1. Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan simvastatin yaitu interaksi
farmakokinetik. Amlodipin secara signifikan meningkatkan AUC HMG- CoA reductase inhibitors setelah pemberian simvastatin. Karena obat ini sering digunakan bersamaan untuk pasien dengan hipertensi dan hiperkolesterolemia. 2. ACEi merupakan salah satu ipertensi yang sering digunakan dalam penatalaksanaan hipertensi. 4Hypertension Guideline tahun 2014 menyebutkan bahwa pada populasi Nonblack,termasuk pasien dengan diabetes, terdapat 4 macam antihipertensi yang menjadi terapi pilihan utama. Antihipertensi tersebut yaitu diuretik tiazid, calcium channel blocker (CCB),angiotensin converting enzyme inhibito(ACEi), atau angiotensin receptor blocker (ARB) ACEi atau ARB direkomendasikan sebagai terapi awal ataupun terapi tambahan pada populasi >18 tahun dengan gangguan ginjal kronis dan hipertensi untuk meningkatkan outcome ginjal. ACEi direkomendasikan pula sebagai pilihan lini pertama pada pasien hipertensi < 55 tahun berdasarkan National Institue for Health and Clinical Excellent (NICE) guideline Batuk kering merupakan efek samping yang cukup sering terjadi pada pemakaian Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACEi) dengan rentang 5% hingga 30%. 6 Kejadian batuk kering akibat penggunaan ACEi yang tidak disadari oleh tenaga kesehatan dapat menyebabkan pasien menjalani serangkaian evaluasi, tes diagnostik dan pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Terapi empirik batuk dengan menggunakan antitusif, bronkodilator ataupun antibiotik dapat menambah biaya pengobatan yang sebenarnya tidak perlu dikeluarkan sehingga penting untuk diketahui hubungan penggunaan ACEi, kejadian batuk kering dan faktor-faktor yang memengaruhi kejadian batuk kering tersebut. 4 Deteksi dan pengobatan dini pada hipertensi diketahui dapat menurun- kan mortalitas terkait dengan serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. 1 Monitoring reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) penting untuk dilakukan terutama pada penyakit kronis seperti hipertensi yang memerlukan terapi jangka panjang 3. Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (K- total), kolesterol LDL (K-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (KHDL). Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting, dan erat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan tersendiri. Agar lipid dapat larut dalam darah, molekul lipid harus terikat pada molekul protein (yang dikenal dengan nama apoprotein, yang sering disingkat dengan nama Apo. Senyawa lipid dengan apoprotein dikenal sebagai lipoprotein. Tergantung dari kandungan lipid dan jenis apoprotein yang terkandung maka dikenal lima jenis liporotein yaitu kilomikron, very low density lipo protein(VLDL),intermediate density lipo protein (IDL), low-densitylipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein(HDL) (tabeDari total serum kolesterol, KLDL berkontribusi 60-70 %, mempunyai apolipoprotein yang dinamakan apo B-100 (apo B). Kolesterol LDL merupakan lipoprotein aterogenik utama, dan dijadikan target utama untuk penatalaksanaan dislipidemia. Kolesterol HDL berkontribusi pada 20-30% dari total kolesterol serum. Apolipoprotein utamanya adalah apo A-1 dan apo A-II. Bukti bukti menyebutkan bahwa HDL memghambat proses aterosklerosis 4. Tekanan Darah Sistolik Di saat jantung berdetak, otot jantung akan berkontraksi untuk memompa darah melalui arteri ke seluruh tubuh. Kontraksi otot jantung tersebut kemudian akan menimbulkan tekanan pada arteri. Tekanan inilah yang disebut sebagai tekanan darah sistolik atau tekanan tertinggi yang dicapai saat otot jantung berkontraksi. Tekanan darah sistolik normal pada orang dewasa yakni berkisar antara 90-120 mmHg. Jika berada pada kisaran angka 120-139 mmHg maka termasuk pra-hipertensi. Seseorang dianggap hipertensi apabila tekanan darah sistoliknya berada pada angka 140 atau lebih. Tekanan Darah Diastolik Ketika kontraksi otot jantung telah berakhir, maka otot jantung pun akan menjadi rileks. Hal ini mengakibatkan suplai darah ke aorta (arteri terbesar dalam tubuh) akan berhenti kira-kira 1/10 detik Pada saat inilah, aorta akan kembali ke posisi semula dan tekanan darah pun menurun. Tekanan darah di dalam arteri ketika jantung sedang beristirahat/rileks (antar detak) inilah yang kemudian disebut dengan tekanan darah diastolik Pada orang dewasa, tekanan darah diastolik normalnya berada pada kisaran angka 60-80 mmHg. Apabila berkisar pada angka 80-89 masih termasuk normal, namun kurang ideal. Sedangkan jika berada pada angka 90 atau lebih maka dianggap hipertensi. 5. Contoh kasus adalah pasien yang mengalami efek samping hipokalemia akibat penggunaan obat diuretika. Hipokalemia ditandai dengan penurunan kadar kalium serum di bawah ambang normal berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Hipokalemia ini dapat diketahui kebenarannya dan dapat dibaca oleh siapa saja dengan cara melihat hasil pemeriksaan laboratorium. Selain hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan radiologis juga dapat dijadikan sebagai data objektif. Lingkup data objektif juga termasuk obat-obatan yang digunakan pasien selama perawatan. Setelah mengetahui dan menuliskan data subjektif dan objektif, maka selanjutnya dilakukan asesmen atau penilaian. Pada bagian asesmen ini, seorang apoteker farmasi klinik akan menganalisis permasalahan berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah diperoleh sebelumnya. Kesimpulan analisis ditulis sebagai asesmen. Misalnya pasien dengan data objektif berupa “mual setelah minum obat”, data subjektif berupa “pasien mengalami hipokalemia” dan “pasien mendapat obat aspirin dan furosemid”, maka asesmen yang dapat dituliskan adalah “diduga mual karena aspirin” dan “diduga hipokalemia karena furosemid”. Untuk mendukung asesmen, sertakan pula skor Naranjo yang dapat memberikan derajat efek samping obat (bila ada) yang dialami pasien