Anda di halaman 1dari 6

SKP IDI Gratis!

ALOMEDIKA  |  KHUSUS UNTUK DOKTER


LOGIN | DAFTAR

Go
 

 
CME
 Penyakit
 

 
Obat
 Tindakan Medis
 

 Diskusi Dokter
 

 SKP Online
RETENSIO PLASENTA

 Pendahuluan
 Patofisiologi
 Etiologi
 Epidemiologi
 Diagnosis
 Penatalaksanaan
 Prognosis
 Edukasi dan Promosi Kesehatan

PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA
Oleh :
dr. Audric Albertus
Share To Social Media:
  
Penatalaksanaan retensio plasenta didahului dengan stabilisasi hemodinamik, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat. Terapi definitif untuk retensio plasenta adalah manual plasenta.
Terapi medis lain, seperti prostaglandin, asam traneksamat, nitrogliserin, dan oxytocin juga dapat
diberikan.

Penanganan Awal
Pada penanganan retensio plasenta harus dibedakan antara pasien dengan perdarahan hebat dan
tanpa perdarahan hebat. Pada pasien perdarahan hebat atau dengan gangguan hemodinamik harus
dilakukan stabilisasi hemodinamik secara cepat. Resusitasi cairan harus dilakukan dengan cepat
pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil. Dua jalur intravena dengan kateter intravena
ukuran besar (16 gauge) dapat dipasang pada penanganan awal. Apabila diperlukan, transfusi
darah dapat dilakukan. [4,9,14]
Traksi Tali Pusat Terkendali
Pada pasien retensio plasenta dapat dilakukan traksi tali pusat terkendali terlebih dahulu sebelum
dilakukan tindakan lainnya. Traksi tali pusat terkendali umumnya menggunakan maneuver
Brandt-Andrews, yaitu dengan satu tangan klinisi pada abdomen untuk menahan fundus uterus
dan mencegah inversio uterus, sedangkan satu tangan lainnya melakukan regangan tali pusat
dengan menahan tali pusat pada klem. Apabila tindakan ini tidak berhasil maka baru dilakukan
tindakan atau terapi medis lainnya. [5,7,9]

Intervensi Farmakologis
Beberapa intervensi farmakologis, seperti oxytocin, carboprost tromethamine, asam traneksamat,
dan nitrogliserin.
Injeksi Oxytocin Vena Intraumbilikal

Penggunaan injeksi oxytocin vena intraumbilikal dalam manajemen kala III persalinan dan
retensio plasenta telah ditemukan memiliki efikasi yang bermakna. Penggunaan injeksi oxytocin
vena intra-umbilikal akan menyebabkan kontraksi retroplasenta, sehingga dapat memudahkan
terjadinya separasi plasenta. Selain itu, penggunaan oxytocin juga dapat mengurangi perdarahan
pada pasien

Injeksi umumnya dilakukan menggunakan selang nasogastrik bayi ukuran 10 yang dipasang
pada vena umbilikus 5 cm sebelum insersi korda umbilikus pada plasenta. Dosis oxytocin yang
dapat digunakan beragam, dari 10 IU sampai 100 IU, dengan dosis yang lebih tinggi lebih
disarankan. Interval injeksi oxytocin vena intraumbilikal dengan tindakan manual plasenta
adalah sekitar 15–45 menit. [5,7,9]

Oxytocin Intravena
Penggunaan oxytocin intravena dapat diberikan pada pasien retensio plasenta, terutama dengan
perdarahan hebat atau atonia uterus. Penggunaan oxytocin diharapkan akan membantu separasi
plasenta, meningkatkan kontraksi uterus, dan menurunkan perdarahan. Oxytocin dapat diberikan
dengan dosis 10-30 IU dalam 500 mL cairan salin normal untuk mencegah atonia uterus. [5,7,9]
Carboprost Tromethamine

Carboprost tromethamine merupakan prostaglandin analog F2-á dengan efek uterotonik poten


dan durasi aksi yang lebih panjang. Obat diberikan pada pasien retensio plasenta dengan
perdarahan hebat yang tidak membaik dengan terapi oxytocin. Injeksi carboprost
tromethamine dapat diberikan intraumbilikal dengan dosis 0,5 mg yang disuspensi dalam 20 mL
cairan salin normal. [5,7,9]
Asam Traneksamat

Asam traneksamat merupakan agen antifibrinolitik yang dapat digunakan pada pasien retensio
plasenta dengan perdarahan berat yang tidak membaik dengan oxytocin. Pemberian asam
traneksamat memiliki efek untuk mengurangi perdarahan dan stabilisasi bekuan darah  dengan
mencegah pemecahan dari bekuan menjadi produk degradasi fibrin. Dosis asam traneksamat
yang dapat diberikan adalah 1 gram injeksi intravena. [5,7,9]

Nitrogliserin

Nitrogliserin (gliseril trinitrat) umumnya digunakan pada pasien retensio uterus yang memiliki
kontraksi serviks atau segmen uterus bawah yang berlebihan dan menyebabkan sulitnya ekspulsi
plasenta. Pemberian nitrogliserin dapat menginduksi relaksasi otot polos miometrium dan serviks
sehingga mempermudah pengeluaran plasenta.

Nitrogliserin dapat diberikan dengan dosis dua spray (400 mikrogram per spray) di bawah lidah.
Selain itu, pemberian secara injeksi intravena dapat juga diberikan dengan dosis 50 mikrogram
dan maksimum dosis kumulatif 200 mikrogram.
Tablet sublingual juga dapat diberikan dengan dosis 0,6–1 mg. Efek relaksasi uterus akan terjadi
1 menit setelah obat diberikan dan akan bertahan selama 1-2 menit. [5,7,9]

Manual Plasenta
Tindakan manual plasenta merupakan terapi definitif pasien retensio plasenta. Tindakan ini
merupakan tindakan yang menyebabkan rasa nyeri, sehingga anestesi umumnya diperlukan.
Anestesi regional, seperti anestesi spinal, lebih disarankan dibandingkan anestesi umum karena
meminimalisir risiko kegagalan intubasi. Akan tetapi, apabila pasien memiliki hemodinamik
tidak stabil dan perdarahan hebat, maka anestesi umum lebih disarankan.
Tindakan manual plasenta dapat meningkatkan risiko endometritis. Oleh karena itu, antibiotik
profilaksis spektrum luas sebaiknya diberikan. Antibiotik spektrum luas yang direkomendasikan
adalah ampicillin dan clindamycin dosis tunggal. Apabila pembukaan serviks terlalu kecil untuk
tangan klinisi, maka pemberian nitrogliserin dapat diberikan. [5,7,9]
Teknik

Tindakan manual plasenta dilakukan apabila traksi tali pusat terkendali dan terapi farmakologis
gagal melahirkan plasenta. Tindakan ini dilakukan dengan tangan klinisi menelusuri korda
umbilikus untuk mengidentifikasi letak dan ujung plasenta dengan uterus. Pelepasan plasenta
dilakukan dengan menggunakan jari-jari tangan dengan gerak sisi ke sisi. Tangan lainnya
sebaiknya diletakkan pada fundus uterus untuk mencegah terjadinya perforasi uterus. Tindakan
kuretase setelah manual plasenta tidak rutin dilakukan karena risiko terjadi perforasi uterus dan
sindroma Asherman.

Apabila masih terdapat sisa plasenta setelah dilakukan manual plasenta, maka klinisi dapat
melakukan manual plasenta kembali secara perlahan untuk melepaskan sisa plasenta. Apabila
sisa plasenta menyebabkan perdarahan hebat pada pasien, maka tindakan kuretase dapat
dilakukan untuk melepaskan sisa plasenta dari dinding uterus. [5,7,9]

Ekstraksi Instrumen
Apabila tindakan manual plasenta tidak berhasil, maka penggunaan forseps kepala besar, seperti
forseps Bierer dan forseps cincin, dapat dilakukan. Tindakan dapat dilakukan dengan cara
forseps menggenggam dan melepaskan plasenta dari dinding uterus. USG dapat dimanfaatkan
untuk membantu saat melakukan tindakan ini. [5,7,9]

Histerektomi
Histerektomi merupakan tindakan lini akhir yang dapat dilakukan pada pasien retensio uterus.
Tindakan histerektomi ini dilakukan pada plasenta pasien yang tidak dapat dilahirkan dengan
manual plasenta maupun ekstraksi instrument [5,7,10]

Referensi
Diagnosis Retensio Plasenta
Prognosis Retensio Plasenta
DISKUSI TERBARU
 Hari ini, 12:49

Jarak Vaksin Hepatitis Kedua bagi Penyintas Covid 19


Oleh: dr.Valentina

 1 Balasan
Alo dokter, selamat siang, izin bertanya. Px d vaksin hep B pertama tgl 22 juli, seharusnya balik vaksin kedua
tgl 22 agustus, namun sebelum tgl tersebut px...

 Hari ini, 11:36

Efektivitas Kortikosteroid Intranasal untuk Terapi Anosmia akibat COVID-19 - Telaah


Jurnal Alomedika
Oleh: dr. Irene Cindy Sunur

 1 Balasan
ALO Dokter!Anosmia merupakan salah satu manifestasi klinis COVID-19 yang umum dikeluhkan. Namun,
sayang sekali, saat ini belum ada tata laksana definitif...

 Hari ini, 09:41

Ask the Expert Spesialis Gizi Klinik di Forum Diskusi Alomedika - Kamis, 16 September
2021, jam 9.30-11.30 WIB
Oleh: dr. Irene Cindy Sunur

 1 Balasan
Alo Dokter!Alomedika akan kembali mengadakan "Ask the Expert" bersama Dokter Spesialis Gizi Klinik.
Kali ini, topik yang akan dibahas adalah "Diet untuk...
Lebih Lanjut

 Tentang Kami

 Advertise with us

 Syarat dan Ketentuan

 Privasi

 Kontak Kami

© 2017 Alomedika.com All Rights Reserved.

Anda mungkin juga menyukai