Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Al-qur’an sendiri dinyatakan bahwa manusia diciptakan


bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling kenal mengenal ( QS.
Al-Hujurat ayat 13 ). Ayat ini secara implitis menegaskan bahwa manusia
ditakdirkan bersuku-suku untuk saling kenal-mengenal. Proses terjadinya
suku bangsa berawal dari interaksi antar individu dan antar kelompok
manusia sehingga membentuk suatu komunitas sosial yang lebih besar
( Said Agil Husain Al-Munawir , 1993:77 ). Hal ini berarti bahwa
memiliki kecenderungan untuk memperkenalkan dirinya dan mengenal
orang lain, yang mungkin lebih popular dengan istilah proses sosialisasi.
Sosialisasi ini tidak mungkin terwujud tanpa ada proses interaksi.

Kehidupan manusia selalu dihadapkan pada berbagai fenomena


pluralitas. Pluralitas warna kulit, pluralitas etnik, pluralitas agama, dan
pluralitas bahasa ( M. Amin Abdullah, 2000: 68-69). Dengan pluralitas
tersebut sering menjadi pemicu terjadinya konflik. Untuk menjembatani
kesenjangan tersebut, diperlukan berbagai macam akomodasi yang dapat
mempertemukan perbedaan-perbedaan tersebut sehingga terjadi
kesepahaman dan pengakuan akan adanya eksistensi terhadap suatu
budaya. Dalam konteks ke Indonesiaan yang identik dengan pluralistic.
Tentunya berbagai permasalahan dapat memicu terjadinya konflik sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?
2. Apa saja ciri- ciri interaksi sosial?
3. Apa saja syarat terjadinya interaksi sosial?
4. Apa saja bentuk-bentuk interaksi sosial?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia terlahir sebagai mkhluk sosial,kenyataan tersebut


menyebabkan manusia tidak akan dapat hidup normal tanpa kehadiran
manusia yang lain. Hubungan tersebut dapat dikategorikan sebagai interaksi
sosial. Adapun pengertian interaksi sosial menurut para ahli dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis berkaitan
dengan orang perorangan, kelompok perkelompok, maupun perorangan
terhadap kelompok atau sebaliknya (Elly M Setiadi & Usman Kolip, 2011 :
63).
2. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok
(Soerjono Soekanto, 2010:55).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian interaksi sosial


adalah hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia yang lain, baik
secara indivudu maupun dengan kelompok.

B. Ciri-Ciri Interaksi Sosial


Proses interaksi sosial dalam masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Adanaya dua orang pelaku atau lebih
2. Adanya hubungan timbal balik antarpelaku
3. Diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung maupun tidak
langsung
4. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas

2
C. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial dalam masyarakat terjadi apabila terpenuhi dua
syarat berikut ini.
1. Kontak sosial, yaitu hubungan sosial antara individu satu dengan individu
lain yang bersifat langsung seperti dengan sentuhan, percakapan, maupun
tatap muka sebagai wujud aksi dan reaksi.
2. Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada yang
lain yang dilakukan secara langsung maupun dengan alat bantu agar orang
lain memberikan tanggapan atau tindakan tertentu.
D. Bentuk- Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu asosiatif dan
disosiatif.
1. Asosiatif
Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk penyatuan.
Interaksi sosial ini terdiri atas beberapa hal berikut.
a. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama terbentuk karena masyarakat menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama sehingga sepakat untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Berdasarkan
pelaksanaannyaterdapat empat bentuk kerja sama, yaitu bargaining (tawar-
menawar), cooptation (kooptasi), koalisi, dan joint-venture (usaha
patungan) (Soerjono Soekanto, 2010:65-68).
b. Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu proses penyesuaian antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan
kelompok guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan
kekacauan. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha
manusia untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan
suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak
lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

3
Adapun proses akomodasi dibedakan menjadi beberapa bentuk, antara
lain sebagai berikut.

1) Coercion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan


karena adanya paksaan.
2) Kompromi, yaitu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat
masing- masing mengurangi tuntutannya agar dicapai suatu
penyelesaian terhadap suattu konflik yang ada.
3) Mediasi,yaitu cara menyelesaikan konflik dengan jalan meminta
bantuan pihak ketiga yang netral.
4) Arbitration, yaitu cara mencapai compromise dengan cara meminta
bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh
badan yang kedudukannya lebih dari pihak-pihak yang bertikai.
5) Adjudication (peradilan), yaitu suatu bentuk penyelesaian konflik
melalui pengadilan.
6) Stalamate, yaitu suatu keadaan di mana pihak-pihak yang bertentangan
memiliki kekuatan yang seimbang dan berhenti melakukan pertentangan
pada suatu titik karena kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi maju
atau mundur.
7) Toleransi, yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan
formal.
8) Consilliation, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan
pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainyan suatu persetujuan bersama
(Soerjono Soekanto),2010: 68-71).
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut . Ia ditandai
dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan
proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan
tujuan-tujuan bersama. Apabila orang-orang melakukan asimilasi ke dalam

4
suatu kelompok manusia atau msyarakat, muks dia tidak lagi membedakan
dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan mereka dianggap
sebagai irang asing. Dalam proses asimilasi, merekja mengidentifikasikan
dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok.
Apabila dua kelompok manusia tadi akan hilang dan keduanya lebur
menjadi satu kelompok.

Secara simgkat, proses asimilasi ditandai dengan perkembangan


sikap-sikap yang sama, walau kadang kala bersifat emosional, dengan
tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi
dalam organisasi, pikiran, dfan tindakan.

d. Akulturasi

Proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok masyarakat


manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehinnga lambatlaun unsur-
unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri, tanpa harus menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan
itu sendiri (Jabal Tarik Ibrahim, 2003:22)

2. Disosiatif

Interaksi sosial ini mangarah pada bentuk pemisahan dan terbagi


dalam 3 bentuk sebagai berikut:

a. Persaingan / komperatif.

Persaingan atau komperatif adalah suatu perjuangan yang


dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh
kemenagan atau hasil secara komperatif, tanpa menimbulkan ancaman
atau benturan fisik di pihak lawannya (Joko Sri Sukardi & Arif Rohman
atau benturan, 2009: 63).

5
Persaingan merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya
saling berlomba atau bersaing antarindividu atau antarkelompok tanpa
menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu
agar lebih maju, lebih baik, atau lebih kuat. Persaingan mempunyai dua
bentuk, yaitu, personal competition dan impersonal competition. Personal
competition menunjuk pada persaingan antara individu dengan individu
lainnya. Misalknya, angga dan dewi bersaing merebut gelar siswa teladan
SMA tingkat kebupaten, sedangkan impersonal competition mengacu pada
persaingan yang tidak melibatkan satu per satu individu, seperti persaingan
antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam hal menarik minat
masyarakat untuk masuk ke sekolah tersebut (Joko Sri Sukardi & Arif
Rohman, 2009: 63).

Gilin damn gilin seperti ndikutip oleh Soerjono Soekarto


(1989)memberikan empat fungsi persaingan, yaitu: 1). Sebagai penyair
lagu keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetisi, 2).
Sebagai cara agar nilai-nilai dan sesuatu yang terbatas dapat diperebutkan
secara baik, 3). Sebagai alat untuk mengadakan seleksi serta, 4). Sebagai
alat untuk menyerang warga dalam mengerjakan tugas-tugas sehingga
terjadi pembangian tugas (Joko Sri Sukardi & Arif Rohman, 2009: 63).

b. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk social yang berada diantara persaingan


dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi, antara lain sikap tidak
senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang –terangan seperti
perbuatan mengahalangi, menghasut, memfitnah, berkhianat, provokasi,
dan intimidasi. Yang ditunjukan terhadap perorangan atau kelompok atau
terhadap unsure-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat
berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau
konflik.

6
Leopold Von Wiese dan Howard Backer seperti dikutip oleh Soerjono
Soekarto (1989) menyebut empat sub proses kontravensi, yaitu: 1). Proses
yang umum berupa perbuatan-perbuatan, seperti penolakan, keengganan,
perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan,
perbuatan kekerasan, dan perbuatan mengacaukan rencana pihak lain; 2).
Proses yang sederhana, seperti menyangkal pertanyaan orang lain dimuka
umum, memaki-maki orang lain, penolakan melalui surat selebaran,
memfitnah, dan sebagainya; 3). Proses yang intensif, seperti perbuatan
berkhianat, mengumumkan rahasia pihak lain, dan dan sebagainyha; 4).
Proses yang bersifat taktis perbuatan, seperti memprovokasi, intimidasi,
mengejutkan lawan, membingungkan pihak lain, dan sebagainya (Joko Sri
Sukardi & Arifn Rohman, 2009: 64).

c. Konflik.

Konflik adalah proses social antar perorangan atau kelompok


masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan
yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau
jurang pemisah yang menganjal interaksi social diantara mereka yang
bertikai tersebut (J. Swi Narwoko & Bangong Suyanto, 2011: 65-71).

Pertentangan adalah suatu proses sosial dalam rangka memenuhi


tujuan individu atau kelompok dengan cara menentang pihak lain yang
disertai ancaman atau kekerasan. Setiap individu dan kelompok menyadari
adanya perbedaan-perbedaan, misalnya ciri-ciri badaniah, emosi, unsure-
unsur kebudayaan, dan pola prilaku.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama disuatu wilayah


tertentu dalam waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan
berinteraksi mempunyai kebiasaan, tradisi, dan perasaan, persatuan yang
sama. Sedangkan iteraksi sosial adalah hubungan antar sesame manusia yang
saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu
dan antar kelompok.

Perubahan sosial adalah interaksi sosial dalam hubungan sesama


antar manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam
hubungan antar sesame individu maupun antar kelompok . jadi, didalam
sebuah masyarakat terdapat interaksi sosial yang membuat mereka terhubung
antar satu dengan yang lainnya dan masyarakat dapat berubah sesuai dengan
lingkungan.

B. Saran

Dalam kehidupan manusia didunia ini tidak akan lepas dari


kehidupan masyarakat, maka kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakat
harus menyadari bahwa kita hidup tidak mungkin sendirian.

Untuk itu marilah kita menjadi warga masyarakat yang baik


dengan berinteraksi antar individu dengan individu lain, antar individu
dengan kelompok, bahkan kelompok dengan kelompok agar terjalin persatuan
dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat.

8
Daftar Pustaka

A.Lysen,dkk.2018.Individu dan Masyarakat.Bandung:Sumur.

Abdurrahman Abdullah,dkk.1994.Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-


Quran, Terj.H.M.Arifin dan Zainnuddin.Jakarta:PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai