6 35 1 PB
6 35 1 PB
ABSTRACT
One innovation of learning to improve writing skills is to use direct and Play-Learning dan Performance-Art
Learning. By applying this approach more classes are expected to live and be happy to follow the students'
learning Indonesian from the results of performance tests Cycle I and Cycle II of the above can be concluded
that: there is an increase from Cycle I to Cycle II. On Cycle II all students understand the material completely
written narrative of the interview, through changing direct sentence (original interview) into indirect sentences
(narratives). So it can be concluded that the cooperative learning model is more successful / better than the
direct learning model.
Ada fenomena menarik ketika melihat Hal lain yang menunjukkan bahwa
anak-anak di Indonesia lebih menyukai cerita- bangsa kita belum bergelut secara mendalam
cerita dari asing seperti Naruto, Batmen, dengan sastra anak dapat terlihat dengan
Spedermen, daripada membaca cerita-cerita kurangnya sastra anak yang “dilahirkan”.
yang asli Indonesia. Perubahan Fenomena Selama ini, sastra anak yang lahir kebanyakan
tersebut ternyata berdampak pada perubahan baru sebatas dongeng-dongeng, mitos, legenda
karakter anak yang lebih mengikuti karakter atau cerita rakyat. Cerita anak Indonesia ini
cerita-cerita dari luar negeri. Sehingga, karakter akan semakin ketinggalan jika dibandingkan
anak-anak Indonesia terkikis oleh karakter yang dengan sastra anak terjemahan yang banyak
terdapat di cerita asing. beredar di masyarakat dewasa ini..
Kalau diperhatikan fenomena di atas, Karya sastra anak dapat digunakan
literatur cerita anak di Indonesia yang sesuai sebagai alat yang sangat efektif bagi para
dengan karakter bangsa Indonesia masih pendidik maupun para orang tua di dalam
minim. Dengan begitu, dapat diartikan juga menanamkan nilai-nilai, norma, perilaku luhur,
bahwa pergulatan dunia sastra di Indonesia dan kepercayaan yang diterima di dalam suatu
belum banyak menyentuh apa yang dinamakan masyarakat atau budaya. Adapun yang
sastra anak. Selain itu, penelitian mengenai dimaksud dengan sastra anak di sini adalah
sastra anak masih tergolong sangat kurang jika bentuk karya sastra yang ditulis untuk kalangan
dibandingkan dengan penelitian terhadap sastra pembaca anak-anak. Ada beberapa bentuk
orang dewasa. karya sastra jenis ini, dari buku cerita
__________________
1
Korespondensi: Wahid Khoirul Ikhwan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Trunojoyo Madura, Jalan Raya Telang PO BOX 2
Kamal, Bangkalan, Telp: (031) 3011146, e-mail: wahidkhoiruli@yahoo.com
Wahid Khoirul Ikhwan: Upaya Menumbuhkan Karakter Anak dalam Pembelajaran Sastra Anak dengan Model Play-Learning dan Performance-Art Learning di SDN Banyuajuh 4 | 71
bergambar (cergam atau komik), buku cerita, itu adalah struktur genre dan konfigurasi
dongeng anak-anak, puisi anak-anak, karya register. Oleh karena itu, fokus kajian dan
biografi, dan sebagainya. Jumlah karya sastra analisis penelitian ini melihat struktur genre
ini sangat banyak dan dapat dengan mudah dan konfigurasi register dari buku-buku cerita
ditemukan di dalam masyarakat. Meskipun tiap yang menjadi data penelitian untuk melihat
jenis karya sastra anak ini dapat digunakan bagaimanakah pengaruh sastra anak terhadap
untuk mentransfer pembentukan karakter anak pembentukan karakter anak sekolah dasar di
yang berlaku dan diterima di dalam Madura.
masyarakat, dua jenis karya sastra yang
pertamalah, yaitu buku cerita bergambar dan Kajian Pustaka
buku cerita, yang dipercaya sangat tepat 1. Play-Learning dan Performance art-
dipergunakan sebagai wahana pengenalan dan learning
pengasuhan ideologi kepada anak-anak sebagai Pada dasarnya manusia adalah makhluk
target pembaca karya ini. Tentu saja tidak yang gemar bermain. Oleh sebab itu mengolah
hanya karya sastra anak yang dapat digunakan pembelajaran menjadi play-learning, tentu
sebagai wahana pengenalan dan pengasuhan akan menjadi daya tarik khusus bagi seorang
ideologi tersebut; ada beberapa sarana lain siswa. Play-learning, artinya pembelajaran
yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan yang penuh dengan dramatik. Pembelajran
pengenalan dan pengasuhan tersebut, misalnya dipoles dengan penampilan yang memukau.
bukubuku agama untuk anak-anak atau yang Penyajian diwujudkan dalam seni bermain
sejenisnya. Akan tetapi, karya sastra anak, (dolanan).
dalam hal ini buku cerita anak, diyakini Endraswara (2009:68) dalam bukunya 30
merupakan bentuk karya yang mudah Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra,
dipergunakan untuk melangsungkan menjelaskan bahwa play-learning adalah model
pengenalan dan pengasuhan pembentukan pembelajaran yang penuh dengan getar
karakter anak ini dibandingkan dengan sarana permainan. Play-learning meliputi
yang lain. pembelajaran yang mengutamakan permainan
Pembentukan karakter anak melalui dan lagu. Aspek integrasi materi satu dengan
sastra anak tersebut tentu saja akan dilakukan yang lain patut dilakukan guna menemukan
dengan cara mengeksploitasi bahasa. keindahan dalam sastra anak. Kunci permainan
Sementara itu, aspek kebahasaan yang dapat harus cermat. Permainan harus ada kalah dan
dikaji untuk melihat bagaimana sebuah teks, menang. Yang kalah diberikan punish yang
dalam hal ini, buku cerita mentransfer ideologi mendidik, yang menang diberikan reward.
yang berlaku di dalam sebuah masyarakat Permainan dalam sastra selalu
kepada anak-anak sebagai target pembaca buku mempertimbangkan estetika. Para pemain yang
72 | Widyagogik, Vol.1, No.1, Januari-Juni 2013, 70-84
bagus diberi pengayaan. Setiap langkah situasi, bisa berminyak air, bisa menyatakan
bermain selalu ada selipan nilai luhur. Oleh yang tidak sebenarnya, dan imajinatif. Maka
sebab itu, play-learning merupakan model mempertunjukan sastra, tidak lain adalah
untuk menghibur sekaligus menanamkan nilai bermain dengan estetika.
budi pekerti luhur. Belajar sastra anak menjadi
suatu hal yang mengangkat harkat dan martabat 2. Hakikat Sastra Anak
humanis siswa. Siswa akan digiring untuk Sastra mengandung eksplorasi
belajar lebih atraktif, penuh dengan gelak dan mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga
tawa ria. Namun demikian pembelajaran tetap menawarkan berbagai bentuk kisah yang
pada porosnya, yaitu kekhidmatan. merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu.
Dalam bidang sastra anak, tentu saja Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang
banyak unsur yang dapat diolah melalui fantasinya baru berkembang dan menerima
bermain. Apalagi memang hakikat sastra anak segala macam cerita terlepas dari cerita itu
itu sendiri lekat dengan istilah permainan. masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra
Dalam permainan, tentu ada aturan, tatanan, tentulah berusaha menyampaikan nilai-nilai
yang memoles sebuah tampilan lebih kemanusiaan, mempertahankan, serta
menyenangkan. Begitu pula dengan permainan menyebarluaskannya termasuk kepada anak-
dalam sastra anak, tentu membutuhkan anak.
berbagai bentuk aturan permainan. Setiap sastra Sesuai dengan sasaran pembacanya,
anak dapat dimainkan dengan berbagai bentuk. sastra anak dituntut untuk dikemas dalam
Permainan sastra anak dapat dikemas bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa
kedalam bentuk performance art-learning, hingga dapat diterima anak dan dipahami
artinya seni pertunjukan. Sastra anak dapat mereka dengan baik. Sastra anak merupakan
diajarkan ke arah seni pertunjukan yang pembayangan atau pelukisan kehidupan anak
menyedot jiwa siswa. Siswa dapat diajak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur
menelusuri sastra menggunakan aneka bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra
pertunjukan. Dengan cara itu, seorang siswa yang ditujukan untuk anak, bukan sastra
akan belajar sastra anak pelan-pelan, penuh tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja
kesenangan. Schechmer (1977:69-81) isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi
memberikan teori penting bagi performance of sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan
art-learning dalam pertunjukan sastra. Dia disesuaikan untuk anak-anak selaku
berpendapat bahwa seni pertunjukan sastra pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)
dapat dibuat seperti halnya drama ataupun Menurut Hunt (dalam Witakania, 2008:
teater. Pelaku drama tentu manusia yang pandai mendefinisikan sastra anak sebagai buku
berdrama. Berdrama artinya pandai memoles bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus
Wahid Khoirul Ikhwan: Upaya Menumbuhkan Karakter Anak dalam Pembelajaran Sastra Anak dengan Model Play-Learning dan Performance-Art Learning di SDN Banyuajuh 4 | 73
cocok untuk, dan yang secara khusus pula mengandung peneladanan yang baik, gaya
memuaskan sekelompok anggota yang kini bahasanya mudah dipahami tapi mampu
disebut anak. Jadi sastra anak adalah buku mengembangkan bahasa anak, sudut pandang
bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak- orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam
anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan jangkauan anak. (Puryanto, 2008: 2)
minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan Sarumpaet (dalam Puryanto, 2008: 3)
tingkat perkembangan emosional dan mengatakan persoalan-persoalan yang
intelektual anak, sehingga dapat memuaskan menyangkut masalah seks, cinta yang erotis,
mereka. kebencian, kekerasan dan prasangka, serta
Tarigan (1995: 5) mengakatakan bahwa masalah hidup mati tidak didapati sebagai tema
buku anak-anak adalah buku yang dalam bacaan anak. Begitu pula pembicaraan
menempatkan mata anak-anak sebagai mengenai perceraian, penggunaan obat
pengamat utama, mata anak-anak sebagai terlarang, ataupun perkosaan merupakan hal
fokusnya. Sastra anak adalah sastra yang yang dihindari dalam bacaan anak. Artinya,
mencerminkan perasaan dan pengalaman anak- tema-tema yang disebut tidaklah perlu
anak masa kini, yang dapat dilihat dan dikonsumsi oleh anak. Akan tetapi, seiring
dipahami melalui mata anak-anak. dengan berjalannya waktu, tema-tema bacaan
Sifat sastra anak adalah imajinasi anak pun berkembang dan semakin bervariasi.
semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur Jenis-jenis bacaan anak misalnya, pada sepuluh
imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra tahun yang lalu sangat sedikit atau bahkan
anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan tidak ada, sangat mungkin telah hadir sebagai
dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas bacaan yang populer tahun-tahun belakangan
milik mereka dan bukan milik orang dewasa. ini.
Sastra anak bertumpu dan bermula pada Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi,
penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra
dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran
kehidupan. (Wahidin, 2009) tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan
Perkembangan anak akan berjalan wajar atas tiga hal, yaitu: (1) sastra anak yang
dan sesuai dengan periodenya bila disugui mengetengahkan tokoh utama benda mati, (2)
bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang sastra anak yang mengetengahkan tokoh
akan dikonsumsikan bagi anak harus utamanya makhluk hidup selain manusia, dan
mengandung tema yang mendidik, alurnya (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh
lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan utama yang berasal dari manusia itu sendiri.
setting yang ada di sekitar mereka atau ada di (Wahidin, 2008)
dunia mereka, tokoh dan penokohan
74 | Widyagogik, Vol.1, No.1, Januari-Juni 2013, 70-84
Ditinjau dari sasaran pembacanya, dibaca oleh anak-anak dalam koran, yang
sastra anak dapat dibedakan antara sastra anak ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop,
untuk sasaran pembaca kelas awal, menengah, cenderung pada masalah-masalah masa
dan kelas akhir atau kelas tinggi. Sastra anak kini. Bahkan yang dialaminya di rumah pun
secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) adalah situasi masa kini. (Tarigan, 1995: 5)
cerita rakyat, baik berupa cerita binatang,
dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi 3. Pembentukan Karakter Anak
sejarah, (4) fiksi realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) Pendidikan budi pekerti yang selama ini
cerita fantasi, dan (7) biografi. Selain berupa diberikan pada siswa-siswi, baik melalui
cerita, sastra anak juga berupa puisi yang lebih pelajaran agama dan Pendidikan Moral
banyak menggambarkan keindahan paduan Pancasila (PMP), tidak berhasil, kalau tidak
bunyi kebahasaan, pilihan kata dan ungkapan, ingin dikatakan gagal total. Kendati pelajaran-
sementara isinya berupa ungkapan perasaan, pelajaran itu isinya bagus, sayangnya itu tidak
gagasan, penggambaran obyek ataupun membekas ke dalam perilaku manusianya.
peristiwa yang sesuai dengan tingkat Pembentukan manusia Indonesia berkarakter
perkembangan anak. (Saryono dalam Puryanto, butuh proses yang tidak sebentar. Jadi, tidak
2008: 3) cukup hanya melalui pelajaran di sekolah, atau
Menurut Puryanto (2008: 7) secara pergaulan di rumah.
garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah: Sebagai contoh keterpurukan karakter
1. Cerita anak mengandung tema yang Indonesiaketika kondisi moral masyarakat pada
mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit- awal reformasi tahun 1998. Pasca kerusuhan
belit, menggunakan setting yang ada di 1997/1998, bangsa Indonesia penuh diliputi
sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan amarah, dendam, caci maki, dan rasa curiga. Ia
penokohan mengandung peneladanan yang meyakini ada yang salah dengan sistem
baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi pendidikan yang selama ini diterapkan di
mampu mengembangkan bahasa anak, negeri ini. Sistem pendidikan nasional telah
sudut pandang orang yang tepat, dan gagal menanamkan karakter yang baik bagi
imajinasi masih dalam jangkauan anak. siswa-siswi.
2. Puisi anak mengandung tema yang Secara spesifik, Ratna (dalam Panjaitan,
menyentuh, ritme yang meriangkan anak, 2008) menyebut tiga unsur yang harus
tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi dilakukan dalam model pendidikan karakter.
yang serasi dan indah, serta isinya bisa Pertama, Knowing the good. Untuk membentuk
menambah wawasan pikiran anak. karakter, anak tidak hanya sekadar tahu
3. Buku anak-anak biasanya mencerminkan mengenai hal-hal yang baik, namun mereka
masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang harus dapat memahami kenapa perlu
Wahid Khoirul Ikhwan: Upaya Menumbuhkan Karakter Anak dalam Pembelajaran Sastra Anak dengan Model Play-Learning dan Performance-Art Learning di SDN Banyuajuh 4 | 75
melakukan hal itu. Selama ini anak tahunya anggota/peserta yang lain
mana yang baik dan buruk, namun anak tidak menang juga (habis), sedangkan
tahu alasannya. yang kalah menjadi pemangsa.
Kedua, Feeling the good. Konsep ini Dengan demikian terbentuklah
mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk dua kelompok yang seimbang
melakukan perbuatan baik. Di sini anak dilatih kekuatannya.
untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang b) Ketua kelompok yang menang
dia lakukan. Jika Feeling the good sudah dan yang kalah membuat
tertanam, itu akan menjadi “mesin” atau gandengan tangan seperti
kekuatan luar biasa dari dalam diri seseorang lorong rel kereta api.
untuk melakukan kebaikan atau menghindarkan c) Anggota/peserta bergandengan
perbuatan negatif. membentuk ular. Setelah
Ketiga, Acting the good. Pada tahap ini, membentuk menjadi ular,
anak dilatih untuk berbuat mulia. Tanpa mereka memasuki lorong
melakukan apa yang sudah diketahui atau kereta api yang telah di bentuk
dirasakan oleh seseorang, tidak akan ada oleh masing-masing kelompok,
artinya. Selama ini hanya imbauan saja, sambil bernyanyi ular tangga,
padahal berbuat sesuatu yang baik itu harus setelah lagu yang dinyanyikan
dilatih, dan menjadi bagian dari kehidupan selesai maka lorong kereta api
sehari-hari. menutup dan salah satu anggota
Ketiga faktor tersebut harus dilatih (bagian dari ular tangga
secara terus menerus hingga menjadi tertangkap/berada di antara
kebiasaan. Jadi, konsep yang dibangun, adalah lorong kereta api)
habit of the mind, habit of the heart, dan habit d) Bagian yang tertangkap harus
of the hands. memilih salah satu pertanyaan
yang diajukan oleh kedua ketua.
Pembahasan Setelah anggota memilih,
1. Nilai Karakter Lagu Daerah dalam anggota tersebut berada di
Permaianan Madura belakang ketua yang dipilih.
a. Permainan Seppor Mangkat Begitu seterusnya.
(1) Langkah-Langkah Permainan e) Setelah bagian ular tangga
SepporMangkat habis, kedua kelompok
a) Berunding dengan “suten”. melakukan “suten” lagi, yang
Yang menang berkumpul nantinya bagi yang menang
dengan yang menang sampai
76 | Widyagogik, Vol.1, No.1, Januari-Juni 2013, 70-84
c. Permainan Cik-Kecikan
(1) Syarat Permianan
a) Mereka membentuk dua kelompok
yang seimbang. Masing-masing
kelompok jumlah anggotanya lima
(2) Langkah Permainan
orang. Kelompok yang bermain
a) Masing- masing anak mencari
ini, harus anak-anak yang sejenis,
pasangan yang sebaya atau yang
laki-laki saja atau perempuan saja.
fisiknya seimbang. Lalu
Hal ini, diakibatkan karena ada
berunding dengan “suten”. Yang
konsekuensi kalah menang dengan
menang berkumpul dengan yang
imbalan gendongan.
menang, begitu pula yang kalah
b) Peralatan yang dipergunakan
berkumpul dengan yang kalah.
dalam permainan ini adalah dua
Dengan demikian terbentuklah
buah kecik. Masing-masing
dua kelompok yang seimbang
kelompoknya dengan sebuah atau
kekuatannya. Masing-masing
sebiji kecik, sebab fungsinya
kelompok memilih ketua atau
hanya dialihkan dari pemain yang
pemimpinnya. Biasanya yang
satu kepada pemain yang lain.
dipilih adalah anak yang
c) Selanjutnya sebuah halaman yang
terampil dan dianggap paling
cukup luas untuk arena permainan.
cerdik.
Dan di halaman tersebut
b) Di atas tanah ini dibuatlah jarak
digambarkan pola lantai, yakni
pemisah antara dua kelompok.
garis paralel a dan b untuk
Setelah dibuat garis pemisah,
memisahkan kedua kelompok
kedua kelompok menempati
yang saling berhadapan sejauh
kedudukan masing-masing di
78 | Widyagogik, Vol.1, No.1, Januari-Juni 2013, 70-84
guru telah menggunakan alat peraga yang Desember 2009 (diunduh 24 Mei
sesuai dengan materi pelajaran dan 2011 09:30 WIB)
menggunakan pendekatan keterampilan proses Huck, Charlotte S, Susan Hepler, dan Janet
pada konsep alat pencernaan makanan pada Hickman. 1987. Children’s
manusia Literature in The lementary School.
New York: Holt, Rinehart and
Penutup Winston.
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang
Panjaitan, Ade Jun. 2008. Keluarga, Kunci
telah dilaksankan Peneliti telah menyajikan
Pembentukan Karakter anak.
hasil observasi dari pembentukan karakter yang
http://invertorindonesia.com.
peneliti sajikan dalam bentuk tabel ; ( Hasil
(diunduh 25 Mei 2011 10.00 WIB
Pengolahan Data ).
Saxbya, Maurice. 1991. “The Gift Wings: The
Setelah adanya perbaikan terlihat
Value of Literature to
perubahan nilai yang signifikan dari nilai rata-
Children”,dalam aurice Saxby &
rata siswa kelas V SDN Banyuajuh 4 Kamal
Gordon Winch (eds). Give Them
dari 73,66 menjadi 83,22 atau semula 7 orang
Wings, The Experience of Children’s
siswa atau 28,2% yang mampu menguasai
Literature, Melbourne: The
materi 60% keatas, sesudah perbaikan ada 15
Macmillan Company, hlm. 3─118.
orang siswa atau 100 % yang mampu
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar
menguasai materi karakter.
Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Perbaikan pembentukan karakter
Witakania. 2008. Aspek Psikopedagogik dalam
dengan menggunakan alat bantu model Play-
Sastra Anak.
Learning dan Performance Art-Learning dapat
Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam
meningkatkan hasil belajar siswa terlihat nilai
Teks Sastra di Sekolah. Makalah -
rata-rata dari siklus I 73,66 dan siklus II 83,22.
dalam Konferensi Internasional
Kesusastraan XIX HISKI.
Wahidin. 2009. Hakikat Sastra Anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahku-
makalahmu.wordpress.com/
Hidayati, Nia. 2009. Manfaat Cerita bagi
2009/03/18/hakikat-sastra-anak/
Kepribadian Anak.
(diunduh 11 September 2009 06:42
http://m.niahidayati net. Sucribe 25n
WIB).