Pengertian erosi
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (datached) dan kemudian dipindahkan
ke tempatn lain oleh kekuatan air, angin, dan garafitasi. Di Indonesa, erosi yang terpenting
adalah erosi yang di sebabkan oleh air.
Erosi dibedakan menjadi dua, yaitu erosi hgiologi (alami) dan erosi dipercepat
(accelerated erosion). Erosi geologimerupakan erosi yang berjalan sangat lambat, dimana
jumlah tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi ini tidak
berbahaya karena terjadi dalam keseimbangan alami. Sedangakan erosi dipercepat merupakan
erosi yang terjadi lebih cepat akibat aktifitas manusia yang menganggu keseimbangan alam.
Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak daripada tanah ang terbentuk. Erosi ini berjalan
sangat ceat sehingga tanah di permukaan (top soil) menjadi hilang.
2. Bentuk erosi
a. PelarutanTanah kapur mudah dilarutkan air sehingga di daerah kapur sering di temukan
sungai-sungai di bawah tanah.
Pemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang
paling atas. Erosi sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah
seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.
Dimulai dengan genagan-genagan kecil setempat-setempat di satu lereng, maka bila air
dalam genagan tersebut mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran tersebut. Alur-alur
tersebut mudah di hilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
3. jenis erosi
Berdasarkan jenisnya erosi di bagi empat jenis
1. Erosi Air
Erosi air dimulai dari jatuhnya air hujan. Air hujan tersebut tidak mampu memecahkan
agregat (bahan-bahan mineral yang tidak bergerak seperti batu kerikil dan debu) dan
menghempaskan partikel-partikel bersama percikan air hujan.
Adapun bentuk atau tipe erosinya sebagai berikut :
a. Erosi percikan yang terjadi karena percikan air hujan kemudian mengalir menuruni
lereng secara terus menerus.
b. Erosi permukaan yang terjadi karena aliran air yang mengalir secara terus menerus.
2. Erosi Angin
Erosi angin terjadi di daerah berpasir, mengakibatkan terbentuknya bukit-bukit pasir. Proses
pengikisan bantuan yang dilakukan oleh angin disebut deflasi. Proses erosi ini hanya terjadi
di daerah yang kering, misalnya : padang pasir dan pantai berpasir.
3. Erosi Gletser
Erosi gletser disebut juga extarasi gletser atau es. Terdapat di daerah kutub dan puncak-
puncak gunung tinggi seperti Gunung Himalaya, Alpen, Rocky Mountain, pegunungan Jaya
Wijaya.
4. Erosi Abrasi
Erosi abrasi menyebabkan terbentuknya cliff. Cliff adalah lereng dengan dinding bagian atas
menggantung karena dinding bagian bawah telah terkikis oleh gelombang air laut.
4. Faktor yang mempengaruhi erosi
1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain
itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus
menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan
(erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau
ketahanan tanah terhadap adanya erosi).
3. Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi
wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah
yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai
akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi.
Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan
lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi
lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.
Erosi angin diakibatkan oleh angin kencang yang mengandung pasir melintasi batuan-batuan
yang mengakibatkan batuan tersebut terkikis dan membentuk batu cendawan.
Erosi abrasi disebabkan oleh gelombang air laut yang terus menerus menghantam bibir
pantai.
6.dampak terjadinya erosi
Erosi air mengakibatkan terseretnya tanah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Membawa tanah dari daerah asalnya ke tempat yang lain, dn juga bisa
mengakibatkan frakmega atau hancuran batuan.
Erosi gletser mengakibatkan terjadinya longsor es slju dari bukit atau gunung salju.
Erosi abrasi mengakibatkan terjadinya cilff (lereng dengan dinding bagian atas menggunung
karena dinding bagian bawah tanah terkikis oleh gelombang air laut).
Erosi tidak dapat begitu saja dihilangkan namun dapat dikurangi dengan daya manusia.
Walaupun sebenarnya faktor yang sangat berpengaruh dalam mempercepat laju erosi adalah
manusia, namun tidak berarti bahwa manusia tidak bias berbuat apa-apa dalam mengurangi
terjadinya erosi. Setiap orang pasti akan mampu berupaya seperti itu, tinggal kesadaran
masing-masing yang harus ada mengenai permasalahan tersebut.
Pertama, sebagai manusia harus sadar akan permasalahan erosi dan dampak yang akan timbul
dan menyerang kita sendiri.
Kedua, janganlah merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat
berpengaruh dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di hutan segera
diganti dengan pohon baru.
Ketiga, lakukan segera pengolahan tanah pertanian secara bijak dengan cara membuat
sengkedan-sengkedan ataupun terasering untuk menahan laju erosi agar tidak terlalu besar.
Keempat, Hijaukan kembali (reboisasi) dan lakukan konservasi hutan-hutan yang telah
gundul akibat keserakahan kita sebagai manusia.
Rhett A Butler mengemukakan bahwa akar-akar dari pepohonan kayu keras dan vegetasi
hujan membantu menahan tanah. Saat pohon kita tebangi maka tak akan ada lagi penahan
apapun yang dapat melindungi tanah dan material tanahpun akan cepat terbawa/hanyut oleh
air hujan. Oleh sebab itu alangkah baiknya mulai dari sekarang kita pikirkan secara matang
akan dampak dari erosi yang yang telah menimpa kita saat ini dan jangan sampai lagi
terulang dimasa yang akan datang. Dengan kesadaran tinggi akan hal tersebut kita harus
segera berupaya untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi terjadinya erosi tanah.
Cara menanggulangi erosi pada bagian masing masing
Pada Eosi Air : dengan membuat terasering, menanami pohon-pohon pada tanah yang
miring.
Pada Erosi Angin: dengan membuat oasis buatan, dan mengaliri air atau menanami pohon-
pohon, seperti : kaktus, pakis dan lain-lain yang bisa menyimpan air.
Pada Erosi Gletser : dengan cara menanami pohon-pohon untuk menghalangi longsorang
salju.
Pada Erosi Abrasi : dengan cara memecah ombak-ombak yang besar dengan cara membuat
benteng dari karung yang di isi oleh pasir.
A. PENGERTIAN PELAPUKAN
Pelapukan adalah proses perusakan kulit bumi yang dapat disebabkan oleh gaya eksogenik
(berasal dari luar bumi) baik secara fisis, kimia, maupun biologi. Proses perusakan yang
terjadi dapat berupa alterasi (perubahan komposisi material) dan fragsinasi (pemisahan kristal
dari larutan magma) batuan ataupun material lainnya diatas atau dekat permukaan bumi yang
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cuaca dan iklim, perubahan suhu, terpapar unsur
kimia yang terlarut dalam air hujan, serta ulah manusia. Proses pelapukan berpengaruh pada
komposis tanah dan asal terbentuknya batuan sedimen di dalam tanah. Selain itu, Proses
pelapukan menyebabkan material yang semula besar menjadi bagian bagian yang lebih kecil.
Berdasarkan agen yang berperan dalam prosesnya, pelapukan dapat dibedakan menjadi 3
macam, diantaranya:
Pelapukan fisika merupakan proses pelapukan yang terjadi secara mekanik, maksudnya
proses penghancuran batuan menjadi bagian yang lebih kecil tanpa mengubah komponen
susunan kimia material tersebut. Adapun faktor yang mempengaruhi pelapukan fisika,
meliputi:
1) Perubahan Suhu
Batuan dapat hancur karena adanya perbedaan suhu yang besar. Peristiwa ini terjadi terutama
pada daerah beriklim kontinental atau gurun. Suhu di daerah gurun pada siang hari dapat
mencapai 450C dan di malam hari dapat turun hingga -40C. Perbedaan suhu tersebut akan
membuat batu memuai dan menyusut. Jika hal demikian terjadi terus-menerus, maka batu
besar dapat retak dan pecah.
2) Berkurangnya tekanan
Pengelupasan bisa terjadi dalam lapisan tipis pada batu-batu kecil, atau dapat terjadi dalam
lembaran tebal seperti halnya, di Enchanted Rock, Texas atau di Half Dome.
Frost wedging merupakan proses membekunya air tanah atau air hujan dalam pori-pori
batuan. Kondisi ini menyebabkan pemuaian volume dan menimbulkan tekanan pada lapisan
batuan. Di daerah beriklim sedang, pembekuan terjadi sangat hebat. Jika temperatur udara
sangat rendah, melebihi titik beku, air akan membeku menjadi es. Air yang membeku
mempunyai volume yang lebih besar sekitar 9 persen. Tekanan dari membesarnya volume ini
dapat menghancurkan batuan. Pembekuan air yang terdapat di dalam pori-pori dan rekahan
batuan menekan dinding di sekitarnya, dan dapat menghancurkan batuan. Pelapukan mekanik
ini umumya terjadi di daerah pegunungan tinggi, atau daerah bermusim dingin. Penekanan
dari pertambahan volume ini paling efektif pada suhu antara -50C sampai -150C. Proses
pecahnya batuan karena mengalami beku celah disebut dengan istilah kryoturbasi.
Salt wedging merupakan proses pecahnya batuan karena mengkristalnya air garam. Keadaan
ini biasanya terjadi pada daerah beriklim kering, karena pada kondisi tersebut air akan
menguap sehingga menyebabkan garam-garaman seperti NaCl, KCl, KgSO4 mengendap di
dalam pori-pori batuan yang menyebakan penekanan hingga pecah. Di daerah lembab, gejala
ini jarang ditemui karena kandungan garam ikut meresap ke dalam tanah.
b. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia dikenal dengan istilah dekomposisi yaitu suatu proses penghancuran batuan
melalui mekanisme kimiawi yang melibatkan beberapa reaksi penting antara unsur-unsur di
atmosfer dan mineral-mineral pada kerak bumi. Dalam proses ini, struktur dalam mineral
yang semula terurai akan menjadi mineral-mineral baru. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
perubahan besar terhadap komposisi kimia dan sifat fisik batuan.
Hidrasi, yaitu proses dimana batuan mengikat batuan lainnya hanya di atas permukaan saja;
Hidrolisa, yaitu proses penguraian air atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion positif dan ion
negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat;
Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi umumnya
akan berwarna kecoklatan, sebab kandungan besi dalam batuan mengalami pengkaratan.
Proses pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan mengalami
pelapukan.
Pelapukan kimiawi lebih mudah ditemukan di daerah kapur. Hal ini disebabkan air dapat
masuk dengan mudah ke dalam batuan kapur yang mengandung unsur-unsur kimia, sehingga
kapur mengalami pelarutan. Kemudian air akan mengalir melalui pori-pori kapur sehingga
menimbulkan bentukan khas, meliputi:
(1) Dolina
Dolina merupakan puncak-puncak pegunungan kapur akibat terjadinya erosi (pelarutan) atau
runtuhan. Puncak itu adalah sisa pelarutan, sedangkan lembah di antaranya adalah dolina-
dolina yang mengalami peleburan.
Pelarutan mineral yang terdapat pada tiap batuan menyebabkan terbentuknya gua dan sungai
bawah tanah. Proses pembentukan ini diawali dengan adanya celah atau retakan di dalam
tanah kapur. Kemudian, adanya pelarutan menyebabkan retakan itu membesar dan menjadi
lubang-lubang atau disebut dengan goa. Jika lubang-lubang itu saling berhubungan satu sama
lain, tebentuklah terowongan yang disebut sungai bawah tanah.
Stalaktit merupakan bagian yang menggantung pada langit-langit goa berbentuk kerucut
kapur. Sedangkan staglamit merupakan bagian yang berdiri mengerucut ke atas dari dasar
goa.
c. Pelapukan Biologi
Pelapukan biologi dikenal juga dengan istilah pelapukan organis. Pelapukan biologis
disebabkan oleh makhluk hidup yang memecah batu baik secara fisik maupun kimia.
Makhluk hidup pelaku pelapukan biologi meliputi bakteri, tumbuh-tumbuhan, hewan,
ataupun manusia.
Proses vulkanis dan tektonik merupakan cara dominan terbentuknya batuan di Indonesia.
Struktur batuan memiliki banyak pori dan rongga sehingga memudahkan air masuk.
Akumulasi volume air dapat mendesak sehingga terbentuk pecahan ataupun retakan.
2) Keadaan Iklim
Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki intensitas sinar matahari, curah hujan, dan
tingkat kelembaban yang tinggi. Sehubungan dengan hal itu, faktor tersebut mendukung
dalam memecahkan batuan. Sinar matahari memuaikan, kelembaban yang menyusutkan,
sedangkan air akan mengisi pori-pori dan retakan yang diakibatkan oleh penyusutan dan
pemuaian.
3) Keadaan vegetasi
Indonesia memiliki lahan hutan dan pertanian yang luas. Pembusukan dedaunan dan ranting
akan menghasilkan asam humus yang sangat berperan dalam mempercepat proses pelapukan
kimiawi.
4) Keadaan topografi
Pengaruh relief atau topografi secara langsung terhadap pelapukan terletak pada posisi
singkapan batuan (out crops) terhadap matahari. Singkapan batuan yang menghadap sudut
datangnya sinar matahari akan mudah mengalami pelapukan. Sinar matahari akan lebih
sering menyinari batuan tersebut sehingga mempercepat pelapukan daripada batuan yang
tidak mendapat sinar matahari.
Akar tumbuh-tumbuhan yang terus bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan
batuan, karena akar ini mampu mencengkeram batuan.
Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu
bisa menghancurkan batuan tersebut. Lumut memainkan peran penting dalam pelapukan
karena mereka kaya akan agen chelating yang menangkap unsur-unsur logam dari batuan
yang lapuk. Beberapa lumut hidup di permukaan batu (epilithic), beberapa aktif hingga
menembus permukaan batuan atau dalam batuan (endolithic), dan beberapa lainnya ada yang
hidup di cekungan dan retakan di batu (chasmolithic).
C. DAMPAK PELAPUKAN
a. Dampak Positif
Aktivitas pelapukan dapat menghasilkan bentuk muka bumi yang indah dan menjadi objek
wisata, contoh: Grand Canyon di Amerika Serikat;
Pelapukan di daerah kapur dapat membentuk gua-gua yang mempunyai stalaktit dan
stalagmit yang dapat menjadi tujuan wisata, contoh: Goa Maharani di Lamongan, Goa
Jatijajar dan Goa Petruk di Kebumen.
b. Dampak Negatif
Proses pelapukan dapat menjadi tenaga destruktif, yakni merusak batu-batuan termasuk
bangunan-bangunan, terutama pada bagian dinding dindingnya sehingga sangat merugikan
manusia;
Pelapukan paling sering terjadi ialah pada kayu dan bebatuan. Adapun upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah pelapukan pada material tersebut dapat berupa:
Kayu dikeringkan dengan alat khusus (dioven) untuk menurunkan kadar air;
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk memperlambat proses pelapukan pada benda
yang terbuat dari batuan ialah menghindari kontak langsung dengan alam terbuka. Panas
matahari dan perubahan cuaca yang tak menentu dapat mengakibatkan benda yang terbuat
dari batu cepat lapuk dan pecah. Selain itu lumut yang tumbuh pada benda yang terbuat dari
bebatuan juga dapat menyebakan pelapukan, seperti halnya lumut yang tumbuh pada candi.
Tindakan pembersihan lumut yang ada pada dinding-dinding candi akan memperlambat
pelapukan serta dapat mempertahankan keindahan candi tersebut.
Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai
permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang
disebut terusan kepundan atau diatrema.Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi
disebut lava.Magma dapat bergerak naik karena memiliki suhu yang tinggi dan mengandung
gas-gas yang memiliki cukup energi untuk mendorong batuan di atasnya.
Di dalam litosfer magma menempati suatu kantong yang disebut dapur magma. Kedalaman
dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan gunung api yang terjadi.
Pada umumnya, semakin dalam dapur magma dari permukaan bumi, maka semakin kuat
letusan yang ditimbulkannya. Lamanya aktivitas gunung api yang bersumber dari magma
ditentukan oleh besar atau kecilnya volume dapur magma. Dapur magma inilah yang
merupakan sumber utama aktivitas vulkanik.
a.Intrusi Magma
Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batuan, tetapi tidak
mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai berikut:
Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan batuan,
mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.
Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas. Bentuknya
seperti lensa cembung atau kue serabi.
Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela-
sela lipatan (korok).
Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi.
Bentuknya seperti silinder memanjang.
Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-
macam bentuk, yaitu:
b.Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan
Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada
retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma
inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di
daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar
lautan. Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1. Ekstrusi linear
terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga
membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan
gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. Ekstrusi areal
terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh
di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di
Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2.
3. Ekstrusi sentral
terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-
gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.
a.Berdasarkan Bentuknya
b.Berdasarkan Letusannya
1.Tipe Hawaii
Tipe gunung api ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, dan dalam
perkembangannya akan membentuk tipe gunung api perisai. Tipe ini banyak ditemukan pada
gunung api perisai di Hawaii seperti di Kilauea dan Maunaloa. Contoh letusan tipe Hawai di
Indonesia adalah pembentukan plato lava di kawasan Dieng, Jawa Tengah.
2.Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk gunung Stromboli dan beberapa gunung api lainnya yang sedang
meningkat kegiatannya. Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai letusan
pendek yang disertai ledakan.Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapilli dan setengah
padatan bongkah lava.Contoh letusan tipe Stromboli di Indonesia adalah Gunung Raung di
Jawa.
