian ....................................................................... 57

B. Proporsi Kejadian Stroke pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2016 – 2017................................................................................................... 58

C. Karakteristik Individu Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun

2016 – 2017............................................................................................................. 59

D. Karakteristik Biologis pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 – 2017 ................................................................................................. 61

E. Gambaran Karakteristik Biologis dengan Kejadian Stroke pada Pasien DMdi

RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017 ................................................. 63

BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................... 67

A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 67

B. Gambaran Stroke pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun

2016 – 2017............................................................................................................. 68

C. Karakteristik Individu pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 – 2017 ................................................................................................. 71

xiii
D. Karakteristik Biologis Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun

2016 – 2017............................................................................................................. 76

1. Hipertensi ......................................................................................................... 77

2. Dislipidemia ..................................................................................................... 79

3. Asam Urat ........................................................................................................ 83

E. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke pada Pasien DM di

RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017 ................................................. 84

1. Hipertensi ......................................................................................................... 85

2. Dislipidemia ..................................................................................................... 87

3. Asam Urat ........................................................................................................ 93

F. Pandangan Islam mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stroke

pada Pasien DM ...................................................................................................... 96

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 105

A. Simpulan..................................................................................................... 105

B. Saran ........................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 108

LAMPIRAN.............................................................................................................. 120

Lampiran 1. Kuesioner Pengumpulan Data .......................................................... 120

Lampiran 2. Aplikasi Random Sampling.............................................................. 122

Lampiran 3. Analisis SPSS ................................................................................... 123

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII 2003.......................................... 30

Tabel 2. 2 Kriteria Diagnostik dan Pemeriksaan Laboratorium Dislipidemia ........... 32

Tabel 5. 1 Kejadian Stroke pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun

2016-2017 ................................................................................................................... 59

Tabel 5. 2 Karakteristik Individu pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 – 2017 ..................................................................................................... 59

Tabel 5. 3 Karakteristik Biologis Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan tahun

2016 – 2017................................................................................................................. 61

Tabel 5. 4 Hubungan Karakteristik Biologis dengan Kejadian Stroke pada Pasien DM

di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017 ................................................. 63

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor Risiko Stroke pada Pasien DM..................................................... 42

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian.................................................................... 43

Gambar 3. Rumus Uji Hipotesis Beda 2 Proporsi ..................................................... 52

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Pengumpulan Data .............................................................. 120

Lampiran 2. Aplikasi Random Sampling.................................................................. 122

Lampiran 3. Analisis SPSS ....................................................................................... 123

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab

kematian nomor tiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker baik di

negara maju maupun negara berkembang (Kemenkes, 2013). Stroke

merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang mana angka

mortalitasnya tinggi. Stroke menjadi penyebab kematian paling umum

kedua (11,8%) di seluruh dunia dan penyebab kecacatan ketiga paling

umum. Di Asia, beban stroke sangat serius dikarenakan kematiannya lebih

tinggi daripada di Eropa atau Amerika Utara (Kim, 2014). Selain

menyebabkan kematian, stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan

dan penyebab seseorang dirawat di rumah sakit dalam waktu lama.

Mayoritas penduduk dunia yang tinggal di negara-negara berkembang di

wilayah Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara berkontribusi terbesar

pada beban global stroke di Asia. Hal ini terjadi karena harapan hidup

meningkat, penurunan angka kematian karena penyakit menular dan

peningkatan prevalensi faktor risiko vaskuler sehingga beban stroke di

Asia semakin meningkat (Venketasubramanian et al., 2017).

Stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadinya

gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian

jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan

atau kematian. Penyebab stroke adalah pecahnya pembuluh darah di otak

1
2

dan atau terjadinya thrombosis dan emboli. Gumpalan darah akan masuk

ke aliran darah sebagai akibat dari penyakit lain atau karena adanya bagian

yang cedera dan menutup/menyumbat arteri otak. Stroke dibagi menjadi


otak a
du
n
jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik
n
merupaka jenis stroke yang paling sering terjadi. Stroke iskemik yang

terjadi sebagia besar merupakan komplikasi vaskular (Batticaca, 2008).


n
Penelitian yang dilakukan oleh Delima et al., (2016) menunjukka
i
bahwa DM menjadi salah satu faktor risiko dominan penderita stroke d
a
Indonesia. Prevalensi stroke pada penderita DM sebesar 6.7% dan risikony
.
sebesar 2.96 kali (95% CI 2.62-3.34) dibanding yang tidak DM
e
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, prevalensi diabetes disertai strok
a
di Indonesia sebesar 0,4% (Rosyada dan Trihandini, 2013). Hiperglikemi
u
terjadi pada 30-40% pasien dengan stroke iskemik akut, juga pada individ
n
tanpa riwayat DM yang diketahui (Luitse et al., 2012). Rammal da
M
Almekhlafi (2016) dalam studi literatur menemukan bahwa prevalensi D
k
dan stroke di negara-negara Timur Tengah sebesar 37.5%. Gray dk
e
menyebutkan bahwa diperkirakan sepertiga dari semua pasien strok
i
menderita DM (Tripathy et al., 2012). Stroke berisiko dua sampai tiga kal
s
lebih tinggi pada orang dengan DM dibanding dengan orang tanpa DM
dkk., 2011).

Hiperglikemia pada penderita DM jangka panjang memiliki

dampak meningkatkan risiko kejadian stroke (Baughman and Hackley,

2000). Sebuah studi dengan melibatkan populasi besar menunjukkan

bahwa stroke menjadi lebih sering terjadi dan memiliki mortalitas yang

tinggi pada pasien


dengan DM (Tripathy et al., 2012). Individu dengan DM sangat rentan

terhadap konsekuensi penyakit pembuluh darah otak kecil. Hal tersebut

disebabkan perubahan patologis dalam pembuluh darah di berbagai lokasi

dan menyebabkan stroke jika pembuluh serebral secara langsung

terpengaruh. Peningkatan risiko ini sering terlihat pada individu dengan DM

dan dikaitkan dengan hasil klinis yang lebih buruk termasuk kematian,

terutama setelah stroke iskemik (Chen et al., 2016). Sebuah studi yang

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara intoleransi glukosa dan DM

dengan kejadian stroke menunjukkan bahwa subjek dengan DM dan

glukosa tinggi meningkatkan jenis stroke tromboemboli. DM diketahui

meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis arteri serebral. Riwayat

stroke lebih sering ditemukan pada orang yang menderita DM dibandingka


n

dengan orang dengan toleransi glukosa normal (Tripathy et al., 2012).

Beberapa kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko stroke

pada penderita DM. DM dapat meningkatkan aterosklerosis dan juga

meningkatkan faktor risiko stroke lainnya seperti hipertensi dan

hiperlipidemia (Yueniwati, 2015). Béjot dan Giroud (2010) juga

menyebutkan hal yang serupa bahwa faktor risiko vaskular seperti

hipertensi dan dislipidemia berkontribusi terhadap peningkatan risiko e

pada pasien dengan DM. Penelitian dengan disain studi kohort prospektif

oleh Chen et al., (2009) menemukan bahwa hiperurisemia merupakan

faktor risiko mortalitas stroke pada kelompok risiko tinggi seperti pasien

DM.

Pasien DM memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit

kardio-serebrovaskular dibandingkan dengan populasi normal (Permana,


2009). Berdasarkan penelitian Satriawibawa dan Saraswati (2015) pada

pasien DM di RSUP Sanglah, komplikasi kronis paling banyak terjadi pada

sistem kardiovaskuler sebesar 25%. Salah satu gangguan vaskuler yang

sering muncul menyertai DM adalah hipertensi. Lebih dari 70% penderita

diabetes memiliki tekanan darah tinggi atau memiliki riwayat menggunakan

obat hipertensi (Deshpande et al., 2008). Berdasarkan Riskesdas 2007

menunjukkan prevalensi DM disertai hipertensi sebesar 35.1%. Sedangkan

prevalensi DM, hipertensi disertai stroke sebesar 3.9% (Rosyada dan

Trihandini, 2013). DM bersama dengan hipertensi diketahui dapat

meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.

Berdasarkan penelitian Kissela et al., (2005) bahwa sekitar 25% dari

populasi risiko stroke disebabkan oleh diabetes saja atau diabetes yang

dikombinasikan dengan hipertensi. Hipertensi saja menyumbang sekitar

10% dari risiko stroke populasi.

Dislipidemia diketahui juga berhubungan dengan DM. Hampir 50%

pasien DM menderita dislipidemia (Vijayaraghavan, 2010). Hipertensi dan

dislipidemia juga sering muncul bersamaan pada pasien DM. Berdasarkan

penelitian cross sectional oleh Adinortey et al., (2011) di Ghana,

dislipidemia umum ditemukan pada pasien DM. Hipertensi juga umum

ditemukan bersamaan dengan dislipidemia pada penderita DM dalam

penelitian ini. Pada pasien DM, terjadi kelainan metabolisme lipid karena

adanya resistensi insulin. Resistensi insulin ini menyebabkan peningkatan

lipolysis pada jaringan adipose sehingga terjadi peningkatan lemak dalam

darah termasuk kolesterol dan trigliserida (Mooradian, 2009).


Hiperkolesterolemia akan memicu peningkatan kolesterol LDL dan

penurunan kadar kolesterol HDL yang mana berperan dalam proses

terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis yang terbentuk merupakan cikal

bakal terjadinya stroke (Noviyanti et al., 2015).

Peningkatan kadar asam urat terbukti meningkatkan risiko CVD

dalam studi kohort prospektif tentang kelompok berisiko tinggi sepert i

pasien DM, hipertensi, dan stroke. Pengamatan ini dikaitkan dengan

hubungan kadar asam urat tinggi dengan sindrom metabolik dan resistensi

insulin. Selain itu, risiko kardiovaskuler signifikan pada pasien DM dan

hiperurisemia dengan hazard ratio 1.64 (p <0.001) (Chen et al., 2009).

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi pada pasien stroke dengan DM. Perbedaan jenis kelamin ini

memberikan efek yang berbeda terhadap komplikasi stroke. Dalam

penelitian Hankey et al., (2012) yang melibatkan 10.000 pasien diabetes

menunjukkan hasil bahwa laki-laki merupakan faktor risiko independen

untuk stroke iskemik. Namun hal berbeda ditemukan dalam penelitian

Myint et al., (2008) bahwa diabetes secara signifikan meningkatkan risiko

stroke pada wanita. Selain itu, subjek penelitian yang mengalami stroke

ditemukan risikonya meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada

wanita, risiko penyakit kardiovaskuler lebih rendah pada masa usia

reproduksi.

Peningkatan risiko stroke pada pasien DM terlihat pada subjek yang

berusia lebih muda, terutama di kalangan wanita (Béjot and Giroud, 2010).

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa subjek yang berusia <65 tahun


dengan rasio risiko menunjukkan lebih dari 5 kali lipat. Risiko berlebih ini

terlihat sangat mencolok dalam kelompok usia <65 tahun (Khoury et al.,

2013). Sehingga risiko stroke lebih tinggi pada populasi berusia mud a

dengan DM. Orang dengan DM terutama di negara berpenghasilan rendah

dan menengah sebagian besar usianya <65 tahun (masing-masing 88% dan

77%), sementara hampir setengah dari kasus di negara-negara

berpenghasilan tinggi berada di atas usia tersebut (44%).

Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi stroke di Banten

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 5,1 permil dan yang

terdiagnosis nakes dan gejala sebesar 9,6 permil. Prevalensi stroke

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di provinsi Banten adalah

Kota Tangerang Selatan (7,7‰). Selain itu, prevalensi diabetes terdiagnosis

dokter tertinggi maupun yang terdiagnosis dokter dan gejala tertinggi yaitu

Kota Tangerang Selatan (1,7% dan 1,9%). Namun, data epidemiologis

mengenai prevalensi stroke pada pasien DM belum banyak tersedia di

Indonesia begitu juga di Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan data

Riskesdas tahun 2007, diabetes melitus dan stroke di Indonesia

prevalensinya sebesar 0,4%. Tingginya prevalensi DM yang merupakan

faktor risiko utama stroke dan belum tersedianya data epidemiologi stroke

pada pasien DM di Kota Tangerang Selatan sehingga penulis tertarik untuk

melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stroke pada pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan.


B. Rumusan Masalah

Stroke merupakan penyakit yang memiliki angka mortalitas tinggi,

khususnya di negara berkembang. Selain menyebabkan kematian, stroke

juga merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab seseorang

dirawat di rumah sakit dalam waktu lama. Pada pasien DM, kejadiane

strok berisiko dua sampai enam kali lebih tinggi dibandingkan dengang

oran tanpa DM. Diperkirakan sepertiga pasien stroke menderita DM.

Berdasarkan hasil penelitian Delima dkk menggunakan data

Riskesdas tahun 2007, komplikasi diabetes melitus yang menjadi stroke di

Indonesia prevalensinya sebesar 0,4%. Prevalensi DM di Kota Tangerang

Selatan adalah tertinggi diantara kota/kabupaten di Provinsi Banten. Adany


a

hipertensi pada pasien DM memperbesar peluang untuk terjadinya stroke.

Dislipidemia dan meningkatnya kadar asam urat berhubungan dengan

inflamasi sel dan menyebabkan aterosklerosis yang dapat berujung pada

stroke. Belum tersedianya data epidemiologis mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian stroke pada pasien DM khususnya di Kota

Tangerang Selatan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

faktor-faktor yang berhubungan dengan stroke pada pasien DM di RSU

Kota Tangerang Selatan tahun 2016 – 2017.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana proporsi kejadian stroke pada pasien DM di RSU Kota

Tangerang Selatan tahun 2016 – 2017?


2. Bagaimana proporsi karakteristik individu (usia, jenis kelamin dan

status pekerjaan) dan karakteristik biologis (hipertensi, kolesterol

total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan asam urat)

pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2016 – 2017?

3. Bagaimana hubungan karakteristik biologis (hipertensi, kolestero l

total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan asam urat)

pada pasien DM dengan kejadian stroke di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017?

D. Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap kejadian

stroke pada pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2016 –

2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui gambaran kejadian stroke pada pasien DM di RSU

Kota Tangerang Selatan tahun 2016 – 2017.

2) Mengetahui gambaran karakteristik individu (usia, jenis kelamin

dan status pekerjaan) pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2016 – 2017.

3) Mengetahui gambaran karakteristik biologis (hipertensi, kolesterol

total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, rasio kolesterol


total / HDL, rasio trigliserida / HDL dan asam urat) individu pasien

DM di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2016 – 2017.

4) Mengetahui hubungan karakteristik biologis (hipertensi, kolesterol

total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, rasio kolesterol

total / HDL, rasio trigliserida / HDL, dan asam urat) terhadap

kejadian stroke pada pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2016 – 2017.

E. Manfaat Penelitian

a. Bagi RSU Kota Tangerang Selatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan saran mengenai

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke pada pasie


n

DM di RSU Kota Tangerang Selatan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dan informasi kepada

peneliti selanjutnya untuk bisa melakukan penelitian dengan topikg

yan sama.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan bagi masyarakat terutama pasien DM yang merupakan

kelompok yang berisiko tinggi agar dapat melakukan pencegahan dari

komplikasi stroke.
F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan disain studi cross

sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko stroke

pada pasien DM. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan data sekunder yaitu berasal dari rekam medis pasien DM

tahun 2016 – 2017. Adapun variabel dalam penelitian ini meliputi usia, s

jeni kelamin, status pekerjaan, hipertensi, kolesterol total, trigliserida, l

kolestero HDL, kolesterol LDL, rasio kolesterol total / HDL, rasio ,

trigliserida / HDL dan kadar asam urat. Analisis menggunakan t

univariat dan bivaria dilaksanakan pada bulan April – Desember 2018.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

1. Definisi dan Klasifikasi Stroke

Stroke merupakan salah satu penyakit serebrovaskuler yang

sering dijumpai. Stroke adalah episode akut dari disfungsi fokal otak,

retina atau sumsum tulang belakang yang berlangsung lebih dari 24

jam atau durasi pencitraan (CT atau MRI) atau otopsi menunjukkan

infark fokal atau perdarahan yang relevan dengan gejala. Definisi ini

juga mencakup perdarahan subarachnoid (Hankey, 2017).

Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak karena

pembuluh darah pecah atau terhalang oleh gumpalan. Akibatnya

pasokan oksigen dan nutirisi terhalang sehingga menyebabkan

kerusakan pada jaringan otak (WHO, 2015).

e
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan strok

hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh arteri yang tersumbat id

otak. Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang pecah

di otak. Iskemik adalah jenis stroke yang paling umum, terdiri dari

85% dari semua presentasi stroke di negara maju. Sedangkan di Asia

Selatan proporsinya sedikit kurang yaitu 70-75% (Hill, 2014).

11
12

2. Gejala Stroke

Gejala stroke yang paling umum adalah kelemahan mendadak

atau mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu

sisi tubuh, Gejala lain termasuk kesulitan berbicara atau memahami

pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata,

kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinas


i

tubuh, sakit kepala berat tanpa penyebab yang diketahui, pingsan ata
u

tidak sadarkan diri (WHO, 2015).

Selain itu, gejala lain yang terkait bervariasi dan mencerminkan

penyebab atau konsekuensi stroke. Gejala atypical stroke termasuk

vertigo yang terisolasi, kebutaan binocular, amnesia, anosognosia,

dysarthria, disfagia, stridor, aksen asing, hemibalisme, alien hand

syndrome, kebingungan dan kesadaran yang berubah. Stroke yang

sangat parah dapat menyebabkan kematian mendadak (Hankey,

2017).

3. Diagnosis Stroke

Algoritma FAST (Fast, Arm, Speech dan Test) untuk stroke

diakui sangat sensitive dan spesifik seperti skor Recognition of Stroke

in the Emergency Room (ROSIER). CT scan kranial non-kontras

memiliki sensitivitas hampir sempurna untuk mendeteksi perdarahan

intracranial segar, tetapi kepekaannya untuk diagnosis stroke iskemik

buruk jika iskemik baru terjadi, kecil atau di fossa posterior (Hankey,

2017).
Diagnosis jenis stroke yang sedang berlangsung sangat penting

karena perawatan stroke bergantung pada jenis stroke, dalam

beberapa

kasus tergantung pada lokasi cedera di otak. MRI difusi (DWI-MRI)

mendeteksi iskemik otak akut sekitar 90% pasien dengan stroke

iskemik dan sekitar sepertiga pasien dengan gejala transien yang

berlangsung kurang dari 24 jam. DWI-MRI dapat menganggap stroke

pada pasien dengan stroke mimic (misalnya kejang, migraine,

hipoglikemia, tumor, ensefalitis, abses dan multiple sclerosis).

Kepekaan MRI Gradient-echo T2-weighted sensitif seperti CT untuk

hemoragik akut dan lebih sensitive untuk hemoragik sebelumnya.

Sekitar 20-25% pasien dengan gejala-gejala stroke mengalami stroke

mimic; paling sering adalah kejang, syncope, sepsis, vestibulopati

perifer, dan ensefalopati toksik atau metabolik. Diagnosis stroke yang

paling sulit yaitu pada jam awal, terutama jika onset tidak pasti, ciri-

ciri tidak khas atau berubah, pasien tidak sehat atau tidak tenang, s

akse ke pencitraan tertunda, atau pencitraan otak terlihat normal ,

(Hankey

2017). n

Tes diagnostik memeriksa bagaimana otak terlihat, bekerja da i

mendapatkan
yaitu suplaidan
tes pencitraan darahnya.
tes aliranTes ini (American
darah dibagi menjadi
Heart dua kategor
Association,

2018).

1) Tes Pencitraan (Imaging Tests)

 CT (computed tomography) atau CAT scan. Tes ini

menggunakan radiasi untuk membuat gambar (seperti X-


ray) otak. Biasanya ini adalah salah satu tes pertama yang

diberikan kepada pasien dengan gejala stroke. Hasil tes

memberikan informasi berharga tentang penyebab strok


CT e

dan lokasi serta tingkat cedera otak.

 MRI (magnetic resonance imaging). Tes ini menggunakan

medan magnet besar untuk menghasilkan gambar otak.

Seperti CT scan, MRI menunjukkan lokasi dan tingka t

cedera otak. Gambar yang dihasilkan oleh MRI lebih tajam

dan lebih detail daripada CT scan, sehingga serin g

digunakan untuk mendiagnosis luka yang kecil dan dalam.

 CTA (computed tomographic angiography). Dalam CTA ,

bahan kontras khusus (pewarna) disuntikkan ke pembuluh

darah dan gambar diambil dari pembuluh darah untuk

mencari kelainan seperti aneurisma.

 MRA (magnetic resonance angiography). Dalam tes ini ,

pembuluh darah dicitrakan melalui pemindai resonansi

magnetik untuk menemukan aneurisma serebral. Tes

lanjutan tambahan yang mungkin dilakukan termasu


k
perfusi CT, difusi MRI tertimbang atau perfusi MRI.

2) Uji Aliran Darah. Tes ini memberikan informasi tentang kondisi

di kepala dan leher pasien yang memasok darah ke otak. Cerebral

angiography (or cerebral arteriography) adalah salah satu jenis

tes yang memberikan gambaran aliran darah melalui pembuluh

darah. Tes ini dapat meninjau ukuran dan lokasi

penyumbatan. Zat
khusus disuntikkan ke dalam pembuluh darah dan X-ray diambil.

Tes ini sangat penting dalam mendiagnosis aneurisma dan

pembuluh darah yang cacat.

B. Diabetes Melitus (DM)

1. Definisi Diabetes Melitus (DM)

Diabetes melitus (DM) dikategorikan menjadi dua jeni s

berdasarkan kemampuan pankreas mengeluarkan insulin yaitu DM

tipe1 yang ditandai dengan ketidakmampuan pankreas memproduksi

insulin dan DM tipe2 yang ditandai oleh sekresi insulin yang normal

atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas sel sasaran terhadap insulin

berkurang sehingga menyebabkan resistensi insulin. Proporsi kejadian

DM tipe2 menyumbang sekitar 90-95% dan DM tipe1 hanya sebesar

5% dari seluruh populasi di dunia (Sherwood, 2012; Fatimah, 2015).

Perkembangan dari metabolisme glukosa normal menjadi DM

terjadi secara bertahap dan terjadi selama bertahun-tahun. Pada tahap

awal pembentukan DM, terjadi penurunan kepekaan terhadap insulin,

kemudian diatasi oleh peningkatan sekresi insulin. Namun,

pengaktifan berlebihan pankreas yang terus menerus akhirnya

menghabiskan kapasitas sekresi cadangan sel beta yang secara

genetik telah lemah. Sehingga pankreas gagal untuk mencegah

hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan tanda utama dari diabetes

melitus, terjadi karena berkurangnya penyerapan glukosa oleh sel,

disertai oleh peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati. Glukosa

tidak dapat
digunakan oleh sel tubuh tanpa bantuan insulin sehingga

menyebabkan kelebihan glukosa ekstrasel bersamaan dengan

defisiensi glukosa intrasel (Sherwood, 2012).

Perkiraan prevalensi global diabetes tipe 2 adalah 3,8%.

Prevalensi tidak berbeda berdasarkan jenis kelamin dan meningkat

seiring dengan usia, hingga 20-25% pada pasien yang lebih dari 56

tahun. Selama beberapa dekade terakhir, diabetes tipe 2 telah menjadi

lebih umum di kelompok usia yang lebih muda, termasuk remaja.

Berbagai faktor terlibat dalam pembentukan DM. Resistensi

insulin berkembang karena faktor lingkungan, khususnya obesitas n

da gaya hidup sedenter. Pasien DM mengalami obesitas sebesar %

90 (Sherwood, 2012). Selain itu, riwayat keluarga memberikan -

risiko 2

4 kali dari gangguan tersebut. (Luitse et al., 2012).

2. Gejala DM M

Berikut merupakan gejala-gejala khas pada orang dengan D

(Drive et al., 2015):

 Sering buang air kecil (polyuria) )

 Merasa sangat lapar sehingga banyak makan (Polifagia)

 Kelelahan ekstrim

 Pandangan kabur

 Penurunan berat badan tanpa diketahui sebab yang jelas

 Kesemutan, nyeri atau mati rasa di tangan atau kaki


3. Diagnosis DM

Kumar dkk., (2015) mengemukakan bahwa kadar glukosa

darah normal dipertahankan pada jarak sangat sempit, biasanya antara

70 hingga 120 mg/dL. Diagnosis DM ditegakkan dengan n

peningkata glukosa darah melalui satu dari tiga kriteria di bawah

ini: u

a) Konsentrasi glukosa darah sewaktu 200 mg/dL atai

lebih, dengan tanda dan gejala-gejala khas sepert

polyuria, polydipsia, polifagia dan lain-lain. a

b) Konsentrasi glukosa puasa 126 mg/dL atau lebih pad

lebih dari satu kesempatan. g

c) Tes toleransi glukosa oral (TTGO) abnormal, yan2

konsentrasi glukosanya adalah 200 mg/dL atau lebih,g

jam setelah pemberian beban karbohidrat standar (75

glukosa). n

Selain itu, diagnosis DM juga dapat ditegakkan denga.,

peningkatan satu dari tiga kriteria di bawah ini (Rudijanto et al

2015): . a

adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam

b) Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam

setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan

beban glukosa 75 gram.


c) Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan

metode yang terstandarisasi oleh National

Glycohaemoglobin Standarization (NGSP).

C. Patofosiologi Stroke pada Penderita DM

DM dapat menjadi berbahaya oleh karena metabolisme glukosa yang

abnormal dan gangguan metabolisme lainnya memiliki efek patologis yang

serius pada hampir seluruh tubuh dalam jangka waktu tertentu yang disebut

komplikasi. Patogenesis komplikasi jangka panjang diabetes bersifat

multifaktor, walaupun hiperglikemia persisten tampaknya merupakan

mediator utama.

Salah satu komplikasi diabetes yang paling penting adalah

abnormalitas pembuluh darah (Kumar dkk., 2015). Komplikasi kronis

diabetes vaskular dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan

makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sara f

(neuropati), kerusakan system ginjal (nefropati), dan kerusakan mata

(retinopati). Sedangkan komplikasi makrovaskuler komplikasi

makrovaskuler disebabkan oleh aterosklerosis, termasuk stroke, penyakit

jantung, dan penyakit pembuluh darah perifer (Rosyada dan Trihandini,

2013). Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa masing-masing komplikasi

satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan

(Sudoyo et al., 2006). Komplikasi kronis menyebabkan usia harapan hidup

pengidap diabetes memendek, terutama melibatkan degenerasi pembuluh

darah dan saraf. Lesi kardiovaskuler adalah penyebab tersering kematian

dini pasien
diabetes. Selain itu, insiden stroke lebih tinggi pada pasien diabetes

daripada pasien nondiabetes (Sherwood, 2012).

Diabetes melitus merupakan faktor risiko yang kuat untuk stroke.

Beberapa mekanisme yang terkait diabetes dianggap menyebabkan stroke.

Mekanisme tersebut termasuk disfungsi endothelial vaskular, peningkatan

kekakuan arteri dini, inflamasi sistem dan penebalan membran basal .

kapiler Sehingga, orang dengan diabetes melitus memiliki arteri yang ,

lebih kaku perubahan struktural awal, dan penurunan elastisitas n

dibandingkan denga individu tanpa diabetes melitus (Bushnell et al.,

2014). n

Fungsi endotel vaskular sangat penting untuk keutuhan struktural dan

fungsional dinding pembuluh darah serta kontrol vasomotor (pergerakan

pada dinding pembuluh darah). Nitrat oksida (NO) atau juga dikenal dengai

nitrit monoksida, dihasilkan oleh sel endotel dan memiliki efek vasodilatast

(pelebaran diameter pembuluh darah) dan efek proliferasi pada sel otok

polos vaskuler. NO merupakan senyawa kimia yang penting untus

transportasi sinyal listrik di dalam sel-sel dan berfungsi dalam prosen

fisiologis dan patologis. NO juga berperan dalam regulasi dan pemeliharaan

tekanan pembuluh darah. Apabila terjadi penurunan kadar NO aka .

Semakin rendah kadar NO darah, semakin tinggi tekanan darah sistolik dan

diastolik. Semakin parah kerusakan endotel akibat stress oksidatif yang

berlebihan, maka produksi NO akan semakin rendah, tekanan darah

semakin tinggi dan hipertensi bertambah berat (Astutik et al., 2013). Hal

tersebut dapat memicu percepatan aterosklerosis. Hal yang dapat terjadi


yaitu vasodilatasi NO-dimediasi terganggu pada individu dengan diabetes,

karena peningkatan inaktivasi NO atau penurunan reaktivitas otot polos ke

NO. Pasien DM memiliki arteri yang lebih kaku dan penurunan elastisitas

dibandingkan dengan subjek yang memiliki kadar glukosa normal (Chen et

al., 2016).

Sel-sel inflamasi ditemukan pada seluruh fase pembentukan plak

aterosklerosis (ateroma) dan sangat terkait dengan pembentukan plak dan

ruptur. Inflamasi berperan dalam inisiasi perkembangan dan komplikasi lesi

aterosklerotik. Risiko aterosklerotik dapat meningkat pada pasien diabetes

dengan meningkatnya kadar kolesterol di dalam darah. Beberapa pertanda

inflamasi ini juga dapat berkorelasi dengan risiko PJK. Selanjutnya, kondis
i

ini juga dihubungkan dengan meningkatnya risiko stroke. (Kumar et al.,

2015).

Creager et al dalam Silih (2012) menyebutkan bahwa pada pasien

diabetes terjadi perubahan metabolik meliputi hiperglikemia, pengeluaran

berlebihan asam lemak bebas, dan resistensi insulin yang menyebabkan

abnormalitas fungsi sel endotel yang terjadi karena penurunan aviabilitas

NO. Hal serupa juga dikatakan oleh Symons et al pada percobaan dengan

mencit yang menyimpulkan bahwa toleransi glukosa terganggu dan

peningkatan asam lemak bebas berhubungan dengan kerusakan endotel dan

hipertensi.

Hiperglikemia merupakan faktor awal perkembangan komplikasi

diabetes vaskular. Hiperglikemia terbukti meningkatkan stress oksidatif

yang mengarah ke beberapa proses patologis yang terlibat dalam

komplikasi
mikrovaskular yang berhubungan dengan diabetes melitus (Tun dkk.,

2017). Hiperglikemia kronis meningkatkan produksi protein yang

oleh produk glikasi akhir, peningkatan stress oksidatif dan inflamasi yang
dimodifikasi

mengarah ke disfungsi endotel. Awal peristiwa ini mengarah pada aktivasi

beberapa jalur sinyal hilir yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan

vaskular dan target disfungsi organ (Maric-Bilkan, 2017). Stres oksidatif

sangat berperan dalam pengembangan komplikasi diabetes khususnya

mikrovaskuler (Giacco dan Brownlee, 2010).

Stres fisiologis stroke berkontribusi terhadap peningkatan sirkulasi

CRH (counterregulatory hormone; kortisol, catecholamine, hormon

pertumbuhan, glukagon) dan sitokin proinflamasi. Faktor-faktor gabungan

ini menyebabkan produksi glukosa yang berlebihan dan mengurangi

penyerapan glukosa. Hiperglikemia juga telah terbukti memperburuk cedera

otak iskemik akut (meningkatkan edema otak, herniasi otak, ukuran infark,

dan penurunan reperfusi) yang berpotensi meningkatkan risiko morbiditas

dan mortalitas pada orang dengan diabetes melitus (Bushnell et al., 2014).

Diabetes dapat meningkatkan kerentanan aterosklerosis arteri l


serebra
,
(Luitse et al., 2012). Aterosklerotik dapat menyerang arteri di seluruh
k
tubuh tetapi konsekuensi paling serius adalah yang mengenai pembuluh
dan jantung (Sherwood, 2012). Infark otak aterothrombotik, dampak

intoleransi glukosa, glikosuria atau gula darah lebih besar dari 150 mg%

lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan signifikan serta

independen terhadap stroke (Tripathy et al., 2012).


Penyakit aterosklerosis arteri besar mungkin melibatkan pembuluh

darah arteri ekstrakranial, arteri karotid, dan arteri vertebralis, dan lebih

jarang pada lengkungan aorta dan pembuluh darah besar. Mekanisme stroke

dalam hal ini biasanya arteroembolic; suatu ruptur arteroembolik pecah

dengan pembentukan trombus lokal, yang kemudian melebur ke otak.

Aterosklerosis arteri besar mungkin juga melibatkan arteri intrakranial dan

mekanisme stroke mungkin merupakan trombosis in situ pada ruptur plak.

Pasien diabetes memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk

mengembangkan penyakit aterosklerotik intrakranial. Penyakit arteri besar

membentuk sekitar 25% dari gejala stroke iskemik (Hill, 2014).

Stroke pada pasien DM mungkin berhubungan dengan penyakit

pembuluh darah (vasculopathy) dengan banyak mekanisme patofisiologinya

atau secara tidak langsung karena komplikasi DM dan keterlibatan organ

lain. Stroke yang merupakan komplikasi makrovaskular DM sangat sulit

untuk memiliki determinan dan mekanisme patogenetik sendiri, yang

mengarah ke peningkatan atherogenesis atau trombosis. Komplikasi

aterosklerosis bertanggung jawab atas 50% kematian pada pasien dengan

DM (Tripathy et al., 2012).

D. Epidemiologi Stroke pada Pasien DM

Di Amerika Serikat, DM adalah penyebab utama kematian ketujuh

dan 65% kematian ini disebabkan penyakit kardiovaskular (CVD) atau

stroke atau keduanya (Chen et al., 2016b). Berdasarkan penelitian

menggunakan data Riskesdas 2013 yang dilakukan oleh Delima dkk (2016)
menunjukkan bahwa DM menjadi salah satu faktor risiko dominan

penderita stroke di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi

DM disertai stroke di Indonesia sebesar 0,4% (Rosyada dan Trihandini,

2013). Hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah) terjadi pada 30-

40% pasien dengan stroke iskemik akut, juga pada individu tanpa riwayat

diabetes yang diketahui (Luitse et al., 2012). Prevalensi stroke pada pasien

terdiagnosis DM antara 8-24%. Namun pada DM yang tidak terdiagnosis

diperkirakan prevalensinya mencapai hingga 42%. Gray dkk menyebutkan

bahwa diperkirakan sepertiga dari semua pasien stroke menderita diabetes

melitus (Tripathy et al., 2012).

Faktor risiko stroke dibedakan menjadi faktor yang tidak dapat

dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. DM merupakan faktor

risiko penting untuk stroke yang dapat dimodifikasi. DM dapat

menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak ditangani dengan benar.

Stroke terjadi 2 kali lebih sering pada orang dengan DM dibandingkan

dengan orang tanpa DM. Pasien DM yang memiliki risiko stroke mirip

dengan orang tanpa DM yang usianya 15 tahun lebih tua (Hill, 2014).

Individu dengan DM lebih cenderung juga mengalami obesitas, penyakit

arteri perifer, aterosklerosis arteri besar dan stroke (Chen et al., 2016b).

Obesitas, hipertensi dan dislipidemia sering berdampingan dengan DM dan

menambah risiko relatif stroke lebih tinggi (Tun et al., 2017).

Perbedaan terlihat jelas dalam pola stroke antara pasien diabetes dan

mereka yang tidak menderita diabetes. Pasien diabetes memiliki proporsi

stroke iskemik lebih tinggi dibandingkan dengan stroke hemoragik dan


infark lakunar. Sehingga stroke iskemik adalah jenis stroke yang paling

umum (Tun et al., 2017).

Penelitian Kissela et al., (2005) yang dilakukan pada 2,719 pasien

diabetes dan non diabetes di 19 rumah sakit wilayah Greater

Cincinnati/Kentucky Utara menemukan bahwa penderita stroke Afrika-

Amerika lebih cenderung memiliki diabetes (36% dari pasien stroke -

Afrika Amerika dibandingkan dengan 30% kulit putih (P=0.005)).

E. Faktor Risiko Stroke pada Pasien DM

1. Usia

DM merupakan faktor risiko yang penting untuk stroke iskemik,

terutama pada pasien berusia kurang dari 65 tahun. Pada pasien stroke

iskemik dengan DM usianya lebih muda dibandingkan dengan pasien strok


e

iskemik tanpa DM yaitu berkisar usia antara 35 – 54 tahun pada orang

Afrika Amerika dan 45 – 64 tahun pada orang kulit putih (Kissela dkk.,

2005). American Diabetes Association menyatakan bahwa risiko relati


f

stroke lebih tinggi pada kelompok umur lebih muda daripada kelompo
k

umur lebih tua (Icks dkk., 2011). Chen et al., (2016) menyatakan bahwa

risiko stroke lebih tinggi pada populasi muda dengan DM, terutama pada

usia sebelum 55 tahun pada kelompok Afrika-Amerika dan usia sebelum

65 tahun pada kelompok kulit putih.


2. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin memberikan efek yang berbeda terhadap

risiko komplikasi makrovaskuler termasuk stroke pada orang dengan DM.

Risiko stroke laki-laki secara substansial lebih tinggi daripada risiko stroke

perempuan, dan perbedaan ini ditekankan pada orang Afrika Amerika

dibandingkan dengan kulit putih (Kissela et al., 2005). Hasil penelitian

Hankey et al., (2012) menunjukkan bahwa laki-laki merupakan faktor

independen terjadinya stroke iskemik. Wanita usia reproduksi memiliki

risiko penyakit kardivaskuler lebih rendah dibandingkan dengan pria usia

dan gaya hidup yang sama. Namun, saat wanita mengalami menopause ,

dini risiko kardiovaskulernya meningkat. Usia dini menopause 5

sebelum 4 tahun dikaitkan dengan risiko mortalitas penyakit h

kardiovaskuler yang lebi tinggi (Demel et al., 2018).

Perbedaan ini terkait hormon estrogen pada perempuan dapat

menangkal beberapa efek yang tidak menguntungkan dari faktor gaya hidup

pada stroke, seperti pengurangan sensitivitas insulin, perubahan

metabolisme lipid, dan peningkatan inflamasi, dengan meningkatkan fungsi

endotel vaskular (Guo et al., 2018). Adanya diabetes yang dimiliki oleh

seorang perempuan secara fisiologis dan metabolik perjalanannya harus

lebih besar untuk memberikan efek yang lebih besar terhadap komplikasi

vaskuler dibandingkan dengan pria (Maric-Bilkan, 2017).


3. Ras/Etnis

Ras/etnis tertentu diketahui dapat mempengaruhi risiko

kardiovaskuler seseorang. Perbedaan etnis pada risiko komplikasi

makrovaskuler DM merupakan faktor risiko independen. Ras/etnis

seseorang berperan dalam mempengaruhi tingkat komplikasi terkait

diabetes. Penelitian cross sectional pasien DM tipe di RS Weatmead,

Australia menemukan bahwa orang Asia Selatan mengalami lebih banyak

komplikasi kardiovaskular dibandingkan dengan orang Kaukasia (Kou et

al., 2018).

Risiko stroke iskemik pada pasien diabetes kelompok kulit putih lebi
h

tinggi pada setiap kelompok-usia dibandingkan dengan pasien nondiabetes,

dengan RR sebesar 5,3 pada kelompok-usia 45 hingga 54 tahun. Di antar


a

orang Afrika Amerika, risiko diabetes dibandingkan dengan pasie


n

nondiabetes lebih besar (Kissela et al., 2005)

4. Durasi Diabetes

Lamanya menderita diabetes secara independen berhubungan dengan

risiko stroke iskemik. Risiko meningkat tiga kali lipat pada orang dengan

diabetes lebih dari 10 tahun dibandingkan dengan mereka yang tidak

menderita diabetes, tetapi peningkatan tidak banyak terjadi sebelum 10

tahun. Durasi diabetes selanjutnya dihubungkan dengan lesi aterosklerotik.

Ketebalan plak karotis telah terbukti untuk memprediksi stroke iskemik

(Banerjee et al., 2012). Ada interaksi antara usia dan durasi diabetes,

sehingga peningkatan risiko komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler


(termasuk stroke di dalamnya) yang disebabkan oleh peningkatan durasi

adalah lebih besar bagi mereka yang didiagnosis <60 tahun usia t

dibandingkan dengan mereka yang didiagnosis ≥60 tahun (Nanayakkara e

al., 2018).

Penelitian kasus-kontrol yang dilakukan oleh Perwati dkk. (2017 )

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara stroke iskemik akut denga n

lama menderita DM di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupate n

Wonogiri tahun 2017. Lama menderita DM dengan rentang waktu ≥5 tahu nt

terbukti sebagai faktor risiko kuat untuk terjadinya stroke iskemik aku t

setelah mengontrol variabel riwayat stoke dalam keluarga, riwaya

hipertensi, aktivitas fisik, dan tekanan darah diastolik.

5. Riwayat Keluarga Penyakit Kardiovaskuler

Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko utama pada

a
penyakit kardiovaskuler, termasuk stroke. Individu dengan riwayat keluarg

penyakit kardiovaskuler dianggap sebagai populasi berisiko tinggi. Selain

itu, individu yang memiliki riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler

memiliki tingkat faktor risiko terkait yang lebih tinggi seperti obesitas,

serum HDL-C rendah, trigliserida tinggi, tekanan darah > 100 mg/dl dan

kadar glukosa serum >100 mg/dl (Elis et al., 2008). Berdasarkan pedoman

American Heart Association tahun 2002, riwayat stroke dalam keluarga

direkomendasikan untuk menentukan individu memiliki risiko potensial

mengalami stroke. Penelitian kohort berbasis populasi yang berusia 30-79

tahun di China menunjukkan bahwa riwayat stroke dalam keluarga


merupakan faktor risiko independen stroke. Sebanyak 18,15% subyek

penelitian dengan riwayat keluarga stroke. Perbedaan dilaporkan antara

berbagai jenis riwayat stroke dalam keluarga (riwayat ibu, ayah dan saudara

kandung). Hazard ratio (HR) (95% CI) stroke kelompok riwayat strok
e

dalam keluarga adalah 1,50 (1,46-1,55). Kerabat tingkat pertama (first

degree relative) memiliki risiko paling tinggi untuk mengalami strok


e

dibandingkan dengan riwayat paternal dan maternal. Selain itu, riwayat

keluarga stroke positif pada usia muda memiliki risiko lebih tinggi dari

stoke dibandingkan pada usia lanjut. Partisipan yang memiliki riwaya


t

stroke dalam keluarga dibandingkan dengan orang tanpa riwayat strok


e

dalam keluarga lebih cenderung mengalami diabetes (Tian et al., 2017).

6. Fibrilasi Atrium (FA)

Fibrilasi Atrium adalah kelainan jantung dimana denyut jantung tidak

beraturan dan sering kali cepat. Fibrilasi Atrium dihubungkan dengan

peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan serebrovaskular.

Sekitar 25% stroke berkaitan dengan FA, namun stroke menjadi manifestasi

pertama dari FA yang sebelumnya tidak diketahui (Freedman et al., 2016).

FA sering ditemukan pada pasien diabetes dan kondisi tersebut akant

bersamaan lebih sering di kemudian hari karena kedua kondisi tersebut

prevalensinya meningkat.

Rerata insiden stroke dan emboli iskemik lain adalah 5%. Risiko

stroke pada FA adalah 15% per tahun yaitu berkisar 1,5% pada kelompok

usia 50 sampai 59 tahun dan meningkat hingga 23,5% pada kelompok usia
80-89 tahun (Yuniadi et al., 2014). FA meningkatkan risiko stroke dan

tromboemboli sistemik, namun risiko tersebut tergantung pada adanya

tambahan faktor risiko lain. Peningkatan risiko ini terjadi setidaknya pada

usia 65 tahun dan mengalami riwayat kondisi lain seperti diabetes,

hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya. Pada wanita

memungkinkan risiko yang lebih pada usia lebih dari 65 tahun atau dengan

setidaknya tambahan satu faktor risiko lain. Di Asia Timur, usia ≥50 tahun

sudah dapat meningkat risiko stroke (Freedman et al., 2016).

Movahed dkk (2005) menemukan bahwa diabetes merupakan faktor

risiko yang kuat untuk FA. Diabetes dikaitkan dengan berbagai kerusakan

metabolik termasuk resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, mediato


r

proinflamasi. Perubahan metabolik ini mengarah pada disfungsi endotel,

aktivasi abnormal dari sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) dan

percepatan atherogenesis, yang dapat bertanggung jawab untuk terjadinya

FA (Tadic and Cuspidi, 2015).

7. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan diman a

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan a au tekanan


t da ah diastolik
r ≥9 0

mmHg (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Untuk

menegakkan diagnosis hipertensi, minimal 2x dilakukan pengukuran

tekanan darah dengan jarak 1 minggu dan hasilnya <160/100 mmHg.


Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII 2003

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah

Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal 120 dan < 80

Pre-hipertensi 120 – 139 atau 80 – 90

Hipertensi tingkat 1 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

(Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2015)

Komplikasi hipertensi mencakup gagal jantung kongestif akibat

ketidakmampuan jantung memompa darah melawan tekanan arteri yang

terus menerus tinggi dan stroke akibat pecahnya pembuluh darah otak

(Sherwood, 2012).

Baik pada populasi umum maupun pada orang dengan DM, hipertensi

merupakan faktor risiko yang penting untuk stroke. Hipertensi pada pasien

diabetes mungkin disebabkan karena pengurangan produksi nitrogen oksida

(NO) dalam sel-sel endotel vaskular dan peningkatan pertumbuhan sel-sel

otot polos vaskular dipicu oleh stres oksidatif dan peradangan berdasarka n

hiperglikemia dan hipertensi (Katayama et al., 2018). Studi kohort hospital-

based yang dilakukan oleh Putaala dkk (2011) yang mengikutsertakan

sebanyak 1.008 pasien stroke iskemik, pasien dengan diabetes melitus tipe

1 (44 = 4.4%) dan tipe 2(60 = 6.0%) lebih cenderung memiliki hipertensi

dan stroke dibandingkan dengan pasien non diabetes. Hipertensi dipercaya

sebagai faktor risiko utama stroke pada pasien diabetes. Hubungan antara

diabetes dan hipertensi menjadi lebih kompleks (Tripathy et al., 2012).


Beberapa penelitian telah menunjukkan bukti yang cukup bahwa hipertensi

dan diabetes melitus memiliki efek langsung pada peristiwa atherosclerosis

stenosis sedang hingga berat pada arteri ekstrakranial dan intrakranial

(DeFronzo et al., 2015).

Umumnya pasien diabetes mengalami hipertensi (Hill, 2014).

Tekanan darah pada subjek diabetes lebih tinggi daripada populasi umum,

khususnya pada wanita. Ada kemungkinan bahwa peranan peningkatan

risiko stroke terlihat pada subjek hipertensi yaitu berhubungan dengan

abnormalitas metabolisme glukosa, yang mana berkorelasi bersama

hipertensi khususnya pada lansia. Diabetes dapat menambah risiko stroke

bahkan tanpa adanya peningkatan tekanan darah, sehingga pada subjek

diabetes adanya hipertensi semakin menambah risiko stroke (DeFronzo et

al., 2015). Baik diabetes maupun hipertensi, masing-masing dapat

menyebabkan abnormalitas pada karakteristik sentral dan perifer struktur

dan fungsi kardiovaskuler yang mendahului manifestasi klinis

kardiovaskuler. Sehingga adanya hipertensi pada pasien diabetes

menggandakan risiko kardiovaskuler.

Pertambahan usia semakin meningkatkan risiko stroke pada orang

dengan hipertensi di populasi penderita diabetes (Lingga, 2013). Sejalan

dengan hasil penelitian di Jordania tahun 2008 menemukan bahwa

terjadinya hipertensi berkaitan erat dengan pertambahan usia dan lamanya

menderita diabetes. Koeksistensi hipertensi pada pasien DM merupakan

kontributor utama perkembangan progresi makrovaskular dan

mikrovaskular. Suatu studi menggambarkan bahwa kelebihan risiko


signifikan serebrovaskular terkait mortalitas dibandingkan dengan pasien

diabetes tanpa hipertensi (Mubarak et al., 2008). Penuaan dan hipertensi

menyebabkan arteri mengeras akibat degenerasi media arteri, peningkatan

kolagen dan kandungan kalsium, dan dilatasi arteri besar dan hipertrofi.

Kemudian proses ini dipercepat oleh adanya diabetes dan resistensi insuli
n

(Stewart, 2002).

8. Dislipidemia

Kelainan metabolisme lipid ditandai dengan peningkatan kadar

kolesterol total, trigliserida, kolesterol low-density lipoprotein (LDL)

dan/atau penurunan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) dalam

darah. Dislipidemia merupakan faktor penting terjadinya aterosklerosis

sehingga dapat berisiko mengalami stroke.

Tabel 2. 2 Kriteria Diagnostik dan Pemeriksaan Laboratorium Dislipidemia

Komponen Lipid Batasan (mg/dL) Klasifikasi


Kolesterol total <200 Normal
200 - 239 Batas tinggi
≥ 240 Tinggi
Kolesterol LDL < 100 Optimal
100 – 129 Mendekati optimal
130 – 159 Batas tinggi
160 – 189 Tinggi
≥ 190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL < 40 Rendah
≥ 60 Tinggi
Trigliserida < 150 Normal
150 - 199 Batas tinggi
Komponen Lipid Batasan (mg/dL) Klasifikasi
200 – 499 Tinggi
≥ 500 Sangat tinggi
(Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)

LDL memiliki protein lebih sedikit dan kolesterol lebih banyak. LD L

dikena l sebaga i“kolesterol jahat” karena kolesterol diangkut ke se l,

termasuk sel-sel yang melapisi bagian dalam dinding pembuluh darah. LD L

mendistribusikan kolesterol ke jaringan perifer (Kumar et al., 2015). LD L

mudah menyusup pembuluh darah hingga akhirnya mengawal i

aterosklerosis. Keberadaan LDL teroksidasi di dalam dinding arteri adala h

pemicu utama proses peradangan yang menyebabkan pembentuka n

aterosklerotis. Adapun HDL adalah koleste ol “baik”


r karena HD L

mengeluarkan kolesterol dari sel dan mengangkutnya ke hati untu k

eliminasi parsial dari tubuh. HDL ini juga bersifat protektif pada tubuh dar i

pembentukan plak aterosklerotis dengan menghambat oksidasi LDL. Selai n

itu, HDL memiliki efek antiinflamasi sehingga membantu menstabilka n

plak aterosklerotik sehingga membuat kurang rentan untuk menjadi ruptur .

HDL memiliki kandungan protein paling banyak dan lebih sedikit l

kolestero (Sherwood, 2012). HDL memobilisasi kolesterol dari plak h

pembuluh
yang dara
sedang terbentuk maupun yang telah ada dan membawanya ke hati

untuk dieksresi bersama bilirubin (Kumar et al., 2015). Risiko

aterosklerosis berbanding terbalik dengan konsentrasi HDL sehingga kadar

HDL yang meningkat akan menurunkan kemungkinan terjadinya

atherosklerosis dalam arteri (Sherwood, 2012). Apabila kadar HDL

rendah, disertai
merokok dan berat badan berlebih dapat meningkatkan risiko stroke

(Nilawati et al., 2008).

Hiperlipidemia kronik terutama hiperkolesterolemia, secara langsung

dapat mengganggu fungsi sel endotel dengan cara meningkatkan produksi

radikal bebas oksigen lokal; salah satu peran radikal bebas oksigen tersebut

ialah degradasi NO sehingga menghambat vasodilator (Kumar et al., 2015).

Nilai kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL jika dilihat

secara independen terkadang kurang dapat mencerminkan risiko orang

tersebut untuk terkena gangguan dan penyakit kardiovaskuler. Millán et al.,

(2009) menjelaskan bahwa parameter lipid jika diisolasi secara independen

nilai risikonya lebih kecil, dibandingkan dengan rasio kolesterol total

terhadap HDL dan HDL terhadap LDL. Rasio trigliserida terhadap HDL

juga dapat mengidentifikasi individu dengan risiko sindrom metabolik dan

gangguan kardiometabolik (Afifah et al., 2017).

Perbandingan rasio kolesterol total dengan HDL yang tinggi

digunakan untuk mendeteksi dini risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Tingginya nilai rasio kadar kolesterol total dengan HDL dapat

menyebabkan berbagai macam masalah. Masalah yang akan timbul seperti

terjadinya pembekuan darah, pembentukkan plak arteri dan menimbulkan

peradangan atau inflamasi, pecahnya pembuluh darah, dan aterosklerosis

yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan beberapa kondisi

kesehatan seperti stroke iskemik (Maulida et al., 2018). Rasio trigliserida/

HDL diketahui menjadi penanda yang baik untuk mengidentifikasi

individu dengan risiko resistensi insulin, sindrom metabolik,

gangguan
kardiometabolik, perkembangan diabetes melitus, dan penyakit

kardiovaskuler (Afifah et al., 2017).

American Heart Association menjelaskan bahwa rasio kolesterol total

terhadap HDL merupakan angka perbandingan antara kolesterol total

dengan HDL, didapat dengan membagi nilai total kolesterol total denga
n

nilai kolesterol HDL. Rasio total kolesterol terhadap HDL dibedaka


n

menjadi normal dan tinggi antara laki-laki dan perempuan. Rasio normal

pada laki-laki yakni ≤4,5; dan tinggi jika >4,5, sedangkan untuk perempua
n

rasio normal-nya ≤4,0 dan tinggi jika >4,0 (Wenas et al., 2017). Semaki
n

tinggi nilai rasio kolesterol total berbanding HDL kolesterol, semaki


n

meningkat resiko terjadinya arterosklerosis yang dapat memicu penyakit

stroke iskemik (Maulida et al., 2018). Nilai perbandingan antara trigliserid


a

dengan HDL (TG/HDL) tergolong normal jika berada pada nilai di bawah

3.5 untuk laki-laki dan pada wanita tergolong normal jika berada di bawah

2.5 (Sung et al., 2014).

9. Hiperurisemia

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin. Kadar asam

urat normal dalam darah dan urin bergantung pada jenis kelamin. Kadar

asam urat normal di dalam darah dan serum pada pria yaitu di bawah 7

mg/dL dan pada wanita di bawah 6 mg/dL. Ginjal merupakan organ

penting yang bertanggungjawab mengatur kadar asam urat dalam darah

agar selalu dalam batas normal. Untuk mempertahankan konsentrasi asam

urat darah dalam keadaan normal, asam urat tersebut dikeluarkan dari

dalam tubuh
oleh ginjal yaitu melalui pembuangan urin. Apabila kadar asam urat

berlebihan dalam darah atau pembuangannya menjadi berkurang, dapat

menyebabkan kadar asam urat dalam darah tinggi. Keadaan inilah yang

disebut hiperurisemia (Misnadiarly, 2007).

Kadar asam urat mengalami peningkatan pada penderita diabetes.

Asam urat diketahui berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Adanya

peningkatan asam urat ini berhubungan dengan aterosklerosis. Hubungan

kompleksitas terlihat antara hiperurisemia dengan inflamasi, aterosklerosis

dan stress oksidatif sehingga menjadikannnya sebagai resilient factor

(Purnima dan El-Aal, 2016). Penelitian Chen et al., (2009) menggunakan

disain studi kohort prospektif menghasilkan bahwa hiperurisemi a

merupakan faktor risiko mortalitas stroke pada kelompok risiko tinggi

seperti pasien diabetes.

10. Status Pekerjaan

Pekerjaan seseorang diketahui berhubungan dengan kejadian DM.

Suyono (2009) dalam Irawan (2010) menyebutkan bahwa tingkat

pendapatan dan kemakmuran suatu bangsa dapat mempengaruhi tingginya

prevalensi DM di suatu negara dikarenakan adanya perubahan gaya hidup

terutama di kota-kota besar. Berdasarkan Riskesdas 2007 diketahui bahwa

prevalensi DM tertinggi pada kelompok yang tidak bekerja sebesar 6.9%

dan ibu rumah tangga sebesar 7.0%. Namun, pada kelompok lain yaitu

1.0% pada kelompok sekolah, 5.9% pada pegawai, 5.9% pada wiraswasta,

2.8% pada petani atau buruh, dan 9.0% pada kelompok lainnya. Ibu rumah

tangga
dan pensiunan merupakan kelompok terbanyak yang tidak bekerja.

Aktivitas fisik mereka sehari-hari cenderung rendah dikarenakan lebih

banyak menghabiskan waktu untuk menonton TV dan duduk-duduk

bersantai di rumah dibandingkan dengan mereka yang bekerja (Palimbunga

et al., 2018). Penelitian Ijima dkk., (2012) menunjukkan hasil bahwa

aktivitas fisik yang rendah yang diukur menggunakan Baecke physical

activity questionnaire adalah prediktor yang kuat dan independen dari

kejadian penyakit kardiovaskuler pada orang diabetes yang berusia 65 tahun

ke atas di luar faktor risiko lainnya.

Perubahan gaya hidup dari aktif menjadi sedenter diketahui sebagai

faktor risiko utama keempat mortalitas dunia. Perilaku sedenter atau kurang

gerak merupakan sekelompok perilaku individu dimana duduk atau

berbaring adalah perilaku yang dominan dan pengeluaran energi yang

sangat rendah. Perilaku sedenter pada dewasa disebabkan oleh banyak

faktor antara lain yaitu usia, jenis kelamin, kondisi sosio-ekonomi dan

pekerjaan (Department of Health London, 2011). Tingkat inaktifitas fisik

meningkat di banyak negara dengan implikasi utama bagi prevalensi

noncommunicable diseases (NCDs) seperti penyakit kardiovaskuler,

kanker, diabetes dan juga faktor risikonya seperti obesitas, tekanan darah

dan peningkatan gula darah serta kesehatan umum populasi dunia (WHO,

2010).
11. Merokok

Merokok diketahui memperburuk prognosis pasien diabetes, yang

juga merupakan faktor risiko untuk komplikasi mikrovaskular dan

makrovaskular. Hasil penelitian Solberg et al., (2004) menunjukkan bahw


a

perokok dengan diabetes lebih mungkin untuk melaporkan kesehatan yan


g

buruk (OR=1,5; pvalue = 0.03). Selain itu, perokok memiliki tingkat

pemeriksaan kadar glukosa darah yang lebih rendah, kurang aktif secara

fisik, dan memiliki lebih sedikit kunjungan perawatan tes glycate


d

hemoglobin (A1c) dibandingkan dengan bukan perokok.

Penelitian case-control menggunakan data Stroke Prevention in

Young Women untuk mengetahui hubungan dose-response antara merokok

dengan risiko stroke pada perempuan berusia 15-49 tahun. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa adanya peningkatan OR dengan meningkatnya jumlah

rokok yang dihisap per hari yaitu OR=2,2 untuk 1 hingga 10 batang/ hari,

OR= 2,5 untuk 11 hingga 20 batang per hari dan OR= 4,3 untuk 21 hingga

39 batang/hari dan OR=9.1 untuk 40 atau lebih batang/hari. Risiko yang

terkait dengan merokok bahkan 1 hingga 10 batang per hari secara statistik

signifikan (P<0,0001) (Bhat et al., 2008).

Sebuah penelitian cross sectional yang menguji hubungan antara

merokok dan glikemia. Studi tersebut dilakukan pada 2704 laki-laki dan

3385 perempuan pada studi European Investigation into Cancer (EPIC-

Norfolk) bahwa merokok tembakau secara independen berhubungan

dengan konsentrasi haemoglobin A1c (HbA1c), baik pada laki-laki

maupun pada perempuan dengan naik 0,12% per 20 bungkus-tahun

merokok
Penelitian serupa yang dilakukan pada Data National Health and Nutrition

Examination Survey menunjukkan bahwa HbA1c lebih tinggi pada pasien

dengan tingkat sirkulasi metabolit nikotin yang tinggi, kotinin, sementara

perokok menunjukkan peningkatan 7% HbA1c dibandingkan mereka yang

tidak merokok (Maddatu et al., 2017).

Rokok mengandung campuran aditif kimia yang potensial berdampak

pada kesehatan metabolik. Nikotin adalah salah satu zat aditif dan zat

bioaktif utama dalam rokok yang paling banyak dikonsumsi. Nikotin telah

terbukti secara langsung mengubah homeostatis glukosa yang mana

memiliki peran penting zat aditif dalam perkembangan DM. Akibat adanya

radikal bebas dalam rokok, akan memicu penurunan fungsi endotel yang

menyebabkan sel-sel inflamasi. Merokok dikenal untuk mempromosikan

aterosklerosis dan keadaan prokoagulan (mempermudah terjadinya

pembekuan darah). Merokok menyebabkan disfungsi endotel vaskular

dengan perubahan terkait dalam penanda hemostatik dan inflamasi.

Merokok juga meningkatkan konsentrasi fibrinogen, mengurangi aktivitas

fibrinolitik, meningkatkan agregasi trombosit, dan menyebabkan

polycythemia (Bhat et al., 2008).

Merokok dikaitkan dengan perubahan yang merusak dalam

komposisi tubuh sehingga menyebabkan distribusi yang merugikan.

Penelitian cross sectional pada laki-laki dan perempuan berusia 45 sampai

79 tahun di Inggris menunjukkan bahwa perokok memiliki ratio pinggang-

pinggul lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Penelitian

serupa dengan yang dilakukan terhadap 513 pria di Jepang bahwa merokok

seumur
hidup yang lebih besar menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif

dengan rasio pinggang-pinggul yang lebih tinggi dan adiposa viseral

terhadap rasio adipose subkutan yang dinilai dengan CT scan. Konsisten

dengan perubahan-perubahan dalam komposisi tubuh ini, merokok secara

akut memperburuk toleransi glukosa dan indeks sensitivitas insulin pada

dua puluh perokok kronis yang telah memasangkan tes toleransi glukosa

oral dilakukan setelah merokok dan dalam kondisi pengawasan (Maddatu te

al., 2017).
F. Kerangka Teori

Pada pasien DM, kelainan metabolik yang terjadi yaitu

peningkatan asam lemak bebas dan resistensi insulin. Kelainan metaboli h

yang terjadi menyebabkan peningkatan deposit penyempitan dan penebala i

dinding arteri karena plak (aterosklerosis). Aterosklerosis ini terbentup

melalui beberapa mekanisme patofisiologis seperti disfungsi sel endotee

vaskuler, peningkatan kekakuan arteri dan inflamasi sistem. Mekanism r

tersebut terjadi pada lapisan endotel yang menyebabkan percepatag

aterosklerosis serebral yang dapat menyebabkan stroke. li

Kemungkinan terjadinya stroke pada pasien DM dipengaruhi olek

beberapa faktor risiko. Dislipidemia yang dimiliki pasien DM tersebue

menjadi pemicu terjadinya hipertensi. Hipertensi pada pasien DM juga dapam

terjadi lewat mekanisme yang terjadi di lapisan endotel. Merokok, aktivitaia

fisik dan durasi seseorang mengalami diabetes mempengaruhi fungs,

vasodilator pada lapisan endotel yang mana berperan dalam proses terjadinyk

aterosklerosis. Fibrilasi atrium yang terjadi pada pasien DM juga berperan

dalam meningkatkan risiko terjadinya stroke. Adapun usia, jenis kelamin, rak

dan riwayat stroke keluarga berperan dalam menggandakan risiko terjadiny l

stroke pada pasien diabetes daripada populasi umum. e

a
n

Berdasarkan penjelasan berikut, dapat dirumuskan kerangka teori

sebagai berikut.
42

Gambar 1. Faktor Risiko Stroke pada Pasien DM


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori pada bab sebelumnya, berikut adalah

kerangka konsep dalam penelitian ini.

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Usia

Jenis
Kelamin

Status
Pekerjaan

S troke pada
Hipertensi P asien DM

Dislipidemia

Asam Urat

43
44

Berdasarkan bagan kerangka konsep, variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kejadian stroke pada pasien DM. Sedangkan variabel

independen yang akan diteliti adalah faktor-faktor yang berisiko terhadap

kejadian Stroke pada pasien DM. Berdasarkan kerangka teori, terdapat

beberapa variabel yang akan dipilih oleh peneliti untuk diteliti sebaga
i

variabel independen dalam penelitian ini. Variabel tersebut antara lai


n

hipertensi, dislipidemia, asam urat, usia, jenis kelamin, dan status.

pekerjaan a

Variabel hipertensi akan diteliti dikarenakan hipertensi dipercayM

sebagai faktor risiko yang kuat untuk stroke pada pasien DM. Pasien D i

biasanya memiliki tekanan darah yang tinggi dibandingkan dengan g

populas umum. Hipertensi yang ada pada orang DM ini memiliki efek a

langsun terhadap aterosklerosis serebral sehingga meningkatkan risiko l

terjadiny stroke. Sedangkan variabel dislipidemia akan diteliti dikarenakani

kolestero merupakan faktor penting untuk terjadinya aterosklerosis. Asamn

urat ditelit karena diketahui adanya hubungan antara disfungsi s

endotel denga peningkatan asam urat. Adapun variabel usia, jenis m

kelamin dan statu pekerjaan diteliti dikarenakan kedua variabel a

tersebut berperan dala mekanisme peningkatan glukosa darah dan

resistenAdapun
insulin variabel
sehinggyang tidak diteliti adalah ras, durasi DM, riwayat

keluarga penyakit kardiovaskuler, fibrilasi atrium, aktifitas fisik dan

merokok. Variabel ras tidak diteliti dikarenakan bersifat homogen.

Variabel durasi DM, fibrilasi atrium, riwayat keluarga penyakit

kardiovaskuler,
aktivitas fisik, dan merokok tidak diteliti dalam penelitian ini dikarenakan

keterbatasan ketersediaan data.


46

B. Definisi Operasional

Skala
No Vari abel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1 Stroke pada Pasien DM yang pernah didiagnosa Diagnosa oleh Pemeriksaan 0. Iya Ordinal
Pasien DM stroke oleh petugas kesehatan antara petugas dan diagnosa 1. Tidak
2016 – 2017 berdasarkan catatan rekam kesehatan dari petugas
medis. Pasien DM ini merupakan kesehatan
seseorang yang pernah didiagnosa oleh
petugas kesehatan memiliki penyakit
diabetes melitus tipe 2.
2 Jenis kelamin Perbedaan biologis pada fisik manusia Wawancara Rekam medis 0. Laki-laki Ordinal
1. Perempuan
Nanayakkara
dkk., 2018)
3 Usia Lamanya masa hidup seseorang mulai Wawancara Rekam medis 0. 35 - 54 tahun Ordinal
dari lahir sampai pada saat periode 1. ≥ 55 tahun
penelitian berlangsung (Air dan Kissela,
2007; Chen dkk.,
2016)
47

Skala
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
4 Status Pekerjaan pasien DM yang tercatat dalam Wawancara Kuesioner 0. Tidak bekerja Ordinal
pekerjaan rekam medis 1. Bekerja
5 Hipertensi Seseorang yang pernah didiagnosis Diagnosa oleh Pemeriksaan 0. Hipertensi Ordinal
hipertensi oleh petugas kesehatan yaitu petugas dan diagnose 1. Tidak
memiliki tekanan darah diastolic ≥90 kesehatan oleh petugas hipertensi
mmHg dan atau sistolik ≥140mmHg kesehatan (Hankey et al.,
(JNC VII) yang tercatat dalam rekam 2012)
medis antara tahun 2016 – 2017.
6 Dislipidemia Seseorang yang pernah didiagnosa Diagnosa oleh Pemeriksaan 0. Dislipidemia Ordinal
mengalami kelainan metabolisme lipid petugas dan diagnose 1. Tidak
ditandai dengan peningkatan kolesterol kesehatan oleh petugas dislipidemia
total, trigliserida, kolesterol LDL, kesehatan (National
dan/atau penurunan kolesterol HDL Institutes of
dalam darah yang tercatat dalam rekam Health, 2001;
medis antara tahun 2016 – 2017. Erwinanto et al.,
Kolesterol total normal jika ≤200 mg/dL. 2017;
Trigliserida normal j ika ≤150 mg/dL. Kementerian
Kesehatan RI,
2015)
48

Skala
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
LDL normal j ika ≤130 mg/dL.
HDL normal pada wanita jika ≤50
mg/dL, normal pada laki-laki ≤40 mg/ dL.
7 Rasio Kolesterol Perbandingan dari nilai kolesterol total Memindahkan Rekam medis 0. Tinggi Ordinal
total dengan dibagi dengan HDL. informasi 1. Normal
HDL Rasio normal pada laki-l aki yakni ≤4.5, rekam medis ke (Wenas et al.,
sedangkan rasio norma pada wanita yakni dalam 2017)
≤4.0 kuesioner

9 Rasio Perbandingan dari trigliserida dibagi Memindahkan Rekam medis 0. Tinggi Ordinal
Trigliserida dengan HDL. informasi 1. Normal
dengan HDL Rasio normal pada laki-laki yaitu ≤3.5, rekam medis ke (Sung et al.,
sedangkan rasio normal pada perempuan dalam 2014)
sebesar ≤2.0 kuesioner

10 Asam Urat Hasil ukur dari produk akhir metabolisme Wawancara Rekam medis 0. Tinggi Ordinal
purin. Kadar asam urat normal di dalam 1. Normal
darah dan serum pada pria yaitu di bawah (Kemenkes RI,
7 mg/dL dan pada wanita di bawah 6 2013)
mg/dL yang mana tercatat dalam rekam
medis antara tahun 2016 – 2017.
49

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada hubungan antara hipertensi dengan stroke pada pasien DM

di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017.

2. Ada hubungan antara kolesterol total dengan stroke pada pasien

DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017.

3. Ada hubungan antara trigliserida dengan stroke pada pasien DM

di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017.

4. Ada hubungan antara kolesterol HDL dengan stroke pada pasien

DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017.

5. Ada hubungan antara kolesterol LDL dengan stroke pada pasien

DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017.

6. Ada hubungan antara rasio kolesterol total / HDL dengan stroke

pada pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 –

2017.

7. Ada hubungan antara asam urat dengan stroke pada pasien DM di

RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan disain studi

cross sectional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan stroke pada pasien DM di RSU Kota Tangerang

Selatan. Penelitian dengan disain studi cross sectional merupakan penelitian

yang bersifat observasional yang mana sampel dipilih tanpa memerhatikan

status variabel pajanan dan outcome sehingga kedua variabel tersebut i

dinila pada waktu bersamaan sesaat setelah sampel diambil pada saat n

penelitia berlangsung. Hasil penelitian ini akan mengetahui faktor- g

faktor yan berhubungan dengan stroke pada pasien DM di RSU Kotag

Tangeran Selatan tahun 2016 – 2017.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di bagian rekam medis RSU Kota Tangerang

Selatan dan akan dilaksanakan pada April – Desember 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien DM di RSU Kota

Tangerang Selatan antara tahun 2016-2017. Pada pengambilan sampel

50
51

dalam penelitian ini, peneliti menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian yang dipakai

sehingga mereka memenuhi syarat tertentu. Sedangkan kriteria eksklusi

adalah kriteria yang digunakan sehingga mereka yang sudah memenuhi

syarat inklusi harus dikeluarkan karena tidak tepat untuk dilibatkan

dalam penelitian (Bustan, 2008).

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Tercatat dalam rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan a

antar tahun 2016 sampai 2017

2) Berusia ≥ 20 tahun

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Hamil

2) Diagnosis penurunan fungsi ginjal sebelum DM

3) Diagnosis hipertensi sebelum DM

4) Diagnosis dislipidemia sebelum DM

5) Dokumen rekam medis tidak lengkap

2. Besar Sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus

pengujian hipotesis beda dua proporsi adalah sebagai berikut:


Gambar 3. Rumus Uji Hipotesis Beda 2 Proporsi
Rumus Uji Hipotesis Beda 2 Proporsi

Keterangan:

n : jumlah sampel penelitian

P : Proporsi rata-rata (��1 - ��2)


n
��1 : Proporsi subyek hipertensi dengan kejadian stroke pasie
DM yaitu 0.643 (Ghandour et al., 2018)

e
��2 : Proporsi subyek tidak hipertensi dengan kejadian strok
pasien DM yaitu 0.156 (Ghandour et al., 2018)

��11 ∝ : tingkat kemaknaan 95%


2
��11 𝛽 : kekuatan uji 90%
2

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus di atas, diperoleh r


besa sampel sebanyak 60 responden. Lalu angka tersebut a
dikalikan minimal
sehingga du sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 120

responden. Untuk mengantisipasi adanya drop out, maka ditambahkan

10% sehingga sampel akhir menjadi 134 responden.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan

simple random sampling yaitu dengan cara membuat kerangka

sampling dari populasi dengan melihat nomor rekam medis pasien

DM tahun
2016 – 2017. Kemudian seluruh nomor rekam medis tersebut diacak

menggunakan aplikasi Research Randomizer untuk mendapatkan

jumlah sampel yang telah ditentukan.

Tabel 4. 1 Pengambilan Sampel Penelitian

Register Pasien DM

Seleksi kriteria (inklusi dan eksklusi) yaitu


diagnosis utama DM

Seleksi duplikasi nomer rekam medis


berjumlah 4831 dengan Ms Excel

Populasi penelitian berjumlah 2179

Sampel penelitian sebanyak 134


3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang

berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel dependen yaitu

stroke pada pasien DM dan variabel independen seperti usia, jenis

kelamin, status pekerjaan, hipertensi, kolesterol total, trigliserida,

kolesterol HDL, kolesterol LDL, rasio kolesterol total / HDL, rasi


o

trigliserida / HDL, dan asam urat.

4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder g

yan berasal dari rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan tahun –

2016

2017.

D. Pengolahan Data

1. Editing i

Kegiatan pengecekan isian formulir apakah jawaban terisi lengkap dg

kuesioner, jelas (tulisan jawaban dapat dibaca), relevan (jawaban yann

ditulis sesuai dengan pertanyaan) dan diperiksa untuk memastika

2. Coding

Kegiatan pemberian kode terhadap data berupa huruf yang

dikumpulkan menjadi angka sehingga dapat mempermudah dalam

analisis data dan mempercepat entry data ke dalam komputer.

3. Entry
Langkah selanjutnya setelah semua isian kuesioner lengkap dan sudah

dilakukan pengkodingan adalah memroses data agar dapat dianalisis.

Entry data sesuai dengan kode yang telah ditentukan ke dalam

komputer dengan menggunakan software statistik.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Kegiatan untuk memastikan data yang sudah dimasukkan sudah benar.

Apabila terjadi kesalahan, maka akan diperbaiki di tahapan ini.

E. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapat gambaran distribusi

responden yang dibuat dalam tabel distribusi dan diinterpretasikan

secara deskriptif. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada

variabel penelitian, baik variabel dependen maupun independen.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan yang

bermakna antara variabel dependen dengan faktor risiko. Analisis

bivariat ini menggunakan uji kai kuadrat (Chi Square). Uji kai kuadrat

yaitu membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang

diharapkan. Hasil uji kai kuadrat hanya dapat menyimpulkan ada

tidaknya perbedaan proporsi antar kelompok sehingga kita hanya dapat

menyimpulkan ada/tidaknya hubungan yang signifikan antara dua

variabel kategorik.
F. Etik Penelitian

Penelitian ini sudah diajukan ethical clearance kepada Komisi

penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri SyariE

Hidayatullah Jakarta dan disetuji dengan nomor surati

Un.01/F10/KP.01.1/KE.SP/10.02.005/2018. k

t
BAB V

HASIL

A. Gambaran Tempat Penelitian

RSU Kota Tangerang Selatan berlokasi di Jln Raya Pajajaran No.

101 Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. RSU Kota

Tangerang Selatan didirikan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan

sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam menanggulangi permasalahan

kesehatan untuk warganya melalui izin Dinas Kesehatan No. 445/01.Oprs-

Dinkes/III/2010. RSU Kota Tangerang Selatan diresmikan pada tanggal 7

April 2010 oleh Gubernur Banten yaitu Hj. Ratu Atut Chosiyah dengan

nama RSUD As-Sholihin. Direktur pertama RSU Kota Tangerang Selatan

yaitu drg. Hj. Ida Lidia Sejak awal beroperasi sejak 7 April 2010 sampai

dengan Maret 2012 menggunakan bangunan sementara di wilayah

Puskesmas Pamulang Jl Kencana No 01. Kemudian sejak 29 Maret 2012

RSU Kota Tangerang Selatan menempati bangunan baru terdiri dari 5 lantai

di Jl Raya Pajajaran No 101 Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan. Saat

ini Direktur RSU Kota Tangerang Selatan dijabar oleh dr. Suhara

Manullang, M.Kes.

Visi RSU Kota Tangerang Selatan adalah “Menjadi Rumah Sakit

pilihan yang bermutu dan Amanah (Aman, nyaman, mandiri, ramah) di

Kota Tangerang Selatan”. Adapun misi yang dirumuskan untuk mencapai

visi RSU Kota Tangerang Selatan adalah:

57
58

1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu, modern,

dan terstandarisasi.

2) Meningkatkan SDM kesehatan yang professional dan religius.

3) Meningkatkan komunikasi, informasi dan menerima globalisasi sesuai

kebutuhan masyarakat yang bermartabat.

4) Berupaya mengikuti perkembangan IPTEK, serta sarana pendukung

yang berkualitas dan berwawasan lingkungan.

Adapun pelayanan medis yang diselenggarakan oleh RSU Kota

Tangerang Selatan terdiri dari 4 pelayanan utama yaitu Pelayanan Gawat

Darurat, Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan

Pelayanan Medik Spesialis Lain. Pasien DM di RSU Kota Tangerang

Selatan dilayani oleh Pelayanan Medik Spesialis Dasar bagian Poli t

Penyaki Dalam.

B. Proporsi Kejadian Stroke pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut adalah

proporsi kejadian stroke pada pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2016 – 2017.


Tabel 5. 1 Kejadian Stroke pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang
Selatan Tahun 2016-2017
Jumlah
Stroke
N %
Ya 26 19.4
Tidak 108 80.6
Total 134 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui terdapat 26 orang (19.4%) pasien

DM yang mengalami stroke di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun

2016 – 2017. Diketahui pula bahwa pasien DM di RSU Kota Tangerang

Selatan lebih banyak yang tidak mengalami stroke dibandingkan dengan

yang mengalami stroke yaitu sebanyak 108 orang (80.6%) dari 134 orang.

C. Karakteristik Individu Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 – 2017

Distribusi karakteristik pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2016 – 2017 terdiri dari usia, jenis kelamin, dan status pekerjaan.

Hasil analisis distribusi usia, jenis kelamin, dan status pekerjaan pasien DM

di RSU Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5. 2 Karakteristik Individu pada Pasien DM di RSU Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017

Variabel Frekuensi %
Usia
Kurang dari 55 Tahun 36 26.9
Lebih dari 55 Tahun 98 73.1
Total 134 100
Variabel Frekuensi %
Jenis Kelamin
Laki-laki 46 34.3
Perempuan 88 65.7
Total 134 100
Status Pekerjaan
Tidak bekerja 91 67.9
Bekerja 43 32.1
Total 134 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa usia pasien DM di RSU Kota

Tangerang Selatan lebih banyak yang berusia di atas 55 tahun yaitu

sebanyak 98 (73,1 %) responden. Diketahui pula bahwa pasien DM berusia

<55 tahun lebih banyak berjenis kelamin perempuan (66.7%). Sedangka


n

pasien DM berusia >55 tahun berjenis kelamin perempuan sebanyak.

65.3% Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa rata-rata usia
M

pasien D di RSU Kota Tangerang Selatan adalah 58.52 tahun. Usia


h

termuda adala

23 tahun dan usia tertua adalah 84 tahun. i

Pada variabel jenis kelamin, responden terbanyak berasal dari

perempuan yaitu sebanyak 88 orang (65,7%) dari 134 responden. Diketahu1

orang (67.9%) dibandingkan dengan yang bekerja. Dari 91 orang yang

tidak bekerja, didominasi oleh perempuan (84.6%).


D. Karakteristik Biologis pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 – 2017

Karakteristik biologis pada pasien DM di RSU Kota Tangeran g

Selatan terdiri dari hipertensi, kadar kolesterol total, kadar trigliserida, r

kada kolesterol HDL, kadar kolesterol LDL, rasio kolesterol total dengan ,

HDL rasio trigliserida dengan HDL, dan kadar asam urat dalam darah.l

Hasi analisis karakteristik biologis pada pasien DM di RSU Kota g

Tangeran Selatan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5. 3 Karakteristik Biologis Pasien DM di RSU Kota

Tangerang Selatan tahun 2016 – 2017

Variabel Frekuensi %
Hipertensi
Ya 75 56.0
Tidak 59 44.0
Total 134 100
Kolesterol Total
Tinggi 74 55.2
Normal 60 44.8
Total 134 100
Trigliserida
Tinggi 74 41.0

Normal 60 59.0
Total 134 100
Kolesterol HDL
Rendah 66 49.3
Baik 68 50.7
Total 134 100
Kolesterol LDL
Tinggi 65 48.5
Variabel Frekuensi %
Normal 69 51.5
Total 134 100
Rasio Kolesterol total / HDL
Tinggi 80 59.7
Normal 54 40.3
Total 134 100
Rasio Trigliserida / HDL
Tinggi 50 37.3
Normal 84 62.7
Total 134 100
Asam Urat
Tinggi 52 38.8
Normal 82 61.2
Total 134 100

Berdasarkan tabel 5.3, hasil analisis menunjukkan bahwa pasien DM

lebih banyak yang hipertensi dibandingkan dengan tidak hipertensi yaitu

sebanyak 75 orang (56.0%) dari 134 responden. Diketahui pula pad a

variabel kolesterol total pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan lebih

banyak yang tinggi (>200 mg/dL) daripada normal yaitu sebanyak 74 orang

(55.2%) dari 134 responden. Untuk trigliserida, pasien DM di RSU Kota

Tangerang Selatan lebih banyak dalam kategori normal (<150 mg/dL)

dibandingkan dengan kategori tinggi (>150 mg/dL) yaitu sebanyak 79

orang (59.0%) dari 134 orang. Hal serupa juga terlihat pada kolesterol

HDL sedikit lebih banyak dalam keadaan baik (perempuan >50 mg/dL;

laki-laki >40 mg/dL) dibandingkan dengan keadaan rendah yaitu sebanyak

69 orang (50.7%) dari 134 orang. Hal serupa juga terlihat pada kolesterol

LDL pada
pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan lebih banyak kategori normal

(<130 mg/dL) dibandingkan dengan kategori tinggi (>130 mg/dL) yaitu

sebanyak 69 orang (51.5%) dari 134 orang. Pada rasio kolesterol total

terhadap HDL, didapatkan proporsi pasien DM di RSU Kota Tangerang

Selatan lebih banyak kategori tinggi yaitu sebesar 59.7%. Untuk rasio

trigliserida terhadap HDL, pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan lebi


h

banyak pada kategori normal yaitu sebesar 62.7%. Untuk asam urat,

diketahui bahwa pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan lebih banyak

yang memiliki kategori normal dibandingkan dengan kategori tinggi yaitu

sebanyak 82 orang (61.2%) dari 134 orang.

E. Gambaran Karakteristik Biologis dengan Kejadian Stroke pada Pasien

DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017

Berikut adalah hasil analisis hubungan antara karakteristik biologis

dengan kejadian stroke pada pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2016 – 2017 disajikan dalam tabel 5.4.

Tabel 5. 4 Hubungan Karakteristik Biologis dengan Kejadian


Stroke pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
– 2017
Stroke
Variabel Ya Tidak p-value
n % n %
Hipertensi
Ya 20 14.9 55 41
0.029
Tidak 6 4.5 53 39.6
Kolesterol total
Stroke
Variabel Ya Tidak p-value
n % n %

Tinggi 23 17.2 51 38 .000


0
Normal 3 2.2 57 42.6
Trigliserida
Tinggi 17 12.7 38 28.3 .010
0
Normal 9 6.7 70 52.3
HDL
Rendah 14 10.5 52 38.9 .762
0
Baik 12 8.9 56 41.7
LDL
Tinggi 20 15 45 33.6
0.003
Normal 6 4.5 63 46.9
Rasio Kolesterol total / HDL
Tinggi 23 17.2 57 42.5
0.002
Normal 3 2.2 51 38.1
Rasio Trigliserida / HDL
Tinggi 15 11.2 35 26.1
0.030
Normal 11 8.2 73 54.5
Asam Urat
Tinggi 12 9 40 29.9
0.527
Normal 14 10.4 68 50.7

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa proporsi pasien DM yang

hipertensi dan stroke lebih tinggi daripada pasien DM yang tidak hipertensi

dan stroke. Status hipertensi memiliki nilai pvalue <0.05 menunjukkan

bahwa terdapat hubungan signifikan antara pasien DM dan hipertensi

dengan kejadian stroke.


Diketahui bahwa proporsi pasien DM dengan kolesterol tinggi dan

stroke lebih tinggi daripada pasien DM dengan kolesterol normal dan

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue <0.05 menunjukkanstroke.


bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pasien DM dan kolesterol total

dengan kejadian stroke.

Pada variabel trigliserida, proporsi pasien DM dengan trigliserida

tinggi dan mengalami stroke lebih tinggi daripada pasien DM dengan

trigliserida normal dan mengalami stroke. Selain itu, dari hasil uji statistik

diperoleh nilai pvalue sebesar 0.010 menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara trigliserida dengan kejadian stroke pada pasien DM.

Pada kategori kolesterol HDL, diketahui bahwa proporsi pasien DM

dengan HDL rendah dan stroke sedikit lebih banyak dibanding pasien DM

dengan HDL baik dan mengalami stroke. Dari hasil uji statistik diperoleh

nilai pvalue sebesar 0.762 menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan

antara kolesterol HDL dengan kejadian stroke pada pasien DM.

Berdasarkan kategori kolesterol LDL, proporsi pasien DM dengan

kolesterol LDL tinggi dan stroke lebih banyak daripada pasien DM dengan

LDL rendah dan stroke. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai pvaluer

sebesa L

dengan kejadian stroke pada pasien DM.

Pada variabel rasio kolesterol total / HDL, proporsi pasien DM

dengan rasio kolesterol total / HDL tinggi dan mengalami stroke lebih

banyak daripada pasien DM dengan rasio kolesterol total / HDL normal

dan mengalami stroke. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue

sebesar
0.002 sehingga terdapat hubungan signifikan antara rasio kolesterol total /

HDL dengan kejadian stroke pada pasien DM.

Untuk variabel rasio trigliserida / HDL, proporsi pasien DM dengan

rasio trigliserida / HDL tinggi dan mengalami stroke lebih banyak dibandin
g

pasien DM dengan rasio trigliserida normal dan mengalami stroke. Dari

hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue sebesar 0.030 sehingga terdapat

hubungan signifikan antara rasio trigliserida / HDL dengan kejadian stroke

pada pasien DM.

Diketahui bahwa proporsi pasien DM dengan asam urat normal dan

mengalami stroke sedikit lebih banyak daripada pasien DM dengan asa


m

urat tinggi dan mengalami stroke. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai

pvalue sebesar 0.527 menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan

antara kadar asam urat dengan kejadian stroke pada pasien DM.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian. Berikut ini merupakan a


beberap

keterbatasan dalam penelitian ini:

1. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu rekam medis

sehingga kelengkapan data rekam medis sangat menentukan untuk

diikutsertakan sebagai sampel. Masih banyak ditemukan

ketidaklengkapan data pada rekam medis pasien menyebabkan tidak

dapat diikutsertakan dalam penelitian ini.

2. Pada penelitian ini tidak diketahui usia diagnosis DM dan durasi atau

lamanya seseorang menderita DM. Hal tersebut dikarenakan

ketidaklengkapan data pada rekam medis. Padahal lamanya seseorang

menderita DM ini memberikan gambaran kemungkinan adanya

interaksi antara usia dan lamanya seseorang menderita DM yang t

meningkatkan
dapa risiko terjadinya komplikasi stroke. Padahal diketahui

bahwa durasi DM ini terkait dengan risiko stroke iskemik dimana

akan meningkat 3% setiap tahun, dan 3 kali lipat dengan DM ≥ 10

tahun (Banerjee et al., 2012).

3. Setiap variabel dalam penelitian ini dikumpulkan dalam satu titik

waktu yang bersamaan sehingga walaupun secara uji statistik

67
68

berhubungan namun tidak dapat diketahui mekanisme sebab akibat

yang menjelaskan hubungan riwayat perjalanan penyakit DM dan

faktor-faktor lain untuk terjadinya stroke.

4. Penelitian ini sangat bergantung pada ketersediaan data rekam medi s

sehingga dalam penentuan setiap variabel harus dipastikan data

tersebut tercatat dalam rekam medis di RS yang akan dipilih sebagai

populasi penelitian. Dalam melakukan penelitian yang menggunakan

rekam medis sebaiknya diawali dengan studi pendahuluan rekam

medis secara mendalam. Peneliti harus mengetahui dengan baik

kondisi rekam medis yang akan digunakan memungkinkan untuk

dipilih sebagai populasi penelitian. Selain itu, peneliti harus dapat

memastikan sampel yang akan digunakan signifikan dan variabel

yang akan diteliti terdokumentasi dengan baik di dalam rekam medis.

Variabel perilaku seperti merokok dan aktivitas fisik tidak dapat

diteliti dikarenakan tidak tersedianya data tersebut dalam rekam

medis. Padahal variabel merokok diketahui sebagai faktor risiko

penting terhadap kejadian kardiovaskuler pada pasien DM.

B. Gambaran Stroke pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 – 2017

Penyakit kardiovaskuler termasuk stroke merupakan masalah

kesehatan utama baik di negara maju maupun negara berkembang.

Penderita DM berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular. Orang

dengan DM berisiko dua sampai tiga kali untuk terjadinya penyakit

kardiovaskular
dibandingkan dengan orang tanpa DM. Kadar glukosa darah yang tinggi

dapat membuat sistem pembekuan darah lebih aktif, meningkatkan risiko

pembekuan darah. Sehingga DM juga dikaitkan dengan tekanan darah i


tingg
i
dan kadar kolesterol, yang mengarah pada peningkatan risiko komplikas
M
kardiovaskular (International Diabetes Federation, 2017). D
i
menyebabkan perubahan patologis pada pembuluh darah di berbagai lokas
g
dan dapat menyebabkan stroke jika pembuluh otak yang secara langsun

terpengaruh (Chen et al., 2016b).


n
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi stroke pada pasie
t
DM di RSU Kota Tangerang Selatan sebesar 19.4%. Persentase tersebu
n
lebih besar dibandingkan dengan laporan International Diabetes Federatio
g
tahun 2017. Diperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1.4% – 4.7% oran
a
dewasa dengan DM yang berusia 50-69 tahun tinggal di negar
.
berpenghasilan tinggi dan menengah mengalami penyakit kardiovaskuler
n
Di antara kejadian penyakit kardiovaskuler tersebut, terdapat kejadia
l
stroke sebesar 0.2% – 1.8%. Penelitian lain menggunakan data WHO
)
Globa Burden of Disease Project tahun 2002 oleh Johnston et al.,
a
(2009 menyebutkan bahwa prevalensi stroke pada pasien diabetes di

negar
Hubungan antara DM dengan kelainan arteri serebral telah banyak

diketahui pada level molekular dan patofisiologi. Helgason dkk dalam

Rammal dan Almekhlafi (2016) menjelaskan bahwa keterlibatan angiopati

diabetik tergantung pada lokasi dan ukuran pembuluh yang terdampak.

Pembuluh darah berukuran besar, sedang, dan kecil di daerah otak kortikal
dan situs lain menunjukkan perubahan atheromatous dan transformasi lipid

atau hyalin, sementara kapiler menunjukkan penebalan fokal difus dari

membran basemene. Selain itu, DM dapat menyebabkan cedera saraf

langsung melalui stres hiperglikemia. Hal ini sangat relevan dalam keadaan

stroke akut di mana hiperglikemia meningkatkan asidosis intraseluler

kortikal, yang meningkatkan pelepasan glutamat, yang menyebabkan

depresi kortikal dan infark jaringan penumbral iskemik. Dengan kemajuan

teknologi yaitu munculnya neuroimaging yang membantu diagnosis serta

kemajuan pengobatan stroke akut, sehingga saat ini diketahui subtipe r

prime stroke adalah stroke iskemik, intracerebral hemorrhage n

(ICH), da subarachnoid hemorrhage (SAH). Setiap subtipe tersebut ,

memiliki etiologi hasil dan strategi manajemen yang berbeda (McGrath et

al., 2018). o

Penyintas stroke dan transient ischemic attacks (TIA) berisiki

mengalami stroke berulang (recurrent stroke). Stroke berulang in


e

seringkali lebih parah dan melumpuhkan daripada indeks peristiwa. Strokr

berulang menyebabkan 25-30% dari semua stroke. Prognosis dan prediktoi

stroke berulang dibedakan menjadi dua, yaitu stroke iskemik berulang din
m

(early recurrent stroke) dan stroke berulang jangka panjang (long-term

jangka panjang, faktor risiko vaskular yang umum adalah usia yang lebih

tua, hipertensi, DM, atau merokok (Hankey, 2014).

Penelitian Karuniawati et al., (2015) dengan disain studi case-

control menemukan bahwa pemberian pencegahan sekunder dan kepatuhan

pasien terhadap pencegahan sekunder menurunkan angka kejadian stroke


berulang. Hubungan tekanan sistolik dengan kejadian stroke berulang

menunjukkan bahwa pasien yang mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg mempunyai risiko untuk mengalami stroke berulang sebesar 3,156

kali dibandingkan dengan pasien yang mempunyai tekanan darah

sistolik<140 mmHg. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan kadar

HDL<40mg/dL berpengaruh terhadap kejadian stroke berulang. Pasien

yang mempunyai kadar HDL<40mg/dL mempunyai risiko mengalami

stroke berulang sebesar 3,594 kali dibandingkan pada pasien yang

mempunyai nilai HDL>40mg/dL.

Pencegahan sekunder stroke berulang yang optimal membutuhkan

diagnosis stroke awal atau TIA yang cepat dan akurat, dan pengobatan

segera dan berkelanjutan dari penyakit kardiovaskular yang mendasarinya

serta faktor risiko lainnya. Pengobatan yang efektif termasuk penilaian akut

terorganisir dan intervensi dengan terapi antitrombotik, revaskularisasi

karotid, dan kontrol faktor risiko kausal yang sesuai. Implementasi segera

dan berkesinambungan dari strategi pencegahan sekunder yang efektif dan

tepat pada pasien dengan stroke pertama atau serangan iskemik sementara

memiliki potensi untuk mengurangi beban stroke hingga seperempat

(Hankey, 2014).

C. Karakteristik Individu pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 – 2017

International Diabetes Federation memperkirakan 425 juta orang di

dunia berusia 20-70 tahun menderita DM di tahun 2017. Berdasarkan data


World Bank Income, prevalensi DM mencapai puncaknya pada kelompok

usia 75-79 tahun di negara maju dan kelompok usia 60-74 tahun di negara

berkembang. Prevalensi DM kelompok usia 65-69 tahun di negara maju a


tig
o
kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara berpenghasilan rendah (Ch

et al., 2018).
g
Pada penelitian ini, didapatkan usia pasien DM lebih banyak yan
n
berusia >55 tahun. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitia
g
oleh Zoungas et al., (2014) menggunakan studi ADVANCE yan
i
melibatkan 10.000 pasien DM yang direkrut dari 200 pusat klinis d
M
Australasia, Asia, Eropa dan Amerika Utara bahwa rerata usia pasien D
n
adalah 65.68 tahun. Penelitian Nanayakkara et al., (2018) dengan disai
t
studi potong lintang menggunakan data Austalian National Diabetes Audi
n
(2015) yang melibatkan 3419 orang dewasa dengan DM menunjukka
s
bahwa pasien DM rerata berusia 62.9 tahun. Serupa dengan penelitian Ick
i
et al., (2011) dengan disain studi kohort menggunakan data asurans
n
kesehatan wajib Gmünder ErsatzKasse (GEK) tahun 2005-2007 di Jerma

menunjukkan bahwa proporsi subjek DM lebih banyak yang berusia tua.


i
Berdasarkan International Diabetes Federation (2017), estimas
a
prevalensi DM untuk wanita berusia 20-79 tahun sebesar 8.4% yang man
sedikit lebih rendah daripada pria (9,1%). Ada sekitar 17.1 juta lebih

banyak pria daripada wanita dengan DM. Kelompok usia 65-79 tahun

menunjukkan prevalensi DM tertinggi pada wanita dan pria.

Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa

pasien DM yang berusia >55 tahun didominasi oleh perempuan (66.7%).


Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di

RS. Dr. M. Djamil Padang oleh Noviyanti et al., (2015) yang menunjukkan

bahwa DM lebih banyak diderita oleh perempuan pada kelompok usia 50-

59 tahun. Hal tersebut berbeda dengan penelitian Icks et al., (2011) bahwa

pasien DM cenderung lebih tua dan berjenis kelamin laki-laki. Penelitian

Hankey et al., (2012) pada pasien DM berusia 50-75 tahun juga

menunjukkan bahwa proporsi pasien DM lebih banyak pada laki-laki yaitu

sebesar 73.6%. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan

hasil yang sangat bervariasi. Peneliti menganggap bahwa risiko lebih besar

pada perempuan berusia >55 tahun dikarenakan perempuan cenderung

memiliki risiko penyakit kardiovaskuler lebih besar pada kelompok usia 46

hingga 75 tahun yang mana usia tersebut tergolong sebagai masa peri atau

pasca menopause (Koh et al, 2001 dalam Policardo et al., 2017).

Diketahui pula bahwa berdasarkan diagnosis, pasien DM

didiagnosis stroke lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan berusia

>55 tahun (68.4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Myint et

al., (2008) bahwa DM secara signifikan meningkatkan risiko stroke pad


a

wanita. Selain itu, subjek penelitian yang mengalami stroke ditemukan

risikonya meningkat seiring dengan meningkatnya usia.

Bertambahnya usia menjadi faktor risiko paling penting pada

perkembangan komplikasi makrovaskular stroke pada pasien DM.

Komplikasi makrovaskuler stroke umum terjadi pada pasien DM kelompok

usia lebih tua. Berdasarkan data Greater Cincinnati/Northern Kentucky

stroke study, DM meningkatkan risiko stroke di semua kelompok usia.


Namun, dewasa ini kebanyakan risiko stroke lebih tinggi pada populasi

DM usia muda (Chen et al., 2016b). Fenomena yang terjadi saat ini

diagnosis DM semakin muda. Pada penelitian ini ditemukan pasien


usiaDM

termuda berusia 23 tahun. Sehingga terjadinya peningkatan risiko yang

lebih besar untuk terjadinya komplikasi makrovaskular disebabkan oleh

durasi yang lebih lama bagi mereka yang didiagnosis DM usianya kurang

<60 tahun dibandingkan dengan mereka yang didiagnosis ≥60 t ahun.

Dalam penelitian ini, ketidaklengkapan data rekam medis

menyebabkan tidak dapat diketahui usia pada saat didiagnosis DM sehingga

juga tidak dapat diketahui durasi atau lamanya seseorang menderita DM.

Padahal terdapat kemungkinan adanya interaksi antara usia seseorang dan

durasi seseorang menderita DM. Apabila dapat diketahui pathogenesis

komplikasi jangka panjang pada pasien DM, diharapkan dapat

memungkinkan diagnosis dan intervensi yang terkait sehingga

menghasilkan pencegahan untuk terjadinya komplikasi stroke

(Nanayakkara et al., 2018). Sehingga, dalam penelitian ini tidak bisa

diketahui apakah seseorang menderita DM sejak usia muda atau sejak usia

tua.

Pedoman IDF menyarankan bahwa pasien DM berusia >40 tahun

dianggap sebagai kelompok risiko tinggi penyakit kardiovaskuler termasuk

stroke. Pasien DM baik yang berusia tua maupun muda dianggap sebagai

kelompok risiko tinggi untuk terjadinya stroke. Hal ini dikarenakan risiko

tinggi yang dimiliki oleh kelompok usia tua terjadi dalam jangka pendek.

Semakin bertambahnya usia, secara fisiologis fungsi tubuh akan menurun


begitu juga dengan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa di dalam

tubuh. Hal tersebut memungkinkan terjadinya resistensi insulin. Selain itu,

pada perempuan risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk

stroke lebih besar setelah memasuki masa menopause. Oleh karena itu,

tatalaksana DM harus disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin pasie


n

agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.

Status pekerjaan seseorang ada kaitannya dengan aktivitas fisik

sehari-hari dalam pengelolaan DM (Wulandari et al., 2013). Kelompok tida


k

bekerja cenderung kurang melakukan aktivitas fisik sehingga tidak terjadi

pergerakan anggota-anggota tubuh. Padahal aktivitas fisik yang dilakukakan

oleh seseorang akan mempengaruhi kadar gula darahnya. Peningkatan

penggunaan glukosa oleh otot akan meningkat saat seseorang melakukan

aktivitas fisik yang tinggi sehingga akan berpengaruh sehingga glukosa di

dalam darah menurun dan hal tersebut dapat meningkatkan kontrol gula

darah (Nurayati dan Adriani, 2017).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien DM lebih banyak yang

tidak bekerja (67.9%). Responden dengan status tidak bekerja kebanyakan

merupakan ibu rumah tangga dan pensiunan. Hasil ini sesuai dengan

Riskesdas 2007 yang menunjukkan bahwa prevalensi DM tertinggi pada

kelompok tidak bekerja dan ibu rumah tangga. Hasil penelitian juga sejalan

dengan penelitian kasus kontrol oleh Palimbunga et al. (2018) bahwa

proporsi kelompok kasus pasien DM yang tidak bekerja sebesar 63,2%.

Namun, hasil penelitian berbeda oleh Sihombing (2017) menggunakan data


Riskesdas tahun 2013 bahwa proporsi penduduk DM di Indonesia yang

tidak bekerja sebesar 43.5%.

Jenis pekerjaan seseorang dikaitkan dengan aktivitas fisiknya.

Responden dengan status tidak bekerja kemungkinan memiliki aktivitas

fisik rendah. Padahal pasien DM diharapkan dapat mempertahankan atau

bahkan meningkatkan aktifitas fisik dalam gaya hidup mereka walaupun

mereka sudah pensiun dari pekerjaan rutin mereka. Namun, pada kelompok

tidak bekerja belum tentu memiliki aktivitas fisik yang rendah. Misalnya,

pada ibu rumah tangga biasanya melakukan banyak aktivitas seperti

memasak, mencuci dan menyapu. Berbeda jika seseorang tersebut

merupakan seorang pensiunan. Setelah pensiun, kegiatan mereka cenderung

berkurang sehingga menyebabkan aktivitas fisik yang rendah. Pada

kelompok tidak bekerja dan menderita DM, dikhawatirkan rentan untuk

terjadinya komplikasi DM. Aktivitas fisik yang rendah merupakan predikto


r

yang kuat dan independen terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler pada

pasien DM berusia lanjut (Ijima et al., 2012). Sangat dianjurkan bagi para

lansia melakukan setidaknya kerja ringan secara rutin dalam kehidupan

sehari-hari mereka seperti memasak atau berkebun agar tetap aktif secara

fisik seperti saat masih bekerja.

D. Karakteristik Biologis Pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 – 2017

Secara konvensional, WHO mendefinisikan stroke sebagai tanda-

tanda klinis yang berkembang secara cepat dari gangguan fungsi otak fokal
(atau kadang-kadang global) yang berlangsung selama lebih dari 24 jam

atau mengarah pada kematian tanpa penyebab yang jelas selain berasal dari

vaskuler. Hipertensi dan dislipidemia telah diketahui sebagai faktor risiko

stroke yang dapat dimodifikasi pada pasien DM. DM, hipertensi dan

dislipidemia berkaitan erat satu dengan lainnya yang merupakan faktor

risiko aterosklerosis. Diagnosis hipertensi dan kolesterol tinggi meningkat

dari waktu ke waktu pada pasien DM, dan tetap meningkat secara signifika
n

pada setiap periode (Khoury et al., 2013). Peningkatan asam urat juga

diketahui memberikan outcome buruk pada pasien stroke dengan adanya

DM, bahkan jauh lebih besar akibat adanya resitensi insulin (Chen et al.,

2009).

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang sering menyertai DM. Lebih i


dar
g
50% pasien DM memiliki hipertensi sebagai komplikasi. Risiko stroke yan
.
terjadi pada pasien DM semakin besar apabila disertai dengan hipertensi
3
Pasien DM berisiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler 2 hingga
n
kali lipat dibanding dengan non DM. Adanya hipertensi yang merupaka
a

penyakit kardiovaskuler. Hipertensi menyebabkan gangguan autoregulasi

pembuluh darah otak sehingga aliran darah berkurang. Selain itu,

hipertensi pada pasien DM mempercepat terjadinya aterosklerosis

(Katayama et al.,

2018). Baik DM maupun hipertensi keduanya merupakan faktor risiko

independen terjadinya stroke.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 134 orang, sebanyak 75 orang

menderita hipertensi. Proporsi penderita hipertensi pada pasien DM sebesar

56%. Perempuan lebih banyak (76%) yang menderita hipertensi. Sejalan

dengan hasil penelitian Sihombing (2017) bahwa proporsi hipertensi pad


a

penduduk DM sebesar 51,8%. Penelitian tersebut menggunakan data Riskesda


s

tahun 2013. Diketahui bahwa proporsi yang menderita hipertensi lebih tingg
i

pada perempuan (55.4%) daripada laki-laki. Proporsi usia >45 tahun lebi
h

tinggi (60%) dibandingkan yang berusia <45 tahun. Penelitian serupa ole
h

Hashemizadeh et al (2013) menunjukkan bahwa proporsi hipertensi pad


a

pasien DM sebesar 70%. Penelitian ini dilakukan di pelayanan kesehata


n

Moosabne Jafar di Quchan, Iran dari bulan April 2011 sampai dengan Agustus

2012. Dari 300 pasien DM diketahui 210 orang menderita hipertensi, dan

prevalensi perempuan lebih tinggi (52,4%) dibandingkan dengan laki laki

(47,6%). Hipertensi lebih banyak dialami pada pasien berusia >60 tahun.

Penelitian (Arshad et al., 2016) yang dilakukan pada pasien DM berusia >30

tahun di Mountain Medical Batallion, Azad Kashmir menunjukkan bahwa

proporsi hipertensi sebesar 44.72%. Proporsi hipertensi pada perempuan lebih

tinggi (68.05%) dibandingkan dengan laki laki. Berdasarkan penelitian-

penelitian tersebut, diketahui bahwa perempuan lebih rentan untuk menderita

hipertensi pada pasien DM terutama di usia lanjut.

Pada pasien DM dengan hipertensi, hubungan patofisiologis antara

hiperglikemia dan penyakit makrovaskular meliputi kemungkinan efek

langsung glukosa, aktivasi protein kinase C, disfungsi endotel dari stres

oksidatif, aktivasi sitokin ateroinflamasi, dan perubahan epigenetik. Proses

aterosklerosis dasar yang mengarah ke penyakit serebrovaskular semua


pasien, khususnya pasien dengan hipertensi dan DM diketahui telah

mempercepat pengembangan lesi lanjutan (Long et al, 2011).

Patogenesis hipertensi pada DM begitu kompleks dan banyak faktor

yang dapat mempengaruhinya, termasuk resistensi insulin yang khas pada

DM. Prevalensi hipertensi yang tinggi pada pasien DM menjadi tantangan

tersendiri untuk dapat mengendalikan tekanan darah agar tidak terjadi

komplikasi stroke. Sangat disarankan untuk pasien DM dan hipertensi dapat

mengontrol tekanan darahnya supaya menurunkan risiko percepatan

terjadinya aterosklerosis sehingga menurunkan risiko terjadinya stroke.

Selain itu, diperlukan kerjasama antara pasien, dokter dan pelayanan

kesehatan untuk dapat bekerjasama agar tatalaksana hipertensi pada pasien

DM dapat menyeluruh.

2. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan penyakit yang sering menyertai pasien DM.

Dislipidemia pada pasien DM ditandai dengan kadar trigliserida tinggi,

penurunan kolesterol HDL dan peningkatan konsentrasi partikel kolesterol

LDL padat kecil (Mooradian, 2009). Dislipidemia diketahui sebagai faktor

risiko penting penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler pada pasien

DM. Setiap jenis dislipidemia berhubungan dengan terbentuknya

aterogenik yang dapat menimbulkan stroke.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien DM lebih banyak yang

memiliki kolesterol total kategori tinggi. Selain itu, pasien DM sedikit

lebih banyak yang memiliki trigliserida normal, kolesterol LDL

normal dan
kolesterol HDL kategori normal. Dalam penelitian ini diperoleh rata-rata

untuk kolesterol total sebesar 210.96 mg/dL, rata-rata trigliserida sebesar

154.5 mg/dL, rata-rata LDL sebesar 133.95 mg/dL dan rata-rata pasien DM

dengan HDL baik yaitu pada perempuan 48.1 mg/dL dan pada laki-laki

sebesar 43.3 mg/dL. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Josten

(2018) yang dilakukan di bagian penyakit dalam RSUP dr. Wahidin

Sudirohusodo bahwa pasien DM rata-rata kadar kolesterol total dalam

kategori tinggi (204.98 mg/dL), trigliserida kategori tinggi (163.10 mg/dL),

LDL kategori tinggi (138.66 mg/dL) dan juga HDL dalam kategori baik

(42.02 mg/dL). Penelitian cross sectional oleh Ghandour et al., (2018)

menunjukkan bahwa pada kelompok usia >50 tahun, kolesterol tinggi dan

trigliserida tinggi proporsinya lebih banyak pada pasien DM. HDL rendah

proporsinya lebih banyak dalam penelitian tersebut. Diketahui pula bahwa

proporsi pria yang lebih tinggi memiliki HDL rendah. Sedangkan pada

wanita cenderung lebih banyak memiliki LDL tinggi. Secara keseluruhan,

dislipidemia cenderung dialami pada wanita.

Hasil penelitian Framing Heart Study bahwa proporsi lebih banyak

juga ditemukan pada kolesterol total tinggi, trigliserida tinggi dan HDL

rendah (Kanel, 1985 dalam Mooradian, 2009). Hasil penelitian lain yang

mendukung dilakukan di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo pada pasien

DM berusia lebih dari 45 tahun bahwa dislipidemia yang tersering terjadi

adalah peningkatan kadar LDL (Josten, 2018). Selain itu, frekuensi

dislipidemia rata-rata meningkat di kelompok usia >59 tahun. Penelitian

The Strong Heart Study dengan disain studi kohort prospektif berbasis

komunitas pada
Indian Amerika dari South Dakota, North Dakota, Oklahoma, dan Arizona

oleh Lee et al., (2017) menunjukkan bahwa pada penderita DM terdapat

60% peserta dengan trigliserida tinggi dan kadar HDL rendah. Pada

penelitian tersebut trigliserida tinggi dan kadar HDL rendah banyakt

terdapa di kelompok usia 56-65 tahun. Selain itu, juga ditemukan bahwat

tingka kolesterol LDL yang lebih tinggi pada peserta dengan trigliserida

tinggi. a

Berbagai rasio parameter lipid juga disertakan dalam beberap .

penelitian yang mana berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskularo

Rasio kolesterol total / HDL merupakan prediktor kuat untuk risikL

kardiovaskuler pada pasien DM. Begitu juga dengan rasio trigliserida / HD


g

dianggap lebih merefleksikan interaksi di antara fraksi lipid dibandin t

dengan melihat kadar trigliserida atau HDL saja. Hasil penelitian Sung e/

al., (2014) menunjukkan bahwa penentuan sederhana rasio trigliserida g

HDL dapat memberikan informasi klinis yang sebanding dengan yan ,

berasal dari diagnosis resistensi insulin atau metabolik sindrom. Namunr

rasio tersebut masih sebatas digunakan untuk estimasi risiko kardiovaskula

tetapi tidak untuk diagnosis maupun target terapi (Erwinanto et al., 2017).n

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pasien DM dengan

DM dengan rasio kolesterol total / HDL normal. Pada rasio trigliserida /

HDL ditemukan sedikit lebih banyak berkategori normal dibanding tinggi.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yang et al., (2017) bahwa rasio

kolesterol total / HDL pada pasien DM rata-rata tergolong tinggi. Namun,

rasio trigliserida / HDL tidak ditemukan dalam kategori tinggi. Karena

rasio
trigliserida / HDL secara positif berhubungan dengan resisten insulin,

kemudian dinilai peran tingkat trigliserida / HDL dalam memprediksi

kejadian kardiovaskular pada pasien DM dengan coronary arterye


diseas
a
(CAD) dan ditemukan bahwa kejadian kardiovaskular meningkat pad
i
pasien dengan rasio trigliserida / HDL tinggi. Sehingga perlunya
i
diwaspada kejadian peningkatan trigliserida dan penurunan HDL yang

mana diketahu sebagai dislipidemia aterogenik.


/
Ditemukan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam rasio trigliserida
i
HDL yang memprediksi risiko kardio-metabolik konsisten dengan teor
i
bahwa wanita pada umumnya memiliki konsentrasi HDL yang lebih tingg
h
daripada pria. Manfaat menggunakan rasio trigliserida / HDL adala
a
prediktor resisten insulin yang murah dan dapat menjadi alat yang bergun
n
untuk mengidentifikasi individu berisiko tinggi untuk intervensi dini da
t
dengan demikian mencegah atau menunda pengembangan penyakit terkai

resisten insulin (Iwani et al., 2017).


i
Pada pasien DM terjadi kelainan metabolisme lipid karena resistens
e
insulin. Resistensi insulin ini meningkatkan lipolisis pada jaringan adipos
n
sehingga terjadi peningkatan lemak dalam darah termasuk kolesterol da
n
trigliserida. Perubahan lipid yang terjadi berhubungan dengan DM
dengan meningkatnya pelepasan asam lemak bebas dari sel lemak yang

resisten insulin. Peningkatan fluks asam lemak bebas ke dalam hati dengan

adanya simpanan glikogen yang memadai mendorong produksi trigliserida

yang pada gilirannya merangsang sekresi apolipoprotein B dan kolesterol

VLDL. Hiperinsulinemia juga dikaitkan dengan kadar kolesterol HDL

yang
rendah. Meningkatnya jumlah partikel kolesterol VLDL dan peningkatan

kadar trigliserida plasma menurunkan kadar kolesterol HDL dan

meningkatkan konsentrasi partikel kolesterol LDL kecil yang padat

(Mooradian, 2009)

Berbagai penelitian telah menjelaskan bahwa dislipidemia sering

terjadi pada pasien DM. Secara independen, dislipidemia merupakan faktor

risiko penting untuk terjadinya aterosklerosis. Pasien DM merupakan

kelompok risiko tinggi sehingga adanya dislipidemia ini dapat t

mempercepa terjadinya aterosklerosis yang mana semakin memperbesark

risiko untu terjadinya stroke. Oleh karena itu, memantau profil lipid secara
a

teratur pad pasien DM diharapkan dapat menurunkan risiko terjadinya

stroke.

3. Asam Urat a

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolism purin, sehingg .

keadaannya dalam darah dan urin normal pada tingkat tertentur

Hiperurisemia adalah kondisi patologis dimana terjadi peningkatan kada.

serum asam urat. Konsentrasi serum normal asam urat di antara 2-6 mg/dll

Sedangkan pada hiperurisemia, konsentrasinya meningkat melebihi 7 mg/dt

dikaitkan dengan faktor risiko penting untuk aterosklerosis seperti

hipertensi, DM, obesitas sentral dan gagal ginjal. Adanya hubungan antara

peningkatan konsentrasi asam urat dengan stres oksidatif, disfungsi

endotel, inflamasi, aterosklerosis subklinis dan peningkatan risiko

kejadian
kardiovaskular. Peningkatan kadar asam urat merupakan prediktor

independen risiko penyakit kardiovaskular (Gagliardi et al., 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam urat kategori normal

proporsinya lebih banyak (38.8%) daripada kategori tinggi. Diketahui pula

bahwa proporsi perempuan dengan hiperurisemia sebanyak 75%. Hasil

penelitian lain dengan disain studi kasus-kontrol di RS Wadi Al-Dawasir

oleh Purnima et al. (2016) menunjukkan bahwa proporsi hiperurisemia pada

pasien DM sebesar 27.58% pada perempuan dan laki-laki sebesar 27.6%.

Rata-rata usia pasien DM dengan hiperurisemia adalah 58-59 tahun (Chen

et al., 2009).

Penyakit serebrovaskular dengan kadar serum asam urat yang lebih

tinggi lebih mungkin untuk mengalami peristiwa vaskular. Hubungan ini

berlaku bahkan setelah dibuktikan dengan keberadaan faktor risiko

kardiovaskular dan serebrovaskular seperti hipertensi, DM, da n

hiperlipidemia (Chen et al., 2009). Sehingga kelompok berisiko tinggi

seperti pasien DM memiliki kadar asam urat tinggi maka semakin

meningkatkan risiko untuk terjadinya gangguan vaskuler akibat adanya

resitensi insulin.

E. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke pada Pasien

DM di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017

Secara konvensional, WHO mendefinisikan stroke sebagai tanda-

tanda klinis yang berkembang secara cepat dari gangguan fungsi otak fokal

(atau kadang-kadang global) yang berlangsung selama lebih dari 24 jam


atau mengarah pada kematian tanpa penyebab yang jelas selain berasal dari

vaskuler. Hipertensi dan dislipidemia telah diketahui sebagai faktor risiko

stroke yang dapat dimodifikasi pada pasien DM. Diagnosis hipertensi dan

kolesterol tinggi meningkat dari waktu ke waktu pada pasien DM, dan tetap

meningkat secara signifikan pada setiap periode (Khoury et al., 2013).

Peningkatan asam urat juga diketahui memberikan outcome buruk pada

pasien stroke dengan adanya DM, bahkan jauh lebih besar akibat adanya

resitensi insulin (Chen et al., 2009).

1. Hipertensi

Hipertensi dapat terjadi akibat komplikasi dari DM. Risiko stroke

yang terjadi pada pasien DM semakin besar apabila disertai dengan

hipertensi. Hipertensi bersamaan dengan DM diketahui dapat meningkatkan

risiko hingga 60% pada morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler (Arshad

et al., 2016). Hipertensi menyebabkan gangguan autoregulasi pembuluh

darah otak sehingga aliran darah berkurang. Selain itu, hipertensi pada

pasien DM mempercepat terjadinya aterosklerosis (Katayama et al., 2018).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi stroke pada pasien DM

dan hipertensi sebesar 14.9%. Diketahui pula bahwa terdapat hubungan

signifikan antara hipertensi dengan stroke pada pasien DM. Hasil penelitian

sejalan dengan penelitian cross sectional oleh Ghandour et al., (2018)

bahwa hipertensi berhubungan komplikasi makrovaskuler stroke pada

pasien DM. Rerata usia pasien DM 58.1 tahun dan rerata durasi menderita

DM selama 9,4 tahun. Pada pasien DM dengan hipertensi terkontrol


memiliki risiko 1.89 kali untuk terjadinya stroke. Sedangkan pada pasien

DM dengan hipertensi tidak terkontrol memiliki risiko 2.10 kali terhadap

kejadian stroke. Penelitian Hankey et al., (2012) menggunakan disain studi

kohort prospektif juga menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi

dengan stroke pada pasien DM. Pasien DM dengan hipertensi memilik


i

risiko 1.6 kali untuk terjadinya stroke. Namun, hasil berbeda ditemuka
n

pada penelitian sebelumnya menggunakan data DAI Study yang melibatkan

14432 pasien DM periode 2000-2003 oleh Giorda et al., (2007) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara hipertensi dengan stroke.

Hal tersebut dikarenakan populasi penelitian didominasi oleh mereka yang

berusia tua dan hipertensi.

Pada pasien DM dengan hipertensi, hubungan patofisiologis antara

hiperglikemia dan penyakit makrovaskular meliputi kemungkinan efek

langsung glukosa, aktivasi protein kinase C, disfungsi endotel dari stres

oksidatif, aktivasi sitokin ateroinflamasi, dan perubahan epigenetik. Proses

aterosklerosis dasar yang mengarah ke penyakit serebrovaskular semua

pasien, khususnya pasien dengan hipertensi dan DM diketahui telah

mempercepat pengembangan lesi lanjutan. Selain itu, penyakit

makrovaskuler bersifat multifaktorial yang mana terdapat kontribusi yang

signifikan dari faktor risiko antara lain dislipidemia, hiperglikemia,

resistensi insulin, obesitas dan faktor gaya hidup seperti kebiasaan sedenter

dan merokok. Dalam Hypertension in Diabetes Study, pasien yang

menderita hipertensi dan DM bersamaan dibandingkan dengan penderita

DM non-hipertensi ditemukan memiliki tingkat kematian akibat penyakit


kardiovaskuler dan stroke yang lebih tinggi (Long and Dagogo‐Jack, 2011).

Sehingga disarankan untuk pada pasien DM dan hipertensi dapat

mengontrol tekanan darahnya supaya menurunkan risiko percepatan

terjadinya aterosklerosis sehingga menurunkan risiko terjadinya stroke.

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak diketahui berapa

lamanya seseorang menderita DM. Sehingga tidak diketahui apakah

hipertensi yang mempercepat terjadinya stroke ataukah DM yang telah lama

diderita sehingga menyebabkan stroke. Selain itu, disain studi yang

digunakan adalah cross sectional yang berarti dalam penelitian ini setiap

variabel dikumpulkan dalam satu titik waktu sehingga walaupun secara uji

statistik berhubungan namun tidak dapat diketahui mekanisme yang

menjelaskan hubungan riwayat perjalanan penyakit DM dan hipertensi

menjadi stroke. Padahal terdapat hubungan antara durasi DM dan lesi

ateroskelotis yang mana ketebalan plak karotis yang dapat memprediksi

stroke. Selain itu, hipertensi jangka panjang pada penderita DM ini dapat

menyebabkan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler (Banerjee et

al., 2012).

2. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan penyakit yang sering menyertai pasien DM.

Dislipidemia diketahui sebagai faktor risiko penting penyakit

kardiovaskuler dan serebrovaskuler pada pasien DM. Dislipidemia pada

pasien DM ditandai dengan kadar trigliserida tinggi, penurunan kolesterol

HDL dan peningkatan konsentrasi partikel kolesterol LDL padat kecil


(Mooradian, 2009). Dislipidemia yang terjadi pada pasien DM diketahui

berhubungan dengan komplikasi makrovaskuler stroke (Ghandour et al.,

2018).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori tersebut bahwa pasien DM

yang mengalami stroke lebih banyak yang disertai kolesterol total tinggi,

trigliserida tinggi, HDL rendah dan LDL tinggi. Hasil penelitian juga

menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kolesterol total,

trigliserida dan kolesterol LDL dengan kejadian stroke pada pasien DM.

Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian kohort prospektif yang

menunjukkan bahwa konsentrasi kolesterol LDL secara independen

berhubungan dengan stroke khususnya stroke iskemik pada pasien DM

berusia 50-75 tahun di Australia, Selandia Baru dan Finlandia (Hankey et

al., 2012b). Diketahui pula bahwa hazard ratio untuk tipe stroke tertent u

berubah secara signifikan, yaitu untuk stroke iskemik arteri besar secara

signifikan lebih tinggi dengan konsentrasi kolesterol HDL yang lebi h

rendah. Sedangkan hazard ratio untuk stroke iskemik arteri besar secara

signifikan lebih tinggi dengan konsentrasi kolesterol LDL yang lebih tinggi.

Penelitian lain menunjukkan bahwa trigliserida tinggi dan HDL rendah

dikaitkan dengan risiko insiden stroke 2,3 kali lipat lebih besar pada

penderita DM. Namun, laki-laki dan perempuan dengan DM memiliki

tingkat insiden stroke yang sama (Lee et al., 2017).

Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang

signifikan antara HDL dengan kejadian stroke pada pasien DM. Hal

tersebut tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa HDL

rendah
berhubungan signifikan dengan kejadian stroke (Hankey et al., 2012b; Lee

et al., 2017). Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya kemungkinan disebabkan karena dalam penelitian ini diperoleh

rata-rata pasien DM dengan HDL tergolong baik pada laki-laki yaitu r


sebesa
h
43.3 mg/dL, sedangkan pada perempuan rata-rata HDL tergolong renda
r
yaitu sebesar 48.1 mg/dL. Namun rata-rata untuk kolesterol total sebesa
L
210.96 mg/dL, rata-rata trigliserida sebesar 154.5 mg/dL, dan rata-rata LD
M
sebesar 133.95 mg/dL. Artinya, rata-rata ketiga komponen lipid pasien D
i
di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2016 – 2017 berada pada kategor
m
batas tinggi. Sehingga hal tersebut menyebabkan tingginya kolesterol dala
a
darah yang mana memungkinkan percepatan kejadian aterosklerosis pad
I
pasien DM. Padahal, berdasarkan rekomendasi Adult Treatment Panel II
,
of NCEP tahun 2004 yaitu pada orang berisiko tinggi seperti pasien DM
g
target kadar kolesterol LDL supaya dapat dipertahankan pada nilai kuran
r
dari 100 mg/dL, tetapi jika risiko tergolong sangat tinggi maka target kada
g
kolesterol LDL <70 mg/dL. Untuk kolesterol HDL, angka yan
a
direkomendasikan pada batas kurang dari 40mg/dL untuk laki-laki dan pad
.
perempuan nilai batasnya dipertahankan sebesar kurang dari 50 mg/dL
g
Pada kadar trigliserida, target nilai yang direkomendasikan sebesar kuran
dari 150 mg/dL.

Selain menganalisis secara independen masing-masing komponen

lipid, estimasi risiko kardiovaskular pada pasien DM dapat menggunakan

rasio kolesterol total terhadap HDL dan rasio trigliserida terhadap HDL.

Rasio kolesterol total / HDL dianggap sebagai indeks risiko kardiovaskular


yang lebih sensitif dan spesifik daripada kolesterol total (Millán et al.,

2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pasien DM dengan

rasio kolesterol total / HDL tinggi dan mengalami stroke lebih besar

dibanding dengan pasien DM dengan rasio kolesterol total / HDL normal

dan mengalami stroke. Dari hasil uji statistik ditemukan hubungan

siginifikan antara rasio kolesterol total / HDL dengan kejadian stroke.l

Hasi penelitian ini sesuai dengan teori yang ada bahwa pada rasiol

kolesterol tota n

/ HDL, semakin tinggi nilai rasio kolesterol total / HDL maka semakin

meningkatkan risiko terjadinya stroke dikarenakan adanya penyempitan daa

penebalan arteri akibat aterosklerosis. Aterosklerosis terbentuk karenh

adanya kerusakan pada endotelium yang disebabkan oleh tekanan darat

yang tinggi atau tinggi nya jumlah kolesterol dalam tubuh sehingga dapai

mengganggu fungsi endotel dan menyebabkan meningkatkannya produks-

radikal bebas yang menonaktifkan oksida nitrat, yaitu faktor endotheliall

relaxing utama. Pemajanan terhadap radikal bebas dalam sel endoten

dinding arteri menyebabkan terjadinya oksidasi LDL, yang berperan dag

mempercepat timbulnya ateromatosa dan diperkuat dengan kadar HDL yan

Dalam penelitian ini menunjukkan proporsi pasien DM dengan rasio

trigliserida / HDL tinggi dan stroke lebih besar dibanding dengan pasien

DM dengan rasio trigliserida / HDL normal dan stroke. Selain itu

ditemukan hubungan signifikan antara rasio trigliserida / HDL dengan

kejadian stroke pada pasien DM. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian kohort
prospektif oleh Yang et al. (2017) bahwa rasio trigliserida / HDL secara

independen berhubungan dengan kejadian kardiovaskuler pada pasien DM

di Tiongkok. Hubungan antara rasio trigliserida / HDL kemungkinan

disebabkan yaitu karena rasio trigliserida / HDL ini telah terbukti sebagai

perkiraan pengganti resistensi insulin dan resistensi insulin inilah yang

berkontribusi secara signifikan terhadap percepatan pengembangan

penyakit kardiovaskular sebagai faktor risiko kardiovaskular. Kemudian

rasio trigliserida / HDL ini secara positif terkait dengan konsentrasil

partike LDL padat kecil yang lebih rentan terhadap kerusakan oksidatift

(Yang e al., 2017).

Pada pasien DM terjadi kelainan metabolisme lipid karena resistensi

insulin. Resistensi insulin ini meningkatkan lipolisis pada jaringan adipose

sehingga terjadi peningkatan lemak dalam darah termasuk kolesterol dan

trigliserida. Perubahan lipid yang terjadi berhubungan dengan DM dikaitka


n

dengan meningkatnya pelepasan asam lemak bebas dari sel lemak yang

resisten insulin. Peningkatan fluks asam lemak bebas ke dalam hati dengan

adanya simpanan glikogen yang memadai mendorong produksi trigliserida

yang pada gilirannya merangsang sekresi apolipoprotein B dan kolesterol

VLDL. Hiperinsulinemia juga dikaitkan dengan kadar kolesterol HDLg


yan
rendah. Meningkatnya jumlah partikel kolesterol VLDL dan peningkatan

kadar trigliserida plasma menurunkan kadar kolesterol HDL dan

meningkatkan konsentrasi partikel kolesterol LDL padat kecil (Mooradian,

2009).
Kolesterol yang berlebihan dalam darah mudah melekat pada dinding

pembuluh darah. Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh

darah melalui lapisan endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah

yang lebih dalam yaitu intima. Semakin kecil ukuran LDL atau semakin

tinggi kepadatannya semakin mudah pula LDL tersebut menyusup ke dalam

intima. LDL tersebut mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk

LDL yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memicu terbentuknya zat yang

dapat melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih)

menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Selain itu, LDL-

teroksidasi menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah

masuk ke dalam intima menjadi makrofag. Sementara itu, LDL-teroksidasi

akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi

sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa. Sel busa yang

terbentuk akan saling berikatan membentuk benjolan yang mengakibatkan

penyempitan lumen pembuluh darah (Anies, 2015).

Hiperkolesterolemia akan memicu peningkatan kolesterol LDL da


n

penurunan kadar kolesterol HDL yang mana berperan dalam proses

terjadinya penyempitan atau pengerasan pembuluh darah (Noviyanti et al.,

2015). Penyempitan atau pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis) ini

merupakan cikal bakal terjadinya stroke. Selain itu, kehadiran partikel LDL

padat kecil mungkin berkontribusi terhadap percepatan aterosklerosis, baik

pada penderita DM maupun non DM (Schofield et al., 2016). Oleh karena

itu, tatalaksana pasien DM tipe ini mengarah pada perubahan kadar lipid

plasma yang mana diharapkan dapat menurunkan risiko terjadinya stroke.


Dalam penelitian ini ditemukan kelemahan penelitian yaitu penelitian

yang dilakukan secara potong lintang atau tanpa follow-up sehingga tidak

dapat diketahui mekanisme sebab akibat karena pengukuran DM dan

dislipidemia terhadap stroke dilakukan pada titik yang bersamaan dalam

rekam medis. Selain itu, waktu penelitian yang terbatas menyebabkan tidak

dapat diperhatikannya riwayat buruk dislipidemia yang pernah diderita

sebelum menderita stroke. Tidak diketahui durasi DM juga membuat

peneliti kesulitan untuk mengetahui riwayat DM itu sendiri. Padahal

menurut Banerjee et al., (2012) risiko stroke meningkat secara terus

menerus sejalan dengan lamanya menderita DM yaitu setiap tahun risiko

stroke meningkat sebesar 3%. Bahkan pada pasien DM yang lebih dari 10

tahun risikonya 3 kali lebih besar dibandingkan dengan non DM. Adanya

kelemahan penelitian ini menyebabkan hubungan DM dan dislipidemia

dengan kejadian stroke hanya terbatas pada uji statistik tanpa

memperhatikan riwayat penyakit sebelumnya. Padahal riwayat penyakit

sebelumnya dapat menunjukkan apakah dislipidemia tersebut yang

memperbesar terjadinya stroke ataukah lamanya seseorang menderita DM

disertai dengan dislipidemia yang menyebabkan terjadinya stroke.

3. Asam Urat

Hiperurisemia merupakan faktor risiko potensial untuk stroke pada

pasien DM. Peningkatan kadar serum asam urat ditemukan memiliki

hubungan dengan resistensi insulin (Leng et al., 2017). Peningkatan kadar

asam urat berhubungan dengan peningkatan produksi radikal bebas

oksigen.
Hal ini diketahui memainkan peran penting dalam perkembangan

aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kadar asam urat juga dikaitkan

dengan peningkatan kelengketan trombosit, dan efek ini memungkinkan

terjadinya pembentukan thrombus yang mana sebagai faktor risiko

kardiovaskuler (Ginsberg, 1997 dalam Weir et al., 2003).

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara kadar

asam urat dengan stroke pada pasien DM. Hal tersebut tidak sejalan dengan

penelitian Chen et al., (2009) bahwa hiperurisemia merupakan faktor risiko

independen untuk stroke pada pasien DM yang dianggap sebagai kelompok

risiko tinggi. Namun, penelitian ini sejalan dengan Weir et al., (2003) a

bahw tidak ditemukannya interaksi efek asam urat terhadap stroke padan

pasie DM.

Tidak adanya hubungan antara asam urat dengan stroke pada pasien

DM, mungkin dikarenakan subjek penelitian mayoritas adalah perempuan.

Proporsi asam urat lebih banyak dalam kategori normal. Berdasarkan

penelitian Leng et al., (2017) pria umumnya memiliki kadar asam urat lebih

tinggi daripada wanita dan kadar asam urat meningkat seiring bertambahny
a

usia. Selain itu, hasil temuan Framingham Heart Study menyatakan bahwa

kadar asam urat pada wanita secara bertahap meningkat selama usia 40-70

tahun. Hasil penelitian Chen et al., (2009) menunjukkan bahwa

hiperurisemia lebih jarang terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

Berdasarkan Studi Kinmen di Taiwan, hiperurisemia pada wanita

pascamenopause dikaitkan dengan perkembangan DM selanjutnya.


Estrogen pada wanita dianggap sebagai faktor kardioprotektif yang mana

menurunkan risiko terjadinya risiko kardiovaskuler.

Hiperurisemia merupakan faktor risiko independen dalam

pengembangan DM, IFG, dan resistensi insulin. Masih belum jelas apakah

asam urat memainkan peran kausal dalam patogenesis penyakit-penyakit

tersebut. Namun, asam urat dapat menyebabkan perkembangan DM dengan

mengikuti mekanisme yang memungkinkan. Pertama, asam urat dapat

menginduksi resistensi insulin melalui menginduksi stres oksidatif

mitokondria dan efeknya pada adiposit. Selain itu, asam urat adalah faktor

proinflamasi yang kuat yang menyebabkan inflamasi pada tubuh manusia

(Chang et al., 2017). Asam urat juga merusak fungsi endotel melalui

oksidasi LDL dan berkontribusi terhadap risiko aterosklerotik (Chen et al.,

2009)

Kompleksitas hiperurisemia dan hubungannya dengan inflamasi,

aterosklerosis, dan stres oksidatif menjadikannya sebagai resilient factor

Skrining asam urat serum direkomendasikan yang berfungsi sebagai

biomarker dan indikator prognosis kardiovaskuler (Purnima et al, 2016).

Oleh karena itu, agar skrining asam urat dapat dilakukan sebagai salah satu

biomarker metabolik untuk mendeteksi dan mencegah CVD sejak dini

terutama pada pasien DM yang merupakan kelompok risiko tinggi.


F. Pandangan Islam mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Stroke pada Pasien DM

Proses degeneratif adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan

jaringan atau organ mengalami penurunan fungsi dari waktu ke waktu

seiring bertambahnya usia seseorang. Keadaan yang buruk dari proses

degeneratif akan mengakibatkan munculnya penyakit degeneratif. Penyakit

degeneratif umumnya diakibatkan oleh perubahan secara bertahap pada sel-

sel tubuh yang kemudian berdampak kepada fungsi organ secara umum.

Sebagian besar penyakit degeneratif muncul sebagai akibat dari

pertambahan usia. Dewasa ini penyakit degeneratif juga dialami oleh usia

yang lebih muda karena menjalani gaya hidup yang buruk dan pola makan

yang buruk. DM dan stroke merupakan contoh penyakit degeneratif yang

umum terjadi di Indonesia.

a
Dalam Al-qur’an, dijelaskan tentang proses kehidupan manusi

mulai dari awal penciptaan sampai mencapai fase terakhir kehidupannya.

Adapun bunyi ayat Al-qur’an adalah sebagai berikut

Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi

kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)

dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah

Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (Ar-Rum: 54).


Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa keadaan manusia pada

paling dini dari kehidupannya sampai ke tahap terakhir keberadaanya dta

bumi yang menunjukkan kuasa Allah mempergantikan kondisi manusih

tersebut. Manusia diciptakan dari keadaan lemah yaitu setetes sperma yan a

bertemu dengan sel telur di dalam rahim. Lalu mengalami perkembangap

dan pertumbuhan sehingga lahirlah bayi ke dunia. Kemudian Alla i

menjadikan manusia sesudah keadaan lemah itu memiliki kekuatana

sehingga manusia menjadi dewasa dan sempurna. Setelah beranjak dewasg

dan melewati usia kematangan, manusia akan mengalami kelemaha n

ditandai dengan hilangnya banyak potensi dalam diri secara fisik dan h

menta seseorang pada saat mencapai usia tua dan beruban. Ada juga di,

antar manusia yang tidak mengalami uraian tentang tahap-tahap hidup a

manusi karena meninggal di awal hidupnya atau meninggal saat di atasn

punca kekuatannya. Apapun yang dialami manusia, semua akan kembali l

kepad Allah swt. a

a
Artinya: “Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kam

kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak

memikirkan?” (Ya Sin : 68)


Menurut tafsir Al-Mishbah dalam Shihab (2002) dijelaskan bahwa

barang siapa yang diberi umur panjang oleh Allah, maka Allah akan
mengembalikan manusia tersebut yang telah menjadi kuat menuju

kelemahan. Manusia hendaknya menyadari akan kekuasaan Allah yang

melakukan hal tersebut pada diri manusia sehingga mereka menyadari

bahwa dunia ini hanyalah kehidupan yang fana dan akhirat merupakan

tempat yang abadi. Ayat ini mengandung makna bahwa kehidupan manusia

mengalami tiga fase yaitu fase pertumbuhan, fase kematangan dan fase

atrofi (penyusutan). Pembuluh darah yang memiliki peranan penting di

dalam tubuh manusia juga tak luput mengalami pengerasan dan penyusutan

sehingga menjadi lemah. Hal tersebut mengakibatkan darah yang mengalir

ke seluruh bagian tubuh berkurang. Selain itu, proses degeneratif yang

terjadi memberikan dampak daya perusak lebih kuat daripada daya

pembangun tubuh sehingga jumlah sel yang mati lebih banyak daripada

jumlah sel yang hidup mengakibatkan terjadinya penyusutan. Oleh sebab

itu, semakin bertambahnya usia sesorang, jumlah sel yang mati pun

bertambah banyak.

Dalam dunia kedokteran, stroke dan DM merupakan penyakit

degeneratif yang disebabkan oleh berbagai faktor (multikausal). Faktor

risiko penyakit tersebut dibedakan menjadi faktor yang tidak dapat

dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat

dimodifikasi ini merupakan faktor yang tidak dapat diintervensi karena

merupakan karakteristik seseorang sejak awal kehidupannya. Sedangkan

faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan faktor yang dapat

diintervensi untuk mencegah terjadinya penyakit. Intervensi yang dapat


dilakukan dalam upaya pencegahan yaitu dengan pengaturan pola

konsumsi dan jenis makanan atau zat gizi (Hardisman, 2015).

Islam secara khusus memberikan perhatian terhadap pola makan

berupa tuntunan untuk memakan makanan yang halal dan baik yang

dijelaskan dalam ayat-ayat dalam Al-Quran berikut ini:

Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu

(Al-Baqarah: 168).

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging

babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang

tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan

bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi

nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah

kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk

(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka

dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu

agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-

ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena

kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Maidah: 3).

Artinya: Dan Dia-lah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan

yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-

macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya)

dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-

macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik

hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang

berlebih- lebihan (Surat Al-An’am Ayat 141).


Ayat-ayat di atas menerangkan bahwa semua tanaman dan ternak

bahkan semua wujud adalah milik Allah. Dalam ayat tersebut pula

menggambarkan betapa besar nikmat Allah serta melarang segala yang

membuat lupa pada nikmat-nikmat-Nya. Hanya Allah yang menciptakan

pohon kurma dan tanaman-tanaman lainnya dalam keadaan yang

bermacam-macam rasa, bentuk dan aromanya. Makanan yang baik

senantiasa dianugerahkan oleh Allah swt untuk manusia dalam bentuk

tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang beraneka ragam dan binatang ternak

yang beraneka ragam pula. Pola makan sehat mengatur variasi dalam jenis

makanan dan jumlahnya. Variasi jenis makanan akan memenuhi kebutuhan

tubuh akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat

berfungsi bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Selain itu, variasi

jenis makanan harus memperhatikan halal dan haram. Makanan yang

diharamkan harus dihindari. Semua makanan yang dihalalkan bagi manusia

apabila ditelaah lebih lanjut terbukti bahwa makanan tersebut bermanfaat

besar bagi kesehatan manusia dan dibutuhkan oleh tubuh karena

mengandung zat-zat gizi (Hardisman, 2015).

Aturan makan dan minum menurut Islam terbukti merupakan

konsep makan dan minum yang sehat dan seimbang. Kita diperintahkan

untuk makan makanan yang baik bagi tubuh dan memperhatikan kehalalan

suatu makanan. Islam juga menekankan prinsip qona’ah (merasa cukup)

sehingga manusia dalam mengkonsumsi makanan dan minuman tidak

boleh berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik.

Berlebihan mengkonsumsi makanan pada akhirnya meningkatkan

risiko untuk
mengalami gangguan atau penyakit tertentu. Penyakit-penyakit gangguan

metabolisme dan degeneratif terbukti terkait dengan pola makan ini.

yang berlebihan, terutama kelebihan mengkonsumsi makanan yang


Makan

mengandung lemak dan kolesterol dapat menyebabkan hiperlipidemia dan

hiperkolesterolemia. Selain itu, juga dapat meningkatkan simpanan lemak

tubuh dan bisa berakibat obesitas. Kondisi tersebut menjadi penyebab

terjadinya pembentukan plak dalam dinding pembuluh darah

(aterosklerosis) yang sangat erat kaitannya dengan penyakit kardiovaskuler.

Apabila tidak diimbangi dengan aktivitas fisik/olahraga yang baik dan

kurangnya konsumsi buah dan sayur, risiko dislipidemia akan semakin

meningkatkan risiko gangguan vaskuler, DM, gangguan serebrovaskuler

dan penyakit lainnya.

Konsep pola makan Islam yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan

Hadis sangat disarankan untuk memelihara diri dan keluarga sehingga

membantu kita dalam melaksanakan tugas kita sebagai manusia dan

khalifah dengan baik. Sehingga, pengaturan pola makan tidak hanya

semata-mata untuk kepentingan kesehatan jasmani, tetapi juga untukn

tujua aqidah dan syari’ah atau peribatan kepada Allah. Pola makan
t h

tersebut ela i

penyakit. Menjaga kesehatan dengan makan makanan yang bergizi juga

merupakan wujud syukur kita atas nikmat hidup yang diberikan oleh Allah.

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara

agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan bagi umat manusia. Dari

kelima aspek tersebut, Islam secara khusus menyebutkan bahwa sebagai


seorang muslim, manusia diperintah untuk memanfaatkan anggota badan

yang telah dianugerahkan-Nya dengan sebaik-baiknya. Salah satu kegiatan

yang bermanfaat untuk memelihara jasmani adalah dengan berolahraga.

Olahraga sangat berguna bagi kesehatan dan mencegah dari berbagai

penyakit yang diakibatkan dari malas bergerak. Olahraga bertujuan untuk

menjadikan manusia sehat dan kuat, yang mana dalam Islam sehat

merupakan nikmat kedua setelah iman. Rasulullah menginginkan seorang

muslim itu menjadi pribadi yang kuat. Selain itu, ibadah dalam Islam t

sanga membutuhkan fisik yang kuat diantaranya shalat, puasa, haji dan.

jihad Adapun dalil-dalil yang menjelaskan tentang olahraga antara lain:

Artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja

yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang

(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan

musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;

sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan

Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan

dianiaya (dirugikan)” (Al-Anfal ayat 60).


Artinya: Segala sesuatu yang tidak mengandung dzikirullah padanyaa
mak
a
itu adalah Kesia-siaan dan main-main kecuali empat perkara: yaitu send
n
gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, da

mengajarkan renang.” HR. An-Nasai

n
Olahraga merupakan kebutuhan manusia dan apabila dilakuka
a
secara teratur maka akan mendatangkan manfaat bagi kesehatan jasmaniny
m
khususnya terhadap sistem peredaran darah, sistem pernapasan dan siste
h
pencernaan. Olahraga teratur membuat tubuh tidak mudah lelah dan lebi
n
sehat sehingga kegiatan Ibadah dan pekerjaan sehari-hari dapat dilakuka
g
dengan baik. Ketika seorang muslim melakukan pekerjaan yan
h
membutuhkan banyak tenaga tidak akan mudah lelah dan tidak muda
g
terkena penyakit. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. yan
h
diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa seorang mukmin yang kuat lebi

baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan faktor

risiko stroke pada pasien DM di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2016-

2017, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat 26 dari 134 orang (19.4%) yang menderita stroke pada pasien

DM.

2. Berdasarkan karakteristik individu, pasien DM lebih banyak yang

berjenis kelamin perempuan, berusia lebih dari 55 tahun dan tidak

bekerja.

3. Berdasarkan karakteristik biologis, pasien DM lebih banyak yangi

diserta dengan menderita hipertensi, kolesterol total tinggi, dan rasiol

kolestero total / HDL tinggi.

4. Pasien DM yang mengalami stroke lebih banyak disertai dengan

hipertensi, kolesterol total tinggi, trigliserida tinggi, kolesterol HDL

rendah, kolesterol LDL tinggi, rasio kolesterol total / HDL tinggi dan

rasio trigliserida / HDL tinggi.

5. Terdapat hubungan signifikan antara hipertensi, kolesterol total,

trigliserida dan kolesterol LDL, rasio kolesterol total / HDL dan rasio

trigliserida / HDL dengan kejadian stroke pada pasien DM.

105
106

B. Saran

1. Bagi RSU Kota Tangerang Selatan

- Diharapkan supaya dapat meningkatkan pencatatan data dalam

rekam medis supaya terisi secara lengkap terutama pada data yang

berhubungan dengan faktor yang berhubungan dengan komplikasi

stroke seperti usia pada saat didiagnosis DM dan catatan kepatuhan

berobat sehingga memudahkan dalam mengetahui track record

penyakit pasien DM. Informasi penting mengenai riwayat perjalanan

penyakit tersebut seharusnya dapat diketahui melalui rekam medis

apabila terdokumentasi dengan baik sehingga memudahkan dalam

pengendalian penyakit DM untuk menjadi stroke.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

- Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menyertakan variabel

durasi DM sehingga memberikan gambaran perjalanan penyakit

yang disebabkan lamanya seseorang menderita DM yang dapat

meningkatkan terjadinya komplikasi stroke.

- Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor yang

berhubungan lain seperti durasi menderita DM, aktifitas fisik dan

merokok yang juga berhubungan dengan kejadian stroke. Selain itu,

dan menggunakan sampel yang lebih banyak lagi supaya dapat

memperbanyak pengetahuan mengetahui faktor yang berhubungan

dengan stroke lainnya pada pasien DM.


- Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan data rekam

medis dan juga data primer sesuai kebutuhan penelitian yang mana

data tersebut tidak tersedia di rekam medis. Apabila penelitian a


hany
i
menggunakan data rekam medis, supaya mengawali dengan stud
t
pendahuluan rekam medis secara mendalam supaya dapa
.
mengetahui dengan baik kondisi rekam medis yang akan digunakan
i
Hal tersebut berguna dalam memastikan variabel yang akan ditelit
n
tercatat dalam rekam medis dan sampel yang akan digunaka

jumlahnya signifikan.

3. Bagi Masyarakat Pasien DM


g
- Meningkatkan perilaku gaya hidup sehat seperti pola makan yan
k
baik terutama pada asupan kalori, olahan karbohidrat dan lema
k
jenuh yang mana mempengaruhi terhadap trigliserida. Aktifitas fisi
i
dan olahraga teratur sangat dianjurkan karena dapat mengurang
h
terjadinya aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol terutama ole

LDL.

- Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi stroke dengan

memulai pencegahan sedini mungkin yaitu dengan rutin melakukan


kontrol glikemik, tekanan darah dan kadar lipid di RSU Kota

Tangerang Selatan atau fasilitas kesehatan terdekat.


DAFTAR PUSTAKA

Adinortey, M.B., Gyan, B.E., Adjimani, J., Nyarko, P., Sarpong, C., Tsikata, F.Y.,
Nyarko, A.K., 2011. Dyslipidaemia Associated with Type 2 Diabetics wit
h
Micro and Macrovascular Complications among Ghanaians. Indian J. Clin.
Biochem. 26, 261–268. https://doi.org/10.1007/s12291-010-0101-3
Afifah, Y.N., Sulchan, M., Nissa, C., 2017. Rasio Trigliserida / High Density
Lipoprotein-Cholesterol Pada Remaja Stunted Obesity Usia 15-18 Tahun
Di Kota Semarang. J. Nutr. Coll. 6, 172–179 .
https://doi.org/10.14710/jnc.v6i2.16907
Air, E.L., Kissela, B.M., 2007. Diabetes, the Metabolic Syndrome, and Ischemic
Stroke: Epidemiology and possible mechanisms. Diabetes Care 30, 3131–
3140. https://doi.org/10.2337/dc06-1537
American Heart Association, 2018. Stroke Diagnosis. Am. Heart Assoc. URL
StrokeAssociation.org (accessed 5.23.18).
Anies, 2015. Kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner. Ar-Ruzz Medika,
Yogyakarta.
Arshad, A.R., Tipu, H.N., Athar Iqbal Paracha, 2016. The impact of hypertension
on lipid parameters in type 2 diabetes 66.
Banerjee, C., Moon, Y.P., Paik, M.C., Rundek, T., Mora-McLaughlin, C., Vieira,
J.R., Sacco, R.L., Elkind, M.S.V., 2012. Duration of Diabetes and Risk of
Ischemic Stroke: The Northern Manhattan Study. Stroke 43, 1212–1217.
https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.111.641381
Batticaca, F.B., 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persarafan.

Salemba Medika, Jakarta.


Baughman, D.C., Hackley, J.C., 2000. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku
dari Brunner dan Suddarth, I. ed. EGC.
Béjot, Y., Giroud, M., 2010. Stroke in diabetic patients. Diabetes Metab. 36, S84–
S87.
Bhat, V.M., Cole, J.W., Sorkin, J.D., Wozniak, M.A., Malarcher, A.M., Giles,
W.H., Stern, B.J., Kittner, S.J., 2008. Dose-Response Relationship
Between
Cigarette Smoking and Risk of Ischemic Stroke in Young Women. Stroke
39, 2439–2443. https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.107.510073
Bushnell, C., McCullough, L.D., Awad, I.A., Chireau, M.V., Fedder, W.N., Furie,
K.L., Howard, V.J., Lichtman, J.H., Lisabeth, L.D., Piña, I.L., Reeves, M.J.,
Rexrode, K.M., Saposnik, G., Singh, V., Towfighi, A., Vaccarino, V. ,
Walters, M.R., 2014. Guidelines for the Prevention of Stroke in Women: A
Statement for Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke 45, 1545–1588.
https://doi.org/10.1161/01.str.0000442009.06663.48
Chang, J.-B., Chen, Y.-L., Hung, Y.-J., Hsieh, C.-H., Lee, C.-H., Pei, D., Lin, J.-
D., Wu, C.-Z., Liang, Y.-J., Lin, C.-M., 2017. The role of uric acid for
predicting future metabolic syndrome and type 2 diabetes in older people.
J. Nutr. Health Aging 21, 329–335. https://doi.org/10.1007/s12603-016-
0749-3
Chen, J.-H., Chuang, S.-Y., Chen, H.-J., Yeh, W.-T., Pan, W.-H., 2009. Serum uric
acid level as an independent risk factor for all-cause, cardiovascular, and
ischemic stroke mortality: A chinese cohort study. Arthritis Care Res. 61,
225–232. https://doi.org/10.1002/art.24164
Chen, R., Ovbiagele, B., Feng, W., 2016a. Diabetes and Stroke: Epidemiology,
e
Pathophysiology, Pharmaceuticals and Outcomes. Am. J. Med. Sci., Th
Diabetes Initiative of South Carolina Celebrates Over Twenty Years fo
Professional Diabetes Education 351, 380–386.
https://doi.org/10.1016/j.amjms.2016.01.011
Chen, R., Ovbiagele, B., Feng, W., 2016b. Diabetes and Stroke: Epidemiology,
Pathophysiology, Pharmaceuticals and Outcomes. Am. J. Med. Sci. 351,
380–386. https://doi.org/10.1016/j.amjms.2016.01.011
Cho, N.H., Shaw, J.E., Karuranga, S., Huang, Y., da Rocha Fernandes, J.D.,
Ohlrogge, A.W., Malanda, B., 2018. IDF Diabetes Atlas: Global estimates
of diabetes prevalence for 2017 and projections for 2045. Diabetes Res.
Clin. Pract.
DeFronzo, R.A., Ferrannini, E., Zimmet, P., Alberti, G., 2015. International
Textbook of Diabetes Mellitus. John Wiley & Sons.
Delima, D., Mihardja, L.K., Ghani, L., 2016. Faktor Risiko Dominan Penderita
Stroke di Indonesia. Indones. Bull. Health Res. 44.
Demel, S.L., Kittner, S., Ley, S.H., McDermott, M., Rexrode, K.M., 2018. Stroke
Risk Factors Unique to Women. Stroke 49, 518–523
https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.117.018415
Department of Health London, 2011. Start active, stay active: A report on physical
activity from t he four home countries’ Chief Medical Officers. Department
of Health London, England.
Deshpande, A.D., Harris-Hayes, M., Schootman, M., 2008. Epidemiology of
Diabetes and Diabetes-Related Complications. Phys. Ther. 88, 1254–1264.
https://doi.org/10.2522/ptj.20080020
Drive, A.D.A. 2451 C., Arlington, S. 900, Va 22202 1-800-Diabetes, 2015.
Diabetes Symptoms [WWW Document]. Am. Diabetes Assoc. URL
http://www.diabetes.org/diabetes-basics/symptoms/ (accessed 5.26.18).
Elis, A., Pereg, D., Tirosh, A., Shochat, T., Tekes-Manova, D., Lishner, M., 2008.
Family history of cardiovascular disease does not predict risk-reducing
behavior. Eur. J. Cardiovasc. Prev. Rehabil. 15, 325–328.
https://doi.org/10.1097/HJR.0b013e3282f50ed8
Erwinanto, Santoso, A., Putranto, J.N.E., Tedjasukmana, P., Sukmawan, R., 2017.
Pedoman Tata Laksana Dislipidemia 2017. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskuler Indonesia, Jakarta.
Fahad, M., 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Metabolic Syndrome Dan
Gambaran Aktivitas fisik Anggots Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Tahun 2013. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. .
Fatimah, R.N., 2015. Diabetes melitus tipe 2. J. Major. 4.
Freedman, B., Potpara, T.S., Lip, G.Y.H., 2016. Stroke prevention in atrial
fibrillation. The Lancet 388, 806–817. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(16)31257-0
Gagliardi, A.C.M., Miname, M.H., Santos, R.D., 2009. Uric acid: A marker of
increased cardiovascular risk. Atherosclerosis 202, 11–17.
https://doi.org/10.1016/j.atherosclerosis.2008.05.022
Ghandour, R., Mikki, N., Abu Rmeileh, N.M.E., Jerdén, L., Norberg, M.,
Eriksson, J.W., Husseini, A., 2018. Complications of type 2 diabetes
mellitus in Ramallah and al-Bireh: The Palestinian Diabetes
Control Study
Complications and (PDCCS). Prim. Care Diabetes
https://doi.org/10.1016/j.pcd.2018.07.002 .
Giacco, F., Brownlee, M., 2010. Oxidative stress and diabetic complications. Circ
Res. 107, 1058–1070. https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.110.223545 .
Giorda, C.B., Avogaro, A., Maggini, M., Lombardo, F., Mannucci, E., Turco, S.
Alegiani, S.S., Raschetti, R., Velussi, M., Ferrannini, E., Group, T.D.S.,
2007. Incidence and Risk Factors for Stroke in Type 2 Diabetic Patients,
The DAI Study. Stroke 38, 1154–1160:
https://doi.org/10.1161/01.STR.0000260100.71665.2f .
Guo, J., Guan, T., Shen, Y., Chao, B., Li, M., Wang, L., Liu, Y., 2018. Lifestyl
e
Factors and Gender-Specific Risk of Stroke in Adults with Diabete
Mellitus: A Case-Control Study. J. Stroke Cerebrovasc. Dis. s
Hankey, G.J., 2017. Stroke. The Lancet 389, 641–654
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)30962-X .
Hankey, G.J., 2014. Secondary stroke prevention. Lancet Neurol. 13, 178–194
https://doi.org/10.1016/S1474-4422(13)70255-2 .
Hankey, G.J., Anderson, N.E., Ting, R.-D., Veillard, A.-S., Romo, M., Wosik, M.
Sullivan, D.R., O’Connell R.L., Hunt, D., Keech A.C., 2012a Rates an,
, and its subtypes in, diabetes: a . prospectiv
predictors of risk of stroke d
observational study. J Neurol Neurosurg Psychiatry jnnp-2012-303365 e
https://doi.org/10.1136/jnnp-2012-303365 .

Hankey, G.J., Anderson, N.E., Ting, R.-D., Veillard, A.-S., Romo, M., Wosik, M.
,
Sullivan, D.R., O’Connell, R.L., Hunt, D., Keech, A.C., 2012b. Rates and
predictors of risk of stroke and its subtypes in diabetes: a prospective
observational study. J Neurol Neurosurg Psychiatry jnnp-2012-303365.
https://doi.org/10.1136/jnnp-2012-303365
Hardisman, H., 2015. Pencegahan Penyakit Degeneratif dan Pengaturan Makanan
dalam Kajian Kedokteran dan Al-Quran. Maj. Kedokt. Andalas 34, 39–50.
Hashemizadeh, H., Sarvelayati, S.D., 2013. Hypertension and Type 2 Diabetes: A
Cross-sectional Study in Hospitalized Patients in Quchan,Iran. Iran. J.
Diabetes Obes. 5, 21–26.
Hill, M.D., 2014. Chapter 12 - Stroke and diabetes mellitus, in: Zochodne, D.W.,
Malik, R.A. (Eds.), Handbook of Clinical Neurology, Diabetes and the
Nervous System. Elsevier, pp. 167–174. https://doi.org/10.1016/B978-0-
444-53480-4.00012-6
e
Icks, A., Scheer, M., Genz, J., Giani, G., Glaeske, G., Hoffmann, F., 2011. Strok
d
in the diabetic and non-diabetic population in Germany: relative an
attributable risks, 2005–2007. J. Diabetes Complications 25, 90–96.
Ijima, K., Iimuro, S., Shinozaki, T., Ohashi, Y., 2012. Lower physical activity is a
strong predictor of cardiovascular events in elderly patients with type 2
diabetes mellitus beyond traditional risk factors: The Japanese elderly
diabetes intervention trial [WWW Document]. URL
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1447-0594.2011.00815.x
(accessed 7.24.18).
International Diabetes Federation, 2017. IDF DIABETES ATLAS: Eight Edition.
International Diabetes Federation.
Irawan, D., 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007) (PhD
Thesis). Universitas Indonesia, Depok.
Iwani, N.A.K.Z., Jalaludin, M.Y., Zin, R.M.W.M., Fuziah, M.Z., Hong, J.Y.H.,
Abqariyah, Y., Mokhtar, A.H., Wan Nazaimoon, W.M., 2017. Triglyceride
to HDL-C Ratio is Associated with Insulin Resistance in Overweight and
Obese Children. Sci. Rep. 7, 40055. https://doi.org/10.1038/srep40055
Johnston, S.C., Mendis, S., Mathers, C.D., 2009. Global variation in stroke burden
and mortality: estimates from monitoring, surveillance, and modelling.
Lancet Neurol. 8, 345–354. https://doi.org/10.1016/S1474-4422(09)70023-
7
Josten, S., 2018. Profil Lipid Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Indones. J. Clin.
Pathol. Med. Lab. 13, 20–22.
Karuniawati, H., Ikawati, Z., Gofir, A., 2015. Secondary Prevention to Reduce
The Occurence of Recurrent Stroke on Ischemic Stroke. J. Manaj. DAN
PELAYANAN Farm. J. Manag. Pharm. Pract. 5, 14–21.
https://doi.org/10.22146/jmpf.23
Katayama, S., Hatano, M., Issiki, M., 2018. Clinical features and therapeutic
perspectives on hypertension in diabetics. Hypertens. Res. 41, 213–229.
https://doi.org/10.1038/s41440-017-0001-5
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Pedoman Pengendalian
Hipertensi. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2015. Pedoman Pengendalian Hipertensi. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Khoury, J.C., Kleindorfer, D., Alwell, K., Moomaw, C.J., Woo, D., Adeoye, O.,
Flaherty, M.L., Khatri, P., Ferioli, S., Broderick, J.P., Kissela, B.M., 2013.
Diabetes Mellitus: A Risk Factor for Ischemic Stroke in a Large Biracial
Population. Stroke 44, 1500–1504.
https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.113.001318
Kim, J.S., 2014. Stroke in Asia: A Global Disaster. Int. J. Stroke 9, 856–857.
https://doi.org/10.1111/ijs.12317
Kissela, B.M., Khoury, J., Kleindorfer, D., Woo, D., Schneider, A., Alwell, K.,
Miller, R., Ewing, I., Moomaw, C.J., Szaflarski, J.P., Gebel, J., Shukla, R.,
Broderick, J.P., 2005. Epidemiology of Ischemic Stroke in Patients With
Diabetes: The Greater Cincinnati/Northern Kentucky Stroke Study.
Diabetes Care 28, 355–359. https://doi.org/10.2337/diacare.28.2.355
Kou, S., Cao, J.Y., Yeo, S., Holmes-Walker, D.J., Lau, S.L., Gunton, J.E., 2018.
Ethnicity influences cardiovascular outcomes and complications in patients
with type 2 diabetes. J. Diabetes Complications 32, 144–149.
https://doi.org/10.1016/j.jdiacomp.2017.10.016
Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C., 2015. Buku Ajar Patologi Robbins,
Indonesian. ed. Elsevier.
Lee, J.S., Chang, P.-Y., Zhang, Y., Kizer, J.R., Best, L.G., Howard, B.V., 2017.
Triglyceride and HDL-C Dyslipidemia and Risks of Coronary Heart
Disease and Ischemic Stroke by Glycemic Dysregulation Status: The Strong
Heart Study. Diabetes Care 40, 529–537. https://doi.org/10.2337/dc16-1958
Leng, J., Wang, L., Wang, J., Li, W., Liu, H., Zhang, S., Li, L., Tian, H., Xun, P.,
e
Yang, X., Yu, Z., Hu, G., 2017. Uric acid and diabetes risk among Chines
women with a history of gestational diabetes mellitus. Diabetes Res. Clin.
Pract. 134, 72–79. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2017.09.015
Lingga, L., 2013. All About Stroke. Elex Media Komputindo.
Long, A.N., Dagogo‐Jack, S., 2011. Comorbidities of Diabetes and Hypertension:
Mechanisms and Approach to Target Organ Protection. J. Clin. Hypertens.
13, 244–251. https://doi.org/10.1111/j.1751-7176.2011.00434.x
Luitse, M.J., Biessels, G.J., Rutten, G.E., Kappelle, L.J., 2012. Diabetes,
hyperglycaemia, and acute ischaemic stroke. Lancet Neurol. 11, 261–271.
https://doi.org/10.1016/S1474-4422(12)70005-4
k
Maddatu, J., Anderson-Baucum, E., Evans-Molina, C., 2017. Smoking and the ris
of type 2 diabetes. Transl. Res. 184, 101–107.
https://doi.org/10.1016/j.trsl.2017.02.004
Maric-Bilkan, C., 2017. Sex differences in micro- and macro-vascular
complications of diabetes mellitus. Clin. Sci. Lond. Engl. 1979 131, 833–
846. https://doi.org/10.1042/CS20160998
Maulida, M., Mayasari, D., Rahmayani, F., 2018. Pengaruh Rasio Kolesterol Total
terhadap High Density Lipoprotein (HDL) pada Kejadian Stroke Iskemik.
J. Major. 7, 214–218.
McGrath, E., Canavan, M., O’Donnell, M., 2018. Chapter 145 - Stroke, in:
Hoffman, R., Benz, E.J., Silberstein, L.E., Heslop, H.E., Weitz, J.I.,
Anastasi, J., Salama, M.E., Abutalib, S.A. (Eds.), Hematology (Seventh
Edition). Elsevier, pp. 2133–2141. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-
35762-3.00145-1
Millán, J., Pintó, X., Muñoz, A., Zúñiga, M., Rubiés-Prat, J., Pallardo, L.F.,
Masana, L., Mangas, A., Hernández-Mijares, A., González-Santos, P.,
Ascaso, J.F., Pedro-Botet, J., 2009. Lipoprotein ratios: Physiological
significance and clinical usefulness in cardiovascular prevention. Vasc.
Health Risk Manag. 5, 757–765.
Misnadiarly, 2007. Rematik, Asam Urat, Hiperurisemia, Arthritis Gout. Yayasan
Obor Indonesia.
Mooradian, A.D., 2009. Dyslipidemia in type 2 diabetes mellitus. Nat. Clin. Pract.
Endocrinol. Amp Metab. 5, 150.
Mubarak, F., Froelicher, E., Jaddou, H., Ajlouni, K., 2008. Hypertension among
1000 patients with type 2 diabetes attending a national diabetes center in
Jordan. Ann. Saudi Med. 28, 346.
Myint, P.K., Sinha, S., Luben, R.N., Bingham, S.A., Wareham, N.J., Khaw, K.-T.,
2008. Risk factors for first-ever stroke in the EPIC-Norfolk prospectiv
e
population-based study. Eur. J. Cardiovasc. Prev. Rehabil. 15, 663–669.
https://doi.org/10.1097/HJR.0b013e32830fe465
Nanayakkara, N., Ranasinha, S., Gadowski, A., Heritier, S., Flack, J.R., Wischer,
N., Wong, J., Zoungas, S., 2018. Age, age at diagnosis and diabetes duratio
n
are all associated with vascular complications in type 2 diabetes. J. Diabete
s
Complications 32, 279–290.
https://doi.org/10.1016/j.jdiacomp.2017.11.009
k
National Institutes of Health, 2001. ATP III guidelines at-a-glance quick des
reference. National Institutes of Health, US.
E
Nilawati, S., Krisnaturi, D., Mahendra, B., Oei Gin Djing, 2008. CAR
YOURSELF. Kolesterol. Penebar Plus, Jakarta.
Noviyanti, F., Decroli, E., Sastri, S., 2015. Perbedaan Kadar LDL-kolesterol pad
a
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan dan tanpa Hipertensi di RS Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2011. J. Kesehat. Andalas 4.
Nurayati, L., Adriani, M., 2017. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutr. 1, 80–87.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i2.2017.80-87
Palimbunga, T.M., Ratag, B.T., Kaunang, W.P.J., 2018. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado. Community Health (Bristol) 2.
Permana, H., 2009. Komplikasi kronik dan penyakit penyerta pada diabetesi. Bdg.
Div. Endocrinol. Metab. Dep. Intern. Med. Padjadjaran Univ. Med. Sch.
Sadikin Hosp.
Perwati, A.D., Setyopranoto, I., 2017. Hubungan Terjadinya Stroke Iskemik Akut
Dengan Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Soediran
Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri Tahun 2017. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Policardo, L., Seghieri, G., Francesconi, P., Anichini, R., Franconi, F., Del Prato,
S., 2017. Gender difference in diabetes related excess risk of cardiovascular
events: When does the ‘risk window’ open? J . Diabetes Complications 31,
74–79. https://doi.org/10.1016/j.jdiacomp.2016.09.010
Purnima, S., El-Aal, B.G.A., 2016. Serum uric acid as prognostic marker of
coronary heart disease (CHD). Clínica E Investig. En Arterioscler. 28, 216–
224. https://doi.org/10.1016/j.arteri.2016.05.006
Putaala, J., Liebkind, R., Gordin, D., Thorn, L.M., Haapaniemi, E., Forsblom, C.,
Groop, P.-H., Kaste, M., Tatlisumak, T., 2011. Diabetes mellitus an
d
ischemic stroke in the young Clinical features and long-term prognosis.
Neurology 76, 1831–1837.
Rammal, S.A., Almekhlafi, M.A., 2016. Diabetes mellitus and stroke in the Arab
world. J. Taibah Univ. Med. Sci., Special Issue: Diabetes Mellitus in the
Arab World 11, 295–300. https://doi.org/10.1016/j.jtumed.2016.05.001
Rosyada, A., Trihandini, I., 2013. Determinan Komplikasi Kronik Diabetes Melitus
pada Lanjut Usia. Kesmas Natl. Public Health J. 7, 395–402.
Rudijanto, A., Yuwono, A., Shahab, A., Manaf, A., Pramono, B., Lindarto, D.,
Purnamasari, D., Sanusi, H., Zufry, H., Novida, H., 2015. Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015.
Jkt. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinol. Indones. PB PERKENI.
Satriawibawa, I.W.E., Saraswati, M.R., 2015. Prevalensi Komplikasi Akut Dan
Kronis Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsup
Sanglah Periode Januari 2011- Mei 2012. E-J. Med. Udayana.
Schofield, J.D., Liu, Y., Rao-Balakrishna, P., Malik, R.A., Soran, H., 2016.
Diabetes Dyslipidemia. Diabetes Ther. 7, 203–219.
https://doi.org/10.1007/s13300-016-0167-x
Sherwood, L., 2012. Introduction to Human Physiology. Brooks/Cole.
Shihab, M.Q., 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran.
Lentera Hati, Jakarta.
Sihombing, M., 2017. Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Penduduk
Indonesia yang Menderita Diabetes Melitus (Data Riskesdas 2013). Bul.
Penelit. Kesehat. 45, 53–64.
Silih, Y., 2012. Hubungan antara Diabetes Melitus dengan Kejadian Hipertensi di
Kecamatan Pontianak Selatan. J. Mhs. PSPD FK Univ. Tanjungpura 3.
Solberg, L.I., Desai, J.R., O’Connor, P.J., Bishop, D.B., Devlin, H.M., 2004.
Diabetic Patients Who Smoke: Are They Different? Ann. Fam. Med. 2, 26–
32. https://doi.org/10.1370/afm.36
Stewart, K.J., 2002. Exercise Training and the Cardiovascular Consequences of
Type 2 Diabetes and Hypertension: Plausible Mechanisms for Improving
Cardiovascular Health. JAMA 288, 1622–1631.
https://doi.org/10.1001/jama.288.13.1622
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., 2006. Buk
u
ajar ilmu penyakit dalam. Jkt. FKUI 400–411.
Sung, K.-C., Reaven, G., Kim, S., 2014. Ability of the plasma concentration rati
o
of triglyceride/high-density lipoprotein cholesterol to identify increase
d
cardio-metabolic risk in an east Asian population. Diabetes Res. Clin..
Pract
105, 96–101. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2014.04.021 m
Tadic, M., Cuspidi, C., 2015. Type 2 diabetes mellitus and atrial fibrillation: Fro.
mechanisms to clinical practice. Arch. Cardiovasc. Dis. 108, 269–276
https://doi.org/10.1016/j.acvd.2015.01.009 ,
Tian, T., Jin, G., Yu, C., Lv, J., Guo, Y., Bian, Z., Yang, L., Chen, Y., Shen, H.:

v https://doi.org/10.5853/jos.2016.01270
E idence from a Large Cohort Study. J. Stroke 19, 188–195.
Tripathy, B., Chandalia, H.B., Das, A.K., 2012. RSSDI Textbook of Diabetes
Mellitus. JP Medical Ltd.
Tun, N.N., Arunagirinathan, G., Munshi, S.K., Pappachan, J.M., 2017. Diabetes
mellitus and stroke: A clinical update. World J. Diabetes 8, 235–248.
https://doi.org/10.4239/wjd.v8.i6.235
Venketasubramanian, N., Yoon, B.W., Pandian, J., Navarro, J.C., 2017. Stroke
Epidemiology in South, East, and South-East Asia: A Review. J. Stroke 19,
286–294. https://doi.org/10.5853/jos.2017.00234
Vijayaraghavan, K., 2010. Treatment of dyslipidemia in patients with type 2
diabetes. Lipids Health Dis. 9, 144. https://doi.org/10.1186/1476-511X-9-
144
m
Weir, C.J., Muir Scott W., Walters Matthew R., Lees Kennedy R., 2003. Seru
Urate as an Independent Predictor of Poor Outcome and Future Vascular
Events After Acute Stroke. Stroke 34, 1951–1956.
https://doi.org/10.1161/01.STR.0000081983.34771.D2
Wenas, M.F., Jim, E.L., Panda, A.L., 2017. Hubungan antara Rasio Kadar
Kolesterol Total terhadap High Density Lipoprotein (HDL) dengan
Kejadian Sindrom Koroner Akut di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado.
E-Clin. 5.
WHO, 2015. WHO | Stroke, Cerebrovascular accident [WWW Document]. WHO.
URL http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/ (accessed
5.23.18).
WHO, 2010. WHO: Global recommendations on physical activity for health.
WHO, Switzerland.
Wulandari, M.Y., 2013. Kaitan Sindroma Metabolik Dan Gaya Hidup Dengan
Gejala Komplikasi Mikrovaskuler Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
(Studi Di Poli Penyakit Dalam Rsud Syamrabu Kabupaten Bangkalan)
(skripsi). UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Yang, S.-H., Du, Y., Li, X.-L., Zhang, Y., Li, S., Xu, R.-X., Zhu, C.-G., Guo, Y.-
L., Wu, N.-Q., Qing, P., Gao, Y., Cui, C.-J., Dong, Q., Sun, J., Li, J.-J.,
2017. Triglyceride to High-Density Lipoprotein Cholesterol Ratio and
Cardiovascular Events in Diabetics With Coronary Artery Disease. Am. J.
Med. Sci. 354, 117–124. https://doi.org/10.1016/j.amjms.2017.03.032
Yueniwati, Y., 2015. Deteksi Dini Stroke Iskemia: dengan Pemeriksaan
Ultrasonografi vaskular dan variasi genetika. Universitas Brawijaya Press.
Yuniadi, Y., Tondas, A.E., Hanafy, D.A., Hermanto, D.Y., Maharani, E.,
Munawar, M., Raharjo, S.B., 2014. Pedoman tata laksana fibrilasi atrium.
Perhimpun.
Dr. Spes. Kardiovask. Indones. 1–36.
Zoungas, S., Woodward, M., Li, Q., Cooper, M.E., Hamet, P., Harrap, S., Heller,
S., Marre, M., Patel, A., Poulter, N., Williams, B., Chalmers, J., for the
ADVANCE Collaborative group, 2014. Impact of age, age at diagnosis and
duration of diabetes on the risk of macrovascular and microvascular
complications and death in type 2 diabetes. Diabetologia 57, 2465–2474.
https://doi.org/10.1007/s00125-014-3369-7
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Pengumpulan Data

No Responden

No Rekam Medis

Nama Responden

Umur tahun

Jenis Kelamin 0. Laki-laki

1. Perempuan

Pekerjaan 0. Tidak bekerja / pensiunan

1. Bekerja (…………………… ..)

Alamat

Pertanyaan Kode

A. Diagnosa Medis

B1 Diagnosa Medis

0. Stroke [ ]

Iskemik/Hemoragik/ ………………
1. Tidak Stroke

B2 Hipertensi
, :
0. Ya TD ……........../………………. mmHg

1. Tidak

B3 Dislipidemia
t
Kolesterol otal ………………………… mg/dl

Trigliserida …………………………….. mg/dl

HDL …………………………………… mg/dl

LDL ……………………………………. mg/dl

Rasio Kolesterol total / HDL …………….

Rasio Trigliserida / HDL ………………...

B4 Hiperuricemia ( > 6.8 mg/dl)


r t
Kada asam ura …………………………. mg/dl
Lampiran 2. Aplikasi Random Sampling

122
123

Lampiran 3. Analisis SPSS

1. Proporsi Kejadian Stroke pada Pasien DM di RSU Kota Tangerang


Selatan tahun 2016 - 2017
diagnosa medis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid stroke 26 19.4 19.4 19.4
tidak stroke 108 80.6 80.6 100.0
Total 134 100.0 100.0

2. Umur
kategori umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang dari 55 Tahun 36 26.9 26.9 26.9
Lebih dari 55 Tahun 98 73.1 73.1 100.0
Total 134 100.0 100.0

3. Jenis Kelamin
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 46 34.3 34.3 34.3
perempuan 88 65.7 65.7 100.0
Total 134 100.0 100.0

4. Status Pekerjaan
status pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja 91 67.9 67.9 67.9
bekerja 43 32.1 32.1 100.0
Total 134 100.0 100.0
5. Usia Berdasarkan Jenis Kelamin
Kategori_umur * jenis kelamin Crosstabulation
jenis kelamin
laki-laki perempuan Total
Kategori_umur Berisiko Count 12 24 36
% within Kategori_umur 33.3% 66.7% 100.0%
Tidak berisiko Count 34 64 98
% within Kategori_umur 34.7% 65.3% 100.0%
Total Count 46 88 134
% within Kategori_umur 34.3% 65.7% 100.0%

6. Status pekerjaan berdasarkan jenis kelamin


status pekerjaan * jenis kelamin Crosstabulation
jenis kelamin
laki-laki perempuan Total

status pekerjaan tidak bekerja Count 14 77 91

% within status pekerjaan 15.4% 84.6% 100.0%

bekerja Count 32 11 43

% within status pekerjaan 74.4% 25.6% 100.0%

Total Count 46 88 134

% within status pekerjaan 34.3% 65.7% 100.0%


7. Hipertensi
hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 75 56.0 56.0 56.0
tidak 59 44.0 44.0 100.0
Total 134 100.0 100.0

hipertensi * diagnosa medis Crosstabulation


diagnosa medis
stroke tidak stroke Total
hipertensi ya Count 20 55 75

% within hipertensi 26.7% 73.3% 100.0%


tidak Count 6 53 59
% within hipertensi 10.2% 89.8% 100.0%
Total Count 26 108 134

% within hipertensi 19.4% 80.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
act Sig. (1-
Significance (2- Exact Sig. (2- Ex
sided)
Value df sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.747a 1 .017


b
Continuity Correction 4.740 1 .029
Likelihood Ratio 6.075 1 .014
.013
Fisher's Exact Test .026
Linear-by-Linear Association 5.704 1 .017
N of Valid Cases 134
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.45.
b. Computed only for a 2x2 table
8. Kolesterol Total

kategori kolesterol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi (>200) 74 55.2 55.2 55.2
normal (<200) 60 44.8 44.8 100.0

Total 134 100.0 100.0

Crosstab
diagnosa medis stroke
tidak stroke Total
74
kolesterol total Tinggi (>200) Count 23 51
% within kolesterol total 31.1% 68.9% 100.0%
60
Normal (<200) Count 3 57

% within kolesterol total 5.0% 95.0% 100.0%


134
Total Count 26 108

% within kolesterol total 19.4% 80.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
act Sig. (1-
Significance (2- Exact Sig. (2- Ex
sided)
Value df sided) sided)

Pearson Chi-Square 14.413a 1 .000


b
Continuity Correction 12.793 1 .000
Likelihood Ratio 16.315 1 .000
.000
Fisher's Exact Test .000
Linear-by-Linear Association 14.305 1 .000
N of Valid Cases 134
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.64.
b. Computed only for a 2x2 table
9. Trigliserida

Trigliserida
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Risiko 55 41.0 41.0 41.0
Tidak berisiko 79 59.0 59.0 100.0
Total 134 100.0 100.0

Crosstab
diagnosa medis
stroke tidak stroke Total
TG Risiko Count 17 38 55
% within TG_ncep 30.9% 69.1% 100.0%
Tidak berisiko Count 9 70 79

% within TG_ncep 11.4% 88.6% 100.0%


Total Count 26 108 134

% within TG_ncep 19.4% 80.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Ex act Sig. (1-

Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.898a 1 .005


b
Continuity Correction 6.699 1 .010
Likelihood Ratio 7.805 1 .005
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear Association 7.839 1 .005
N of Valid Cases 134

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10.67. b. Computed only for a 2x2 table
10. Kolesterol HDL

hdl
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Risiko 66 49.3 49.3 49.3
Tidak berisiko 68 50.7 50.7 100.0
Total 134 100.0 100.0

Crosstab
diagnosa medis
stroke tidak stroke Total
hdl Risiko Count 14 52 66
% within hdl 21.2% 78.8% 100.0%
Tidak berisiko Count 12 56 68

% within hdl 17.6% 82.4% 100.0%


Total Count 26 108 134

% within hdl 19.4% 80.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Ex act Sig. (1-

Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .272a 1 .602


b
Continuity Correction .092 1 .762
Likelihood Ratio .272 1 .602
Fisher's Exact Test .665 .381
Linear-by-Linear Association .270 1 .603
N of Valid Cases 134

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.81.
b. Computed only for a 2x2 table
11. Kolesterol LDL

LDL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 65 48.5 48.5 48.5
Tidak Berisiko 69 51.5 51.5 100.0
Total 134 100.0 100.0

LDL * diagnosa medis Crosstabulation


diagnosa medis
stroke tidak stroke Total
LDL Berisiko Count 20 45 65
% within LDL 30.8% 69.2% 100.0%
Tidak Berisiko Count 6 63 69

% within LDL 8.7% 91.3% 100.0%


Total Count 26 108 134

% within LDL 19.4% 80.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Ex act Sig. (1-

Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.428a 1 .001


Continuity Correctionb 9.065 1 .003
Likelihood Ratio 10.848 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear
10.351 1 .001
Association
N of Valid Cases 134
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.61.
b. Computed only for a 2x2 table
12. Rasio Kolesterol Total dengan HDL

Kolesterol total_hdl
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 80 59.7 59.7 59.7
Normal 54 40.3 40.3 100.0
Total 134 100.0 100.0

Kolesterol total_hdl * diagnosa medis Crosstabulation


diagnosa medis

stroke tidak stroke Total

Kolesterol Tinggi Count 23 57 80


total_hdl % within Kolesterol
28.8% 71.3% 100.0%
total_hdl
Normal Count 3 51 54
% within Kolesterol
5.6% 94.4% 100.0%
total_hdl
Total Count 26 108 134
% within Kolesterol
19.4% 80.6% 100.0%
total_hdl

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Ex act Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.091 a 1 .001
Continuity Correction b
9.657 1 .002
Likelihood Ratio Fisher's 12.704 1 .000
Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.008 1 .001
N of Valid Cases 134

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10.48. b. Computed only for a 2x2 table
13. Rasio Trigliserida dengan HDL
tg_hdl

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 50 37.3 37.3 37.3
Normal 84 62.7 62.7 100.0
Total 134 100.0 100.0

new_tg_hdl * diagnosa medis Crosstabulation


diagnosa medis
stroke tidak stroke Total
new_tg_hdl Tinggi Count 15 35 50

% within new_tg_hdl 30.0% 70.0% 100.0%


Normal Count 11 73 84

% within new_tg_hdl 13.1% 86.9% 100.0%


Total Count 26 108 134

% within new_tg_hdl 19.4% 80.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
act Sig. (1-
Significance (2- Exact Sig. (2- Ex
sided)
Value df sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.728a 1 .017


b
Continuity Correction 4.698 1 .030
Likelihood Ratio 5.557 1 .018
.016
Fisher's Exact Test .023
Linear-by-Linear Association 5.685 1 .017
N of Valid Cases 134
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.70.
b. Computed only for a 2x2 table
14. Hiperurisemia

hiperurisemia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 52 38.8 38.8 38.8
tidak 82 61.2 61.2 100.0

Total 134 100.0 100.0

hiperurisemia * diagnosa medis Crosstabulation


diagnosa medis
stroke tidak stroke Total
hiperurisemia ya Count 12 40 52

% within hiperurisemia 23.1% 76.9% 100.0%


tidak Count 14 68 82
% within hiperurisemia 17.1% 82.9% 100.0%
Total Count 26 108 134

% within hiperurisemia 19.4% 80.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Sig. (1-
Significance Exact Sig. (2- Exact
Value df (2-sided) sided) sid ed)

Pearson Chi-Square .733a 1 .392


b
Continuity Correction .400 1 .527
Likelihood Ratio .723 1 .395
.262
Fisher's Exact Test .502
N of Valid Cases 134
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.09.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 4 Surat Melakukan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai