UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan
karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “faktor yang
berhubungan dengan HIV” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi
tugas Mata Kuliah HIV/AIDS yang dibimbing oleh Ibu Mika Agustiana, S.Kep., Ns. M.Kep.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan
makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan
di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa
yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umum dan
untuk kami sendiri khususnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................................3
B. Rumusan masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. HIV/AIDS.......................................................................................................................................3
B. NAPZA............................................................................................................................................3
C. Seks Bebas.......................................................................................................................................3
D. Penularan HIV melalui Sex Bebas...................................................................................................3
E. Pengobatan......................................................................................................................................3
F. Pencegahan HIV dan AIDS............................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................................3
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................................3
A. Pengkajian.......................................................................................................................................3
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................................3
C. Intervensi.........................................................................................................................................3
BAB IV.......................................................................................................................................................3
PENUTUP...................................................................................................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................................................................3
B. Saran................................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa dari
kumulatif HIV AIDS di Jawa Tengah mulai tahun 1993 s.d triwulan III Tahun 2020,
sejak pertama kali ditemukan HIV AIDS di Jawa Tengah pada tahun 1993 s.d Tahun
2020 (September) dilaporkan sebanyak 35.655 kasus dengan rincian HIV 20.822 kasus
dan AIDS 14.833 kasus, yang meninggal 2.141 (14,43%).
Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat kelima kasus HIV dan AIDS
terbanyak setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, dan Jawa Barat. Dari 1.350 kasus
baru HIV yang dilaporkan Januari-September, terbanyak berasal dari Kabupaten Brebes
(109 kasus), berikutnya Kota Semarang (104 kasus) dan Kabupaten Kudus (101 kasus).
Sedangkan jumlah kasus baru AIDS kabupaten/ kota sebanyak 1.174 kasus yang paling
banyak melaporkan adalah Kabupaten Karanganyar (79 kasus), Kabupaten Kebumen (74
kasus), Kabupaten Banjarnegara (70 kasus) dan Kabupaten Rembang (63 kasus).
Jumlah kasus AIDS per tahun berdasarkan kelompok umur di Jawa Tengah tahun
2019 s.d 2020 (September) 0-4 tahun 48 kasus, 5-9 tahun ada 28 kasus, 10-14 tahun ada 7
kasus, 15-19 tahun ada 34 tahun.
Ada beberapa penyebab penularan HIV/ AIDS pada anak yaitu penularan dari ibu
ke anak, tertular dari jarum yang terkontaminasi, aktvitas seksual, dan transfusi darah.
Terjangkitnya ibu rumah tangga, sebagian besar karena tertular suami yang berperilaku
seksual menyimpang. Kondisi ibu tersebut dapat menular pada bayi dan anak (mother to
child transmission). Lebih dari 90% kasus penularan HIV pada anak dan bayi terjadi saat
masa kehamilan. Faktor lain adalah tertular jarum suntik bekas bergantian juga
merupakan cara penularan HIV yang mungkin terjadi pada anak. Risiko ini terutama
tinggi dikalangan anak pengguna narkoba suntik.
Selain faktor tersebut diatas yang memprihatinkan adalah karena aktivitas seksual,
dimana saat ini diduga anak remaja ada yang sering bergonta ganti pasangan dan
memililki perilaku penyimpangan seksual. Hal ini menunjukkan masih adanya
kemungkinan kurangnya edukasi dan kesadaran dari anak remaja terkait dampak dan
pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Persoalan HIV AIDS terutama yang dialami
oleh anak-anak berdampak cukup kompleks. Ditemukan anak-anak yang positif HIV
AIDS mendapatkan bullying dan dikeluarkan dari sekolah.
2. Tingginya LFU (Lost to Follow Up) ODHA yang menghentikan minum obat ARV
(Antiretroviral) yang disebabkan karena berbagai factor penyebab, antara lain jenuh
karena pengobatan seumur hidup.
Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam
perlindungan anak dengan HIV/ AIDS baik upaya pencegahan sampai dengan upaya
penanganan serta data dan informasi, maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana memandang perlu untuk melakukan Advokasi Perlindungan Anak
dengan HIV/ AIDS. Pemilihan lokasi di Kabupaten Kebumen dikarenakan Kabupaten
Kebumen merupakan salah satu Kabupaten yang paling banyak melaporkan kasus baru
(HIV sebanyak 99 dan AIDS sebanyak 74 kasus) dan berdasarkan data kumulatif 1993 –
TW III 2020 sebanyak 1.666.
Menurut Teori Lawrence Green perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat. Faktor
predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, termasuk
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-nilai, norma sosial, budaya,
dan faktor sosio-demografi (Maulana, 2009). Dalam Teori Lawrence Green perilaku
kesehatan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor pendorong yaitu faktor yang
mendorong seseorang berperilaku beresiko tertular HIV. