Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

KHALIMATUL KHASANAH C 301 17 023


NI KADEK SUDAN I C 301 17 045
MELINDA TRISNAWATI C 301 17 053
NURUL AINUN C 301 17 112
SITI ATIKAH RAHAYU C 301 17 117
ARYO PRATAMA C 301 17 060
I GEDE YOGA C 301 17 204
JIHAN SAFIRA C 301 17 262

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan


kepada kami dalam proses pembuatan makalah dengan pembahasan mengenai
“ANALISIS LAPORAN KEUANGAN”.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata
kuliah ANALISIS LAPORAN KEUANGAN yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami termotivasi dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.

Kami menyadari bahwa tidak ada hasil karya manusia yang sempurna.
Makalah ini pun tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 05 Maret 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………................…………i

DAFTAR ISI…………………………………………………….……….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang……………………………………………………1

1.2.Rumusan Masalah……………………………………..……….....1

1.3.Tujuan………………………………………………………….....2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pendanaan utang dan implikasinya…………………………….....3

2.2. Analisis sewa dan penyesuaian terhadap laporan keuangan

…………………………………………………………………....5

2.3. Pengungkapan liabilitas kontijensi dan implikasinya…………....8

2.4. pembiayaan diluar laporan posisi keuangan dan analisis resiko


…………………………………………….………………..…....12
2.5. Modal saham………………………………………..…….…...…13
2.6. Saldo laba dan distribusi melalui dividen…………………....…..17
2.7. Liabilitas di ujung ekuitas ………………………………......…..19
2.8. Penilaian dan resiko pascakerja…………………………….……19

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN………………………………………….….…....22

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….………..21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban
merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran
dimasa depan dalam bentuk uang, jasa, atau aset lainnya. Kewajiban merupakan klaim
pihak luar atas asset dan sumber daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat
berupa pendanaan atau operasi dan biasanya didahulukan dari pada pemegang ekuitas.
Kewajiban pendanaan merupakan seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel
berjangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka
pendek, dan sewa.

Aktivitas pendanaan(financing activities) adalah metode yang digunakan dalam


perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan.
Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas pemilik atau
pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi
aktivitas pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan
merupakan sumber potensial untuk pendanaan. Investor menyediakan pendanaan
dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi, setelah
mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko.

Pengembalian (return) adalah bagian dari investor ekuitas atas laba atau reinvestasi
laba. Distribusi laba (earning distribution) adalah pembayaran dividen kepada pemegang
saham. Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk tunai atau dividen saham, atau
secara tidak langsung melalui pembelian kembali saham. Pembayaran dividen
(dividend payout) mengacu pada proporsi laba yang didistribusikan, yang sering
dinyatakan dalam rasio atau prosentase, yaitu rasio pembayaran dividen (dividend
payout ratio)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendanaan utang dan implikasinya?
2. Bagaimana analisis sewa dan penyesuaian terhadap laporan keuangan?
3. Bagaimana analisis pengungkapan liabilitas kontijensi dan implikasinya?
4. Bagaimana pembiayaan diluar laporan posisi keuangan dan analisis resiko?
5. apa yang dimaksud dengan modal saham?

1
6. Apa yang dimaksud dengan saldo lama dan bagaimana distribusinya melalui dividen?
7. Apa yang dimaksud dengan liabilltas di ujung ekuitas?
8. Bagaimana penilaian dan resiko perusahaan pascakerja?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pendanaan utang dan implikasinya.
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis sewa dan penyesuaian terhadap laporan
keuangan.
3. Untuk mengetahui bagaimana analisis pengungkapan liabilitas kontijensi dan
implikasinya.
4. Untuk mengetahui bagaimana pembiayaan diluar laporan posisi keuangan dan analisis
resiko.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan modal saham.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan saldo lama dan bagaimana distribusinya
melalui dividen.
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan liabilltas di ujung ekuitas.
8. Untuk mengetahui bagaimana penilaian dan resiko perusahaan pascakerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENDANAAN UTANG DAN IMPLIKASINYA

1. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar atau jangka pendek merupakan kewajiban yang pelunasannya


memerlukan penggunaan aktiva lancar atau munculnya kewajiban lancar lainnya. Pada
praktiknya, kewajiban lancar dicatat pada nilai jatuh temponya, bukan pada nilai
sekarangnya, karena pendeknya waktu penyelesaian utang. Terdapat 2 jenis kewajiban
lancar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi, meliputi utang pajak, pendapatan
diterima di muka (unearned revenue), uang muka, utang usaha dan akrual beban operasi
lainnya. Jenis kedua kewajiban lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman
jangka pendek dan bagian utang jangka panjang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun.

