Anda di halaman 1dari 19

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326835375

PENGETAHUAN SINGKAT INTELIGENSI & KREATIFITAS

Article · August 2018

CITATIONS READS

0 13,986

1 author:

Achmad Aliyil Khakim


Airlangga University
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Personal Tasks View project

All content following this page was uploaded by Achmad Aliyil Khakim on 06 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


UJIAN AKHIR SEMESTER
INTELIGENSI & KREATIFITAS

Dosen Pengampu: Dr. Duta Nurdibyanandaru, MS., Psikolog


Dr. Nur Ainy Fardhana N. S.Psi., M.Si., Psikolog

Disusun Oleh:
ACHMAD ALIYIL KHAKIM
111714253009

MAGISTER SAINS PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
ii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II TELAAH INTELEGENSI ......................................................................... 2
A. Definisi ......................................................................................................... 2
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensi ............................................. 2
C. Model-model Kecerdasan Alami .................................................................. 3
1. Model Psikometrik ................................................................................... 3
2. Teori Keterkaitan dan Hubungan ............................................................. 4
3. Teori Thurstone tentang Kemampuan Mental Primer .............................. 5
4. Teori Hirarki ............................................................................................. 6
BAB III TELAAH KREATIFITAS ........................................................................ 8
A. Definisi ......................................................................................................... 8
B. Aspek-aspek Kreatifitas ................................................................................ 9
C. Dimensi Kreatifitas ....................................................................................... 9
1. Person ....................................................................................................... 9
2. Press ......................................................................................................... 9
3. Process ..................................................................................................... 9
4. Product....................................................................................................... 10
D. Faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas ...................................................... 10
1. Jenis Kelamin ......................................................................................... 10
2. Status Sosioekonomi .............................................................................. 10
3. Urutan kelahiran ..................................................................................... 10
4. Ukuran keluarga ..................................................................................... 10
5. Lingkungan kota versus lingkungan desa .............................................. 11
6. Inteligensi ............................................................................................... 11
BAB IV PERAN INTELEGENSI & KREATIFITAS ......................................... 13
A. Peran Inteligensi dalam Dunia Pendidikan ................................................. 13
B. Peran Kreativitas dalam Kewirausahaan .................................................... 14

Intelegency & Kreatifitas


iii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15


M. Suyanto, 2005. Strategi Perancangan Iklan. Yogyakarta: Andi Offset. ......... 15
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas AnakBerbakat. Jakarta:
Rineka Cipta .......................................................................................................... 15
Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah.
............................................................................................................................... 15
Jakarta: PT Gramedia Widiasarna Indonesia. ....................................................... 15
Kim, U. (2007). Creating a world of possibilities: indigenous and cultural
perspectives. Dalam Ai-Girl Tan (ed). Creativity a handbook for teacher (11- 16).
Singapore: World Scientific. ................................................................................. 15
Hurlock. Child development, Perkembangan anak. Meitasari Tjandrasa.
Terj.1999. Jakarta : Erlangga. ............................................................................... 15

Intelegency & Kreatifitas


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman di era globalisasi semakin pesat dikarenakan


pertukaran informasi yang juga semakin cepat. Hal ini menyebabkan
pembelajaran setiap siswa di bumi semakin mudah dalam meningkatkan
pengetahuannya. Setiap negara mempersiapkan generasinya dengan berbagai
macam metode pendidikan untuk meningkatkan kualitas bangsanya. Bukan
hanya pendidikan yang meningkatkan kualitas secara akademisnya, tetapi
juga meningkatkan intelegensinya.
Intelegensi adalah hal yang sangat penting dalam persaingan global ini.
Seseorang dengan intelegensi yang lebih tinggi mampu mempengaruhi orang-
orang dengan inteegensi yang lebih rendah darinya. Intelegensi tidak dapat
diukur dengan tinggi rendahnya tingkat akademisnya. Intelegensi seseorang
berkembang seiring dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi
masalah. Ketika seseorang memperolah informasi baru dan menerapkannya
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya maka intelegensi orang
tersebut telah meningkat, dan begitu seterusnya.

B. Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang


intelegensi. informasi tentang intelegensi sangat penting bagi setiap orang
agar dapat meningkatkan tingkat intelegensinya.

1
2

BAB II
TELAAH INTELEGENSI

A. Definisi

Menurut Chaplin dalam Rufaidah intelegensi diartikan sebagai: (1)


Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif. (2) kemampuan .menggunakan konsep abstrak secara
efektif. Garrt menyatakan bahwa inteligensi setidak-tidaknya mencakup
kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang
memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol. Bischop
mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan
berbagai jenis masalah. Alfred menyatakan ntelegensi sebagai penilaian atau
disebut juga akal yang baik (good sense), berfikir praktis (practical sense),
inisiatif, kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri pada keadaan serta
kritik pada diri sendiri.
Menurut Stern dalam Sujanto intelegensi adalah kesanggupan jiwa untuk
dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang
baru. V. Hees menyatakan bahwa intelegensi adalah sifat kecerdasan jiwa.
Pengertian intelegensi secara singkat adalah kemampuan seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Lingkungan baru
yang dimaksud adalah kondisi yang orang tersebut belum pernah alami,
dengan demikian kondisi tersebut bisa dikatakan dengan masalah baru.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensi

Pendidikan memiliki kewajiban dan tugas untuk mengembangkan


intelegensi peserta didik agar berfungsi secara optimal. Sujanto
mengidentifikasikan beberapa faktor yang mempengaruhi intelegensi yaitu:
1. Pembawaan, ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak
lahir, dan yang tidak sama pada tiap orang.
2. Kemasakan, ialah saat munculnya suatu daya jiwa kita yang kemudian
berkembang dan mencapai saat puncaknya.
3

3. Pembentukan, ialah segala faktor luar yang mempengaruhi intelegensi


di masa perkembangannya.
4. Minat, inilah yang merupakan motor penggerak dari inelegensi kita.
Menurut Kohnstamm dalam Sujianto intelegensi itu dapat
dikembangkan. Tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Dan hanya
mengenai segi kwalitasnya saja. Syarat-syarat itu ialah:
1. Bahwa pengembangan itu hanya sampai pada batas kemampuannya saja.
Pengembang tidak dapat melebihi batas itu. Dan setiap orang
mempunyai batas-batas yang berlainan.
2. Terbatas juga pafa mutu intelegensi. Artinya seseorang tidak akan
selesai mengerjakan sesuatu diatas mutu intelegensinya.
3. Perkembangan intelegensi, bergantung pula kepada cara berfikir yang
metodis.

C. Model-model Kecerdasan Alami

Beberapa model yang berbeda telah diusulkan untuk mengkategorikan


inteligensi (Sternberg dalam ). Apa saja perbedaan dan persamaan dari model
yang satu dengan yang lain?

1. Model Psikometrik

Spearman (1904, 1927) menyatakan teori kecerdasan dua faktor,


sebuah teori yang masih digunakan hingga hari ini (misalnya, Brand,
1996; Jensen, 1998, 2002). Teori ini mengemukakan faktor umum (g)
biasanya semua tugas yang membutuhkan kecerdasan dan satu faktor
spesifik (s) yang unik untuk setiap jenis tugas yang berbeda. Itulah dua
faktor yang dimaksudkan. Spearman (1904) mencetuskan ide ini sebagai
hasil dari melihat data yang diolah dengan teknik statistik dari
penemuannya sendiri, analisis faktor, yang mencoba mengidentifikasi
sumber yang tersembunyi dari perbedaan individu (atau lainnya) yang
mendasari pengamatan sumber variasi dalam kinerja pengujian. Spearman
mengamati bahwa ketika dia menganalisis matriks korelasi, dua jenis
faktor yang tampak - faktor umum yang umum untuk semua tes, dan
4

faktor spesifik yang unik untuk setiap tes tertentu. Spearman (1927)
mengakui dia tidak yakin apa dasar psikologis dari g, tetapi menyarankan
bahwa itu mungkin energi mental (istilah yang tidak pernah dia definisikan
dengan sangat jelas). Apa pun itu, itu adalah sumber tunggal dan utama
perbedaan individu dalam kinerja tes kecerdasan.

2. Teori Keterkaitan dan Hubungan

a. Teori Keterkaitan

Teori Spearman segera ditantang, dan terus ditantang hari ini


(misalnya, Gardner, 1983; Sternberg, 1999). Salah satu kritikus utama
Spearman adalah psikolog Inggris Sir Godfrey Thomson, yang
menerima statistik Spearman tetapi bukan karena tafsirannya.
Thomson (1939) berpendapat bahwa adalah mungkin untuk memiliki
faktor umum psikometrik dalam ketiadaan kemampuan umum apa
pun. Secara khusus, ia berpendapat bahwa “g” adalah realitas statistik
tetapi artefak psikologis. Dia menyarankan bahwa faktor umum
mungkin hasil dari kerja yang sangat besar dari apa yang disebutnya
obligasi, yang semuanya diambil secara simultan dalam tugas
intelektual. Bayangkan, misalnya, bahwa masing-masing tugas
intelektual yang ditemukan dalam baterai uji Spearman dan lainnya
membutuhkan keterampilan mental tertentu. Jika masing-masing
sampel menguji semua keterampilan mental ini, maka penampilan
mereka akan berkorelasi sempurna satu sama lain karena mereka selalu
terjadi bersama. Dengan demikian, mereka akan memberikan tampilan
faktor umum tunggal, padahal sebenarnya ada banyak.
b. Teori Hubungan

Mereka menyatakan bahwa dalam sifatnya yang lebih alami,


bentuk-bentuk operasi intelektual yang lebih tinggi identik hanya
dengan asosiasi atau pembentukan koneksi, tergantung pada jenis
koneksi fisiologis yang sama tetapi membutuhkan lebih banyak lagi.
Dengan argumen yang sama, orang yang inteleknya lebih besar atau
lebih baik daripada orang lain berbeda dengannya dalam analisis
5

terakhir dalam memiliki, bukan semacam proses fisiologis baru, tetapi


hanya sejumlah besar koneksi dari jenis biasa.

3. Teori Thurstone tentang Kemampuan Mental Primer

Thurstone dan Thurstone (1941) mengemukakan keberadaan tujuh


kemampuan mental primer.
a. Pemahaman Verbal
Kemampuan untuk memahami materi verbal. Kemampuan ini
diukur dengan tes seperti kosakata dan membaca pemahaman.
b. Kemampuan Kelancaran Berbicara
Kemampuan yang terlibat dalam menghasilkan kata, kalimat, dan
materi verbal lainnya. Kemampuan ini diukur dengan tes seperti yang
mengharuskan peserta ujian untuk menghasilkan banyak kata mungkin
dimulai dengan huruf tertentu dalam jumlah pendek waktu.
c. Angka
Kemampuan untuk menghitung dengan cepat. Kemampuan ini
diukur dengan tes yang membutuhkan solusi masalah aritmatika
numerik dan sederhana masalah kata aritmatika.
d. Ingatan
Kemampuan mengingat string kata, huruf, angka, atau simbol
atau benda lain. Kemampuan ini diukur dengan serial- atau freerecall
tes.
e. Kecepatan dalam Persepsi Sesuatu
Kemampuan mengenali huruf, angka, atau lainnya simbol dengan
cepat. Kemampuan ini diukur dengan tes proofreading, atau dengan
tes yang membutuhkan individu untuk mencoret surat yang diberikan
(seperti A) dalam serangkaian huruf.
f. Penalaran Induktif
Kemampuan untuk berpikir dari yang spesifik ke yang umum.
Kemampuan ini diukur dengan tes seperti seri huruf (“Apa huruf yang
muncul pada urutan berikut? b, d, g, k,. . . . ”) Dan angka seri ("Apa
nomor berikutnya dalam seri berikut? 4, 12, 10, 30, 28, 84,. . . ”).
6

g. Visualisasi spasial
Kemampuan yang terlibat dalam memvisualisasikan bentuk,
rotasi objek, dan bagaimana potongan-potongan teka-teki akan cocok
bersama. Kemampuan ini diukur dengan tes yang membutuhkan rotasi
mental atau lainnya manipulasi objek geometris.

4. Teori Hirarki

Sir Cyril Burt (1949), yang dikenal terutama karena karyanya yang
banyak dipertanyakan tentang heritabilitas kecerdasan, menyarankan
bahwa hirarki tingkat lima akan menangkap sifat kecerdasan. Di puncak
hirarki Burt adalah "pikiran manusia." Pada tingkat kedua, "tingkat
hubungan," adalah g dan faktor praktis. Di tingkat ketiga adalah asosiasi,
pada tingkat keempat, persepsi, dan pada tingkat kelima, sensasi. Model
ini telah terbukti tidak tahan lama dan relatif jarang dikutip hari ini.
Holzinger (1938) mengusulkan teori kecerdasan bifaktor, yang
mempertahankan baik faktor umum maupun spesifik dari Spearman, tetapi
juga mengizinkan faktor-faktor kelompok seperti yang ditemukan dalam
teori Thurstone. Faktor-faktor tersebut adalah umum untuk lebih dari satu
tes, tetapi tidak untuk semua tes. Teori ini membantu membentuk dasar
bagi teori hierarkis lain yang menggantikannya.
7
8

BAB III
TELAAH KREATIFITAS

A. Definisi

Munandar (1999) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan


untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-
unsur yang ada. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai
“kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.
Kim (2007) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah fenomena antara
individu dan kebudayaan yang memungkinkannya untuk mengubah
kemungkinan menjadi kenyataan. Ketika seorang individu menemukan
wawasan atau menghasilkan bentuk-bentuk seni yang baru dan diterima dari
orang lain, maka temuan tersebut menjadi bagian dari tradisi budaya, tercatat,
dan dikirim ke generasi selanjutnya.
Hurlock (1999) menambahkan mengenai kreativitas, menurutnya
kreativitas adalah proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata
dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal.
Begitu juga Sternberg (2008) yang juga menyatakan bahwa kreativitas
sebagai proses memproduksi sesuatu yang orisinil dan bernilai. Sesuatu yang
dimaksud adalah berupa sebuah teori, tarian, zat kimia, suatu proses atau
prosedur, cerita, simfoni, dan lain-lain. Lalu Santrock (2007) menyatakan
bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang
baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik.
Maksud dari definisi tersebut, kreativitas adalah bagaimana seseorang berfikir
dengan cara baru yang menghasilkan pemecahan masalah yang belum ada
sebelumnya sehingga seseorang dapat menemukan produk atau solusi yang
belum pernah ditemukan orang lain.
9

B. Aspek-aspek Kreatifitas

Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan aspek-aspek dari


kreativitas antara lain:
a. Fluency of Thinking, kelancaran berpikir dalam menghasilkan ide-ide
baru yang berkualitas.
b. Flexibility keluwesan berpikir, yaitu kemampuan untuk memproduksi
sejumlah ide yang bervariasi, mampu mencari alternatif atau arah yang
berbeda.
c. Elaboration, yaitu kemampuan dalam mengembangkan ide sehingga
menjadi lebih menarik.
d. Originality yaitu kemampuan untuk mencetuskan ide unik.

C. Dimensi Kreatifitas

Kreativitas memiliki dimensi dalam pengembangan kreativitas. Menurut


Utami Munandar (2009), bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan
dikembangkan. Kreativitas diidentifikasi dari 4 dimensi, yaitu:

1. Person

Kreativitas tidak berhenti pada tataran person saja, tetapi person yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.

2. Press

Untuk mewujudkan bakat kreatif seseorang diperlukan dorongan dan


dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi,
dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari
dalam diri sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.

3. Process

Kegiatan yang penting adalah memberi kebebasan kepada seseorang untuk


mengekspresikan dirinya secara kreatif. Hal yang perlu adalah proses
bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut
dihasilkan produk kreatif yang bermakna.
10

4. Product

Selanjutnya dijelaskan oleh Munandar (2002) definisi produk kreativitas


menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah
sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna. Interaksi dari ketiga P (Pribadi,
Pendorong, Proses) di atas menghasilkan produk-produk kreativitas yang
konstruktif.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas

Hurlock (1999) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi


kreativitas, diantaranya;

1. Jenis Kelamin

Anak laki-laki lebih kreatif dibandingkan dengan anak perempuan. Hal


tersebut disebabkan karena anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk
mandiri, bahkan didesak oleh teman sebayanya untuk bertindak suatu hal
yang beresiko, dan juga anak laki-laki didorong oleh para orang tua
danguru untuk menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

2. Status Sosioekonomi

Seseorang yang memiliki status sosioekonomi lebih tinggi cenderung


lebih kreatif dari yang lebih rendah status sosioekonominya. Hal tersebut
disebabkan karena status sosioekonomi yang lebih tinggi memberikan
lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
yang diperlukan bagi kreativitas.

3. Urutan kelahiran

Anak dengan urutan kelahiran tengah, belakang dan anak tunggal,


mungkin lebih kreatif dari yang lahir pertama, karena pada umumnya
anak.

4. Ukuran keluarga

Dalam ukuran keluarga yang kecil, lebih memungkinkan anak untuk


lebih kreatif dibandingkan ketika anak berada dalam ukuran keluarga
11

yang besar, terlebih jika anak terdidik secara otoriter dan kondisi
sosioekonomi yang rendah.

5. Lingkungan kota versus lingkungan desa

Lingkungan kota cenderung lebih memungkinkan anak untuk kreatif


dibandingkan anak dari lingkungan desa. Disebabkan, karena dalam
lingkungan desa pada umumnya anak dididik secara otoriter yang kurang
merangsang kreativitas.

6. Inteligensi

Setiap anak yang pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar.


Hal ini disebabkan, karena mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru
untuk menanganiih besar. Hal ini disebabkan, karena mereka mempunyai
lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial dan
mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian pada konflik tersebut.
12
13

BAB IV
PERAN INTELEGENSI & KREATIFITAS

A. Peran Inteligensi dalam Dunia Pendidikan

Inteligensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling
berkaitan. Di mana biasanya seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi
dia akan memiliki prestasi yang membanggakan di kelasnya, dan dengan
prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan atau
dengan kata lain seseorang tersebut memiliki peluang yang cukup besar untuk
meraih sukses dibidang akademik. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan
inteligensi seseorang maka semakin kecil peluang untuk meraih sukses
dibidang akademis.
Pernyataan diatas didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh
peneliti anatara lain Lukman Gumadi (2012) dalam penelitiannya
menyimpulkan adanya hubungan positif dan signifikan antara intelegensi
terhadap prestasi akademik taruna Jurusan Nautika di Sekolah Tinggi Ilmu
Pelayaran Jakarta, semakin tinggi intelegensiyang dimiliki maka akan
semakin tinggi prestasi akademik mereka. Hasil yang serupa dijumpai dalam
penelitian yang dilakukan Ni Kadek Sukiarti (2009) pada sampel penelitian
sebanyak 180 orang siswa. Pada penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara intelegensi dengan prestasi
akademik. Diperoleh bahwa secara parsial intelegensi dan motivasi belajar
berpengaruh sangat nyata terhadap prestasi akademik dan konstribusi
(sumbangan) dari variabel intelegensi yang cukup besar. Hal ini terjadi karena
seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah
belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang
intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat
berpikir, sehingga prestasi akademiknya pun rendah. Mencari penelitian yang
lebih relevan
14

B. Peran Kreativitas dalam Kewirausahaan

Baldacchino (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah


kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui
berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.
Kreativitas: kemampuan untuk mengembangkan ideide baru dan cara-cara
baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang. Intinya kreativitas
adalah memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan inovasi
merupakan kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
pemecahan masalah dan menemukan peluang. Intinya inovasi adalah
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Seorang
wirausahawan harus memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu
kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk
berinovasi terhadap usahanya.
Suryana (2003) menyatakan bahwa kreativitas adalah: “Berpikir sesuatu
yang baru”. “Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide
baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan
dalam menghadapi peluang”.
15

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock. Child development, Perkembangan anak. Meitasari Tjandrasa.


Terj.1999. Jakarta : Erlangga.
Kim, U. (2007). Creating a world of possibilities: indigenous and cultural
perspectives. Dalam Ai-Girl Tan (ed). Creativity a handbook for teacher
(11- 16). Singapore: World Scientific.
M. Suyanto, 2005. Strategi Perancangan Iklan. Yogyakarta: Andi Offset.
Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarna Indonesia.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas AnakBerbakat. Jakarta:
Rineka Cipta
Rufaidah, Anna. 2015. Pengaruh Intelegensi dan Minat Siswa terhadap Putusan
Pemilihan Jurusan. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan.
Stenberg, Robert J. 2003. Wisdom, Intelligence, and Creativity Synthesized. New
York: Cambridge University Press.
Sujanto, Agus. 2006. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Bumi Aksara

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai