Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN KEPRIBADIAN HARDINESS DENGAN OPTIMISME

PADA CALON TENAGA KERJA INDONESIA (CTKI) WANITA


di BLKLN DISNAKERTRANS JAWA TENGAH

Harlina Nurtjahjanti, Ika Zenita Ratnaningsih

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro


Jl. Prof Sudharto. SH, Kampus Tembalang, Semarang, 50275

harlina_nc@yahoo.com ; ikazenita@yahoo.com

Abstrak

Resiko bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri tidaklah kecil. Kasus-kasus penganiayaan terhadap
TKI yang bekerja di luar negeri banyak terjadi. Bekerja sebagai TKI di luar negeri bukanlah sesuatu yang mudah,
karena diperlukan berbagai keterampilan khusus, terutama terkait dengan pengetahuan, ketrampilan yang memadai, dan
bahasa pengantar di negara tujuan. Hal tersebut menimbulkan kecemasan pada calon tenaga kerja Indonesia (CTKI)
wanita yang hendak diberangkatkan ke luar negeri. Optimisme akan masa depan yang akan diraih oleh CTKI wanita
dapat memberikan harapan yang positif sehingga akan meningkatkan motivasi untuk belajar serta berlatih sebelum
diberangkatkan ke luar negeri. Optimisme merupakan kecenderungan untuk mempercayai bahwa hal-hal baik akan
terjadi daripada hal-hal buruk dalam kehidupan. Munculnya optimisme pada CTKI wanita tidak lepas dari karakteristik
kepribadian yang dimiliki salah satunya adalah kepribadian hardiness. Karakter kepribadian hardiness mempunyai
pengaruh yang positif pada berbagai status individu dan berfungsi sebagai sumber perlawanan pada saat individu
menemui kejadian yang menimbulkan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian
hardiness dengan optimisme pada CTKI wanita di BLKLN Disnakertrans Jateng. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
ada hubungan positif antara hardiness dengan optimisme. Subjek penelitian adalah CTKI wanita yang hendak
diberangkatkan ke luar negeri sebagai penata laksana rumah tangga. Jumlah subjek penelitian sebanyak 66 orang,
berusia antara 22- 41 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan dua buah skala yaitu skala hardiness dan skala
optimisme. Skala hardiness disusun berdasarkan teori yang dikemukakan Kobasa (1984, dalam Kreitner, 2005), skala
optimisme menggunakan adaptasi LOT-R (Life Orientation Test Revised) (Scheier, Carver, & Bridges, 1994). Hasil
analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara hardiness dengan optimisme pada CTKI wanita di
BLKLN Disnakertrans Jateng. Hal tersebut ditunjukkan dengan angka korelasi r xy = 0,664 dengan p = 0,000 (p<0,05).
Semakin tinggi hardiness maka optimisme yang dimiliki semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah hardiness yang
dimiliki, maka optimisme akan semakin rendah pada CTKI wanita di BLKLN Disnakertrans Jateng. Hardiness
memberikan sumbangan efektif 44,1% terhadap optimisme sedangkan sisanya sebesar 55,9% dipengaruhi oleh variabel
lain. Angka tersebut menunjukkan bahwa hardiness merupakan faktor yang menentukan munculnya optimisme pada
CTKI wanita.

Kata kunci: hardiness, optimisme, calon tenaga kerja Indonesia (CTKI) wanita

PENDAHULUAN
Mayoritas kasus yang menimpa TKI berkaitan
Resiko bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia dengan pelanggaran kontrak kerja. Misalnya,
(TKI) di luar negeri tidaklah kecil. Kasus gaji yang tak kunjung dibayarkan, jam kerja
kasus penganiayaan terhadap tenaga kerja yang berlebihan, dan beban kerja yang tidak
Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak
sudah banyak kita dengar. Dikabarkan dalam kerja. Ada pula beberapa kasus berat, yakni
Suara Merdeka (16/4/2011) ada TKI yang kekerasan dan pelecehan seksual, tetapi
bekerja di luar negeri mengalami kasus jumlahnya relatif tidak besar, masing-masing
penganiayaan yang mengakibatkan kebutaan. sebesar 4% dan 2%. Malaysia dan Arab Saudi
126
Nurtjahjanti dan Ratnaningsih, Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Optimisme 127
pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Wanita di BLKLN Disnakertrans Jawa Tengah

menjadi dua negara yang menyumbang kasus 2005). Schultz dan Schultz (2002)
kekerasan terbanyak terhadap tenaga kerja menjelaskan bahwa individu yang memiliki
Indonesia (TKI), karena warga negara tingkat hardiness yang tinggi memiliki sikap
Indonesia paling banyak bermukim di dua yang membuat mereka lebih mampu dalam
negara tersebut (Tempo Interaktif, melawan stres. Individu yang memiliki
3/12/2010). hardiness yang rendah dalam kondisi
memiliki ketidakyakinan akan kemampuan
Bekerja di luar negeri bukanlah sesuatu yang dalam mengendalikan situasi. Individu
mudah, karena diperlukan berbagai dengan hardiness yang rendah memandang
keterampilan khusus, terutama terkait dengan kemampuannya rendah dan tidak berdaya
pengetahuan, ketrampilan yang memadai, dan serta diatur oleh nasib. Penilaian tersebut
bahasa pengantar di negara tujuan. Hal hal menyebabkan kurangnya pengharapan,
tersebut menimbulkan kecemasan pada calon membatasi usaha dan mudah menyerah ketika
tenaga kerja Indonesia (TKI) yang hendak mengalami kesulitan sehingga mengakibatkan
diberangkatkan ke luar negeri. kegagalan.

Optimisme akan masa depan yang akan diraih Hardiness bisa dikatakan penting untuk
oleh calon tenaga kerja Indonesia (TKI) dapat dimiliki oleh setiap individu termasuk para
memberikan harapan yang positif sehingga CTKI wanita karena bekerja sebagai penata
akan meningkatkan motivasi untuk belajar laksana di luar negeri selain memerlukan
serta berlatih sebelum diberangkatkan ke luar ketrampilan yang lebih beragam juga
negeri. Optimisme masa depan merupakan memerlukan keyakinan yang kuat dalam
kecenderungan untuk memandang segala memandang dan menyelesaikan suatu
sesuatu dari segi dan kondisi yang baik, serta permasalahan yang akan dihadapi di sana.
mengharapkan hasil yang paling memuaskan
(Saphiro, 1997). Optimisme menjadi sesuatu Optimisme
hal yang penting karena hal tersebut dapat
memberikan harapan positif dalam Keberhasilan seseorang di masa depan akan
melaksanakan pekerjaan sebagai TKI di diperoleh bila seseorang memiliki optimisme
kemudian hari. dan semangat yang tinggi dalam mewujudkan
masa depan yang lebih baik. Orang-orang
Optimisme yang dimiliki CTKI mampu yang memiliki pola pikir optimis dalam
mengarahkan setiap perilakunya untuk hidupnya akan memiliki kepercayaan diri
membekali diri sebelum bekerja menjadi TKI dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-
di kemudian hari. Optimisme akan membawa hari, mereka juga cenderung lebih berbahagia
individu menjadi lebih realistis untuk melihat dalam menjalani kehidupan.
suatu peristiwa dan masa depan, dapat
membantu dalam menghadapi kondisi sulit Optimisme masa depan merupakan
dalam kehidupan serta mampu mengerjakan kecenderungan untuk memandang segala
sesuatu menjadi lebih baik dalam pekerjaan. sesuatu dari segi dan kondisi yang baik, serta
mengharapkan hasil yang paling memuaskan
Kepribadian merupakan salah satu faktor (Saphiro, 1997). Scheier & Carver (2002)
yang mempengaruhi pola pikir yang bersifat menjelaskan bahwa individu yang optimis
optimis. Salah satu kepribadian yang adalah individu yang mengharapkan hal-hal
diidentifikasi dapat menetralkan stressor yang yang baik terjadi pada mereka, sedangkan
terkait dengan pekerjaan adalah kepribadian individu yang pesimis cenderung
hardiness (Kobasa, dalam Kreitner & Kinicki,
128 Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011

mengharapkan hal-hal buruk terjadi kepada b. Faktor egosentris, yaitu sifat-sifat yang
mereka. dimiliki tiap individu yang didasarkan pada
fakta bahwa tiap pribadi adalah unik dan
Elemen optimisme bisa dilihat dari cara kita berbeda dengan pribadi lain. Faktor
menjelaskan kejadian, baik kejadian buruk egosentris ini berupa aspek-aspek
atau baik yang menimpa diri kita (Seligman, kepribadian yang memiliki keunikan
2006). Tipe penjelasan yang pertama adalah: sendiri dan berbeda antara pribadi yang
permanence. Orang yang pesimis selalu satu dengan yang lain.
menjelaskan peristiwa buruk yang menimpa
mereka sebagai sesuatu yang cenderung Individu yang memiliki sikap optimis
permanen dan tidak dapat diubah. Sebaliknya memiliki harapan kuat terhadap segala
orang optimis akan memandang kejadian sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan
buruk yang menimpa mereka sebagai sesuatu mampu teratasi dengan baik, walaupun
yang bersifat temporer/sementara dan bisa ditimpa banyak masalah dan frustasi
dihindari di masa mendatang. Tipe penjelasan (Goleman, 2002). Optimis dalam jangka
yang kedua adalah: pervasiveness. Orang panjang juga bermanfaat bagi kesejahteraan
yang pesimis cenderung memberikan dan kesehatan fisik dan mental, karena
penjelasan yang menggeneralisir (pervasive) membuat individu lebih dapat menyesuaikan
atas kejadian buruk yang ada di sekeliling diri dalam kehidupan sosial, mengurangi
mereka. Pervasive artinya kita masalah-masalah psikologis dan lebih dapat
menggeneralisasi akan sesuatu peristiwa atau menikmati kepuasan hidup serta merasa
kejadian. Sebaliknya, individu yang optimis bahagia (Scheier, Carver & Bridges, 1994).
akan memberikan penjelasan yang bernada
spesifik, dan bukan sebuah generalisasi. Beberapa ciri individu yang optimis
Penjelasan yang bersifat spesifik membuat (Seligman, 2006) memiliki ciri-ciri sikap
kita mampu melihat bahwa sesungguhnya yang khas, salah satu diantaranya
tidak semua dimensi dalam suatu kejadian itu menghentikan pemikiran yang negatif. Hal
merugikan. Pasti masih ada celah positif di tersebut sejalan dengan salah satu sikap yang
balik beragam dimensi lainnya. terkandung dalam kepribadian hardiness,
yaitu menemukan makna positif dalam hidup.
Terciptanya optimisme tidak lepas dari
karakter kepribadian yang dimiliki seseorang. Kepribadian Hardiness
Individu yang optimis akan lebih percaya diri,
nyaman, ekspresif dan memandang dunia Hardiness merupakan suatu faktor yang
lebih positif. Ada beberapa hal yang mengurangi stres dengan mengubah cara
mempengaruhi cara berfikir optimis dalam stresor dipersepsikan (Ivanevich, 2007).
diri seseorang, diantaranya dari dalam dirinya Kreitner dan Kinicki (2005) menyebutkan
sendiri dan dari luar dirinya. Vinacle (dalam bahwa hardiness melibatkan kemampuan
Shofia, 2009) menjelaskan bahwa ada dua secara sudut pandang atau secara
faktor yang mempengaruhi pola pikir pesimis- keperilakuan mengubah stressor yang negatif
optimis, yaitu: menjadi tantangan yang positif. Merujuk pada
a. Faktor etnosentris, yaitu sifat-sifat yang beberapa penjelasan di atas, dapat
dimiliki oleh suatu kelompok atau orang disimpulkan bahwa hardiness adalah
lain yang menjadi ciri khas dari kelompok karakteristik kepribadian yang melibatkan
atau jenis lain. Faktor etnosentris ini kemampuan untuk mengendalikan kejadian-
berupa keluarga, status sosial, jenis kejadian yang tidak menyenangkan dan
kelamin, agama dan kebudayaan. memberikan makna positif terhadap kejadian
Nurtjahjanti dan Ratnaningsih, Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Optimisme 129
pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Wanita di BLKLN Disnakertrans Jawa Tengah