Perusahaan menunjukkan kemampuan pendapatan kembali jangka panjang dengan cara :


(1) telah menerbitkan efek utang jangka panjang atau efek ekuitas untuk  menggantikan
kewajiban jangka pendek setelah tanggal neraca namun sebelum diumumkan, atau (2)
telah melakukan kesepakatan dengan sumber pendanaan yang menyetujui pendanaan
kembali utang jangka pendek saat jatuh tempo. Lesepakatan pendanaan yang dapat
dibatalkan karena perlanggaran persyaratan yang dapat dievaluasi secara berbeda oleh
pihak yang bersepakat (seperti “perubahan material yang bertolak belakang” atau
“kegagalan untuk mempertahankan operasi yang memuaskan”) tidak memenuhi kondisi
ini.

2. Kewajiban Tak Lancar

Kewajiban tak lancar atau jangka panjang merupakan kewajiban yang tidak jatuh tempo
dalam waktu satu tahun atau 1 siklus operasi, mana yang lebih panjang. Kewajiban ini
meliputi pinjaman, obligasi, utang dan wesel bayar. Obligasi merupakan bentuk
kewajiban tak lancar yang umum. Nilai nominal obligasi bersama tingkat kuponnya
menentukan bunga tunai yang dibayarkan atas obligasi tersebut. Kewajiban yang umum
lainnya adalah komitmen pembelian. Komitmen seperti ini memerlukan pengungkapan
jika kewajiban pembelian tanpa syarat ini menyediakan pendanaan bagi untuk pemasok
dan tidak diakui dalam neraca pembeli.

3
3. Analisis Kewajiban

Kewajiban merupakan klaim terhadap perusahaan sehingga kita memerlukan keyakinan


bahwa perusahaan mencatatnya. Pencatatan ini meliputi pengungkapan jumlah dan
tanggal jatuh tempo, termasuk kondisi, halangan, dan batasan yang diberlakukan pada
perusahaan. Auditor merupakan satu sumber keyakinan dalam identifikasi dan
pengukuran kewajiban. Sumber keyakinan lain adalah akuntansi berpasangan atau ayat
berganda (double-entry accounting) yang mensyaratkan adanya penyeimbang antara
perolehan aktiva, sumber daya atau beban dengan atau pembebanan sumber daya. Namun
demikian, tidak terdapat keharusan perjurnalan untuk sebagian besar komitmen dan
kewajiban kontijen. Dalam kasus ini, analisis kita sering kali harus didasarkan pada
catatan atas laporan keuangan dan pada komentar manajemen dalam laporan tahunan,
serta dokumen-dokumen terkait. 

Fitur penting dalam analisis kewajiban, yaitu :

1) Ketentuan utang (seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, pola pembayaran,
dan jumlah)
2) Pembatasan pemakaian sumber daya dan pelaksanaan aktivitas bisnis.
3) Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan selanjutnya.
4) Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas (dept to
equity), dan ukuran keuangan lain.
5) Fitur konversi kewajiban yang bersifat difusi.
6) Larangan atas pembayaran-pembayaran seperti dividen.

4
2.2. Analisis sewa dan penyesuaian terhadap laporan keuangan

Sewa merupakan bentuk pendanaan yang populer, khususnya dalam


beberapa industri tertentu. Sewa (lease) merupakan perjanjian kontraktual
antara pemilik (lessor) dan penyewa (lesse). Perjanjian tersebut
memberikan hak kepada lesse untuk menggunakan aset yan dimiliki oleh
lessor, selama masa sewa. Sebagai balasannya, lesse membayar sewa yang
disebut pembayaran sewa minimum (minimum lease payment–MLP).

Dua metode alternatif untuk akuntansi sewa mencerminkan perbedaan


dalam kontrak sewa. Sewa yang mengalihkan manfaat dan risiko
kepemilikan secara substansial dicatat sebagai perolehan aset dan
menimbulkan kewajiban bagi lessee. Sama halnya dengan lessor yang
mencatat sewa tersebut sebagai penjualan dan transaksi pendanaan. Jenis
sewa ini disebut sewa pendanaan (capital lease). Jika diklasifikasikan
sebagai sewa guna modal usaha ini, baik aset yang disewakan maupun
kewajiban sewa diakui dalam neraca. Sewa lainnya dicatat sebagai sewa
operasi (operating lease). Dalam hal operating lesse (lessor) mencatat MLP
sebagai beban (pendapatan) sewa, dan tidak ada aset atau kewajiban yang
diakui dalam neraca.

Akuntansi dan Pelaporan Sewa

 Klarifikasi dan Pelaporan Sewa

Lesse mengklarifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease.


Jika pada saat terjadinya, transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari
empat kriteria sebagai berikut:

1. Terdapat transfer kepemilikan aset kepada lesse pada akhir masa sewa

2. Terdapat opsi untuk membeli aset pada harga murah (bargain price)

3. Masa sewa 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis asset

5
4. Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa minimum lainnya
sebesar 90% atau lebih dari nilai wajar aset dikurangi dengan kredit pajak
investasi yang ditahan oleh lessor.

Aturan akuntansi mensyaratkan lessee untuk mengungkapkan, biasanya


dalam catatan atas laporan keuangan, hal-hal sebagai berikut:

1. MLP dimasa depan secara terpisah untuk capital lease dan operating
lease untuk masing-masing tahun selama lima tahun mendatang dan total
setelahnya

2. Beban sewa untuk masing-masing periodee yang dilaporkan di laporan


laba rugi.

 Akuntansi Sewa–Sebuah Ilustrasi

Dampak penting metode akuntansi sewa terhadap laporan keuangan


adalah meskipun operating lease lebih sederhana, namun capital lease
secara konseptual lebih unggul, dipandang dari perspektif neraca maupun
laporan laporan laba rugi. Dari sudut pandang neraca, akuntansi capital
lease mengakui manfaat (aset) dan kewajiban yang timbul dari transaksi
sewa. Sebaliknya, metode operating lease mengabaikan manfaat dan
kewajiban tersebut dan sepenuhnya mencerminkan dampaknya hanya di
akhir masa sewa. Neraca dalam operting lease gagal mencerminkan aset
dan kewajiban sewa perusahaan.

 Pengungkapan Sewa

Aturan akuntansi mensyaratkan perusahaan dengan capital lease untuk


melaporkan aset sewa maupun kewajiiban sewa dalam neraca. Terlebih
lagi, perusahaan harus mengungkapan komitmen sewa di masa depan
untuk capital lease dan operating lease yang tidak dapat dibatalkan.
Pengungkapan ini berguna untuk tujuan analisis.

6
 Analisis Sewa

Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease terhadap
analisis laporan keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk yang spesifik
tentang bagaimana menyesuaikan laporan keuangan untuk operating lease
yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.

 Dampak Operating Lease

Insentif bagi lesse untuk menstruktur sewa sebagai operating lease


terkait dengan dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba
rugi. Dampak pada laporan keuangann ini adalah :

1. Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya


dengan tidak menyajikan pendanaan sewa dalam neraca. Selain
menyembunyikan dari neraa, hal tersebut juga menaikkan rasio
solvabilitas (seperti dept to equity) yang sering digunakan dalam analisi
kredit.

2. Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya. Hal ini
dapat meningkatkan rasio tingkat pengembalian investasi, terutama rasio
perputaran aset (assets turnover ratios)

3. Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital


lease. Artinya, operating lease melaporkan laba lebih tinggi di awal masa
sewa dan melaporkan lebih rendah di kahir masa sewa.

4. Operating lease menyajikan kewajiban lanacar lebih rendah dari


seharusnya dengan tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun dalam neraca. Hal tersebut meningkatkan
rasio lancar dan pengukuran likuiditas lainnya.

5. Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa. Dengan demikian,


operating lease menyajikan lebih rendah dari ynag seharusnya laba operasi

7
dan beban bunga. Hal tersebut menaikkan coverage ratio seperti times
interest earned.

2.3. PENGUNGKAPAN LIALIBILITAS KONTIJENSI DAN


IMPLIKASINYA

Liabilitas kontinjensi adalah:
1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali entitas; atau
2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu,
tetapi tidak diakui karena:
3. Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomik (selanjutnya disebut
sebagai “sumber daya”) untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
4. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Kontijensi (contingencies) merupakan keuntungan dan kerugian


potensial yang penyelesaiannya bergantung pada satu atau lebih
peristiwa di masa depan. Kontijensi rugi yang disebut liabilitas
kontijensi (contingencies liability) merupakan klaim potensial atas
sumber daya perusahaan dan timbul dari perkara hukum, ancaman
pengambilalihan, penagihan piutangm klaim atas garansi produk atau
kerusakan produk, garansi kinerja, perhitungan pajak, risiko yang
diasuransikan sendiri dan kerugian properti.

ANALISIS LIABILITAS KONTIJENSI

Liabilitas kontijen yang dilaporkan seperti garansi jasa


merupakan estimasi. Keakuratan analisis atas liabilitas ini bergantung
pada keakuratan pada estimasi tersebut yang sering kali didasarkan

8
pada pengalaman masa lalu perusahaan atau harapan di masa depan.
Cadangan untuk kerugian di masa depan merupakan jenis kontijensi
lainnya yang perlu diperiksa. Konservatisme dalam akuntansi
meminta perusahaan untuk mengakui kerugian saat perusahaan dapat
menentukannya atau dapat meramalkannya.

Keuntungan kontinjensi.

Keuntungan kontinjensi (gain contingencies) adalah klaim atau hak


untuk menerima aset (atau memiliki liabilitas yang menurun)  yang
keberadaannya tidak pasti tetapi pada akhirnya akan menjadi sah. Jenis
keuntungan kontinjensi yang khas adalah :
a. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadia, sumbangan, bonus, dan
lain sebagainya.
b. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.
c. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan
d. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.

Kerugian Kontinjensi.
Kerugian kontingensi (loss contiengencies) adalah situasi yang
melibatkan ketidakpastian atas kemungkinan terjadinya kerugian.
Liabilitas yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi menurut
defenisinya disebut sebagai liabilitas kontinjen. Liabilitas kontijen
(contiegencies liabilities) adalah liabilitas yang bergantung pada terjadinya
atau tidak terjadinya satu atau lebih kejadian di masa depan untuk
mengkonfirmasi jumlah utang, pihak yang dibayar, tangal pembayaran,
atau keberadaannya.
Apabila terdapat kerugian kontinjensi, maka kemungkinan bahwa
kejadian di masa depan akan menguatkan terjadinya liabilitas dapat
berkisar dari sangat mungkin hingga kurang mungkin.

9
Peristiwa yang mengikat adalah peristiwa yang menimbulkan
kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif yang mengakibatkan entitas
tidak memiliki alternatif lain kecuali menyelesaikan kewajiban tersebut.

Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.


Restrukturisasi adalah program yang direncanakan dan dikendalikan oleh
manajemen dan secara material mengubah:
1. lingkup kegiatan usaha entitas; atau
2. cara mengelola usaha.

PENGAKUAN

Provisi diakui jika:


1. entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
2. kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan
arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomik; dan
3. estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.

Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui. Entitas
tidak diperkenankan untuk mengakui liabilitas dan aset kontinjensi.

PENGUKURAN
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik
pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada
akhir periode pelaporan. Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi,
entitas mempertimbangkan berbagai risiko dan ketidakpastian yang selalu
mempengaruhi berbagai peristiwa dan keadaan. Jika nilai waktu dari uang
cukup material, maka jumlah provisi adalah nilai kini dari perkiraan
pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. Peristiwa
masa datang yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti

10
obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi. Keuntungan sehubungan dengan
rencana pelepasan aset tidak boleh dipertimbangkan dalam menghitung
suatu provisi.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Liabilitas kontingensi tidak disajikan pada neraca, namun demikian
harus mengungkapkan liabilitas kontingensi pada Catatan atas Laporan
Keuangan untuk setiap jenis liabilitas kontingensi pada tanggal neraca.
Pengungkapan tersebut dapat meliputi:
a. Karakteristik liabilitas kontingensi.
b. Estimasi dari dampak finansial yang diukur.
c. Indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu
arus keluar sumber daya;
d. Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga

PENGGANTIAN
Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan
provisi diganti oleh pihak ketiga, maka penggantian itu diakui hanya pada
saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti akan diterima jika entitas
menyelesaikan kewajiban. Penggantian tersebut diakui sebagai aset yang
terpisah. Jumlah yang diakui sebagai penggantian tidak boleh melebihi
nilai provisi. Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain,
beban yang terkait dengan provisi dapat disajikan secara neto setelah
dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantiannya.

11
2.4. PEMBIAYAAN DI LUAR LAPORAN POSISI KEUANGAN
DAN ANALISIS RESIKO

Pembiayaan di luar laporan posisi keuangan (of-balence-sheet


fianancing) adalah tidak tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu,
transaksi yang memenuhi pengertian ini seperti operating lease tidak dapat
dibedaka dengan capital lease. Selain sewa terdapat rancangan pendanaan
diluar neraca lainnya muali dari yang sederhana hingga yang kompleks,
rancangan ini merupakan berbagai dari tatanan yang selalu berubah
,dimana saat ketentuan akuntansi atas transaksi di luar pendanaan neraca di
terapkan untuk mencerminkan kewajiban diciptakan transaksi baru  yang
inovatif untuk menggantinya.
Contoh Pendanaan Diluar Neraca
Contoh rancangan ini adalah purchase agreement dan trought-put
agreement dimana perusahaansepakat untk membeli barang sejumlah
tertentu melalui fasilitas pemrosesan ,atau take-or-pray agreement dimana
perusahaan memberikan jaminan unntuk membayar sejumlah tertentu
barang ,di perlukan atau tidak.

Entitas bertujan Khusus   


Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entitas _spe),yang
sekarang menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya enron telah menjadi
mekanisme pandanaan yang sah setelah lebi dario dua dekade dan menjadi
dua bagian yang tak terpisahkan darib keuanganperusahaan saat ini.konsp
SPE  adalah:
 SPE di bentuk oleh perusahaan sponsor dan di kapitalisasi dengan
investasi ekuitas ,beberapa di antarana harus berasal dari pihak ketiga yang
independen
 SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar
kredit dan membeli aset dari atau untukmperusahaan sponsor

12
 Arus kas dari aset digunakan untuk membayar hutang dan menyediakan
pengembalian bagian investor ekuitas.
Terdapat dua alasan untuk kepopoleran SPE:
1.      SPE dapat menyediakan alternatif pendanaan berbiaya rendah daripada
meminjam langsung dari pasar kredit.
2.     Dalam GAAP sekarang SPE di strukturkan dengan benar, SPE
diperlukann sebagai entitas terpisah ,tidak dikonsolidasikan dengan
perusahaan sponsor, dengan demikian perusahaan dapat menggunakan
SPE untuk melakukan transaksi di luar neraca untuk memindahkan
aset,kewajiban atau keduanya dari neraca.
Petunjuk GAAP tentang akuntansi untuk SPE dan aturan konsolidasinya
dengan perusahaan sponsor di sediakan dalam SFAS 140 dan FIN 46 R .

2.5. MODAL SAHAM

Pengertian Modal Saham


Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak
sebagai berikut :
1) Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan
yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham.
2) Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang
dibagi oleh perusahaan.
3) Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar
proporsi pemilikan saham masing – masing pemegang saham dapat tidak
berubah.

13
4) Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal
perusahaan dilikuidasi.

Apabila perusaan itu mengeluarkan satu saham maka seluruh pemegang


saham mempunyai hak yang sama,tetapi bila saham yang dikeluarkan itu
lebih dari satu jenis maka yang diberikan kepada masing – masing jenis
berbeda, tergantung pada kontrak pengeluaran saham yang disetujui.
Dalam akta pendirian perusahaan disebutkan jumlah lembar saham yang
akan dikeluarkan, jumlah yang sudah disetor dan nilai nominal saham
adalah nilai yang tercantum dalam tiap – tiap lembar saham,yaitu nilai
yang ditetapkan untuk masing – masing lembar.
Jenis – Jenis Saham
Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham –
saham itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang
dikeluarkan itu 2 macam,yang satu adalah saham biasa dan yang lain
adalah saham prioritas (preferred stock).Berikut ini diuraikan mengenai
masing – masing jenis saham yaitu :
1. Saham biasa
Saham biasa adalah saham yang melunasinya dilakukan dalam urutan yang
paling akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi, sehingga risikonya adalah
yang paling besar. Karena risikonya besar, biasanya jika usaha perusahaan
berjalan dengan baik maka dividen saham biasa akan lebih besar daripada
saham prioritas.
2. Saham prioritas
Saham yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya dihubungkan
dengan pembagian deviden dan pembagian aktiva pada saat perusahaan
dilikuidasi. Dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang
dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada
kelebihan baru dibagikan kepada pemegang saham biasa.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritasnya yaitu :
a. Saham Prioritas Kumulatif dan tidak Kumulatif

14
Saham prioritas kumulatif: adalah saham prioritas yang devidennya setiap
tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham. Jika dalam suatu tahun
deviden tidak dapat dibayar, maka pada tahun-tahun berikutnya deviden
yang belum dibayar harus dilunasi lebih dulu, sehingga dapat mengadakan
pembagian deviden untuk saham biasa.
Saham prioritas tidak kumulatif: deviden tahun-tahun sebelumnya yang
belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun-tahun berikutnya. Jika akan
membayar deviden untuk saham biasa, kewajibannya hanya membayar
deviden saham prioritas untuk tahun tersebut.
b. Saham prioritas berpartisipasi dan tidak berpartisipasi
Saham prioritas berpartisipasi adalah : jika saham prioritas berhak atas
deviden dengan jumlah yang sama besar dengan saham biasa sesudah
saham biasa mendapat deviden sebesar persentase deviden saham prioritas.
Saham prioritas tidak berpartisipasi adalah: saham prioritas akan mendapat
deviden sampai jumlah tertentu (dinyatakan dalam %) yang ditetapkan
sesudah saham biasa mendapat deviden dengan tarif yang sama dengan
saham prioritas.
c. Saham Prioritas atas aktiva dan dividen pada saat likuidas
Saham dengan preferensi seperti ini pada saat likuidas akan tetap
menerima dividen yang belum bayar, walaupun saldo laba tidak dibagi
mencukupi. Sesudah pelunasi dividennya, saham prioritas ini dilunasi. Jika
saldo laba tidak dibagi tidak mencukupi maka pelunasan dividen dan
nominal saham prioritas dilakukan dari modal yang disetor dari saham
yang biasa.
Saham biasa yang pelunasannya jatuh pada urutan terakhir akan menerima
jumlah pengembalian sebesar sisa modal disetor yang masih ada. Dapat
terjadi sisanya nol sehingga saham biasa tidak memperoleh pengembalian.
d.Saham prioritas yang dapat ditukar dengan Saham Biasa
kadang – kadang saham prioritas mempunyai preferensi dapat ditukar
dengan saham biasa pemegang saham prioritas jenis ini akan menukarkan
sahamnya dengan saham biasa dalam keadaan dividen yang dibagi untuk

15
saham biasa tiap tahunnya lebih besar dari pada dividen untuk saham
prioritas.
Apabila keaadaan seperti yang disebutkan diatas diperkirakan akan
berlangsung terus maka lebih menguntungkan memiliki saham biasa dari
pada saham prioritas karena saham biasa mempunyai klaim yang tidak
terbatas atas laba.
Pencatatan Modal Saham
Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu
diketahui istilah – istilah sebagai berikut :
(a) Modal saham statuter atau modal saham yang diotorisasi yaitu : jumlah
saham yang dapat dikeluarkan sesuai dengan akte pendirian perusahaan.
(b) Modal saham yang beredar: jumlah saham yang sudah dijual (beredar).
(c) Modal saham belum beredar yaitu: jumlah saham yang sudah
diotorisasi tetapi belum dijual.
(d) Treasury stock yaitu : modal saham yang sudah dijual dan sekarang
dibeli kembali oleh perusahaan.
(e) Modal saham dipesan: jumlah saham yang disisihkan karena sudah
dipesan untuk dibeli.
Analisis Modal Saham
Akun-akun dalam ekuitas pemengang saham umumnya tidak
mempengaruhi penentuan laba, sehingga tidak banyak mempengaruhi
analisis laba. Informasi yang lebih relevan bagi analisis adalah komposisi
pos modal dan pembatasan-pembatsaan yang berlaku. Komposisi ekuitas
penting karena  dapat mempengaruhi hak sisa atas saham biasa,serta hak
dan resiko atas pengembalian bagi investor ekuitas.

16
2.6. SALDO LABA DAN DISTRIBUSI MELALUI DIVIDEN

A. SALDO LABA

Saldo Laba yakni Earned Capital yang tidak didistribusikan kepada


pemegang saham sebagai dividen dan tetap diinvestasikan dalam
perusahan.

Perusahaan dapat melakukan pembatasan atau restriksi atau


mengalokasikan atas penggunaan sebagian dari saldo laba untuk tersebut,
hal tersebut mencakup:

1. Retriksi Hukum
Yakni dimana negara mensyaratkan perusahaan untuk merestriksi
biaya dari saham treasuri dari pembagian dividen.
2. Retriksi Kontraktual
Kontrak utang jangka panjang dapat membatasi pengguaan aset
untuk pembayaran dividen sebagai bagian dari utang yang akan
meretriksi penggunaan saldo laba untuk pembayaran dividen.

3. Restriksi Sukarela

Merestriksi saldo laba untuk tujuan khusus perusahaan.

Ketika perusahaan melakukan restriksi atas sebagian dari saldo laba, maka
perusahaan tidak dapat menggunakan keseluruhan saldo laba untuk
pengembagan usahanya, karena saldo laba yang telah di restriksi harus
digunakan untuk tujuan khususnya. Untuk menginformasikan stakeholder
maka perusahaan membagi saldo laba menjadi Saldo Laba dan Saldo Laba
yang Direstriksikan.

B. DIVIDEN

Dividen yakni bagian laba perusahaan yang telah ditentukan presentasenya


untuk didistribusikan kepada pemegang saham. Perusahaan mengeluarkan
dividen berdasarkan keputusan yang diambil dalam Rapat Umum

17
Pemegang Saham (RUPS). Pertimbangan-pertimbagan perusahaan dalam
memberikan dividen yakni sebagai berikut.

1. Memenuhi ketentuan yang disebutkan dalam perjanjian dengan


kreditor
2. Memenuhi ketentuan pendirian perusahaan
3. Memenuhi pendanaan yang dibutuhkan perusahaan dalam rangka
pertumbuhan atau ekspansi lebih lanjut
4. Menciptakan skema pembagian dividen yang stabil
5. Menciptakan cadangan untuk menghadapi potensi kerugian yang
dihadapi perusahaan di masa mendatang

Bentuk dividen yang paling umum adalah dividen kas, yaitu perusahan
mendistribusikan kas kepada pemegang saham sebesar proporsi tertentu,
mengacu pada rasio pembagian dividen, dari laba bersih. Adapun bentuk
lain dari dividen selain dari dividen kas diantaranya sebagai berikut.

1. Dividen Saham
Pembagian saham perusahaan yang bersangkutan secara pro-rata
kepada pemegang sahamnya. Di Indonesia hal ini dikenal sebagai
saham bonus.

2. Dividen Properti
Dividen yang terutang dari aset perusahaan dalam bentuk selain
kas disebut dividen properti. Bentuknya dapat beragam seperti
barang, persediaan perusahaan, real estate, investasi, dan lain-lain.
3. Dividen Scrip
Merupakan surat promes yang menyetakan tanda kesediaan
membayar sejumlah uang tunai tertentu kepada para pemegang
saham sebagai dividen. Seperti surat promes lainnya, surat ini
berbunga sampai dengan dibayarkannya uang tersebut kepada
pemegang saham yang berhak.

18
4. Dividen Likuidasi
Beberapa perusahaan menggunakan modal disetor sebagai basis
dari dividen.

2.7. LIABILITAS DI UJUNG EKUITAS

 Saham preferen yang dapat ditarik kembali


Analisis harus mewaspadai sekuritas ekuitas (umumnya saham
preferen) yang memiliki provisi penarik kembali wajib, yang
membuatnya lebih mirip utang dari pada ekuitas. Sekuritas tersebut
mengharuskan perusahaan untuk membayar dana pada tanggal
tertentu. Sekuritas ekuitas yang sesungguhnya tidak memiliki
ketentuan seperti itu.

2.8. PENILAIAN DAN RESIKO PERUSAHAAN PASCAKERJA

MANFAAT PASCAPENSIUN

Pemberi kerja sering menyediakan manfaat bagi pekerja


pascpensiun. Terdapat dua bentuk manfaat pascapensiun ini :

 Manfaat pensiun (pension benefit), dimana pemberi kerja menjanjikan


manfaat moneter kepada pekerja pascapensiun.
 Manfaat lain pascapensiun pekerja dimana pemberi kerja memberikan
manfaat lain (biasanya nonmoneter) pascapensiun terutama pemeliharaan
kesehatan dan asuransi jiwa. Kedua jenis manfaat menghadirkan tantangan
konseptual yang sama bagi akuntansi dan analisis.

Analisis pengungkapan manfaat pascapensiun penting dilakukan,


karena besarnya kewajiban maupun karena kompleksitas aturan akuntansi.
Terdapat prosedur lima langkah untuk menganalisis manfaat pascpensiun :

19
 Menentukan dan merekonsiliasi biaya dan kewajiban (atau aset) manfaat
ekonomis dan yang dilaporkan.
 Membuat penyesuaian yang diperlukan atas laporan keuangan.
 Mengevaluasi asumsi aktuaria dan dampaknya pada laporan keuangan.
 Memeriksa paparan risiko pensiun.
 Mempertimbangkan implikasi arus kas program manfaat pascapensiun.

Paparan Resiko Pensiun

Program pensiun dapat menghadapkan perusahaan pada resiko tertentu.


Resiko ini muncul dalam hal asset program mempunyai profit resiko yang
berbeda dengan kewajiban pensiun khususnya jetika perubahan nilai pasar
suatu asset program tidak mempunyai profit resiko berbeda dengan
perubahan ada kewajiban pensiun. Nilai kewajiban pensiun sensitive
terhadap perubahan tingkat diskontoyang kemudian merefleksikan hasil
obligasi perusahaan atau tingkat bunga. Resiko pensiun secara teknik dapat
dapat mendefiniikan sebagai profitabilitas. Ketidak mampuan suatu
perusahann membayar kewajiban pensiun tahun berjalan. Factor yang
menentukan resiko pensiun suatu perusahaan yaitu :

 Intensitas pensiun, yaitu besaran kewajiban pensiun ( asset program )


sehubungan dengan pos aset lainnya dalam perusahaan tersebut.
 Sejauh mana profit resiko dari asset program salah dikaitkan
( mismatched) dengan kewajiban pensiunnya. Seorang analisa harus
menilai masing-masing factor diatas dalam rangka paparan resiko pensiun
perusahaan.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Aktivitas pendanaan(financing activities) adalah metode yang
digunakan dalam perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar
kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Terdapat dua sumber pendanaan
eksternal yaitu investor ekuitas pemilik atau pemegang saham) dan
kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi aktivitas
pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan
merupakan sumber potensial untuk pendanaan. Investor menyediakan
pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi,
setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected
return) dan risiko.

21
DAFTAR PUSTAKA

Subramanyam, John J. Wild, Analisis Laporan Keuangan (Buku Satu), Salemba


Empat, Jakarta, 2010.

https://accounting.binus.ac.id/2017/08/15/psak-57-penyesuaian-2014-provisi-
liabilitas-kontinjensi-dan-aset-kontinjensi/

http://kantor-akuntan-audit-pajak.blogspot.com/2015/01/liabilitas-kontinjensi-
dan-liabilitas.html

http://memebali.blogspot.com/2013/08/analisis-aktivitas-pendanaan.html

22

Anda mungkin juga menyukai