Anda di halaman 1dari 5

6 Dewi

APLIKASI ANALISIS KIMIA KUANTITATIF UNTUK PEMANTAUAN


KADAR OBAT (THERAPEUTIC DRUGS MONITORING)
Ni Made Amelia Ratnata Dewi
Universitas Mataram

E-mail: ameliadewi@unram.ac.id

Abstract: Therapeutic drugs monitoring (TDM) is used to adjust individual drug


therapy. TDM’s purpose is to maximize the therapeutic effect and reduce the side
or toxic effects of drugs. In general, TDM includes sample preparation,
conducting drug analysis and interpreting the concentration of the drug. The
development of analytical techniques is resulted in the determination of
pharmacokinetic characters by measuring drug concentrations in the blood more
easily. Drug analysis can be done by spectrophotometric, chromatographic or
immunoassay method. Immunoassay could provide fast results and easy to use,
but this method cannot distinguish among drugs that have similar structures. In
addition, immunoassays are not available for all drugs monitored in clinical
laboratories, so chromatographic methods such as GC, HPLC, GC/MS, and
HPLC / MS can still be applied to the TDM.

Keywords: Therapeutic drugs monitoring, immunoassays, chromatography

Abstrak: Pemantauan kadar obat/ therapeutic drugs monitoring (TDM)


digunakan untuk menyesuaikan terapi obat secara individual. Tujuannya adalah
untuk memaksimalkan efek terapi serta mengurangi efek samping ataupun toksik
obat. Secara umum TDM mencakup preparasi sampel, melakukan analisis obat
dan menginterpretasikan konsentrasi obat yang didapat. Perkembangan teknik
analisis mengakibatkan penetuan karakter farmakokinetik dengan mengukur
konsentrasi obat dalam darah menjadi lebih mudah. Analisis obat dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri, kromatografi ataupun immunoassay.
Immunoassay dapat memberikan hasil yang cepat serta mudah digunakan tetapi
metode ini tidak dapat membedakan antara obat yang memiliki struktur yang
mirip. Selain itu, immunoassay tidak tersedia untuk semua obat yang dipantau di
laboratorium klinis, sehingga metode kromatografi seperti GC, HPLC, GC/MS,
and HPLC / MS masih dapat diaplikasikan untuk TDM.

Kata Kunci: Therapeutic drugs monitoring, immunoassays, kromatografi

Pendahuluan

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
7 Dewi

Pemantauan kadar obat/ therapeutic Kesalahan waktu pengambilan sampel


drugs monitoring (TDM) merupakan cabang dapat mengakibatkan kesalahan interpretasi
ilmu kimia klinik dan farmakokinetik yang dari hasil (Kang and Lee, 2009).
berkaitan dengan optimalisasi efek obat
serta penyesuaian dosis obat secara Tabel 1. Alasan untuk dilakukan TDM (Gross,
individu dengan cara mengukur konsentrasi 1998)
obat dalam cairan tubuh (Hazarika 2015). Alasan untuk dilakukan TDM
Sejak tahun 1970-an, TDM telah digunakan Kecurigaan adanya efek toksik
pada praktek klinis untuk menyesuaikan Ketidakcukupan respon obat
terapi obat secara individual. Tujuan dari Menilai kepatuhan dari regimen pengobatan
Menilai terapi setelah adanya perubahan
pemantauan kadar obat adalah untuk
regimen pengobatan
memaksimalkan efek terapi serta
Perubahan dari kondisi klinis pasien
mengurangi efek samping ataupun efek Potensi terjadinya interaksi obat
toksik obat (Touw et al., 2005). Gejala penyakit dan keracunan obat mirip
Secara sederhana TDM meliputi
pengukuran konsentrasi obat pada berbagai Setelah dilakukan pengambilan
cairan biologis dan menginterpretasikan sampel dilakukan permintaan untuk
makna relevan konsentrasi secara klinis pemeriksaan kadar obat. Permintaan kadar
(Kang and Lee, 2009). TDM biasanya obat juga harus berisi data pasien baik
dilakukan terhadap beberapa jenis obat berupa regimen dosis obat, data demografi
yang dengan indeks terapi sempit untuk pasien (umur, berat badan, jenis kelamin
menghindari kondisi kekurangan dosis dll), waktu pengambilan sampel, indikasi
(underdose) atau kelebihan dosis (overdose) pemantauan serta obat lain yang digunakan
yang dapat menimbulkan efek toksik (Basalingappa et al. 2014). Setelah
(Marshall and Bangert, 2008). dilakukan penyiapan sampel, dilanjutkan
Perkembangan teknik analisis dengan metode analisis. Ada beberapa
mengakibatkan penetuan karakter metode analisis yang dapat digunakan
farmakokinetik dengan mengukur untuk pemantauan kadar obat antara lain
konsentrasi obat dalam darah menjadi lebih dengan spektroskopi, kromatografi dan
mudah dan dapat memberikan informasi immunoassay.
penting terkait dengan obat (Hazarika,
2015). Metode Spektrofotometri
Preparasi Sampel
Metode spektrofotometri merupakan
metode yang mudah dilakukan jika
Proses pelaksanaan TDM diawali sensitivitas hasil yang diinginkan tidak
dengan adanya kebutuhan untuk terlalu rendah misalnya masih dalam satuan
mengetahui kadar obat dalam tubuh. µg/mL. Namun metode ini memiliki
Beberapa indikasi untuk melakukan TDM kekurangan yaitu diperlukan jumlah sampel
dapat dilihat pada tabel 1. Jika sudah yang besar, proses pemisahan sampel yang
diputuskan obat apa yang ingin dilakukan lebih kompleks dan ada kemungkinan
TDM, dilanjutkan dengan proses gangguan dari senyawa lain (Hazarika,
pengambilan sampel dari pasien (Gross, 2015).
1998). Sampel yang umum digunakan
adalah serum atau plasma darah dari
pasien (Basalingappa et al. 2014).
Sampel darah harus diambil jika obat
telah memasuki kadar tunak (steady state) Metode kromatografi
(Ghiculesco, 2008). Jika pasien diduga
terkena efek toksik obat, pengambilan
sampel harus dilakukan secepatnya.

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
8 Dewi

Kromatografi dapat dilakukan dengan Docetaxel HPLC


menggunakan metode Kromatografi Lapis Ifosfamide GC/MS
Tipis (KLT), Kromatografi Gas/ Gas
Cromathography (GC) ataupun dengan Keterbatasan pada metode GC dan
Kromatografi Cair Performa Tinggi/ High HPLC yaitu masih memerlukan proses
performance Liquid Cromathography ekstraksi sampel serta proses analisisnya
(HPLC). KLT memilih keuntungan berupa lebih rumit dan memerlukan waktu yang
resolusi yang cukup banyak untuk analisis lama.
kualitatif, namun kekurangannya adalah
kurang akuratnya hasil yang didapat untuk Metode Immunoassay
pengukuran kuantitatif serta pengerjaannya
memakan waktu yang cukup lama Metode kromatografi saat ini sudah
(Hazarika, 2015). mulai digantikan dengan metode
GC dan HPLC dapat memberikan immunoassay. Immunoassay tidak
pengukuran yang lebih sensitif dan hasil memerlukan preparasi sampel yang sulit,
yang lebih tepat. Metode GC diaplikasikan jika dibandingkan dengan metode lainnya.
untuk analisis zat-zat yang mudah menguap Immunoassay dapat dikerjakan dengan
tau zat dengan berat molekul yang rendah. Radio immuno assay (RIA), Enzyme
Senyawa yang bersifat polar sulit untuk Immuno Assay dan Fluorescence
dilakukan analisis menggunakan metode ini, Polarization Immunoassay (FPIA). RIA
namun senyawa yang cukup polar dapat dapat memberikan spesifisitas dan presisi
dianalisis dengan metode GC dengan yang lebih baik, namun memerlukan radio
menderivatisasi terlebih dahulu senyawa nukleotida dalam proses pengerjaannya
menjadi senyawa yang lebih nonpolar. (Gawade, 2016). Penggunaan zat radioaktif
Spektrometer massa/ Mass yang berbahaya merupakan salah satu
Spectrometer (MS) sering digunakan kekurangan dari metode RIA (Smith et al.
sebagai detektor untuk senyawa yang 1969). Metode Enzyme Immuno Assay tidak
dielusi dari GC atau kolom suatu HPLC melibatkan zat radioaktif dalam
(Dasgupta dan Datta, 2008). Metode pengerjaannya sehingga cenderung lebih
kromatografi juga dapat dikombinasikan aman jika dibandingkan RIA. Fluorescence
dengan ultrafiltrasi untuk mengukur kadar polarization immunoassay (FPIA). FPIA
obat bebas atau obat yang tidak berikatan mengkombinasikan ikatan protein dengan
dengan protein dalam darah (Wright et al. flourosensi polarisasi sehingga dapat diukur
1996). Pilihan obat yang dapat dipantau langsung tanpa diperlukan pemisahan
dengan metode kromatografi lebih luas jika sebelumnya (Suthakaran dan Adithan,
dibandingkan dengan metode immunoassay. 2006).
Beberapa contoh obat-obat yang dianalisis Immunoassay lebih mudah dilakukan
menggunakan metode kromatografi gas dan namun pilihan obat yang dapat dipantau
KCKT dapat dilihat pada tabel 2. dengan metode ini masih terbatas
(Dasgupta and Datta, 2008). Selain itu pada
Tabel 2. Aplikasi Kromatografi Gas dan beberapa kasus, metode ini tidak dapat
Kromatografi Cair KinerjaTinggi (Dasgupta and membedakan antara metabolit dengan obat
Datta, 2008)
induk atau obat dengan struktur yang mirip
Obat Metode
Karbamazepine HPLC
sehingga pada saat pengukuran terjadi
Gabapentin HPLC peningkatan konsentrasi yang didapat dari
Pregabalin HPLC konsentrasi yang seharusnya (Sym et al.,
Amiodaron HPLC 2001). Beberapa obat yang dapat
Fluoksetin HPLC/MS dimonitoring menggunakan metode
Metronidazole HPLC/MS immunoassay seperti obat antikejang,
Doxorubicin HPLC digoxin, prokainamid, lidocaine, quinidine,
Plaxitaxel HPLC and disopiramid, teofilin, kafein, amikasin,

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
9 Dewi

gentamisin, tobramisin, vankomisin dan (Ed.), Handbook of Drug Monitoring


metroteksat (Dasgupta dan Datta, 2008). Methods. Humana Press, Totowa,
NJ, pp. 67–86.
Interpretasi konsentrasi obat https://doi.org/10.1007/978-1-59745-
031-7_3
Hasil penentuan konsentrasi obat Gawade, S.P. (2016). Overview on
harus diinterpretasikan maknanya secara Monitoring of Therapeutic Drugs.
klinis. Interpretasi dapat dilakukan dengan Indian J. Pharm. Pract. 9, 152–156.
cara merujuk rentang terapetik yang ada di https://doi.org/10.5530/ijopp.9.3.4
dalam pustaka (Hazarika, 2015). Hal yang Ghiculesco, R. (2008). Abnormal laboratory
terpenting dalam menginterpretasikan results: Therapeutic drug monitoring:
konsentrasi obat adalah untuk memberikan which drugs, why, when and how to
terapi sesuai dengan kebutuhan pasien do it. Aust. Prescr. 31, 42–44.
(Reynolds dan Aronson, 1993). Sebelum https://doi.org/10.18773/austprescr.2
melakukan penyesuaian dosis, penting 008.025
untuk mempertimbangkan apakah sampel Gross, A.S. (1998). Best practice in
diambil pada waktu yang tepat, waktu therapeutic drug monitoring 5.
keadaan tunak tercapai dan kepatuhan Hazarika, I. (2015). Therapeutic Drug
pasien dalam mengkonsumsi obat. Monitoring (TDM): An Aspect of
Karakteristik demografi seperti usia, Clinical Pharmacology and
penyakit, etnis, dan variabel lain yang dapat Pharmacy Practice. Ther. Drug
mengakibatkan variasi farmakokinetik dan Monit. 9.
farmakodinamik antar individu juga harus Kang, J.-S., Lee, M.-H. (2009). Overview of
dipertimbangkan saat menginterpretasikan Therapeutic Drug Monitoring.
hasil (Kang dan Lee, 2009). Korean J. Intern. Med. 24, 1.
https://doi.org/10.3904/kjim.2009.24.
1.1
Kesimpulan Marshall, W., Bangert, S. (2008). Clinical
Chemistry, 6th Edition. Mosby
Elsevier, Edinburgh, London.
Immunoassay dapat memberikan
Reynolds, D.J., Aronson, J.K. (1993). ABC
hasil yang cepat serta mudah digunakan
of monitoring drug therapy. Making
tetapi metode ini tidak dapat membedakan
the most of plasma drug
antara obat yang memiliki struktur yang
concentration measurements. BMJ
mirip. Selain itu, immunoassay tidak
306, 48–51.
tersedia untuk semua obat yang dipantau di
https://doi.org/10.1136/bmj.306.6869
laboratorium klinis, sehingga metode
.48
kromatografi seperti GC, HPLC, GC/MS,
Smith, T., Butlaer, V., Haber, E. (1969).
dan HPLC /MS masih dapat diaplikasikan
Determination of Therapeutic and
untuk TDM.
Toxic Serum Digoxin Concentration
by Radio Immunoassay. N Eng J
Med. 281, 1212–1216p.
DAFTAR RUJUKAN Suthakaran, C., Adithan, C. (2006).
Therapeutic Drug Monitoring –
Basalingappa, S., Sharma, A., Amarnath, S. Concepts, Methodology, Clinical
(2014). Basic Concepts of Applications And Limitations. Health
Therapeutic Drug Monitoring 6. Administrator XIX, 22–26.
Dasgupta, A., Datta, P. (2008). Analytical Sym, D., Smith, C., Meenan, G., Lehrer, M.
Techniques for Measuring (2001). Fluorescence Polarization
Concentrations of Therapeutic Drugs Immunoassay: Can It Result in an
in Biological Fluids, in: Dasgupta, A. Overestimation of Vancomycin in

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)
10 Dewi

Patients Not Suffering From Renal


Failure?: Ther. Drug Monit. 23, 441–
444.
https://doi.org/10.1097/00007691-
200108000-00020
Touw, D.J., Neef, C., Thomson, A.H., Vinks,
A.A. (2005). Cost-Effectiveness of
Therapeutic Drug Monitoring. Ther
Drug Monit 27, 8.
Wright, J.D., Boudinot, F.D., Ujhelyi, M.R.
(1996). Measurement and Analysis
of Unbound Drug Concentrations:
Clin. Pharmacokinet. 30, 445–462.
https://doi.org/10.2165/00003088-
199630060-00003

AMINA 1(1) 2019 | Aplikasi analisis kimia kuantitatif untuk pemantauan kadar obat (therapeutic drugs
monitoring)

Anda mungkin juga menyukai