Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah gejala yang
disebut masalah sosial berkutat didalamnya. Sebagaimana diketahui, dalam realitas sosial
memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi masyarakat yang ideal. Dalam pengertian tidak
pernah dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa seluruh kebutuhan setiap warga
masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan sosial sesuai harapan atau seluruh warga
masyarakat dan komponen sistem sosial mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan
yang terjadi. Dengan kata lain das sein selalu tidak sesuai das sollen.

Pada jalur yang searah, sejak tumbuhnya ilmu pengetahuan sosial yang mempunyai
obyek studi kehidupan masyarakat, maka sejak itu pula studi masalah sosial mulai dilakukan.
Dari masa ke masa para sosiolog mengumpulkan dan mengkomparasikan hasil studi melalui
beragam perspektif dan fokus perhatian yang berbeda-beda, hingga pada akhirnya semakin
memperlebar jalan untuk memperoleh pandangan yang komprehensif serta wawasan yang
luas dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial. Buku ini hadir dengan fokus studi
masalah sosial yang sekaligus memuat referensi dan rekomendasi bagi tindakan untuk
melakukan penanganan masalah. Di negara-negara berkembang, tindakan untuk melakukan
perubahan dan perbaikan dalam rangka penanganan masalah sosial menjadi perhatian yang
sangat serius demi kelangsungan serta kemajuan bangsanya menuju cita-cita kemakmuran
dan kesejahteraan. Terkait hal itu, pembahasan mengenai berbagai perspektif sosial,
identifikasi melalui serangkaian unit analisis serta pemecahan masalah yang berbasis negara
dan masyarakat menjadi tema-tema yang diulas secara teoritis dalam makalah ini.

Masalah sosial menemui pengertiaannya sebagai sebuah kondisi yang tidak


diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan
standar sosial yang telah disepakati. Keberadaan masalah sosial ditengah kehidupan
masyarakat dapat diketahui secara cermat melalui beberapa proses dan tahapan analitis, yang
salah satunya berupa tahapan diagnosis. Dalam mendiagnosis masalah sosial diperlukan
sebuah pendekatan sebagai perangkat untuk membaca aspek masalah secara konseptual.
Eitzen membedakan adanya dua pendekatan yaitu person blame approach dan system blame
approach (hlm. 153). Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami
masalah sosial pada level individu.

1
Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial
pada level individu. Diagnosis masalah menempatkan individu sebagai unit analisanya.
Sumber masalah sosial dilihat dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang
menyandang masalah. Melalui diagnosis tersebut lantas bisa ditemukan faktor penyebabnya
yang mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis maupun proses sosialisasinya. Sedang
pendekatan kedua system blame approach merupakan unit analisis untuk memahami sumber
masalah pada level sistem. Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa sistem dan struktur
sosial lebih dominan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu sebagai warga masyarakat
tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan itu, masalah sosial terjadi oleh karena
sistem yang berlaku didalamnya kurang mampu dalam mengantisipasi perubahan-perubahan
yang terjadi, termasuk penyesuaian antar komponen dan unsur dalam sistem itu sendiri. Dari
kedua pendekatan tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah dapat ditelusuri dari
”kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa definisi masalah sosial ?

2.      Apa macam-macam masalah sosial ?

3.      Faktor apa yang mempengaruhi masalah sosial ?

1.3 Tujuan

1.      Mengetahui definisi masalah sosial.

2.      Mengetahui macam-macam masalah sosial.

3.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah social.

1.4 Manfaat

1.      Dapat mengetahui definisi masalah sosial.

2.      Dapat mengetahui macam-macam masalah sosial.

3.      Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah social.

2
BAB II

PEMBHASAN

2.1 Macam-macam Masalah Sosial Bidang Pembangunan Di Indonesia

a. Masalah Pendidikan

Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk.
Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya
punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang,
guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima
di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama
mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka
memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi
masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di
Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.

Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di


Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah
terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat
hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal
seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.

“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman,
Jakarta, Senin (12/3/2007). 

b. Masalah Kemiskinan

Dalam kajian sosiologi pembangunan, konsep kemiskinan dibedakan menjadi tiga


macam, yaitu yang pertama kemiskinan absolut (a fixed yardstick). Konsep kemiskinan
absolut ini dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang kongkit. Ukuran ini lazimnya
berorientasi pada kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pangan, papan dan
sandang. Besarnya ukuran setiap negara berbeda. Kedua, kemiskinan relatif (the idea of
relative). Konsep kemiskinan relatif ini dirumuskan berdasarkan atau memperhatikan dimensi
tempat dan waktu. Asumsi ini, bahwa kemiskinan di daerah satu dengan daerah lain tidak

3
sama, demikian juga antara waktu dulu dengan sekarang berbeda. Ketiga, kemiskinan
subjektif. Konsep kemiskinan sbjektif ini dirumuskan berdasarkan perasaan individu atau
kelompok miskin. Kita menilai individu atau kelompok tertentu miskin, tetapi kelompok
yang kita nilai menganggap bahwa dirinya bukan miskin, atau sebaliknya. Konsep
kemiskinan ketiga inilah yang lebih tepat apabila memahami konsep kemiskinan dan
bagaimana langkah strategis dalam menangani kemiskinan (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto,
W. 2004).

c. Masalah Kriminalitas

Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan problem sosial yang bersifat laten (selalu
ada dalam kehidupan masyarakat atau negara manapun), namun tindakan kriminal bukanlah
penyimpangan perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi tindakan kriminal merupakan hasil
dari sosialisasi sub budaya menyimpang. Tindakan kriminal sering dikategorikan sebagai
tindak pidana atau tindakan yang melanggar hukum pidana. Diantara contoh tindakan
kriminal adalah: korupsi, pencurian, pembunuhan, perampokan, penipuan atau pemalsuan,
penculikan, perkosaan, sindikat narkotik atau penyalahgunaan obat terlarang.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Sosial

Masalah sosial atau masalah sosial timbul akibat adanya gejala-gejala abnormal yang
timbul di masyarakat. Hal tersebut terjadi karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan
penderitaan, yang selanjutnya disebut masalah sosial.

Masalah sosial ini berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Untuk itu terjadi sedikit saja pergeseran diantara nilai-nilai sosial dengan
lembaga-lembaga kemasyarakatan, maka hubungan antarmanusia yang terdapat di dalam
kerangka bagian kebudayaan yang normatif akan ikut terganggu.

Namun setiap masyarakat tentunya mempunyai ukuran yang berbeda mengenai hal ini,
misalnya soal gelandangan merupakan masalah social yang nyata yang dihadapi kota-kota
besar di Indonesia. Akan tetapi belum tentu masalah tadi dianggap sebagai masalah sosial di
tempat lain. Faktor waktu juga mempengaruhi masalah sosial ini. Selain itu, ada juga
masalah-masalah yang tidak bersumber pada penyimpangan norma masyarakat, seperti
masalah pengangguran, penduduk, kemiskinan.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :

4
1. Faktor Ekonomi          : kemiskinan, pengangguran dan lain-lain.
2. Faktor Budaya            : perceraian, kenakalan remaja, dan lain-lain.
3. Faktor Biologis           : penyakit menular.
4. Faktor Psikologis        : penyakit syaraf, aliran sesat, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Kriminalitas

Hal-hal yang mendorong terjadinya perilaku menyimpang dalam bentuk tindakan


kriminal antara lain:

a. Terjadinya perubahan sosial, politik, ekonomi yang bersifat revolusi, misalnya terjadi
peperangan;
b. Terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat yang begitu besar, sebagai akibat
kesalahan strategi atau perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan;
c. Adanya peluang atau kesempatan untuk terjadinya tindakan kriminal, karena alat-alat
penegak hukum tidak tegas atau tidak ada kepastian hukum di masyarakat;
d. Pemerintah yang lemah (tidak bersih) dan aparat pemerintah yang korup, atau banyak
muncul penjahat kerah putih (white collar crime) di setiap departemen pemerintah atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga ekonomi;
e. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak terkendali, sehingga jumlah pengangguran
dan urbanisasi meningkat;
f. Kondisi kehidupan keluarga yang disintegratif; dan
g. Berkembangnya sikap mental negatif, misalnya: hedonistis, konsumersitis, suka
menempuh jalan pintas dalam meraih tujuan dan sejenisnya (Coleman, J.W and Cressey,
D.R. 1984; Soetomo, 1995).

BAB III

PENUTUP

5
3.1 Kesimpulan

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan


kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin
ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya
terlebih dahulu.

Permasalahan sosial yang banyak terjadi di lingkungan sekitar adalah masalah


pengangguran. Pengangguran sekarang terjadi dimana-mana. Hal ini disebabkan banyaknya
para pencari kerja. Tetapi, sedikitnya lapangan kerja yang tersedia. Itu hanya salah satu sebab
terjadinya pengangguran. Contoh sebab lain adalah Sumber Daya Manusia yang kurang
berkualitas. Para generasi muda sekarang lebih suka bemalas-malasan dan bermain dari pada
belajar demi menggapai masa depan. Sehingga di saat mereka dewasa karena tingkat
pendidikan mereka sangat rendah sehingga mereka kesulitan mencari pekerjaan dan akan
menjadi pengangguran Sehingga terjadi kemiskinan dan masalah social lainnya. Kita harus
berusaha mencapai hasil yang terbaik dalam hidup kita sehingga kita akan menjadi manusia
yang berkualitas dan dapat membantu mengurangi masalah sosial yang ada di lingkungan
sekitar kita.

Jadi permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat disebabkan oleh


beberapa faktor antara lain : kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, tindakan kriminal,
pengangguran, dan lain-lain. Masih banyak faktor yang menyebabkan munculnya masalah
sosial di masyarakat kita. Masalah ini tidak hanya terjadi di Negara kita saja tetapi masalah
ini terjadi sama rata di seluruh pelosok dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soetomo, 2008, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


6
Sudagung, Hendro Suroyo, Mengurai Pertikaian Etnis: Migrasi Swakarsa Etnis Madura ke

Kalimantan Barat  (Jakarta: ISAI dan Ford Foundation, 2001).

Soedijar, Z.A, 1990, penelitian Profil Anak Jalanan di DKI Jakarta, badan Penelitian dan
Pengembangan Sosial, Departeman Sosial.

Suwarsono dan Alvin Y. So., Perubahan Sosial dan Pembangunan (Jakarta: LP3ES, 1994).

Anda mungkin juga menyukai