‘Aqidah (ُ )اَ ْل َع ِقيْدَ ةmenurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu ()ال َع ْق ُد ْ
yang berarti ikatan, at-tautsiiqu(ْق ُ )ال َّت ْو ِثيyang berarti kepercayaan atau keyakinan yang
kuat, al-ihkaamu (م ِ ) ْاyang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu
ُ إلحْ َكا
biquw-wah (ٍْط ِبقُ َّوة ُ )الرَّ بyang berarti mengikat dengan kuat.
َ اإلسْ الَ ِم أَيْ َيجْ ِزم َ ُ َ اَ ْل َقعِيدَ ة اإلسْ الَ ِم َّي ُة ه
ُون ِبصِ حَّ ِت َها ِ ِي األمُو ُر الَّتِى َيعْ َت ِق ُد َها أهْ ِل ِ
Aqidah Islam ialah segala perkara yang diyakini oleh umat Islam yang diyakini dengan pasti
tentang kebenarannya.
Tauhid Rububiyah.
Dari segi bahasa, Rububiyah berasal dari kata rabba yarubbu( ّ يرب- ّ )ربyang memiliki
beberapa arti, yaitu : ( المربي/al-Murabbi) Pemelihara, ( النصير/al-Nashir) Penolong,
ًآمُنوا بِ َر ُسوِل ِه ُي ْؤتِ ُك ْم ِك ْفلَ ْي ِن ِمن َّر ْح َمتِ ِه َوَي ْج َعل لَّ ُك ْم ُنورا
ِ يا أَُّيها الَِّذين آمُنوا اتَّقُوا اللَّه و
ََ َ َ َ َ
ِ َّ ِ ِ
يم
ٌ ور َّرح ٌ ُون بِه َوَي ْغف ْر لَ ُك ْم َواللهُ َغف
َ تَ ْم ُش
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-
Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan
untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu bisa berjalan dan dia mengampuni kamu.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( Al-Hadid: 28)
Jika kita renungkan ayat tersebut diatas, maka dengan TAQWA kpd Allah, Allah akan:
1. Memberikan furqaan kepada orang mu´min, yang dgnnya kita dapat membedakan
antara yang haq dan yang bathil
2. Mengahapuskan segala kesalahan2 kita
3. Mengampuni dosa2 kita
4. Memberikan cahaya yang akan menerangi kehidupan kita, sehingga kt akan selalu
mendapatkan jalan keluar yang baik dr setiap permasalahan yang dihadapi
Jadi, takwa kepada Allah adalah modal kekayaan inspirasi, sumber cahaya dan karunia yang
melimpah. Sayyid Qutb Rahimallah berkata, “Inilah bekal tersebut dan persiapan
perjalanan…bekal ketakwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya selalu terjaga,
waspad, hati-hati, serta selalu dalam konsentrasi penuh…bekal cahata yang menerangi liku-
liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang bertakwa tidak akan tertipu oleh
bayangan semu yang menghalangi pandangannya yang jelas dan benar…itulah bekal
penghapus segala kesalahan, bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketentraman, bekal
yang membawa harapan atau karunia Allah; disaat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua
amal tak lagi berguna…Hawa nafsulah yang menebar kesuraman, menghalangi penglihatan,
dan mengaburkan arah tujuan… Hawa nafsu tidak bisa disingkirkan dengan dalil-dalil. Dia
hanya bisa disingkirkan dengan takwa. Dia hanya bisa dienyahkan dengan rasa takut kepada
Allah dan terus menerus muraqobah terhadap-Nya baik dalam keadaan sunyi atau terang-
terangan.
Hakikat Takwa
Takwa berdasarkan definisi Umar bin Khattab dan Ubai bin Ka’ab: suatu ketika Umar bin
Khattab bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang takwa. Ubai menjawab, “Bukankah anda
pernah melewati jalan yang penuh dengan duri?”. “Ya”, jawab Umar. “Apa yang Anda
lakukan saat ini?”. “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati”. “Itulah takwa”.
Sedangkan berdasarkan definisi Sayyid Qutb dalam bukunya Fi Zhilalil Qur’an: “Itulah takwa,
kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus, selalu waspada dan hati-
hati jangan sampai kena duri jalanan…jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan
dah syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekhawatiran dan keraguan, harapan semu atas
segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas
untuk ditakuti…dan masih banyak duri-duri yang lainnya”.
Jalan Mencapai Sifat Takwa
Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan lima faktor penting dalam mencapai takwa, yakni:
1. Mu’ahadah (Mengingat Perjanjian)
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah.
Hendaknya setiap kita menyendiri dan mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat
kepada Allah. Dengan mu’ahadah kita akan tetap istiqamah dalam melaksanakan syariat
Allah.
ين ِ َ ِإَّيا
َ ك َن ْعُب ُد وإِ َّي
ُ اك َن ْستَع
“Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami memohon
pertolongan”. (Al-Fatihah: 5).
ين
َ َّاجد َ ين تَقُوم َوتََقلَُّب
ِ ِ ك ِفي الس ِ َ الَِّذي ير
َ اك ح ََ
:” Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan melihat pula perubahan gerak
badannya diantara orang-orang yang sujud”. (Asy-Syu’ara: 218-219)
Dalam Hadist ttg Ihsan:
“Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan jika memang
kamu tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihat kamu“
Macam-macam Muroqobah
1. Muroqobah dalam melaksanakan ketaatan adalah dengan ikhlas kepda-Nya
2. Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat
3. Muroqobah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab terhadap
Allah dan bersyukur atas segala nikmat
4. Muroqobah dalam musibah adalah dengan ridha kepada ketentuan Allah
3. Muhasabah (Introspeksi Diri)
ت ِل َغ ٍد َواتَّقُوا اللَّهَ ِإ َّن اللَّهَ َخبِ ٌير بِ َما
ْ آمُنوا اتَّقُوا اللَّهَ َوْلتَنظُ ْر َن ْف ٌس َّما قَ َّد َم َِّ
َ َيا أَُّيهَا الذ
َ ين
ون
َ ُتَ ْع َمل
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hasyr: 18)
4. Mu’aqobah (Pemberi Sanksi)
Muaqabah adalah pemberian sanksi. Sudah sepatutnya bagi kita jika kita telah melalaikan
Allah, kita beri sanksi diri kita sebagai mana orangtua memberi sanksi kepada anaknya yang
bersalah. Semoga dengan melakukan muaqabah kita menjadi jera berbuat dosa.
َّ ِ اص حياةٌ ي ْا أُوِلي األَْلب ِ ِ
َ ُاب لَ َعل ُك ْم تَتَّق
ون َ ْ َ ََ ِ ص َ َولَ ُك ْم في اْلق
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang
yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 179)
5. Mujahadah (Optimalisasi)
Mujahadah adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah.
ِِ َّ ِ ِ َ والَِّذين ج
َ اه ُدوا ف َينا لََن ْهدَيَّنهُ ْم ُسُبلََنا َوإِ َّن اللهَ لَ َم َع اْل ُم ْحسن
ين َ َ َ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik”. (Al-Ankabut: 69)
ّ
حق بغير نظا م يغلبه با طل بنظا م
“Kebaikan tanpa tersusun atau terencana akan dikalahkan oleh kejelekan yang
terencana atau tersusun”
____________________________________________________________________
*Penulis Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Ilmu Farmasi dan UIKA Bogor Fakultas Agama
Islam