3.Tipe Vulkano
Tipe ini mempunyai ciri khas yaitu pembentukan awan debu berbentuk bunga kol, karena gas
yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah.Tipe ini mempunyai tekanan gas
sedang dan lavanya kurang begitu cair.Di samping mengeluarkan awan debu, tipe ini juga
menghasilkan lava.Berdasarkan kekuatan letusannya tipe ini dibedakan menjadi tipe vulkano
kuat (Gunung Vesuvius dan Gunung Etna) dan tipe Vulkano lemah (Gunung Bromo dan
Gunung Raung).Peralihan antara kedua tipe ini juga dijumpai di Indonesia misalnya Gunung
Kelud dan Anak Gunung Bromo.
4.Tipe Merapi
Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental.Dapur magmanya relatif dangkal dan tekanan gas
yang agak rendah.Contoh letusan tipe Merapi di Indonesia adalah Gunung Merapi di Jawa
Tengah dengan awan pijarnya yang tertimbun di lerengnya menyebabkan aliran lahar dingin
setiap tahun. Contoh yang lain adalah Gunung Galunggung di Jawa Barat.
5.Tipe Perret
Letusan gunung api tipe perret adalah mengeluarkan lava cair dengan tekanan gas yang
tinggi. Kadang-kadang lubang kepundan tersumbat, yang menyebabkan terkumpulnya gas
dan uap di dalam tubuh bumi, akibatnya sering timbul getaran sebelum terjadinya
letusan.Setelah meletus material-material seperti abu, lapili, dan bom terlempar dengan
dahsyat ke angkasa. Contoh letusan gunung api tipe perret di Indonesia adalah Gunung
Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1873, sehingga gunung Krakatau (tua) itu
sendiri lenyap dari permukaan laut, dan mengeluarkan semburan abu vulkanik setinggi 5 km.
1. Pengertian Tektonisme
Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya lapisan kulit bumi,
sehingga permukaan air laut terlihat naik dan daratan menurun.Contoh :
Tenggelamnya Pulau-Pulau
Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya lapisan kulit bumi,
sehingga permukaan air laut terlihat turun dan daratan menaik. Contoh : Munculnya
Pulau-Pulau Baru
Orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat dan meliputi wilayah yang
sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan (warping) dan lipatan
(folding) yang terjadi akibat adanya tekanan pada arah mendatar pada lapisan batuan yang
lentur. Lipatan terbentuk dari 2 bentuk dasar yaitu sinklinal dan antiklinal.
1. Tektonisme
Proses tektonisme bisa disamakan dengan dislokasi yang berarti disertai dengan perubahan
letak lapisan kulit Bumi dari kedudukan semula. Perubahan ini bisa secara vertikal maupun
horizontal. Tektonisme berpengaruh pada wilayah yang luas. Berdasarkan kecepatan gerakan
dan luas wilayah yang terkena pengaruh, tektonisme dibedakan menjadi dua.
1. Gerak Epirogenesa
Gerak inilah yang membentuk benua. Gerakan ini berlangsung dengan sangat pelan sehingga
kadang tidak kita rasakan. Gerakan ini meliputi wilayah luas dan tanda-tandanya dapat dilihat
dari adanya perubahan garis pantai. Gerakan ini dibedakan menjadi epirogenesa positif dan
negatif. Epirogenesa positif ditandai dengan adanya kenaikan permukaan air laut sehingga
garis pantai pindah ke daratan karena daratan mengalami penurunan. Sementara itu,
epirogenesa negatif ditandai dengan permukaan air laut yang menurun. Salah satu tandanya
adalah pantai yang berteras karena mengalami kenaikanatau pengangkatan berulang kali.
1. Gerak Orogenesa
Merupakan suatu pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat meliputi wilayah yang
sempit. Merupakan proses pembentukan gunuung akibat tabrakan lempeng benua, sesar
bawah benua, perekahan kontinen, atau pergeseran punggung samudra dengan benua.
1. Lipatan (Fault)
Merupakan bentukan permukaan bumi yang terjadi karena tekanan yang lemah, tetapi
berlangsung secara terus menerus. Puncak lipatan disebut antiklinal dan lembah lipatan
disebut sinklinal.
Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, lipatan dibedakan menjadi:
Lipatan miring adalah lipatan yang dihasilkan ketika kekuatan tenaga pendorong di salah satu
sisinya lebih kuat, sehingga akan menghasilkan kenampakan salah satu sisinya lebih curam.
Lipatan rebah adalah lipatan yang arah lipatannya mendatar. Lipatan ini terjadi karena arah
tenaga horizontal hanya dari satu arah.
4. Lipatan Menutup (Recumbent Folds)
Lipatan menutup adalah lipatan yang terbentuk pada saat lipatan yang satu menekan sisi yang
lain dan menyebabkan sumbu lipat hampir datar.
Lipatan sesar sungkup adalah lipatan yang terbentuk ketika tenaga tekan menekan satu sisi
dengan kuat sehingga menyebabkan lipatan menjadi retak.
6. Nappe
2. Lengkungan
Lengkungan merupakan bentukan lahan karena gerak vertikal yang tidak merata pada suatu
daerah, khususnya yang berbatuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur lapisan
yang mulanya horisontal menjadi melengkung. Jika melengkung ke atas menjadi kubah
(dome), jika ke bawah menjadi cekungan (basin).
3. Patahan
Patahan terjadi ketika kulit bumi yang bersifat padat dan keras mengalami retak atau patah
pada saat terjadi gerakan orogenesa. Pada patahan, massa batuan mengalami pergeseran titik
atau tempat yang semula bertampalan (kontak) kemudian berpindah lokasi
(dislocated/displaced). Gerakan ini menimbulkan terjadinya patahan dengan gaya tekan
(compression) dan gaya regangan (tension). Ciri adanya patahan dapat dikenali dari adanya
perbedaan ketinggian yang mencolok.
Tipe-tipe dasar patahan:
1. Normal Fault
Merupakan patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan batuan bergerak dengan
arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging wall). Ciri dari patahan ini adalah sudut
kemiringan besar hingga mendekati 90 derajat.
2. Reserve Fault
Merupakan patahan dengan arah footwall yang relatif turun dibanding hanging wall. Ciri dari
patahan ini adalah sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu kurang dari 45 derajat.
3. Strike Fault
Merupakan patahan yang arahnya relatif mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah patahan
mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan batuan bergerak dengan arah mendatar namun
sebagian ada yang bergerak dengan arah vertikal. Bila gerakan patahan ke kanan di sebut
sesar geser sinistrial dan bila ke kiri dinamakan sesar geser dekstral.
4. Retakan
Retakan merupakan bentukan lahan yang terjadi karena pengaruh gaya regangan, sehingga
batuan mengalami retak-retak namun masih bersambung. Biasanya ditemukan pada batuan
rapuh di daerah puncak antiklinal dan dikenal dengan nama tectonic joint. Berdasarkan cara
pembentukannya, ada dua macam retakan, sebagai berikut:
1. Retakan yang disebabkan tekanan
2. Retakan yang disebabkan tarikan
2. Dampak Negetif
Lereng-lereng yang terbentuk karena tenaga endogen ada yang terjal dan landai, yang
tidak baik dijadikan daerah pertanian
Daerah-daerah pegunungan yang terjal juga tidak baik dijadikan daerah pemukiman
karena rentan terjadinya tanah longsor sehingga dapat menimbulkan kerugian, baik
materil maupun korban jiwa.
Proses alam endogen dapat menimbulkan gempa bumi dan letusan gunung api.
Gempa bumi dan letusan gunung api dapat menelan korban jiwa manusia,
membahayakan kesehatan masyarakat, serta menimbulkan kerugian material bagi
penduduk setempat.
Pergeseran kerak bumi mendorong terbentuknya berbagai jenis pegunungan dan
cekungan sedimen. Lebih lanjut terjadinya tekanan, regangan, dan deformasi pada
kerak Bumi (pengangkatan, amblesan, retakan, patahan, serta lipatan) didukung
dengan adanya gaya gravitasi Bumi akan menimbulkan terjadinya erosi, longsoran,
dan sedimentasi. Dari proses yang terjadi ini dapat menimbulkan bencana alam yang
mengakibatkan kerugian materiil, harta benda, dan nyawa.
1. Bila 2 lempeng samudra yang saling mendekat, lempeng yang satu akan
menghunjam kebawah lempeng yang lain membentuk busur kepulauan.
2. Bila lempeng benua dan lempeng samudra yang saling mendekat,
maka lempeng samudranya akan menghunjam kebawah lempeng benua,
membentuk pegunungan uplift seperti Andes.
3. Bila 2 lempeng benua yang saling mendekat, terjadilah peristiwa tumbukan
(collision), membentuk pegunungan lipatan seperti Himalaya.
Selain 3 jenis batas lempeng di atas, terdapat juga plate boundary zone, dimana interaksi
antar lempengnya belum diketahui. Dan pada umumnya, plate boundary zone melibatkan
paling tidak 2 lempeng besar dan beberapa microplate yang bergerak dengan cukup
rumit,sehingga pada daerah tersebut terdapat fitur geologi yang kompleks dan pola gempa
bumi. Contoh dari plate boundary zone adalah daerah Mediterranean-Alpine yang merupakan
batas antara lempeng Eurasia dan Afrika, dimana terdapat kenampakan subduksi, kolisi,
dan transform fault.
Tektonisme merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi yangmenyebabkan terjadinya
dislokasi (perubahan letak) patahan dan retakan padakulit bumi serta pada batuan.
Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yangmempengaruhinya, tenaga tektonik dapat
dibedakan atas gerak orogenesa danepirogenesa. Gerak orogenesa merupakan gerakan tenaga
endogen yang relatif cepat dan meliputi daerah yang relatif sempit. Gerak orogenetik
menyebabkanadanya tekanan horizontal atau vertikal pada kulit bumi sehingga
terjadilahperistiwa dislokasi, baik dalam bentuk lipatan maupun patahan. Contohnya
terbentuknya deretan lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik
Struktur Astenosfer
Meskipun suhunya sangat panas, tetapi tekanan di lapisan Astenosfer ini bersifat
plastik(Astenosfer sendiri tersusun dari batuan yang meleleh akibat panas, makanya bersifat
plastic) dan kepadatannya rendah. Gelombang seismik merayap lebih lambat apabila melalui
Astenosfer daripada melalui Litosfer.
Di bawah lempeng samudra yang agak tipis, lapisan Astenosfer berada dekat dengan
permukaan/dasar samudra sehingga tenaga endogen bisa dengan mudah dikeluarkan oleh
Astenosfer dan membentuk punggung laut, gunung laut dan terkadang hanya gundukan-
gundukan kecil di samudra(ini kalo yang gagal karena lempeng samudranya masih
kuat/stabil)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sedimentasi merupakan proses terakhir dalam aktivitas tenaga eksogen yang meliputi
pelapukan, erosi, dan masswasting. Proses ini dapat terjadi di daratan, danau, sekitar sungai
ataupun dipantai. Pengendapan batuan atau tanah terjadi jika zat yang mengangkatnya
mengalami penurunan kecepatan gerak atau bahkan berhenti sama sekali.
A. PENGERTIAN SEDIMENTASI
Sedimentasi merupakan pengendapan material yang dibawah oleh angin, air, atau gletser.
Semua hasil erosi akan diendapkan disuatu tempat, baik di sungai, lembah, lereng
pegunungan ataupun dasar laut yang dangkal. Kadang kala hasil sedimentasi kembali
mengalami erosi. Jika ini terjadi, akan terbentuk peneplain.
Foster dan Meyer (1977) berpendapat bahwa erosi sebagai penyebab timbulnya sedimentasi
yang disebabkan oleh air terutama meliputi proses
pelepasan (detachment), penghanyutan (transportation),dan pengendapan (depotition) dari
partikel-partikel tanah yang terjadi akibat tumbukan air hujan dan aliran air.
B. TIPE-TIPE SEDIMENTASI
Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan pertikel untuk berinteraksi, sedimentasi
dapat diklasifikasikan kedalam 4 tipe (dapat dilihat pada gambar V.1), yaitu:
2. Settling tipe II: merupakan pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar-partikel
sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah.
3. Settling tipe III: merupakan pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antar-
partikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap.
4. Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikelyang telah mengendap yang tejadi karena
berat partikel.
1. Sedimentasi fluvial, merupakan proses prngendapan materi yang diangkut oleh sungai
dan diendapkan disepanjang aliran sungai , danau, waduk, atau muara sungai. Hasil
bentuknya antara lain delta dan bantaran sungai.
3. Sedimentasi laut (marine sedimentation), merupakan hasil abrasi pantai yang kemudian
diendapkan kembali disepanjang pantai. Contoh hasil bentukannya, antara lain endapan puing
karang (beach), endapan gosong pasir (bar), dan endapan pasir yang menghubungkan dua
pulau (tombolo).
Sedimen di dalam sungai, terlarut atau tidak terlarut, merupakan produk dari pelapukan
batuan induk yaitu partikel-partikel tanah. Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka
berlangsunglah pengangkutan sedimen. Kecepatan pengangkutan sedimen merupakan fungsi
dari kecepatan aliran sungai dan ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil
seperti tanah liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash load). Pasir
halus bergerak dengan cara melayang (suspended load), sedang partikel yang lebih besar
antara lain, pasir kasar cenderung bergerak dengan cara melompat (saltation load). Partikel
yang lebih besar dari pasir, misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan cara merayap atau
menggelinding di dasar sungai (bed load) seperti tampak pada gambar V.2. Karenabed
load senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik (agradasi),
tetapi kadang-kadang turun (degradasi) dan naik turunnya dasar sungai disebut alterasi dasar
sungai (river bed alterasion). Wash load dan suspended load tidak berpengaruh pada alterasi
dasar sungai, tetapi dapat mengendap di dasar-dasar waduk atau muara-muara sungai.
Penghasil sedimen terbesar adalah erosi permukaan lereng pegunungan, erosi sungai (dasar
dan tebing alur sungai) dan bahan-bahan hasil letusan gunung berapi yang masih aktif.
Sedimentasi secara geologis merupakan proses erosi tanah yang berjalan secara normal,
artinya proses pengendapan yang berlangsung masih dalam batas-batas yang diperkenankan
atau dalam keseimbangan alam dari proses degradasi dan agradasi pada perataan kulit bumi
akibat pelapukan.
c. Pengendapan sedimen, terjadi pada saat kecepatan aliran yang dapat mengangkat (pick up
velocity) dan mengangkut bahan sedimen mencapai kecepatan pengendapan (settling
velocity)yang dipengaruhi oleh besarnya partikel-partikel sedimen dan kecepatan aliran.
Besarnya ukuran sedimen yang terangkut aliran air ditentukan oleh interaksi faktor-faktor
sebagai berikut: ukuran sedimen yang masuk ke badan sungai, karakteristik saluran, debit dan
karakteristik fisik partikel sedimen. Besarnya sedimen yang masuk sungai dan besarnya debit
ditentukan oleh faktor iklim, topografi, geologi, vegetasi dan cara bercocok tanam di daerah
tangkapan air yang merupakan asal datangnya sedimen. Sedang karakteristik sungai yang
penting, terutama bentuk morfologi sungai, tingkat kekasaran dasar sungai dan kemiringan
sungai. Interaksi dari masing-masing faktor tersebut akan menentukan jumlah dan tipe
sedimen serta kecepatan pengangkutan sedimen.
E. HASIL DARI SEDIMENTASI
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan
oleh air, antara lain, meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.
1. Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan.
Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume
air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya, sungai mulai menghindari
penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara itu, pada bagian hulu
belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk
meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di
bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai
yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-
menerus, akan membentuk meander.
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, di mana pengikisan dan pengendapan
terjadi secara berturut-turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus-menerus akan
menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga
terbentuk oxbox lake.
2. Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya menjadi
lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan
sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama,
akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk
dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembentukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai
harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di sepanjang pantai
tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai
Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
b. Delta cembung atau delta busur seperti kipas. Contoh: delta sungai Nil di Mesir.
c. Delta pengisi estuarium. Estuarium adalah muara sungai yang berbentuk corong. Contoh:
delta sungai seine di Prancis.
d. Delta kaki burung atau delta lobben. Contoh: delta sungai Mississippi di teluk Meksiko.
3. Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya, terjadi banjir dan
meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air
sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai.
Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya, tepi sungai
lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul
alam.
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut
dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain,
pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di
sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di
pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah,
arus pantai akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material
masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat
akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut tepi. Jika
arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadangkadang spit terbentuk melewati
teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar spit terdapat
pulau, biasanya spit akhirnya tersambung dengan dataran, sehingga membentuk tombolo.
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune).
Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi jika terjadi
akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan
mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang
disebut gumuk pasir (sand dunes).
Bentukan alam hasil pengendapan angin selain dari gumuk pasir, antara lain:
1. Tanah Loss, yaitu debu yang dibawah oleh angin dari gurun yang mengendap
disekitarnya.
2. Barchan, yaitu gumuk pasir yang berbentuk seperti tapal kuda. Terdapat disekitar Pantai
Parangritis Yogyakarta.
3. Beach ridge, yaitu beting pantai yang berupa gundukan pasir atau puing-puing batu
karang di sekitar Pantai Cliff.
4. Moraine, kettles, esker, dan drumline, yaitu gundukan batuan yang tertinggal diujung
gletser.
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glasial. Bentang alam hasil
pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada
saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah.
Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah.
Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Material-material yang dibawah dari wilayah kikisan akan diendapkan pada wilayah-wilayah
pengendapan. Hal ini terjadi karena tenaga yang membawah hasil kikisan telah berkurang,
sehingga sebagia atau seluruh material yang dibawahnya diendapkan. Tentu saja material-
material yang berukuran lebih besar akan diendapkan terlebih dahulu disbanding material
yang lebih halus. Kerena proses tersebut, maka ciri-ciri wilayah endapan adalah sebagai
berikut:
1. Daerah cekungan dan daratan merupakan daerah endapan dari bentuk muka bumi
disekitarnya yang lebih tinggi.
2. Berdasarkan hal tersebut, maka lungkungan tertentu dapat menjadi petunjuk bahwa
daerah tersebut merupakan wilayah endapa. Misalnya danau, kipas alluvial, dataran sekitar
sungai (dataran alluvial), bukit pasir (barkhan), dan ujung gletser. Di daerah sekitar pesisir
ditemukan beberapa wilayah endapan, seperti delta, laut dangkal, laguna, dan dataran pasang.
3. Karena material tanah banyak diendapkan pada wilayah endapan, maka wilayah ini
memiliki kedalaman tanah relatif tebal atau dalam.
4. Biasanya, tanah yang dibawa dari wilayah kikisan merupakan tanah yang subur.
Akibatnya, pada wilayah endapan akan terbentuk endapan tanah yang subur pula.
5. Biasanya ditemukan struktur pelapisan atau stratifikasi pada lapisan tanahnya sebagai
akibat dari pengendapan material yang tidak sama ukurannya atau karena proses pemilihan
(butiran kasar berada di bawah butiran halus).
6. Kadang ditemukan fosil makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan yang terkubur
pada saat pengendapan.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, dapat kita sebutkan beberapa bentukan hasil proses
pengendapan, antara lain berupa delta, tanggul sungai, tanggul pantai, beting, gosong,
meander, dan sungai mati.
R Delta merupakan hasil pengendapan sungai. Adanya delta juga menunjukkan aliran air di
daerah tersebut adalah tenang.
R Tanguul sungai, terdapat di tepi sungai dan arahnya sejajar dengan sungai.
R Tanggul pantai, merupakan hasil pengendapan material yang dibawaoleh sungai tetapi
dibantu oleh arus laut dengan arah tegak lurus terhadap tanggul sungai.
R Beting, merupakan endapan di tengah sungai. Atau di muara karena menurunnya daya
angkut air sungai dengan tiba-tiba.
R Gosong sama dengan beting, hanya saja permukaan gosong kadang-kadang tampak di
permukaan air, kadang-kadang tidak.
R Sungai mati (oxbow lake), yaitu bagian sungai yang terpotong yang berbentuk bulan sabit
dan merupakn sungai mati, sehingga tampak seperti danau.
Cara pengendalian sedimen yang terbaik adalah pengendalian sedimen yang dimulai dari
sumbernya, yang berarti merupakan pengendalian erosi. Upaya pengendalian sedimen untuk
memperkecil akibat-akibatnya antara lain berupa:
A. KESIMPULAN
Sedimentasi merupakan proses terakhir dalam aktivitas tenaga eksogen yang meliputi
pelapukan, erosi, dan masswasting. Proses ini terjadi di daratan, pantai, danau, sungai,
maupun lautan. Sedimentasi menghasilkan ciri dan alam yang berbeda-beda.
A. Pengertian Gempa
Gempa adalah gerak atau getar kulit bumi yang disebabkan oleh gaya endogen, wujudnya
berupa sentakan atau getaran yang mengiringi aktivitas tektonisme maupun vulkanisme.
Gempa dapat juga berupa runtuhan bagian bumi secara lokal.
Gelombang gempa bumi ada 3 macam, yaitu gelombang primer (gelombang longitudinal),
gelombang sekunder (gelombang transfersal) dan gelombang panjang atau gelombang
permukaan.
Gempa bumi diklasifikasikan menjadi 3 macam. Yaitu Tektonisme, Vulkanisme dan Seisme.
1. Tektonisme
Tektonisme adalah tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan perubahan lapisan permukaan
bumi, baik horizontal maupun vertikal. Tenaga Tektonik adalah tenaga yang berasal dari
dalam bumi yang menyebabkan gerak naik dan gerak turun lapisan kulit bumi. Gerak itu
meliputi Epirogenetik dan Orogenetik.
Gerak ini ialah gerak vertikal yang naik turun di berbagai bagian di kulit bumi dan
berlangsung sangat lambat (berabad-abad). Biasanya gerak ini mengakibatkan bagian-bagian
kulit bumi melengkung pada daerah-daerah yang sangat luas sekali (epeiros = tanah luas).
Penting sekali bagi pembentukan benua-benua (kontinen-kontinen). Daerah-daerah
pedalaman benua-benua seperti : Kanada, Brasillia, Afrika Tengah, Scandinava, Siberia Utara
dsb, terjadi karena gerak epirogenetik, sejak masa cambrium. Karena lengkungan bumi itu
sangat luasnya, maka tidaklah terjadi perubahan-perubahan pada hubungan-hubungan batuan-
batuannya, artinya dislokasi (kerutan-kerutan, retakan-retakan) hampir tak ada.
Gerak epirogenetik ini lebih jelas dapat kita perhatikan pada tepi-tepi pantai. Jika daratan
(daerah pesisir) naik, maka dikatakan epirogenetik negatif, karena nampaknya permukaan
laut seolah-olah turun jika dibandingkan dengan daratan. Sebaliknya jika daratan turun
disebut epirogenetik positif, karena permukaan laut seolah-olah naik kelihatannya. Pada
hakekadnya tinggi permukaan laut tidak berubah. Karena untuk peristiwa seperti ini
permukaan lautlah yang diambil orang sebagai dasar / parameter perbandinga atau dasar
pengukuran. Contoh : Pantai yang naik di Norwegia (epirogenetik negatif).
Gerak ini lebih cepat jalannya, jika dibandingkan dengan gerak epirogenetik. Gerak ini
menyebabkan tekanan yang horizontal ataupun vertikal di kulit bumi, hingga terjadilah dua
jenis peristiwa dislokasi, seperti kerutan atau lipatan dengan indikasi terjadi gunung-gunung /
prgunungan-pegunungan dan terbentuk retakan atau mungkin patahan.
a. Pelengkungan : lapisan kulit bumi yang semula mendatar jika mendapat tekanan
vertikal akan membentuk struktur melengkung. Lengkungan tersebut dapat mengarah ke atas
yang disebut kubah (dome) dan dapat mengarah ke bawah yang disebut basin.
b. Lipatan : lapisan kulit bumi yang mendapat tekanan arah mendatar akan membentuk
lipatan. Punggung lipatan disebut antiklinal. Lembah lipatan disebut sinklinal.
c. Patahan : terjadi karena adanya tekanan atau gerakan tektonik secara horizontal
maupun vertikal pada kulit bumi yang rapuh. Daerah patahan merupakan daerah yang rawan
gempa karena rapuh. Patahan sering disebut juga sesar.
d. Retakan : terjadi karena gaya regangan yang menyebabkan batuan menjadi retak-retak.
2. Vulkanisme
a. Proses Vulkanisme dapat menghasilkan berbagai bentuk muka bumi. Antara lain :
1. Kawah, yaitu lubang berbentuk mangkuk yang terletak di puncak gunung api.
2. Kaldera, yaitu hasil letusan gunung api yang berbentuk seperti kawah, tetapi berukuran
jauh lebih besar, karena besar itulah pada kaldera dapat terbentuk danau, emisi gas, mata air
panas dan gunung api corong kecil.
1. Retas (sill) yaitu magma yang membeku diantara dua lapisan bantuan yang ada di
dalam bumi berupa batuan beku.
2. Lakolit, yaitu bentuk cembung ke ats tetapi datar di bawah akibat magma yang
menekan ke atas diantara dua lapisan batuan sedimen.
3. Gang atau korok, yaitu bentukan tipis dan panjag memotong lapisa litosfer secara
vertikal atau miring yang berasal dari magma yang membeku ketika berusaha menerobos
betuan sedimen.
Bila tumpukan energi di daerah penujaman demikian besar, energi tersebut akan mampu
menggoyang atau menggetarkan lempeng benua dan lempeng samudra disekitarnya.
Gayangan atau getaran ini disebut gempa bumi. Gejala ini disebut seisme. Getaran yang
dihasilkan akibat pergeseran kerak bumi tersebut dapat besar maupun kecil. Besar kecilnya
kerusakan di muka bumi disebabkan oleh besar kecilnya gempa tersebut.
a. Klasifikasi Gempa
Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses terjadinya, gempa
bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut.
1. Gempa Tektonik : terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh
tenaga tektonik. Tumbukan ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini yang merambat
sampai ke permukaan bumi.
2. Gempa Vulkanik : terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu, gempa ini hanya
dapat dirasakan disekitar gunung api menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat
setelah letusan.
3. Gempa runtuhan atau longsoran : terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan
mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar
daerah yang runtuh.
1. Gempa bumi dalam, yaitu kedalaman hiposenternya lebih dari 300 km dibawah
permukaan bumi.
Hyposentrum : tempat asal mula (sumber) getaran getaran gempa, berada dibawah
permukaan bumi (hypo artinya bawah dan centrum artinya pusat). Bagi gempa tektonis,
hyposentrum ini bukanlah merupakan titik, tetapi berupa garis yang kadang-kadang sampai
ratusah kilometer. Mengapa?, karena letak hyposentrum ini sering antara 10 s/d 50 km
dibawah permukaan bumi, tetapi kadang kadang sampai 700 km.
Getaran gempa dari hiposentrum merambat dan menyebar ke segala axah. Getaran itu
berupa gelombang primer dan gelombang sekunder. Dari episentrum, juga terjadi rambatan
getaran di permukaan bumi dalam bentuk gelombang panjang. Jadi, gelombang gempa dapat
dibedakan atas:
(2) gelombang sekunder (S): berupa gelombang transversal yang merambat di permukaan
bumi dengan kecepatan 2-6 km per detik
(3) gelombang panjang (L): merupakan gelombang permukaan dengan kecepatan lebih
lambat.
c. Kekuatan Gempa
Kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut antara lain kekuatan gempa, letak hiposentrum, struktur tanah, dan struktur
bangunan. Kekuatan gempa (magnitude) diukur berdasarkan tingkat kerusakan
yang dihasilkan. Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa,
antara lain Skala Omari, Skala Richter, Skala Cancani, dan Skala Mercalli.
7 7,0 s/d 8,0 Terjadi kerusakan pada jalur rel kereta api dan terjadi
kerusakan hebat
Skala
Gejaia yang terjadi di permukaan bumi
Mercalli
Bisa dirasakan oleh beberapa orang dalam ruang tertutup. seolah oiah
IV
seperti hantaman truck ke sebuah bangunan.
VII Bangunan dengan struktur khusus rusak sedikit, sementara yang lain
roboh/kollaps dengan tanda lain jelas sekali bergoyang.
Semua bangunan rusak parah, beberapa bahkan rusak pada fondasinya,
IX tampak rekahan rekahan pada tanah atau tanda lain banyak benda dalam
rumah ikut berjatuhan.
Banyak bangunan hancur, tanah merekah parah bahkan orang sulit berdiri
X
tegak.
Gempa bumi dapat mengakibatkan kerusakan bangunan dan bahkan bisa menghancurkan
infrastruktur yag telah tertata rapi, menimbulkan korban jiwa dan harta benda dalam jumlah
yang besar.