29846-Article Text-68748-1-10-20190416
29846-Article Text-68748-1-10-20190416
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
This paper describes the principle of developing children's stories (fairy tales) based on the
psychology of child development. This study uses Research and Development research
procedures (research and development). The data in this study include (1) a description of
the results of the analysis of children's story structure, (2) a description of the results of the
analysis of the theme and storyline in fairy tales, and (3) the trend score for analyzing
psychological, social, and moral needs in early childhood. Based on the results of the
analysis, it is known that all Indonesian children's stories do not have a complete structure.
In addition, it is known that there are also themes inequality with the plot, the series of
events in the story contains a lot of negative things, and this is contrary to the value that will
be taught on the theme. In addition, based on the results of synchronization of data
characteristics from the analysis of children's story needs at an early age as well as
guidelines for developing children's stories based on developmental psychology, three basic
principles for developing children's stories are obtained: 1) structure, 2) intrinsic elements,
and 3) extrinsic elements.
© 2018 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6315
Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: neinaqt@gmail.com
202
Qurrota Ayu Neina / Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)
urgensi pendidikan dan pengajaran dalam dunia analisis keterkaitan antara tema dengan
anak. pengembangan jalan cerita pada cerita anak
Penelitian terkait dengan sastra anak pilihan, dan (c) analisis kebutuhan psikologi
(cerita anak) dan psikologi perkembangan telah perkembangan (kognitif, sosial, moral) dalam
banyak diteliti. Pertama, Tucker (2006) dalam mengembangkan cerita anak; serta 2)
penelitiannya membahas usaha yang dilakukan pengembangan prinsip-prinsip pembuatan cerita
oleh orang tua dan guru dengan menggunakan anak berbasis psikologi perkembangan.
cerita-cerita pahlawan di sekeliling kehidupan Variabel dalam penelitian ini meliputi
untuk mengajar anak-anak tentang nilai variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam
keberanian, kehormatan, dan integritas. penelitian ini adalah struktur dan jalan cerita
Kedua, Weber dan Ruch (2011) yang terdapat dalam cerita anak. Adapun
melakukan penelitian mengenai peran karakter variabel terikat dalam penelitian ini adalah
positif di sekolah. Penelitian ini menyelidiki prinsip-prinsip pengembangan cerita anak
peran karakter positif yang dihubungkan dengan berbasis psikologi perkembangan.
kepuasan pengalaman anak di sekolah, Dalam pengembangan prinsip-prinsip
keberhasilan tingkat akademik diri, perilaku pengembangan cerita anak berbasis psikologi
positif di kelas, dan keberhasilan objektif perkembangan, dibutuhkan tiga data yang
sekolah. Secara lebih lanjut dijelaskan bahwa berbeda, yakni (1) struktur cerita anak yang
karakter yang berasal dan kekuatan pikiran berkembang saat ini berupa deskripsi hasil
(misalnya pengaturan diri, ketekunan, cinta analisis, (2) keterkaitan tema dan jalan cerita
belajar) bisa memprediksi keberhasilan anak di dalam cerita anak berupa deskripsi hasil analisis,
sekolah. dan (3) data analisis kebutuhan cerita anak
Ketiga, Martani (2012) menulis hasil berdasarkan psikologi perkembangan pada anak
penelitian mengenai peran cerita dalam usia dini yang berupa skor kecenderungan
menstimulasi perkembangan anak. Dalam pilihan jawaban.
penelitian ini ditemukan bahwa untuk Adapun dalam pengembangan prinsip-
menstimulasi perkembangan emosi anak usia prinsip cerita anak berbasis psikologi
dini, guru banyak menggunakan benda dan perkembangan, dibutuhkan tiga macam
permainan yang berupa balok-balok, buku instrumen, yaitu (1) instrumen untuk
cerita, kaset/CD untuk bercerita dan mengetahui data hasil analisis struktur cerita
mendengarkan lagu. anak, (2) instrumen untuk mengetahui data hasil
Keempat, Puspitoningrum (2015) analisis keterkaitan tema cerita dengan alur
melakukan penelitian untuk menghasilkan cerita, dan (3) instrumen untuk mengetahui
bahan ajar yang ideal berupa buku ajar yang analisis kebutuhan cerita anak berbasis psikologi
berisi materi, latihan, evaluasi, dan refleksi yang perkembangan pada anak usia dini.
dilengkapi multimedia interaktif serta bertujuan Data dalam penelitian ini diperoleh
mendeskripsikan kelayakan berupa tingkat menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu
validitas, kepraktisan, kemenarikan, dan melalui pemaparan data dan verifikasi simpulan
efektivitas produk bahan ajar. data. Teknik ini digunakan untuk mengetahui
Kelima, Islamy et.all. (2016) melakukan kebutuhan terhadap prinsip-prinsip
penelitian berkaitan dengan struktur cerita anak pengembangan cerita anak berbasis psikologi
beserta kelayaknnya untuk dijadikan bahan ajar perkembangan.
di SD dengan kategori layak, kurang layak, dan
tidak layak untuk dijadikan bahan ajar. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan yang
METODE PENELITIAN dipaparkan dalam penelitian ini meliputi 3 hal,
Penelitian ini menggunakan prosedur yaitu (1) deskripsi hasil analisis struktur cerita
penelitian Research and Development (penelitian anak yang berkembang saat ini, (2) deskripsi
dan pengembangan) dari Borg dan Gall hasil analisis keterkaitan tema dan jalan cerita
(1983:775-776). Kebutuhan penelitian ini dalam cerita anak, dan (3) prinsip
disesuaikan dengan tujuan dan kondisi pengembangan sastra anak berbasis psikologi
penelitian yang sebenarnya. Penelitian ini perkembangan berdasarkan hasil analisis
difokuskan pada langkah pertama dan kedua. kebutuhan pada anak usia dini.
Adapun hasil adaptasi langkah penelitian ini
adalah: 1) kajian awal yang meliputi analisis
kebutuhan yang meliputi (a) analisis struktur ANALISIS STRUKTUR CERITA ANAK
yang terdapat dalam cerita anak pilihan, (b) MASA KINI
204
Qurrota Ayu Neina / Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)
Berdasarkan hasil analisis, diketahui dipetik dalam cerita, hal ini menyebabkan
bahwa seluruh cerita anak yang diwujudkan terjadi kekacauan konsep nilai. Kekacauan
dalam dongeng anak nusantara dengan judul: 1) konsep nilai ini akan berdampak pada
Legenda Danau Maninjau, 2) Lebai Nan pemberian kesimpulan yang salah yang tentu
Malang, 3) Hikayat Malin Deman, 4) Joko saja berpengaruh pada sikap dan pola pikir anak.
Kendil, 5) Nyi Anteh Sang Penunggu Bulan, 6) Oleh karena itu, koda harus hadir dan
Cindelaras, 7) Keong Mas, 8) Ande-Ande diwujudkan melalui pesan tersurat agar mampu
Lumut, dan 9) Asal Mula Danau Batur tidak menjadi penggiring anak untuk memberikan
memiliki struktur yang lengkap. Struktur yang simpulan yang positif dari sebuah cerita.
hilang dalam kumpulan dongeng tersebut adalah
koda.
Cerita anak dikembangkan dengan ANALISIS KETERKAITAN TEMA DAN
beberapa struktur pokok, yaitu: orientasi, intrik, JALAN CERITA DALAM CERITA ANAK
klimaks, antiklimaks, resolusi, dan koda. Berdasarkan hasil analisis dalam
Orientasi merupakan bagian teks yang dongeng anak nusantara dengan judul: 1)
memberikan informasi mengenai apa, siapa, di Legenda Danau Maninjau, 2) Lebai Nan
mana, dan kapan yang ada di dalam cerita. Malang, 3) Hikayat Malin Deman, 4) Joko
Bagian ini biasanya terletak di awal paragraf. Kendil, 5) Nyi Anteh Sang Penunggu Bulan, 6)
Intrik merupakan bagian cerita yang Cindelaras, 7) Keong Mas, 8) Ande-Ande
menggambarkan awal mulanya terjadi konflik, Lumut, dan 9) Asal Mula Danau Batur
hal ini bisa juga dikaitkan dengan pemicu diketahui bahwa terdapat ketidaksamaan tema
konflik menuju puncak. Klimaks adalah bagian dengan rangkaian peristiwa yang
cerita yang menceritakan puncak masalah yang dikembangkan. Rangkaian peristiwa yang
dialami tokoh utama. Antiklimaks adalah dituliskan dalam dongeng anak nusantara
bagian yang menggambarkan penurunan konflik tersebut banyak berisi hal-hal yang negatif, dan
menuju penyelesaian masalah. Pada bagian ini hal ini bertentangan dengan nilai yang akan
digambarkan masalah yang mulai menemukan diajarkan pada tema.
celah tapi belum terselesaikan. Resolusi adalah Tema merupakan gagasan utama dalam
tahap menyelesaikan masalah. Dan, koda membuat cerita. Tema menjadi bagian penting
merupakan komentar akhir terhadap di dalam sebuah cerita. Hal ini erat kaitannya
keseluruhan isi cerita, dapat diisi dengan dengan dasar yang dipakai oleh pengarang
simpulan tentang hal-hal yang dialami tokoh untuk mengembangkan sebuah cerita. Tema
utama serta nilai-nilai yang dapat diambil oleh diwujudkan ke dalam sistematika alur untuk
pembaca. Dari keenam struktur tersebut, membangun sebuah cerita yang utuh.
terdapat sebuah struktur yang kedudukannya Berkaitan dengan hal tersebut, tema
menjadi wajib jika dihadapkan dengan anak- dikembangkan menjadi runtutan peristiwa.
anak sebagai pembacanya, yaitu koda. Koda Runtutan peristiwa inilah dasar pembangunan
biasanya terletak di akhir sebuah cerita yang struktur cerita. Dengan dalih untuk
berisi simpulan dan nilai yang dapat dipetik dari menghidupkan cerita, terkadang pengarang
cerita yang telah dibaca. menampilkan peristiwa-peristiwa yang
Cerita yang berkembang di masyarakat bertentangan dengan nilai yang ada di
merupakan cerminan suatu kehidupan. Berbagai masyarakat. Hal ini biasanya dijadikan sebagai
peristiwa ditampilkan melalui rangkaian kata- puncak konflik. Selain untuk membuat suasana
kata untuk menggambarkan alur cerita. Cerita yang menegangkan, pemberian peristiwa-
yang menarik ditampilkan dengan konflik yang peristiwa yang bertentangan ini juga
menantang. Konflik ini dibangun melalui dimaksudkan untuk membuat pembaca berpikir
pertentangan peristiwa baik dan buruk untuk kritis mengenai respon atau timbal balik
memancing emosi pembaca. Emosi pembaca terhadap nilai yang akan diajarkan kepada
inilah yang dijadikan sebagai tolok ukur pembacanya.
kemenarikan sebuah cerita. Jika dikaitkan dengan hal tersebut,
Serupa dengan konsep tersebut, cerita pembaca membutuhkan proses menalar tingkat
anak juga dibangun melalui berbagai peristiwa. tinggi dengan membandingkan berbagai hal
Peristiwa ini dapat berupa peristiwa yang positif untuk kemudian memutuskan bahwa apa yang
serta negatif. Melalui pertentangan kedua dibaca tersebut termasuk hal yang baik atau
peristiwa inilah nilai kehidupan dapat dipetik. tidak baik. Sedangkan pada kenyataannya,
Sebagai pembaca pemula, anak-anak seringkali cerita yang diwujudkan dalam dongeng tersebut
belum bisa menyimpulkan nilai yang dapat banyak dibaca oleh pembaca anak-anak yang
205
Qurrota Ayu Neina / Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)
belum bisa menalar hingga sejauh itu. Baik acuan dalam mengembangkan cerita anak
anak-anak pada masa praoperasional (usia 2 s.d. berdasarkan psikologi perkembangan pada anak
7 tahun) maupun masa operasional konkret usia dini.
(usia 7 s.d. 11 tahun) belum mampu berpikir
logis dan mengambil kesimpulan lepas dari apa Analisis Kebutuhan Cerita Berdasarkan
yang dialami (baik dilihat maupun dibaca) saat Psikologi Perkembangan pada Anak Usia Dini
itu. Kebutuhan pengembangan cerita
Pada masa praoperasional, anak berdasarkan psikologi perkembangan pada anak
dicirikan memiliki kemampuan menggunakan usia dini mengacu pada hasil analisis kebutuhan
simbol yang mewakili suatu konsep. Jadi, ketika menurut persepsi anak. Pada tahap ini dilakukan
anak melihat suatu objek maka ia akan mulai identifikasi kebutuhan pengembangan cerita
mengenali objek tersebut. Misalnya, seorang menurut persepsi anak melalui angket sesuai
anak yang pernah melihat dokter berpraktik, dengan kecenderungan pilihan jawaban. Angket
anak tersebut dapat bermain “dokter-dokteran”. ini terdiri atas sembilan indikator, antara lain
Adapun pada masa operasional konkret, anak menanyakan tema, tokoh, penokohan, sudut
memiliki ciri perkembangan sistem pemikiran pandang, latar, orientasi, alur, koda, serta
yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu susunan kalimat.
yang logis. Tahap operasi konkret ini ditandai Berdasarkan hasil analisis diketahui
dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa- bahwa (1) anak menyukai tema cerita yang
apa yang kelihatan nyata/konkret. Dalam hal mengajarkan nilai kejujuran, kepahlawanan, dan
ini, anak masih menerapkan logika berpikir keberanian; (2) tokoh yang diharapkan adalah
pada hal yang konkret. tokoh yang berwujud manusia; (3) penokohan
Jika dilihat dari ciri yang mendasari yang diharapkan memiliki sifat yang baik; (4)
tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak pada pemilihan sudut pandang adalah sudut pandang
rentang usia dua tahun hingga sebelas tahun orang ketiga; (5) latar tempat yang diharapkan
belum dapat menalar suatu hal dengan adalah latar yang berada di lingkungan sekitar;
membandingkan konsep baik dan buruknya (6) pada bagian orientasi, diharapkan ada
untuk kemudian membuat sebuah keputusan. perkenalan tokoh yang terlibat dalam cerita; (7)
Oleh karena itu, dalam memberikan sebuah seluruh rangkaian alur dalam cerita
pembelajaran pada usia tersebut haruslah digambarkan dengan peristiwa yang positif; (8)
diberikan langsung pada contoh yang nyata dan pesan disampaikan dalam bagian koda secara
diutarakan nilai apa yang akan diajarkan. Akan tersurat; dan (9) cerita disusun dengan kalimat
tetapi, banyak ditemukan bentuk alur yang tunggal.
ditampilkan dalam cerita anak memiliki alur
yang kompleks dengan memunculkan berbagai Pedoman Mengembangkan Cerita Anak
peristiwa baik dan buruk. Pembaca diharuskan Berbasis Psikologi Perkembangan
membuat perbandingan dengan berbagai Sastra anak-anak adalah sastra yang
pertimbangan untuk menemukan nilai yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-
akan diajarkan. Hal ini ternyata bertentangan anak melalui pandangan anak-anak (Norton
dengan tema yang diusung. 1993). Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak
menjanjikan sesuatu bagi pembacanya yaitu
PRINSIP PENGEMBANGAN CERITA nilai yang terkandung di dalamnya yang
ANAK BERBASIS PSIKOLOGI dikemas secara intrinsik maupun ekstrinsik.
PERKEMBANGAN BERDASARKAN Oleh karena itu, kedudukan sastra anak menjadi
HASIL ANALISIS KEBUTUHAN PADA penting bagi perkembangan anak.
ANAK USIA DINI Resmini (2018) mengungkapkan bahwa
Prinsip pengembangan cerita anak sastra anak bermanfaat untuk perkembangan
berbasis psikologi perkembangan didasarkan anak terutama dalam hal (1) perkembangan
pada dua pedoman, yaitu (1) hasil analisis bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3)
kebutuhan cerita anak pada usia dini, serta (2) perkembangan kepribadian, dan (4)
pedoman mengembangankan cerita anak perkembangan sosial. Sebuah karya dengan
berbasis psikologi perkembangan. Hasil penggunaan bahasa yang efektif akan
sinkronisasi dari karakteristik data dari kedua membuahkan pengalaman estetik bagi anak.
pedoman tersebut kemudian dispesifikasikan Penggunaan bahasa yang imajinatif ini juga
menjadi prinsip-prinsip pengembangan. Prinsip dapat menghasilkan responsi intelektual dan
tersebut selanjutnya dispesifikasi menjadi emosional sehingga anak akan merasakan dan
kaidah-kaidah teknis, sehingga dapat dijadikan menghayati peran tokoh dan konflik yang
206
Qurrota Ayu Neina / Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)
ditimbulkan. Selain itu, sastra anak akan turut dideskripsikan Piaget. Tahap pertama, periode
membantu mereka menghayati keindahan, sensorimotor merupakan periode awal
keajaiban, kelucuan, kesedihan dan perkembangan kognisi yang ditandai oleh bayi
ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan belajar untuk berjalan sekitar umur 2 tahun.
bagaimana memikul penderitaan dan Anak belajar selama periode ini melalui
mengambil resiko, juga akan ditantang untuk pengkoordinasian persepsi sensori dan kegiatan
memimpikan berbagai mimpi serta motorik. Mereka sedikit sekali memperhatikan
merenungkan dan mengemukakan berbagai kata-kata.
masalah mengenai dirinya sendiri, orang lain Tahap kedua, periode praoperasional (2
dan dunia sekitarnya (Huck, 1987). – 7 tahun), pada tahap ini anak belajar
Berkait dengan hal tersebut, terdapat menyatakan dunianya secara simbolik melalui
beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bahasa, permainan, dan gambar. Anak memiliki
proses pembuatan sastra anak tersebut, antara konsep berpikir egosentris yang didasarkan pada
lain adalah sebagai berikut: (1) variasi tema, (2) persepsi dan pengalaman langsung. Pada usia
faktor penentu responsi terhadap bacaan anak, ini anak sudah mampu mengembangkan
(3) bahasa, (4) penuturan, (5) tokoh dan rangkaian cerita. Anak sudah mampu
penokohan, serta (6) latar dan plot. memahami struktur cerita berdasarkan
hubungan tiga peristiwa dengan tanjakan laku
1. Variasi tema (rising action). Anak sudah mampu
Sastra anak dapat dikatakan sebagai mengantisipasi klimaks cerita. Karakteristik
dunia mini anak-anak. Anak-anak dapat belajar perkembangan kognitif anak praoperasional ini
banyak hal dari cerita yang dibaca. Hal ini adalah kecenderungan meningkatkan
dikuatkan dengan pernyataan Resmini (2018) perkembangan bahasa dan pembentukan
yang menyatakan bahwa sastra anak dapat konsep. Pada tahap ini anak sudah melakukan
dijadikan sebagi alat untuk memperoleh proses asimilasi, yakni anak mengasimilasi apa
gambaran dan kekuatan dalam memandang dan yang mereka dengar, lihat, dan rasakan dengan
merasakan serta menghadapi realitas kehidupan. menerima konsep baru ke dalam skema yang
Berkait dengan hal tersebut, pemilihan tema telah dia miliki.
dapat diarahkan pada proses pemahaman dan Tahap ketiga, periode operasi kongkret
pengenalan kehidupan yang nyata. Oleh karena (7 – 11 tahun), pada tahap ini tanggapan anak
itu, tema-tema tersebut dapat dibagi dalam terhadap sastra berubah. Karakteristiknya
beberapa jenis, yaitu tema keluarga, hidup ditandai oleh pikiran yang fleksibel. Anak-anak
dengan orang lain (berteman dan penerimaan sudah mampu melihat struktur sebuah buku,
oleh teman bermain), tumbuh dewasa, misalnya kisah dalam kisah, alur sorot balik,
mengatasi masalah-masalah manusiawi dan dan mampu mengidentifikasi berbagai sudut
hidup dalam masyarakat majemuk yang pandang cerita. Tahap terakhir terakhir adalah
memuat perbedaan individu dan kelompok operasi formal (11 tahun ke atas), pada tahap ini
(Resmini 2018). Cerita yang memuat anak sudah mampu berpikir abstrak, bernalar
pengalaman mengenai realitas kehidupan ini dari hipotesis ke simpulan logis. Mereka dapat
disebut juga dengan cerita realistik. menangkap rangkaian alur atau subalur dalam
rangkaian pikirannya.
2. Faktor penentu responsi terhadap bacaan
anak 3. Bahasa
Dalam menanggapi sebuah bacaan Ditinjau dari bahasa, bacaan cerita
sastra yang didengar atau dibacanya, masing- anak-anak sebaiknya memiliki ciri
masing anak mempunyai cara tersendiri dalam menggunakan bahasa yang sederhana. Dalam
mengungkapkan kesenangan, pikiran, dan cerita anak, bahasa yang digunakan harus
perasaannya. Jika dikaitkan dengan teori mempertimbangkan penggunaan kosakata dan
kognitif yang dikemukakan oleh Piaget, terdapat kalimat. Agar makna bacaan cerita anak dapat
perbedaan tahapan dalam perkembangan dengan mudah dipahami oleh mereka, maka
berpikir anak. Hal ini berkaitan dengan hasil kata yang dipakai hendaknya sesuai dengan
interaksi dari lingkungan dan kematangan anak jenis kosakata yang semestinya dikuasai anak
yang berbeda pula. dengan mengacu pada kenyataan kongkret yang
Jika dikaitkan antara perkembangan diasumsikan dekat dan akrab dengan kehidupan
otak dan perkembangan kognitif anak, dapat anak. Adapun dari segi kalimat, sebaiknya
dilihat bahwa perkembangan usia berhubungan digunakan kalimat sederhana. Hal tersebut
dengan perkembangan kognitif yang berarti tidak terlalu panjang dan tidak banyak
207
Qurrota Ayu Neina / Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)
208
Qurrota Ayu Neina / Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)
209
Qurrota Ayu Neina / Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)
210
Qurrota Ayu Neina / Jurnal Sastra Indonesia 7 (3) (2018)
211