Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia defisiensi besi (ABD) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai
dengan anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium menunjukan cadangan besi
kosong, berbeda dengan ADB, pada anemia akibat penyakit kronik penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang karena pelepasan besi dari sistem retikuloendotelial berkurang,
sedangkan cadangan besi masih normal. Pada anemia sideroblastik penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang karena gangguan mitokondria yang menyebabkan inkorporasi besi
ke dalam heme terganggu. Oleh karena itu ketiga jenis anemia ini digolongkan sebagai
anemia dengan gangguan metabolisme besi.1 (buku IPD)
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di
negara-negara tropik atau negara dunia ketiga, karena sangat berkaitan erat dengan taraf
sosial ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang
memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup
serius.1 (buku IPD)
Secara epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal
masa kanak-kanan diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan
percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan,
atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang. Selain itu ADB juga
banyak ditemukan pada masa remaja akibat percepatan tumbuh, asuoan besi yang tidak
adek kuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri.
Prevalensi ADB tinggi pada bayi, hal yang sama juga dijumpai pada anak usia sekolah dan
anak praremaja. Angka kejadian ADB pada anak usia sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar
5,5%, anak perempuan 2,6% dan gadis remaja yang hamil 26%. Di Amerika serikat sekitar
6% anak berusia 1 – 2 tahun diketahui kekurangan besi, 3 % menderita anemia. Lebih
kurang 9% gadis remaja di Amerika serikat kekurangan besi dan 2% menderita anemia,
sedangkan pada anak laki-laki sekitar 50% cadangan besinya berkurang saat pubertas. 2
(Özdemir, N. (2015). Iron deficiency anemia from diagnosis to treatment in children. Türk Pediatri
Arşivi, 50(1), 11–9. doi:10.5152/tpa.2015.2337)
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1 Mampu memahami dan menjelaskan defenisi anemia defisiensi besi
1.2.2 Mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi anemia defisiensi besi
1.2.3 Mampu memahami dan menjelaskan etiologi anemia defisiensi besi
1.2.4 Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi anemia defisiensi besi
1.2.5 Mampu memahami dan menjelaskan penegakan diagnosa anemia defisiensi
besi
1.2.6 Mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan anemia defisiensi besi
1.2.7 Melengkapi syarat kepaniteraan klinik senior (KKS) di RSAM Bukit Tinggi
pada stase ilmu penyakit dalam.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami dasar teori meliputi defenisi, etiologi,
epidemiologi, dan patofisiologi mengenai anemia defisiensi besi sehingga dapat
menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan yang tepat pada pasien.

1.4 Metode penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk pada
berbagai literatur.

Anda mungkin juga menyukai