Trauma Scoring
Trauma Scoring
PENDAHULUAN
Sistem scoring telah dipublikasikan sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Sistem
scoring digunakan untuk membantu klasifikasi derajat trauma pasien, terutama di lapangan,
ruang gawat darurat, dan ruang perawatan intensif. Skoring mengubah derajat trauma yang
menjadi bentuk kuantitatif berupa angka, sehingga membantu dokter untuk menjelaskan
secara umum.
Banyak sistem telah dikembangkan untuk mempermudah pembandingan trauma
pasien di dalam maupun antar institusi. Walaupun banyak sistem scoring tersedia, tidak ada
sistem yang sempurna.
Alasan dikembangkannya sistem skoring ini adalah timbulnya kebutuhan untuk
mempermudah identifikasi dan klasifikasi cedera pasien pada fase prehospital,
mempermudah prediksi mortalitas, hasil perawatan, serta meningkatkan komunikasi.
Salah satu cara untuk menglasifikasi pasien adalah dengan mengelompokkannya ke
dalam tiga kelompok terpisah berdasarkan tingkat keparahan trauma:
1. Pasien dengan cedera yang berakibat fatal dengan segera
2. Pasien dengan cedera yang berpotensi fatal
3. Pasien dengan cedera yang tidak fatal
Kelompok pertama termasuk pasien yang mengalami cedera yang menyebabkan
pengeluaran darah dalam jumlah yang besar, cedera masif kepala, cedera pada medulla
spinalis atas, atau hambatan besar pada jalur napas yang dapat menyebabkan kematian dalam
waktu kurang dari 10 menit. Sekitar 5,5% cedera traumatik yang menyebabkan kematian
masuk dalam golongan ini.
Kelompok ketiga mencakup 80% seluruh pasien trauma. Kelompok ketiga merupakan
kelompok pasien yang mengalami cedera minor atau terbatas pada bagian jaringan lunak dan
pasien yang mengalami fraktur tertutup pada daerah ekstremitas. Pada kelompok ini, pasien
jarang terancam nyawanya, sehingga penanganannya belum diutamakan. Pasien golongan ini
dapat bertahan tanpa mengalami disabilitas yang bermakna walaupun terapi yang definitif
tidak diberikan segera.
Pengaruh sistem skoring baru terlihat dari golongan kedua (sekitar 15%-20%). Pada
golongan kedua terdapat peningkatan perawatan prehospital dan pengenalan sistem trauma.
Pasien-pasien pada golongan ini dapat diselamatkan jika diberikan pelayanan medik yang
efektif. Untuk kelompok inilah, sistem skoring dikembangkan.
Sistem skoring trauma terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Anatomik: untuk melihat luas trauma
3. Kombinasi
Trauma and Injury Severity Score (TRISS)
International Classification of Disease-based ISS (ICISS)
Penilaian AIS didapat dari 6 regio tubuh (kepala, wajah, dada, perut, ekstremitas
termasuk pelvis, serta eksternal). Tiga regio dengan derajat tertinggi dikuadratkan dan
dijumlahkan untuk mendapatkan skor ISS.
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multipel dengan batas tingkat III
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multipel dengan batas tingkat III
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multipel dengan batas tingkat III
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multiple dengan batas tingkat III
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multiple dengan batas tingkat III
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multiple dengan batas tingkat III
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multiple dengan batas tingkat III
III Laceration <1 cm parenchymal depth of renal cortex without collecting system 3
rupture or urinary extravasation
IV Laceration Parenchymal laceration extending through the renal cortex, medulla, 4
Vascular and collecting system 4
Main renal artery or vein injury with contained hemorrhage
V Laceration Completely shattered kidney 5
Vascular Avulsion of renal hilum which devascularizes kidney 5
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multiple dengan batas tingkat III
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multiple dengan batas tingkat III
Bladder Injury Scale
Grade* Description AIS-90
I Hematoma Contusion, intramural hematoma 2
Laceration Partial thickness 3
II Laceration Extraperitoneal bladder wall laceration <2 cm 4
III Laceration Extraperitoneal (>2 cm) or intraperitoneal (<2 cm) bladder wall 4
laceration
IV Laceration Intraperitoneal bladder wall laceration >2 cm 4
V Laceration Intraperitoneal or extraperitoneal bladder wall laceration extending into 4
the bladder neck or ureteral orifice (trigone)
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multiple dengan batas tingkat III
* Dinaikkan satu tingkat untuk trauma multiple dengan batas tingkat III
*Untuk trauma multipel ditingkatkan satu tingkat dengan batas tingkat III
*Naikkan satu tingkat untuk trauma tingkat III dan IV jika >50% keliling pembuluh darah
terkena trauma, serta kurangi satu tingkat untuk truma tingkat IV dan V jika keliling
pembuluh darah <25%.
Nilai GCS = E + M + V
Interpretasi : GCS ≥ 13 = cedera kepala ringan ( mild brain injury )
GCS 9–12 = cedera kepala sedang ( moderate brain injury )
GCS ≤ 8 = cedera kepala berat ( severe brain injury )
Penulisan frase “GCS 11” tidak memiliki arti, lebih penting penulisan GCS ditulis tiap-tiap komponen,
seperti E3V3M5 = GCS 11.
Nilai RTS antara 0 – 7,8408. Jika pada RTS < 4 disarankan untuk mengidentifikasi pasien
tersebut sebagai pasien yang sebaiknya dirawat atau segera dirujuk ke pusat pelayanan trauma.
Nilai ini berguna untuk triage prehospital, evaluasi outcome, dan jaminan kualitas dalam
pelayanan critical service
.
Komponen
- Bobot RTS (Revised Trauma Score)
- Injury Severity Score (ISS)
- Scor dari umur pasien
- Koefisien berdasarkan trauma tumpul dan trauma penetrasi
Ps : Probability of Survival
e = 2.718282
Koefisien b0 – b3 berasal dari data dasar MTOS (Major Trauma Outcome Study).
Jika umur pasien kurang dari 55 tahun, index umur = 0, sedangkan jika umur pasien lebih dari 55
tahun, index umur =1. Koefisien yang digunakan b0 – b3 akan berbeda antara trauma tumpul dan
trauma penetrasi (dapat dilihat dari table dibawah ini). Jika pasien berumur kurang dari 15 tidak
memperhatikan mekanisme traumanya tapi langsung menggunakan koefisien trauma tumpul.
Blunt Penetrating
b0 -0.4499 -2.5355
b1 0.8085 0.9934
b2 -0.0835 -0.0651
b3 -1.7430 -1.1360
Extremity External Coma Score Probability of Survival:
Blunt Penetrating
ISS: RTS:
Keterbatasan
Kegagalan metodologi
- parameter GCS pada RTS tidak akurat. Score GCS condong terhadap pengaruh respon
motorik sehingga pasien dengan score yang sama bisa mempunya Ps yang berbeda secara
signifikan. Taksiran kegagalan penilaian score GCS kira – kira setinggi 50 %
- pada analisis regresi logistik tidak akan colinearity antara prediktor. Tapi RR, BP, dan GCS
digabungkan, padahal ketiga variabel tersebut sama – sama menjadi indikator kekurangan
oksigen sehingga dapat memberikan kesalahan yang tinggi pada prediksi TRISS
- Keuntungan TRISS yang sesuai pada populasi kita menjadi rendah, jika prediktor distribusi
berbeda signifikan dari referense populasi di US
Dalam kasus forensik, penyelidikan tentang trauma berat penting untuk mengevaluasi
kematian, tergantung keadaan dalam manajemen klinis. Oleh karena itu, AIS dan ISS kebanyakan
digunakan baik dalam bidang forensik maupun klinik.
AIS memiliki skala nilai dari 1 sampai 6 untuk setiap cedera individual, yaitu 1 minor ; 2
moderat; 3 serious; 4 severe; 5 critical; 6 fatal. Sementara ISS merefleksikan cedera pada tubuh
secara keseluruhan. ISS dihitung dari nilai AIS dan menggambarkan korelasi yang bagus dengan hasil
survival or death.
Menggunakan metode TRISS, probabilitas keselamatan akan dihitung, dan pasien yang
meninggal dengan Ps > 0,5 merupakan kematian yang tidak terduga. Bagaimanapun kondisi ini tidak
dapat dengan kesalahan penanganan atau pengabaian medis.
Maka dari itu, dirasakan penting untuk menentukan derajat trauma dengan benar dengan tujuan
agar dapat menentukan hukuman yang tepat bagi pelaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan,S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter Dan Penegak Hukum,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang; 2007.
3. Pohlman TH, Bjerke HS, Offner P. Trauma scoring system. (Online) 2009 (cited
2009 Des 27); available from: URL:
www.emedicine.medscape.com/article/434076-overview -