Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTOKSIKOLOGI

“Bioaktivitas Larvasida Nyamuk Anopheles sp. Dari Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma
longa)”

Disusun Oleh :

Sintia D. Djafar (19 502 015)

Dosen:

Dr. Y. S. Mokosuli, S.Si, M.Si

Dr. N. Manampiring, S.Pd, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini berbagai penyakit tropis ditularkan oleh nyamuk. Penyakit malaria misalnya
ditularkan oleh nyamuk Anopeles dan demam berdarah ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti. Penyakit-penyakit ini menyebar di lebih 100 negara dan setengah dari populasi dunia
terancam olehnya (Manuel, 1992).

Pencarian metode-metode baru untuk membasmi sumber penularan penyakit demam


berdarah sangat penting dan mendesak. Menurut data dari WHO, penyakit ini telah menulari
200 juta orang dan membunuh 1 juta orang tiap tahun di seluruh dunia. Metode yang
dikembangkan oleh WHO untuk memerangi penyakit demam berdarah adalah sama seperti
metode yang digunakan untuk memerangi penyakit malaria yaitu dengan membasmi sumber
penularannya yaitu larva nyamuk (Manuel, 1992).

Menurut Sudarmo (1989), larvasida merupakan golongan dari pestisida yang dapat
membunuh serangga belum dewasa atau sebagai pembunuh larva. Larvasida berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari 2 suku kata, yaitu Larberarti serangga belum dewasa dan
Sida berarti pembunuh. Jadi larvasida dapat diartikan sebagai pembunuh serangga yang
belum dewasa atau pembunuh ulat (larva).

Pemberantasan nyamuk menggunakan larvasida merupakan metode terbaik untuk mencegah


penyebaran nyamuk. Parameter aktivitas larvasida suatu senyawa kimia dilihat dari kematian
larva. Maesaroh (2005) juga menyatakan bahwa upaya pemberantasan penyakit malaria dapat
dilakukan dengan pengendalian vektor dengan menggunakan biolarvasida yang berasal dari
tanaman obat–obatan. Untuk itulah diperlukan suatu penelitian dan pengembangan guna
mencari larvasida alami yang toksik terhadap larva nyamuk Anopheles sp. tetapi bahan alami
tersebut mudah diuraikan kembali dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.

Pengembangan larvasida alami dengan memanfaatkan tumbuhan merupakan solusi terbaik


saat ini karena larvasida alami memiliki bahan dasar yang bersifat toksik terhadap serangga,
selektif dan mudah terurai oleh sinar matahari sehingga tidak meninggalkan residu di tanah,
air, dan udara. Salah satu tanaman yang diteliti mempunyai aktivitas larvasida adalah
tanaman dari famili Rutaceae (Astari, et al., 2010). Salah satu penelitian dilakukan oleh
Sivagnaname & Kalyanasundaram (2004) yang melaporkan bahwa Atlantia monophylla
(Rutaceae) mempunyai aktivitas larvasida terhadap larva Anopheles stephensi. Herba inggu
(Ruta angustifolia L.) merupakan famili Rutaceae (Bnina, et al., 2010) yang diketahui
memiliki aktivitas sebagai larvasida. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aivazi & Vijayan (2010) yang meneliti efikasi ekstrak daun inggu terhadap nyamuk
Anopheles stephensi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian aktivitas
ekstrak etanol daun inggu terhadap nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus
sebagai larvasida alternatif.

1.2 Tujuan Praktikum

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini
adalah:

A. Untuk menguji bioaktivitas larvasida ekstrak daun kunyit terhadap nyamuk


Anopheles sp.
1.3 Manfaat Praktikum

Hasil praktikum ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi tentang bioaktivitas ekstrak
daun kunyit sebagai larvasida, dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat untuk membasmi
nyamuk anopheles sp. dalam usaha menurunkan angka kejadian malaria di Indonesia. Serta
menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang
lebih luas dan lebih dalam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anopheles sp.

a. Anopheles aconitus

1). Klasifikasi

Phylum : Arthropoda

Classis : Insecta

Ordo : Diptera

Familia : Culicidae

Sub Familia : Anophellinae

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles aconitus

2). Bionomik Anopheles aconitus

Anopheles aconitus dominan menggigit di luar rumah, akan tetapi bila pada malam hari tidak
ada orang di luar rumah, maka nyamuk akan masuk ke dalam rumah untuk mencari makan.
Anopheles aconitus dalam mencari makan lebih bersifat heterogen dan sangat adaptif
mencari makan pengganti bila hospes favorit tidak dijumpai.

b. Anopheles maculatus

1). Klasifikasi

Phylum : Arthropoda

Classis : Insecta

Ordo : Diptera

Familia : Culicidae

Sub Familia : Anophellinae


Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles maculatus

2). Bionomik Anopheles maculatus

Larva ditemukan di daerah pegunungan, di mata air rembesan dan sungai kecil dimana sinar
matahari dapat menyinari daerah tersebut.

c. Siklus hidup Anopheles

Siklus hidup nyamuk adalah metamorphosis sempurna (holometabola). Tahapannya adalah


telur, larva jentik, pupa, dan imago (dewasa). Nyamuk betina mampu bertelur sampai 100-
400 butir telur. Telur tersebut akan diletakkan di dekat permukaan air. Kemudian telur akan
menetas menjadi larva setelah tujuh hari. Larva terletak di air dan mengalami empat masa
pertumbuhan (stadium) yaitu : stadium 1 (± 1 hari), stadium II (± 1-2 hari), stadium III (± 2
hari), dan stadium IV (± 2-3 hari). Larva akan bergerak aktif ke atas dan ke bawah jika air
terguncang. Fase selanjutnya adalah pupa, bentuknya bengkok dan kepala besar. Pupa tidak
membutuhkan makanan, namun memerlukan udara. Fase pupa membutuhkan waktu 2-5 hari.
Pupa terdapat di air, tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan udara. Pupa menetas
menjadi nyamuk yang dapat terbang dan ke luar dari air. Nyamuk Anopheles dewasa bentuk
badannya lebih besar jika di bandingkan dengan ukuran nyamuk lain, mempunyai urat sayap
bersisik, mempunyai prombosis panjang, mempunyai sirip penutup tubuh, sisik pada pinggir
sayap berubah menjadi jumbai, dan sayap terdiri dari 6 urat sayap, yaitu urat sayap 2, 4 dan 5
bercabang.

2.2 Larvasida

Menurut Sudarmo (1989) larvasida merupakan golongan dari pestisida yang dapat
membunuh serangga belum dewasa atau sebagai pembunuh larva. Larvasida berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari 2 suku kata, yaitu Lar berarti serangga belum dewasa dan
Sida berarti pembunuh. Jadi larvasida dapat diartikan sebagai pembunuh serangga yang
belum dewasa atau pembunuh ulat (larva). Pemberantasan nyamuk menggunakan larvasida
merupakan metode terbaik untuk mencegah penyebaran nyamuk. Parameter aktivitas
larvasida suatu senyawa kimia dilihat dari kematian larva. Senyawa bersifat larvasida
terhadap larva nyamuk A. aegypti seperti germacron dan turanodienon telah berhasil diisolasi
dari rimpang temu lawak (Wibowo dkk, 1997). Senyawa bersifat larvasida juga bisa
digunakan sebagai sediaan insektisida untuk membasmi serangga yang belum dewasa dan
serangga dewasa.

Hingga saat ini cara pencegahan atau pemberantasan malaria yang dapat dilaksanakan dengan
memberantas vektor untuk memutuskan rantai penularan. Salah satu pemberantasan ditujukan
pada larva Anopheles sp. Cara yang biasa digunakan untuk membunuh larva adalah dengan
menggunakan larvasida. Larvasida yang termasuk insektisida biologis, seperti larvasida
mikroba yaitu Bacillus sphaericus dan Bacillus thuringiensis. Larvasida yang termasuk
pestisida, seperti abate (temephos), methoprene, minyak, dan monomolecular film. Nyamuk
membutuhkan air untuk berkembang biak. Larvasida meliputi pemakaian pestisida pada
habitat perkembangbiakan untuk membunuh larva nyamuk. Penggunaan larvasida dapat
mengurangi penggunaan keseluruhan pestisida dalam program pengendalian nyamuk.
Membunuh larva nyamuk sebelum berkembang menjadi dewasa dapat mengurangi atau
menghapus kebutuhan penggunaan pestisida untuk membunuh nyamuk dewasa.

a. Larvasida Mikroba Larvasida mikroba yang digunakan untuk mengendalikan


nyamuk, yaitu Bacillus sphaericus dan Bacillus thuringiensis.
b. Metophrene Bekerja menyerupai hormon pertumbuhan pada serangga dan
mencegah maturasi normal dari larva. Digunakan di air untuk membunuh
larva nyamuk.
c. Temephos (Abate) Abate merupakan nama dagang dari temphos (O,O,O’,O’-
Tetramethyl O,O’- thiodi-p, -phenylenephosphorothioate), merupakan
pestisida golongan organofosfat. Penggunaannya pada tempat penampungan
air minum telah dinyatakan aman oleh WHO dan DepKes RI. 29 Dengan
formula molekuler Abate merupakan pestisida yang digunakan secara umum,
mengandung produk yang sedikit beracun (EPA toxicity class III).6 Temephos
adalah insektisida organofosfat non sistemik yang digunakan untuk
mengontrol nyamuk, larva black fly (Simulidae), dan lain-lain. Biasa
digunakan di kolam, danau, dan rawa-rawa. Juga biasa digunakan untuk
membasmi kutu pada anjing dan kucing dan membasmi kutu pada manusia.
Temephos tersedia dalam sediaan mencapai 50% emulsi konsentrat, 50%
serbuk basah, dan bentuk granuler yang mencapai 5%.

2.3 Kunyit
Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu tanaman yang banyak di budidayakan di
Indonesia. Tanaman kunyit merupakan tanaman yang banyak manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari, selain sebagai bumbu, obat-obatan dan kosmetik juga sebagai bahan industri.
Kunyit telah digunakan selama lebih dari 2500 tahun di India, kemungkinan pertama kali
digunakan sebagai pewarna dan obat. Kunyit banyak digunakan dalam pengobatan Ayurveda,
karena memiliki kualitas antiseptik dan antibakteri, memiliki efek yang sama dengan fluoride
untuk gigi, menyembuhkan peradangan sendi, serta membantu masalah pencernaan dan
depresi.

Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan
baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami. Berdasarkan penelitian
Pribadi (2009), di Indonesia luas panen kunyit menempati urutan ke dua setelah jahe.
Tanaman kunyit tumbuh baik pada tanah jenis latosol, aluvial dan regosol, ketinggian tempat
240 sampai dengan 1.200 m di atas permukaan laut, dan curah hujan 2.000 sampai dengan
4.000 ml/tahun. Kunyit juga dapat tumbuh di bawah tegakan tanaman keras seperti sengon,
jati yang masih muda sekitar umur 3 sampai dengan 4 tahun, dengan tingkat naungan tidak
lebih dari 30%.

Adapun klasifikasi kunyit sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Spesies : Curcuma longa

Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu tanaman obat temu-temuan yang berpotensi
untuk dibudidayakan. Rimpang kunyit dapat digunakan antara lain mengobati gusi bengkak,
luka, sesak nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus buntu, encok, gangguan pencernaan,
perut kembung dan menurunkan tekanan darah. Kunyit juga dapat digunakan sebagai bahan
pewarna, bahan campuran kosmetika, bakterisida, fungisida dan stimulan.
Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah : zat warna
kurkuminoid, minyak atsiri, arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin, dammar dan mineral.
Minyak atsiri berjumlah 2 sampai dengan 5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan
fenilpropana turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol,
atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen. Arabinosa,
fruktosa, glukosa, pati, tanin, dan dammar.
DAFTAR PUSTAKA

Manuel, F. B. and Douglas, K. A., 1992, Human Medicinal Agent From Plant, American
Chemical Society, Washington.D.C.

Maesaroh, S., 2005, Daya Larvasida Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum Linn.) Terhadap
Larva Vektor Malaria Anopheles Aconitus Donitz, Tesis, Universitas Diponegoro.

Sudarmo, S., 1989. Pestisida Tanaman. Edisi kedua. Penerbit Kanisius Yogyakarta. 124
halaman.

Pattiwael,M.R., 2004. Uji Aktivitas Larvasida dari Sponge Terhadap Larva Nyamuk Aedes
aegypti. Skripsi. Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unsrat. 56 Hal.

Wibowo, A. E.., W. Sumaryono., Milnaldi. 1997. Uji Aktivitas Larvasida dan Identifikasi
Senyawa Ekstrak Rimpang Temu Lawak Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti.
Prosiding seminar nasional hasil dalam bidang farmasi. Halaman 641- 650.

Anda mungkin juga menyukai