Anda di halaman 1dari 2

mengalami perubahan salah satu sifatnya yang menjadi penghalang basahnya bagian anggota

1. Bab Thoharoh disebabkan tercampur dengan barang suci yang lain wudhu dari air.
dengan perubahan yang menghilangkan kemutlakan 3. Berhentinya penyebab hadats dengan demikian
a. Air nama air tersebut maka orang yang berwudhu sambil kencing misalnya,
maka hukum wudhunya tidak sah. Demikian juga
 Air Suci dan Menyucikan  Air Mutanajis orang yang sudah selesai buang air tapi belum
beristinja', kalau dia berwudhu maka hukum
Air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis wudhunya tidak sah.
suci dan bisa digunakan untuk bersuci. Air ini oleh yang volumenya kurang dari dua qullah atau 4. Ilmu tentang wudhu
para ulama fiqih disebut dengan air mutlak. volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun 5. Halalnya air. Syarat ini hanya diajukan oleh
Menurut Ibnu Qasim Al-Ghazi ada 7 (tujuh) macam
berubah salah satu sifatnya—warna, bau, atau rasa Hanbali saja dalam pandangan resmi mazhab.
air yang termasuk dalam kategori ini. Air tersebut
—karena terkena najis tersebut. Air mutanajis ini
adalah Air hujan.
tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena dzatnya Niat Wudhu
o Air laut.
air itu sendiri tidak suci sehingga tidak bisa dipakai ‫ضا ِهللِ تَ َعالَى‬ ِ ‫ث ْاالَصْ غ‬
ً ْ‫َر فَر‬ ِ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء ِل َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫نَ َوي‬
o Air sungai.
untuk menyucikan.
o Air sumur.
Lafal Arab-Latin: Nawaitul wudhuu-a liraf'll
o Air mata air (sumber)
b. Wudhu hadatsil ashghari fardhal lilaahi ta'aalaa
o Air es (salju)
o Air embun
 Syarat Wudhu Doa Setelah Wudhu
 Air Musyammas
1. Muslim َ ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن آلّاِلَهَ إِالَّهللاُ َوحْ َدهُ الَش َِر ْي‬
‫ اللّهُ َّم‬.ُ‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ* َو َرسُوْ لُه‬
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di َ‫اجْ َع ْلنِ ْى ِمنَ التَّوَّابِيْنَ َواجْ َع ْلنِ ْى ِمنَ ْال ُمتَطَه ِِّريْن‬
2. Aqil atau berakal
bawah terik sinar matahari dengan menggunakan 3. Baligh Lafal Arab-Latin: Asyhadu allâ ilâha illallâhu
wadah yang terbuat dari logam selain emas dan 4. Terhentinya hal-hal yang mendiadakan wudhu wahdahû lâ syarîka lahu wa asyhadu anna
perak, seperti besi atau tembaga. Air ini hukumnya seperti haid dan nifas muhammadan 'abduhû wa rasûluhû, allâhummaj'alnî
suci dan menyucikan, hanya saja makruh bila dipakai 5. Keberadaan air mutlak yang cukup dengan volume minat tawwâbîna waj'alnii minal mutathahhirîna.
untuk bersuci. minimal satu mud (0,688 liter/688 ml) sebagaimana
disebutkan dalam hadist "Dari Anas ra berkata: c. Istinja’
 Air Suci Namun Tidak Menyucikan
Bahwa Rasulullah SAW berwudhu dengan satu mud
Menyucikan diri ada banyak jenisnya, salah satunya
Air ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk air dan mandi dengan satu sha' hingga lima mud
adalah istinja. Secara bahasa, kata istinja' ( ‫) اسنتجاء‬
bersuci, baik untuk bersuci dari hadas maupun dari air." (HR. Bukhari Muslim)
berasal dari bahasa Arab yang artinya
najis. Ada dua macam air yang suci namun tidak bisa 6. Mampu menggunakan air
menghilangkan kotoran. Sedangkan secara istilah,
digunakan untuk bersuci, yakni air musta’mal dan air 7. Masuknya waktu ibadah yang mensyaratkan
istinja adalah membersihkan diri dari segala
mutaghayar. Air musta’mal adalah air yang telah wudhu, khusus bagi wanita yang mendapati
kotoran yang keluar dari qubul dan dubur manusia.
digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan istihadhah dan kasus semisal
hadas seperti wudlu dan mandi. Air musta’mal ini 8. Adanya hadats Hukum Istinja
tidak bisa digunakan untuk bersuci apabila tidak Hukum istinja dalam Islam terbagi menjadi dua,
 syarat sah Wudhu
mencapai dua qullah. Sedangkan bila volume air yaitu wajib dan sunah. Adapun penjelasannya adalah
tersebut mencapai dua qullah maka tidak disebut 1. Ratanya air membasahi anggota wudhu sebagai berikut.
sebagai air musta’mal dan bisa digunakan untuk 2. Tidak adanya penghalang di kulit seperti lilin,
bersuci. Adapun air mutaghayar adalah air yang lemak, adonan, tanah, lem, cat atau benda apapun
1. Wajib ِ ِ‫ث َو ْالخَ بَائ‬
‫ث‬ ِ ‫بِس ِْم هللاِ اللَّهُ َّم إنِّي أَعُو ُذ بِك من ْال ُخ ْب‬ Ya Allah, bersihkan hatiku dari kemunafikan, dan
jaga kelaminku dari perbuatan keji (zina).”
Bismillâhi Allâhumma innî a’ûdzu bika minal khubutsi
Para ulama berpendapat bahwa hadis ini sifatnya wal khabâitsi
perintah (amr) dan konsekuensinya adalah
kewajiban. Pendapat ini didukung oleh Al Malikiyah “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari godaan iblis
Asy-Syafi’iyah dan Al Hanabilah jantan dan betina.”

2. Sunah 2. Masuk toilet dengan mendahulukan kaki


kiri.
Sebagian ulama lain berpendapat bahwa hukum
istinja adalah sunah. Pendapat ini didukung oleh 3. Membuang kotoran kita pada lubang kakus,
madzhab imam hanafi dan imam maliki.
bukan di dinding atau di lantai toilet.
Tata Cara Istinja Menurut Syariat Islam
Ada tiga macam cara beristinja menurut syariat 4. Duduk saat buang air kecil, apalagi buang
Islam, yaitu sebagai berikut: air besar.

1. Menggunakan tiga buah batu atau tiga 5. Mentuntaskan keluarnya kotoran.


lembar tisu. Namun apabila masih belum
bersih, maka ditambah lagi hingga ganjil, 6. Melakukan istinja menggunakan tangan kiri.
lima, tujuh, dan seterusnya. Ini dilakukan
apabila tidak ada air atau ada air yang 7. Membaca doa ketika keluar dari toilet.
tersedia, namun disediakan untuk minum.
Adapun bacaan doanya adalah sebagai
berikut:
2. Menggunakan air bersih.
8. ‫َب َعنِّ ْي اأْل َ َذى َوعَافَانِ ْي اللهم اجْ َع ْلنِ ْي‬ َ ‫ُغ ْف َرانَكَ ْال َح ْم ُد هلِل ِ الذي أَ ْذه‬
‫اق‬
ِ َ ‫ف‬ِّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ي‬
َ‫ِ ْ ِ ن‬ ‫ب‬ ْ
‫ل‬ َ ‫ق‬ ْ‫ِّر‬ ‫ه‬ َ ‫ط‬ ‫م‬
َّ ُ ‫ه‬َّ ‫ل‬ ‫ال‬ . َ ِ َ‫ِمنَ التَّوَّا ِبيْنَ َواجْ َع ْل ِن ْي ِمنَ ْال ُمت‬
‫ْن‬
* ‫ي‬ ‫ِّر‬ ‫ه‬َ ‫ط‬
3. Menggunakan tiga lembar tisu terlebih ‫ش‬
ِ ‫ح‬ِ ‫ا‬ ‫و‬
َ َ ‫ف‬ ْ
‫ال‬ َ‫ن‬‫م‬ِ ‫ي‬ْ ‫ج‬ِ ْ‫ر‬ َ ‫ف‬ ْ
‫ِّن‬
‫ص‬ ‫ح‬َ ‫و‬
َ
dahulu, dan diakhiri dengan menggunakan Guhfroonaka alhamdulillahi alladzi adzhaba
‘anni al-adza wa ‘aafaani. Allahumma ij’alni
air. Cara istinja yang ketiga ini adalah yang
minat tawwaabiina waj’alni minal
terbaik.
mutathohhiriin. Allahumma thohhir qolbi
minan nifaaqi wa hashshin farji minal
Adab Istinja Menurut Syariat Islam fawaahisyi
Adapun adab seorang Muslim ketika hendak
beristinja adalah sebagai berikut: Artinya: “Dengan mengharap ampunanmu, segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit
1. Membaca doa saat masuk toilet dari tubuhku, dan mensehatkan aku. Ya Allah,
jadikanlah aku sebagian dari orang yang bertaubat
Adapun bacaan doanya adalah sebagai berikut: dan jadikanlah aku sebagian dari orang yang suci.

Anda mungkin juga menyukai