tersebut sehingga tidak menimbulkan stres dengan hasil penelitian McCalister (2006)
pada individu yang bersangkutan. yang menunjukkan bahwa hardiness
berhubungan dengan sedikitnya distres
Karakter Kepribadian Hardiness mempunyai psikologi, meningkatnya kebahagiaan dan
pengaruh yang positif pada berbagai status penyesuaian.
individu dan berfungsi sebagai sumber
perlawanan pada saat individu menemui Berbagai penelitian tentang hardiness
kejadian yang menimbulkan stres. Hal merujuk pada aspek-aspek yang dibangun
tersebut didukung oleh hasil penelitian oleh Kobasa (1984 dalam Kreitner & Kinicki,
Rahardjo (2005), tentang kontribusi hardiness 2005), meliputi:
dan self-efficacy terhadap stres kerja pada a. Komitmen (commitment)
perawat dimana hasilnya menunjukkan bahwa Komitmen mencerminkan sejauhmana
terdapat hubungan yang negatif antara seorang individu terlibat dalam apapun
hardiness dengan stres kerja yang artinya yang sedang ia lakukan. Orang yang
dimana semakin tinggi hardiness yang berkomitmen memiliki suatu pemahaman
dimiliki maka akan semakin rendah stres akan tujuan dan tidak menyerah di bawah
kerja yang dirasakan. tekanan karena mereka cenderung
menginvestasikan diri mereka sendiri
Konsep hardiness ini bisa juga disebut dalam situasi tersebut.
dengan kepribadian ketabahan, atau hardy b. Kontrol (control)
personality. Kobasa (dalam Kreitner & Kontrol melibatkan keyakinan bahwa
Kinicki, 2005) mengidentifikasi sekumpulan individu mampu mempengaruhi kejadian-
ciri kepribadian yang menetralkan stres yang kejadian dalam hidupnya. Orang-orang
berkaitan dengan pekerjaan. Kumpulan ciri ini yang memiliki ciri ini lebih cenderung
dikatakan sebagai keteguhan hati (hardiness), meramalkan peristiwa yang penuh stres
melibatkan kemampuan untuk secara sudut sehingga dapat mengurangi keterbukaan
pandang atau secara keperilakuan mengubah mereka pada situasi yang menghasilkan
bentuk stresor yang negatif menjadi tantangan kegelisahan. Selanjutnya, persepsi mereka
yang positif. atas keadaan terkendali dan mengarahkan
”hal-hal internal” untuk menggunakan
Schultz dan Schultz (2002), menjelaskan strategi penanggulangan yang proaktif.
bahwa individu yang memiliki tingkat c. Tantangan (challenge)
hardiness yang tinggi memiliki sikap yang Tantangan merupakan keyakinan bahwa
membuat mereka lebih mampu dalam perubahan merupakan suatu bagian yang
melawan stres. Individu dengan hardy normal dari kehidupan. Oleh karena itu,
personality percaya bahwa mereka dapat perubahan dipandang sebagai suatu
mengontrol atau mempengaruhi kejadian- kesempatan untuk pertumbuhan dan
kejadian dalam hidupnya. Mereka secara perkembangan dan bukan sebagai ancaman
mendalam berkomitmen terhadap pada keamanan.
pekerjaannya dan aktivitas-aktivitas yang
mereka senangi, dan mereka memandang METODE
perubahan sebagai sesuatu yang menarik dan
menantang lebih daripada sebagai sesuatu Subjek
yang mengancam.Sebaliknya, kurangnya
hardiness dalam diri individu dapat Subjek penelitian adalah Calon Tenaga Kerja
dihubungkan dengan tingkat stres yang tinggi Indonesia (CTKI) wanita yang sedang
(Riggio & Porter, 1990). Pernyataan ini sesuai mengikuti pembekalan di Balai Latihan Kerja
130 Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011

Luar Negeri (BLKLN) Disnakertrans Provinsi Data hasil penelitian ini membuktikan bahwa
Jawa Tengah. Subjek akan diberangkatkan ke salah satu faktor yang mempengaruhi
luar negeri yaitu Hongkong dan Singapura optimisme para CTKI wanita adalah
sebagai penata laksana rumah tangga. Jumlah kepribadian hardiness. Individu yang
subjek penelitian sejumlah 66 orang, berusia memiliki kepribadian hardiness yakin bahwa
antara 22-41 tahun. Teknik pengambilan mereka dapat mengendalikan peristiwa yang
sampel yang digunakan adalah sampling mereka temui, mereka sangat berkomitmen
jenuh dimana seluruh populasi digunakan terhadap aktivitas dalam kehidupan mereka,
sebagai sampel. mereka memperlakukan perubahan dalam
kehidupan mereka sebagai sebuah tantangan.
Pengumpulan data Hardiness menjadi penyeimbang atau
penyangga, dampak negatif dari perubahan
Pengumpulan data dalam penelitian ini (Ivancevich, 2007).
menggunakan metode skala untuk
mengungkap respon pribadi subjek. Skala Hardiness dihubungkan dengan komitmen,
yang digunakan yaitu skala hardiness dan kontrol dan tantangan. Hardiness
skala optimisme. Skala hardiness disusun menunjukkan kepercayaan individu bahwa
berdasarkan teori yang dikemukakan Kobasa individu mampu melakukan suatu pekerjaan.
(dalam Kreitner, 2005), yang terdiri dari tiga Individu yang memiliki kepribadian hardiness
aspek yaitu, komitmen, kontrol, dan cenderung terlibat pada apapun yang sedang
tantangan. Skala optimisme menggunakan dilakukan. Mereka juga memiliki keyakinan
adaptasi LOT-R (Life Orientation Test bahwa ia mampu mempengaruhi kejadian
Revised) (Scheier, Carver, & Bridges, 1994). dalam hidupnya. Selain itu mereka memiliki
keyakinan bahwa perubahan merupakan suatu
Metode analisis data bagian yang normal dari kehidupan (Kobasa,
dalam Kreitner & Kinicki, 2005). Keyakinan
Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian yang dimiliki individu bahwa ia mampu
ini dianalisis secara statistik dengan metode mempengaruhi kejadian dalam hidupnya dan
korelasi product moment untuk menguji membuat perubahan merupakan hal yang
hubungan antara kepribadian hardiness penting dalam kehidupan sehari-hari seorang
dengan optimisme pada CTKI wanita. Untuk pekerja. Perilaku yang muncul ketika individu
mengetahui besarnya sumbangan efektif memiliki keyakinan yang tinggi meliputi
kepribadian hardiness terhadap optimisme, individu menjadi aktif dalam memilih
dilakukan analisis tambahan. kesempatan yang baik, dapat mengelola
situasi dengan menghindari atau menetralkan
HASIL DAN PEMBAHASAN kesulitan, menetapkan tujuan dengan
membangun standar, merencanakan sesuatu,
Hasil analisis data menghasilkan koefisien mencoba dengan keras atau gigih,
korelasi rxy = 0.664 dengan p = 0,000 memecahkan persoalan dengan kreatif, belajar
(p<0,05). Arah hubungan positif dari kegagalan, memperlihatkan keberhasilan,
menunjukkan semakin tinggi hardiness maka dan juga meminimalisir stres.
optimisme yang dimiliki semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah hardiness yang Individu yang optimis akan tetap
dimiliki, maka optimisme akan semakin mengharapkan hasil yang positif, walaupun
rendah pada pada CTKI wanita di BLKLN peristiwa yang dihadapi cukup berat, hal ini
Disnakertrans. berlainan dengan mereka yang pesimis.
Individu yang optimis, kehidupannya
didominasi oleh pikirannya yang positif,
Nurtjahjanti dan Ratnaningsih, Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Optimisme 131
pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Wanita di BLKLN Disnakertrans Jawa Tengah

berani mengambil risiko, dan lebih percaya optimisme pada CTKI wanita di BLKLN
diri. Long (dalam Scheier & Carver, 2002) Disnakertrans Provinsi Jateng. Semakin tinggi
telah membuktikan bahwasanya optimisme hardiness maka akan semakin tinggi
berhubungan dengan distress pada karyawan. optimisme dan semakin rendah hardiness
Hasil penelitian Dyson-Washington dan maka akan semakin rendah optimisme CTKI
Geller (2006) juga menyatakan bahwa wanita di BLKLN Disnakertrans Provinsi
optimisme dapat berpengaruh terhadap Jateng. Hipotesis dalam penelitian ini
kesejahteraan psikologis individu. diterima. Hardiness memberikan sumbangan
efektif sebesar 44,1% terhadap optimisme
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan para CTKI wanita di BLKLN Disnakertrans
bahwa sebagian besar dari CTKI wanita di Provinsi Jateng.
BLKLN Disnakertrans telah siap
meninggalkan keluarganya untuk meraih cita- Saran
cita masa depan yang lebih baik. Kebulatan
tekad CTKI wanita tersebut juga didukung 1. Bagi CTKI wanita
oleh keluarga yang akan ditinggalkannya. Diharapkan dapat tetap mempertahankan
Selain itu tidak adanya lowongan pekerjaan optimisme dengan selalu memotivasi diri
dengan penghasilan yang baik bagi mereka sendiri bahwa untuk menjadi seorang TKI
yang berpendidikan maksimal lulusan SMA yang sukses adalah bukan hal yang mudah
membuat mereka harus meninggalkan tanpa adanya keinginan untuk merubah
keluarganya untuk menjadi CTKI. cara berpikir dalam memandang suatu
masalah. Mereka harus menetapkan tujuan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan membangun standar, belajar
hardiness berpengaruh terhadap optimisme dengan dengan keras atau gigih dan selalu
para CTKI wanita yang sedang mengikuti mengusahakan keberhasilan dalam belajar
pelatihan di BLKLN Disnakertrans Provinsi baik di BLKLN Disnakertrans maupun di
Jateng. Hardiness yang tinggi yang dimiliki perusahaan pengerah tenaga kerja
oleh CTKI wanita dalam mengikuti pelatihan Indonesia Swasta (PPTKIS).
di BLKLN Disnakertrans berpengaruh pada 2. Bagi pimpinan BLKLN Disnakertrans
optimisme para CTKI wanita tersebut. Provinsi Jateng
Pelatihan untuk CTKI wanita di BLKLN
Hasil perhitungan menunjukkan koefisien Disnakertrans Provinsi Jateng sudah cukup
determinasi (R Square) adalah sebesar 0,441. lengkap untuk membekali para CTKI
Angka tersebut mengandung pengertian wanita yang akan diberangkatkan ke luar
bahwa dalam penelitian ini kepribadian negeri. Keterampilan (skills) memang
hardiness memberikan sumbangan efektif sangat diperlukan untuk menunjang kinerja
44,1% terhadap optimisme sedangkan sisanya mereka sebagai penata laksana, namun
sebesar 55,9% dipengaruhi oleh variabel lain pelatihan secara mental juga akan
yang tidak diungkap dalam penelitian ini. mendukung munculnya perilaku kerja yang
baik. Adanya sharing antara CTKI wanita
KESIMPULAN DAN SARAN yang baru pertama kali akan berangkat
sebagai TKI dengan eks TKI mengenai
Kesimpulan cara mereka dalam menghadapi perbedaan
budaya kerja dan mereduksi stress yang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ada ketika jauh dari keluarga akan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada memberikan gambaran dan pada akhirnya
hubungan positif antara hardiness dengan akan menciptakan skills dalam mengelola
132 Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011

mental yang mengurangi stres dan akan Scheier, M.F., Carver, C.S. & Bridges, M.W.
menumbuhkan optimisme yang lebih (1994). Distinguishing optimism from
tinggi. neuroticism (and trait anxiety, self-
mastery, and self-esteem): A re-
DAFTAR PUSTAKA evaluation of the Life Orientation
Test. Journal of Personality and
Dyson-Washington, F. (2006). The Social Psychology, 67, 1063 – 1078
Relationship between Optimism and Scheier, M.F. & Carver, C.S. (2002).
Work-Family Enrichment and their Optimism. (In C.R. Snyder & Shane J.
Influence on Psychological Well-Being. Lopez). Handbook of Positive
Thesis. Philadelphia: Drexel University Psychology. New York: Oxford
University Press.
Goleman, D. (2002). Emotional Intelligence
(terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Schultz, D. dan Schultz, S. E. 2002.
Pustaka Utama. Psychology and Work Today. Eight
Edition. New Jersey: Prentice Hall
Ivanevich, J. (2007). Human Resources
Management. McGraw Hill Seligman, M.E.P. (2006). Learned optimism:
International Edition. How to change your mind and your
life. Vintage Books. New York
Kreitner, R. & Kinicki, A. (2005). Perilaku
Organisasi. Buku 2. Edisi 5. Alih Shapiro, L.E. (1997). Mengajarkan
Bahasa: Erly Suandy. Jakarta: Emotional Intelligence Pada Anak.
Salemba Empat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Riggio, R.E. & Porter, L.W. (1990). Shofia, F. (2009). Optimisme Masa Depan
Introduction to Narapidana. Skripsi (Tidak
industrial/Organizational Psychology. Diterbitkan). Surakarta: Universitas
Englang: Scott, Foresman and Muhammadiyah Surakarta.
Company.
Suara Merdeka 16/04/2011. Diakses pada
Rahardjo, W. (2005). Kontribusi Ketabahan tanggal 2 Juni 2011 dari
dan Self-Efficacy terhadap stress kerja http://suaramerdeka.com/v1/index.ph
(Studi pada perawat RSUP dr. p/read/news/2011/04/16/83062/TKI-
Soeradji Tirtonegoro Klaten). Seminar Yordania-Alami-Penyiksaan-Hingga-
Nasional PESAT (Psikologi, Sastra, Buta-.
Arsitektur dan Sipil) Human Capacity
Development and The Nations Tempo Interaktif 03/12/2010. Diakses pada
Competitiveness. (1). 47-57 Jakarta: tanggal 2 Juni 2011 dari
Universitas Gunadarma. http://www.tempo.co/hg/kesra/2010/1
2/03/brk,20101203-296550,id.html.

Anda mungkin juga menyukai