Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas
signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup, seperti
infertilitas dan sierilitas. Kondisi – kondisi lain, seperti infeksi yang didapat secara
kongenital, seringkali mempengaruhi lama dan kualitas hidup.
Kehamilan dianggap sebagai kondisi immunosupresi. Perubahan respon imun
dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi. Selain itu,
perubahan traktus pada genetalia juga dapat mempengaruhi kerentanan terhadap
suatu infeksi.
Infeksi maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi
baik secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit bisa timbul karena
infeksi maternal tersebut, klasifikasi dari macam – macam penyakit yang
ditimbulkan karena infeksi antara lain :
1. Penyakit Menular Seksual (PMS)
2. Infeksi TORCH
3. Human Papiloma Virus
4. Infeksi Traktus Genitalis
5. Infeksi Pasca Partum
Dari macam – macam penyakit tersebut masih bisa diuraikan dan di
klasifikasikan menurut etiologi serta bagian yang diserang oleh virus maupun
bakteri
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


1. Definisi
Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan
karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang
sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis
ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002).
Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes
genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan hepatitis B. HIV dan
syphilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan
kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh (WHO,2009).
2. Epidemiologi
Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai
lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease (STD) atau Penyakit
Menular Seksual (PMS) (Hakim, 2009; Daili, 2009).
Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang
semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma
venerum dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non gonore (UNG),
kondiloma akuminata, herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis, bakterial
vaginosis, hepatitis, moluskum kontagiosum, skabies, pedikulosis, dan lain-lain.
Sejak tahun 1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted
Infection), agar dapat menjangkau penderita asimtomatik (Hakim, 2009; Daili,
2009).
3. Etiologi
PMS pada umumnya disebabkan karena adanya penyebaran virus, bakteri, jamur
dan protozoa/parasit. Seperti beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh virus antara lain HIV (Human Immunodeficiency Virus), Genital Herpes,
Hepatitis B dan HPV (Human Papilloma Virus).
a. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyakit menular
seksual yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehinnga tubuh kehilangan
kemampuan untuk melawan inveksi. HIV menyebabkan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit yang
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh akibat HIV, yang saat ini belum ada
obat yang benar‐benar dapat menyembuhkan.
b. Genital Herpes atau lebih dikenal dengan herpes genitalis (herpes kelamin)
adalah PMS yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplek yang ditularkan
melalui hubungan seksual baik vaginal, anal atau oral yang menimbulkan
luka atau lecet pada bagian kelamin dan mengenai pada bagian langsung
pada luka, bintil atau kutil. Virus ini dapat meng hilang sementara waktu,
tetapi sesungguhnya tetap tidak dapat sepenuhnya dihilang kan, bahkan obat
cydofir (zovirox) saja yang biasa diresepkan untuk penderita genital herpes
hanya dapat meringankan gejala‐gejalanya, tetapi tidak benar‐benar menyem
buhkan penderita. Walaupun tanpa gejala dan tergantung pada daya tahan
tubuh, kalaupun pada awalnya ada rasa seperti terbakar atau gatal pada
kelamin diikuti timbulnya bintil‐bintil berisi air di atas kulit dengan warna
dasar kemerahan, dalam beberapa hari bintil ini akan pecah dan
menimbulkan luka lecet yang terbuka dan sangat nyeri. Pada penderita
perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin, dinding liang kemaluan dan
kadang‐kadang disekitar anus. Sedang pada penderita Laki‐laki biasanya
pada batang atau kepala penis serta disekitar anus. Gejala pada serangan
pertama umumnya lebih berat dibandingkan ketika kambuh. Sebelum timbul
lecet biasanya diawali dengan keluhan pegal‐pegal pada otot disertai demam
(terutama pada serangan pertama), pembengkakan pada kelenjar lipatan
paha, nyeri kadang gatal serta kemerahan pada tempat yang terkena. Masa
inkubasi 1‐26 hari, rata‐rata 6‐7 hari. Masa Inkubasi merupakan rentang
waktu sejak masuknya penyakit kedalam tubuh hingga timbulnya penyakit
tersebut.
c. Hepatitis adalah penyakit menular yang menyebabkan peradangan hati dan
dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B merupakan
satu‐satunya penyakit menular seksual yang dapat dicegah dengan vaksinasi.
Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit kuning, kelelahan yang teramat
sangat, muntah‐muntah dan demam, dapat ditularkan dengan mudah melalui
kontak seksual. Sebagian penderita hepatitis B dapat kembali sehat dengan
terapi anti hepatitis, namun sebagian penderita terkadang penyakitnya justru
bertambah kronis.
d. Human Pappiloma Virus (HPV) atau juga dikenal dengan nama genital wart
adalah penyakit menular seksual yang banyak ditemukan dengan munculnya
kutil genital, kutil kelamin atau disebut candiloma akuminata yang dapat
meningkatkan kanker serviks dan penyakit ini sangat mengkhawatirkan di
komunitas medis ada kampanye untuk mendorong diadakannya vaksinasi
terhadap HPV pada penderita untuk menekan angka penyebaran HPV genital
melalui aktivitas seksual. Virus HPV menimbulkan gejala seperti kelainan
berupa tonjolan kulit berbentuk jengger ayam yang berwarna seperti kulit,
ukurannya bervariasi dan sangat kecil sampai besar sekali. Pada penderita
perempuan dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai dubur, selaput
lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim. Pada penderita laki‐
laki dapat mengenai penis dan saluran kencing bagian dalam. Khusus
perempuan hamil, kutil dapat tumbuh besar sekali dan baru disadari setelah
perempuan melakukan papsmear. Jika tidak segera ditangani bisa
menyebabkan kanker leher rahim serta kanker penis. Sebagian besarkuman
penyakit ini menempel pada kulit, seperti skrotum, maka kondom tidak
100% efektif dalam mencegah penularannya. Bahkan berdasar laporan
kesehatan, remaja memiliki persentase tertinggi pada virus ini dibanding
kelompok umur lainnya. Ada satu penelitian di Amerika menunjukkan
sampai seperempat perempuan muda yang aktif secara seksual terbukti
terinveksi kutil kelamin melalui pengujian laboratorium, walaupun bukti
kasat mata seperti kutil kelamin dibagian luar lebih sedikit. Sekarang kita
bahas tentang PMS yang disebabkan karena penyebaran bakteri antara lain
seperti Chlamydia Trachomatis atau disebut Klamidia, Vaginosis Bakterial,
Gonore, dan Sifilis.
e. Chlamydia Trachomatis adalah penyakit menular melalui hubungan seks
vaginal, oral atau anal. Apabila tidak terdeteksi melalui diagnosa pada tahap
awal dan segera diobati dengan antibiotika, maka klamidia dapat menyebar
dengan sangat cepat dan menyebabkan penyakit radang panggul yang
menyebabkan kehamilan ektopik (diluar kandungan) dan kemandulan pada
laki‐laki. Bakteri ini juga dapat menyerang leher rahim. Gejala pada
penderita berupa keluhan adanya keputihan yang disertai nyeri pada saat
kencing dan pendarahan setelah melakukan hubungan seksual. Cara
penularannya tidak disadari karena kebanyakan penderita yang terinfeksi
tidak merasakan gejalanya. Pada infeksi kronis dapat menyebar ke saluaran
telur yang mengakibatkan kehamilan ektopik dan kemandulan. Dapat
menyebabkan kebutaan atau radang paru‐paru pada bayi yang baru
dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi bakteri ini. Masa inkubasi klamidia
adalah 7‐12 hari. Hasil laporan kesehatan menunjukkan bahwa remaja di
seluruh dunia adalah proporsi terbesar seluruhnya dalam infeksi klami dia,
kurang lebih sepertiga. Termasuk di Haiti dan Nigeria memiliki tingkat
klamidia yang tinggi.
f. Vaginosis Bakterial adalah penyakit menular yang disebabkan adanya
infeksi pada alat kelamin yang disebabkan adanya campuran bakteri
Gardnella Vaginalis dan bakteri Anaerop. Pada penderita gejalanya berupa
keputihan tidak banyak, berwarna abu‐abu, lengket dan berbau amis,
biasanya akan tercium jelas setelah melakukan hubungan seksual dengan
lawan jenis.
g. Gonore adalah penyakit menular serupa dengan klamidia, ditularkan melalui
hubungan seks vaginal, oral atau anal. Penyakit ini juga telah berhasil diobati
dengan antibiotika, namun gonore yang tidak segera diobati dapat
menyebabkan nyeri panggul, keputihan dan penyakit radang panggul. Pada
penderita penyebabnya adanya kuman Neisseria Gonorrhoeae. Pada
penderita perempuan terkadang sering tanpa adanya gejala atau gejalanya
sulit dilihat, terkadang ada nyeri di bagian perut bawah, kadang disertai
keputihan dengan bau yang menyengat, alat kelamin terasa sakit atau gatal,
adanya rasa sakit atau panas pada waktu buang air dan pendarahan setelah
melakukan hubungan seks. Akan tetapi Gonore (GO) sering datang tanpa
keluhan atau gejala apapun pada perempuan. Pada penderita laki‐laki adanya
gejala timbul pada waktu satu minggu, rasa sakit pada saat buang air atau
ereksi, keluar nanah dari saluran kencing utamanya pada pagi hari. Sering
tanpa gejala pada stadium dini.
h. Sifilis atau dikenal dengan Raja Singa adalah penyakit menular yang
disebabkan kuman Treponema Pallidium. Gejala yang pertama kali muncul
adalah rasa sakit di daerah kontak seksual, timbul benjolan di sekitar alat
kelamin, kadang‐kadang disertai pusing‐pusing dan nyeri tulang seperti flu
yang akan menghilang dengan sendirinya tanpa diobati, terjadi bercak
kemerahan pada tubuh sekitar 6‐12 minggu setelah hubungan seks. Selama
2‐3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa‐apa. Setelah 5‐
10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, Pembuluh darah
dan jantung. Pada perempuan hamil, penyakit ini dapat menular pada bayi
yang dikandungnya yang mengakibatkan kerusakan kulit, hati, limpa dan
keterbelakangan mental. Selanjutnya kita bahas PMS yang disebabkan
karena penyebaran jamur yaitu Kandidas Vagina.
i. Kandidas Vagina adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jamur
Candida Albicans. Dalam keadaan normal biasanya jamur ini terdapat pada
kulit ataupun lubang kemaluan perempuan. Pada keadaan tertentu seperti
penyakit (kencing manis, kehamilan pengobatan steroid, anti biotik) jamur
ini dapat meluas dan menimbulkan keputihan. Penyakit ini sebenarnya tidak
tergolong PMS, tetapi pasangan seksual perempuan yang terinfeksi jamur ini
dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik‐bintik kemerahan pada kulit
kelamin. Gejalanya adalah keputihan yang tidak berbau atau berbau asam,
berwarna seperti keju atau susu basi disertai gatal, panas dan kemerahan di
kelamin dan sekitarnya. Yang terakhir kita bahas PMS yang disebabkan
karena penyebaran protozoa/parasit yaitu Trikomoniasis.
j. Trikomoniasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas Vaginalis. Gejalanya antara lain terjadinya keputihan yang
banyak. Kadang‐kadang berbusa dan berwarna kehijauan dengan bau busuk,
terjadinya gatal‐gatal di kemaluan, nyeri pada saat berhubungan seks atau
saat buang air kecil. Masa inkubasi 3‐28 hari. Infeksi trikomoniasis
merupakan penyakit menular seksual yang dapat disembuhkan dan yang
paling biasa terjadi.
4. Faktor Resiko
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya pengidap Penyakit
Menular Seksual (PMS) antara lain :
a. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).
b. Gonta-ganti pasangan seks.
c. Prostitusi.
d. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka
atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka
disbanding epitel dinding vagina.
e. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita PMS
(Hutagalung, 2002).
f. Saat ini sudah terbuka lebar akses informasi yang membahas seksualitas
termasuk gambar‐gambar berkatagori pornografi, media masa, internet yang
sudah banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar kalangan remaja secara tidak
benar.
g. Adanya nilai ganda masyarakat dalam mensikapi permasalahan pornografi,
disatu sisi menentang, menganggap tabu, terlalu fulgar, seronok, jijik dan
sebagainya, disisi lain ada sikap apatis, membiarkan bahkan memanfaatkan
pornografi sebagai tontonan masyarakat bahkan masuk dalam lingkungan
keluarga.
h. Nilai‐nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang cenderung disalah gunakan,
menghilangkan nilai‐nilai sakral, budaya dan agama, malah cenderung
melakukan hal‐hal yang tidak terpuji, permisif (serba boleh) dan cenderung
melonggarkan hubungan laki‐laki dan perempuan.
i. Kurangnya pemahaman kalangan remaja terhadap perilaku seks bebas yang
pernah dilakukan ditambah kontrol keluarga serta masyarakat yang
cenderung menurun.
j. Semakin banyaknya tempat‐tempat hiburan plus, prostitusi, baik yang
terlokalisir maupun di tempat/kawasan remang‐remang dan sebagainya.
Bahkan ada yang beranggapan bahwa dirinya merasa tidak akan mungkin
terjangkit penyakit apapun, sehingga ada dorongan untuk mencoba hal baru
5. Tanda dan Gejala
Pada anak perempuan gejalanya berupa:
a. Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan warnanya
kekuningan- kuningan, berbau tidak sedap
b. Menstruasi atau haid tidak teratur
c. Rasa sakit di perut bagian bawah
d. Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin
Pada anak laki-laki gejalanya berupa:
a. Rasa sakit atau panas saat kencing
b. Keluarnya darah saat kencing
c. Keluarnya nanah dari penis
d. Adanya luka pada alat kelamin
e. Rasa gatal pada penis atau dubur (Hutagalung, 2002).
6. Penatalaksanaan
Menurut WHO(2003), penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua
cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasus(case management) ataupun
penanganan berdasarkan sindrom (syndrome management). Penanganan
berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa pemberian terapi antimikroba
untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan
perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan
berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan
gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yang
menimbulkan sindrom. Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah
penanganan berdasarkan mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam
kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara
empiris (Murtiastutik, 2008).
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah:
a. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson,
spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin (Daili, 2007)
b. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin,
eritromisin, dan kloramfenikol (Hutapea, 2001)
c. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir (Wells et al,
2003)
d. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin (Wells et al.,
2003)
e. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al., 2003).

B. INFEKSI TORCH
1. Definisi
Infeksi TORCH adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus
plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin. Empat jenis penyakit infeksi
yaitu Toxsoplasmosis, infeksi lain (mis. Hepatitis), virus rubella,
citomegalovirus, dan virus herpes simplex
2. Patofisiologi

3. Klasifikasi
a. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
disebut Toxoplasma gondii. Dari penelitian di jelaskan bahwa untuk
penyakit bawaan atau kongenital terjadi akibat infeksi primer selama
kehamilan, khususnya selama trimester ketiga. Tidak seperti infeksi
kongenital lain yang cenderung untuk terjadi sekitar 8-15 minggu kehamilan
yang terjadi ketika masa organogenesis, toksoplasmosis infektivitas terjadi
sebaliknya dan bahkan dapat meningkat sesuai usia kehamilan.
Toksoplasmosis timbul akibat mengkonsumsi daging mentah atau tidak
mencuci tangan sewaktu menyiapkan daging mentah atau terinfeksi kotoran
kucing. Parasit ini memiliki kemampuan shedding dalam saluran pencernaan
kucing, dan ketika masuk ke tubuh manusia dapat menyebar secara
hematogenous ke pembuluh darah uterin akhirnya memasuki plasenta dan
menginfeksi janin. Setelah menyerang janin, parasit ini menyerang sel-sel
otak dan otot, membentuk kista yang dapat tetap hidup dalam host selama
bertahun-tahun.
b. Rubela (campak jerman)
Rubela adalah suatu infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet. Demam,
ruam dan limfedema ringan biasanya terlihat pada ibu yang terinfeksi.
Akibat pada janin lebih serius dan meliputi abortus sepontan, anomali
kongenital dan kematian. Sebagian besar wanita usia subur kebal terhadap
rubella, baik melalui vaksinasi atau penyakit sebelumnya, namun 2 dar 10
dianggap rentan. Pencegahan infeksi rubela maternal dan efek pada janin
adalah fokus utama program imunisasi rubela (ACOG, 1992c). Vaksinasi ibu
hamil dikontraindikasikan karena infeksi rubela bisa terjadi setelah vaksin
diberikan. Sebagai bagian dari konseling prakonsepsi atau masa nifas, vaksin
rubela diberikan kepada ibu yang tidak imun terhadap rubela dan mereka
dianjurkan memakai kontrasepsi selama minimal tiga bulan setelah
vaksinasi.
c. Cytomegalovirus
Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili
betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan,
sekresi maupun ekskresi tubuh yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu,
cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu.
Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi,
infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya pada
minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa perinatal akan
mengakibatkan gejala yang berat. Setiap tahun sekitar 40.000 bayi di AS
(1%) terinfeksi. Untungnya, sebagian besar bayi tidak mengalami kematian,
tapi sekitar 8.000 bayi per tahun mengalami cacat yang berlangsung dari
CMV.
Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar
wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak
mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila seorang wanita baru
terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi primer ini akan menyebabkan
manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut:
hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan
optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice, infiltrasi
pulmonal dengan berbagai tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi
dapat bertahan hidup akan disertai retardasi psikomotor maupun kehilangan
pendengaran.
d. Virus Herpes Simpleks
Herpes disebabkan oleh virus herpes simpleks, yang mirip dengan virus yang
menyebabkan cacar air dan herpes zoster. Setelah infeksi awal, herpes
simplex virus dapat bersembunyi dalam sel saraf dan kemudian memulai
serangan baru. Ada 2 jenis utama virus herpes simpleks (HSV): tipe I, yang
biasanya dikaitkan dengan luka dingin di sekitar mulut, dan tipe 2, yang
biasanya dikaitkan dengan luka genital. Namun, jenis dapat menginfeksi
baik mulut atau alat kelamin dan keduanya dapat diteruskan kepada bayi
yang baru lahir. Sekitar 45 juta orang Amerika memiliki herpes genital
dengan sekitar 1.000 infeksi baru lahir terjadi setiap tahun.
e. Infeksi Lain
Hepatitis B (hepatitis serum) adalah penyakit virus yang ditularkan seperti
penularan HIV. Cara transmisinya meliputi jarum terkontaminasi, produk
darah atau jarum bekas, hubungan seksual, dan pertukaran cairan tubuh.
Apabila terjadi infeksi maternal pada trimester pertama, jumlah neonatus
yanng menjadi seropositif untuk antigen permukaan hepatitis B bisa
mencapai 10%. Jika ibu terinfeksi secara akut pada trimester ketiga, 80%
sampai 90% neonatus akan terinfeksi (ACOG, 1992d).
Hepatitis B (HBV) adalah penyakit virus yang serius dan mengakibatkan
4.000-5.000 kematian setiap tahun di AS karena sirosis dan kanker hati.
Infeksi akut terjadi dalam 1 sampai 2 kehamilan per 1000. Memperkirakan
bahwa 300 juta orang di seluruh dunia secara kronis terinfeksi HBV.
Gambaran umum penatalaksanaan infeksi TORCH
C. HUMAN PAPILOMA VIRUS
1. Definisi
HPV adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda dapat
menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) dalam
atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher
rahim atau dubur(Benchimol S dan Minden MD, 1998).
Kutil-kutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab dan di
daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi
HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui hubungan seks, sedangkan
penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa hubungan seks
(penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan barang secara bersama)
(Benchimol S dan Minden MD, 1998).
2. Epidemiologi
Penyebaran HPV dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : letak geografis, genetik,
status sosial ekonomi rendah, nutrisi, sistem imun alami, banyak pasangan seks,
usia, dan rokok (nikotin). Tipe yang paling umum dijumpai justru yang paling
berbahaya, yakni 16 dan 18. Tipe 16 biasa ditemukan di wilayah seperti Eropa,
Amerika Serikat, dan wilayah lainnya. Sementara tipe 18 lebih banyak ditemukan
di Asia(Andrijono, 2007).
3. Etiologi
Infeksi HPV dapat terjadi saat hubungan seksual pertama, biasanya pada masa
awal remaja dan dewasa. Prevalensi tertinggi (sekitar 20%) ditemukan pada
wanita usia kurang dari 25 tahun. Pada wanita usia 25-55 tahun dan masih aktif
berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks sekitar 5-10 persen. Meski
fakta memperlihatkan, terjadi pengurangan risiko infeksi HPV seiring
pertambahan usia, namun sebaliknya risiko infeksi menetap/persisten malah
meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia terjadi perubahan
anatomi (retraksi) dan histology (metaplasia). Selama serviks matang melebihi
masa reproduktif seorang wanita, maka cervical ectropion digantikan melalui
suatu proses squamous metaplasia, untuk membagi secara bertingkat epitel
skuamosa. Epitel skuamosa bertingkat ini diperkirakan lebih protektif pada
banyak orang melawan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Selain itu, hasil imunitas dari paparan infeksi sebelumnya, juga diduga sebagai
biang
dibalik penurunan insiden tersebut (Andrijono, 2007).
4. Faktor resiko
a. Tidak adanya tes pap yang teratur
b. System imun yang lemah
c. Usia
d. Sejarah seksual
e. Merokok
f. Terlalu lama menggunakan pil pengontrol kehamilan
g. Mempunyai banyak anak
5. Pemeriksaan diagnostik
Jika dokter tidak menemukan adanya lesi atau kutil , tes diagnostik berikut
mungkin diperintahkan :
a. Pap menguji - sampel sel-sel serviks atau sel vagina dikumpulkan dan dikirim
ke laboratorium . Tes ini dapat menentukan apakah sel-sel telah berubah
struktur mereka ( menjadi abnormal ) . Sel abnormal biasanya berarti ada
risiko lebih tinggi terkena kanker .
b. Tes DNA - tes ini mendeteksi apakah varietas HPV risiko tinggi yang hadir ,
orang-orang yang berkaitan dengan risiko kanker genital . Beberapa sel dari
leher rahim diambil dan dikirim ke laboratorium untuk analisis . Sebuah studi
menemukan bahwa tes DNA yang terbaik untuk wanita di atas usia 30 tahun .
(Link ke artikel )
c. Cuka tes solusi - solusi cuka diterapkan ke daerah genital . Jika ada infeksi
HPV , daerah akan menjadi putih . Beberapa lesi datar sulit dideteksi , tes ini
membantu dokter dalam / nya diagnosisnya .
6. Manifestasi klinis
HPV bukan jenis virus baru namun, banyak orang tidak menyadarinya karena
virus ini jika menjangkiti manusia tidak manimbulkan gejala dan tidak
menyebabkan masalah kesehatan yang serius sampai infeksi virusnya menjadi
parah. Setiap saat HPV dapat menginfeksi tanpa menunjukkan gejala. HPV tidak
seperti virus lainnya yang menunjukkan gejala fisik menurun apabila terjangkit
virus ini tetapi seseorang baik pria maupun wanita dapat terkena HPV bertahun-
tahun sebelum ia menyadarinya. Tanda-tanda terserang HPV sering hanya
ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil. Kutil yang tumbuh mungkin berwarna merah
muda, putih, abu-abu ataupun coklat. Awalnya hanya berupa bintil-bintil kecil
yang kemudian bersatu membentuk kutil yang lebih besar. Semakin lama kutil
dapat menjadi semakin besar. Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan banyak
jika tumbuh di kulit lembab akibat kebersihan kulit kurang dijaga. Kutil-kutil ini
dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal sehingga membuat tidak nyaman dan
sering kali baru disadari keberadaannya saat jumlahnya sudah bertambah banyak
dan besar. Kutil dapat bertumbuh dengan cepat segera setelah terinfeksi atau pun
beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak
pernah tumbuh sampai dinyatakan kita terinfeksi HPV (atau sampai kita
menyadari bahwa kita terinfeksi HPV). Oleh karenanya, untuk menjaga segala
sesuatu yang tidak diinginkan maka dianjurkan untuk rutin melakukan Pap smear/
tes Pap minimal setahun sekali bagi wanita di atas usia 21 tahun. Umumnya
dokter dapat menentukan apakah kita mempunyai kutil kelamin dengan
melihatnya. Kadang kala alat yang disebut anoskop dipakai untuk memeriksa
daerah dubur. Jika perlu, contoh kutil dipotong dan diperiksa diperiksa dengan
mikroskop (biopsi) . HPV yang menyebabkan kutil kelamin tidak sama dengan
virus yang menyebabkan kanker. Tetapi jika kita mempunyai kutil, maka kita
mungkin terinfeksi jenis HPV lain yang dapat menyebabkan kanker(Andrijono,
2007).
7. Penatalaksanaan medis
Pencegahan infeksi HPV kutil umum sulit untuk menghindari . Profesional
perawatan kesehatan mengatakan bahwa menggigit kuku meningkatkan risiko ,
jadi tidak menggigit mereka secara logis mengurangi risiko . Kutil plantar , yang
mempengaruhi kaki , dapat dicegah dengan menjaga kaki bersih dan kering .
Mengenakan kaus kaki bersih dan tidak berjalan di sekitar kolam renang umum
dan olahraga kamar ganti dengan kaki telanjang juga dapat membantu.

D. INFEKSI TRAKTUS GENETALIA


1. Infeksi Vagina
a. Pengertian
Infeksi Vagina adalah salah satu penyakit yang umum diderita oleh kaum
wanita diseluruh dunia. Salah satu penyebabnya adalah infeksi jamur yang
merupakan salah satu faktor terpenting kedua penyebab infeksi vagina.
b. Etiologi
1) Celana dalam ketat
2) Pil kontrasepsi
3) Hubungan intim
4) Diabetes
5) Antibiotik dan steroid
6) Pentransferan infeksi
7) Kekebalan tubuh rendah
8) Perawatan hormonal dan kesuburan
c. Klasifikasi
Infeksi yang paling sering terdapat pada Infeksi Vagina :
1) Kandidiasis Vulvovaginalis
Kandidiasis Vulvovaginalis adalah infeksi mukosa vagina dan vulva
( mulut vagina ) yang dapat disebabkan oleh jamur Candida. Ada 7
spesies yang diketahui dapat menyebabkan infeksi namun tersering
adalah Candida Albicans (80-90%), Candida Glabarta (10%), Candida
Tropicalis (5-10%). Kandidiasis Vulvovaginalis sering disebabkan oleh
Candida Albicans. Kandida albican penyebab terbanyak yang dapat
diisolasi >80% dari penderita kandidiasis vagina. Kandida albicans dapat
dijumpai pada kulit normal, vagina dan saluran pencernaan. Keluhan
yang paling sering pada Kandidiasis Vulvovaginalis adanya rasa gatal
pada daerah vulva dan adanya duh tubuh. Sifat duh tubuh bervariasi dari
yang cair seperti air sampai tebal dan homogen dengan noda seperti keju.
Kadang-kadang sekret tampak seperti susu yang disertai gumpalan-
gumpalan putih sehingga tampak seperti susu basi/pecah dan tidak
berbau. Akan tetapi lebih sering sekret hanya minimal saja. Keluhan
klasik yang lainnya adalah rasa kering pada liang vagina, rasa terbakar
pada vulva, dispareunia dan disuria. tidak ada keluhan yang benar-benar
spesifik untuk Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV).
2) Trikomoniasis ( Trichomonas Vaginalis )
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
parasit uniselluler Trichomonas Vaginalis (T.Vaginalis). Trichomonas
Vaginalis adalah protozoa yang tumbuh subur di lingkungan yang
bersifat basa, trikomoniasis terjadi pada sekitar 30% wanita yang aktif
secara seksual. Trikomonasis vaginalis mempunyai hubungan dengan
peningkatan serokonversi virus HIV pada wanita. Terdapat
pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang hebat
disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan gemuk
dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai penyakit kencing manis.
Faktor risiko yang paling signifikan adalah aktivitas seksual selama 30
hari sebelumnya (dengan 1 atau lebih pasangan). Wanita dengan 1 atau
lebih pasangan seksual selama 30 hari sebelumnya memiliki 4 kali lebih
mungkin mengalami infeksi Trichomonas vaginalis.
2. Streptokokus Grup B
Streptokokus Grup B (SGB) merupakan penyebab penting infeksi yang serius
pada neonatus antara lain menyebabkan pneumonia, septikemia dan meningitis
neonatal. Infeksi neonatal SGB menjadi penyebab utama kematian pada bayi baru
lahir dan lebih dari 6000 kasus infeksi ini terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Bakteri ini umumnya diperoleh bayi melalui transmisi vertikal dari
ibunya baik in utero maupun ketika ia melewati jalan lahir
a. Faktor Risiko
Prekehamilan
1) Usia <20 tahun
2) Keturunan Afrika-Amerika
3) Keturunan Aborigin Australia
4) Riwayat infeksi pada bayi sebelumnya

Antepartum

1) Bakteria SGB pada kehamilan


2) Kolonisasi Berat
3) Kadar antibodi anti-GBS kapsular yang rendah
4) Ketuban pecah dini

Intrapartum

1) Pelahiran preterm
2) Demam >38ºC
3) Ketuban pecah >18 jam

3. Infeksi Saluran Kemih ( ISK )


Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikrooerganisme. Sebagian
besar ISK disebabakan oleh bakteri seperti jamur dan virus. Infeksi bakteri
tersering disebabkan oleh Escheriichia coli, suatu kontaminan tinja yang sering
ditemukan di daerah anus.
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri
aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba
lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri
yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih.
Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup
kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri
gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina, perineum
(daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan
seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak
di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah ini :
1) Kelompok anterobacteriaceae seperti :
a) Escherichia coli
b) Klebsiella pneumoniae
c) Enterobacter aerogenes
d) Proteus
e) Providencia
f) Citrobacter
2) Pseudomonas aeruginosa
3) Acinetobacter
4) Enterokokus faecalis
5) Stafilokokus sarophyticus

E. INFEKSI PASCA PARTUM


1. Definisi
Sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan adalah infeksi klinis pada
saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan. D
itandai kenaikan suhu sampai 38⁰ atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Diukur peroral
sedikitnya 4 kali sehari disebut morbiditas puerperalis.
2. Epidemiologi
Sepsis puerperal terjadi pada sekitar 6% kelahiran di Amerika Serikat dan
kemungkinan besar merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas
maternal di seluruh dunia.
3. Etiologi
Infeksi bisa timbul akibat akibat bakteria yang seringkali ditemukan di dalam
vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina
(eksogenus). Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme
streptokokus dan bakteri anaerobik.infeksi Staphylococcus aureus, gonococcus,
koliformis, dan klostridia jarang terjadi tetapi merupakan organisme patogen
serius yang menyebabkan infeksi pasca partum. Episiotomi atau laserasi pada
vagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
4. Faktor Resiko
a. Faktor resiko yang terjadi saat antenatal care :
1) Keadaan anemia akibat malnutrisi
2) Adanya kemungkinan infeksi parasit dalam abdomenal
3) Terdapat bakteri komensalisme pada genetalia bawah :
a) Serviks
b) Vagina
c) Infeksi alat perkemihan
b. Faktor resiko saat inpartu :
a) Ketuban pecah pada saat pembukaan kecil (lebih dari 6 jam)
b) Persalinan pervaginam operatif
c) Persalinan yang lama dan melelahkan
d) Kelahiran dengan bantuan alat
e) Perdarahan
5. Manifestasi Klinis
Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38⁰ C atau lebih
selama 2 hari berturut – turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah kelahiran,
harus dianggap disebabkan oleh infeksi pascapartum.
a. Keletihan
b. Letargi
c. Kurang nafsu makan
d. Menggigil
e. Nyeri perineum atau distres di abdomen bawah
f. Mual
g. Muntah
6. Klasifikasi
a. Syok bakteremia
b. Mastitis
DAFTAR PUSTAKA

Andrijono, 2007. Kanker Serviks, Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Gynecolog.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Aprilianingrum, F., 2002, Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV pada Pekerja Seks
Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan
Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002, Laporan Penelitian, Semarang.
Daili,S,F.,2007. Tinjauan penyakit menular seksual (PMS). Dalam: Djuanda,A.,
Hamzah,M., Aisah, S. (eds). 2007. Ilmu Penyakit dan Kelamin. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Hutagalung, Ellisma., 2002. Hubungan Karakteristik Anak Jalanan Terhadap Perilaku
Seksualnya dan Kemungkinan Terjadinya Risiko Penyakit Menular Seksual (PMS)
di Kawasan Terminal Terpadu Pinang Baris Medan Tahun 2002. [skripsi] Medan :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Hamilton, C.W., 2003,
Pharmacotherapy Handbook, 5th edition. USA: Mc Graw Hill Medical Publishing
Division: 435-450.
Murtiastutik, D. (eds), 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga
University Press.
Hakim, L., 2003. Epidemologi penyakit menular seksual. Dalam: Daili. S. F., Makes, W.
I., B., Zubier, F., Judarsono, J. (eds). 2003. Penyakit Menular Seksual. Edisi ke - 2.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai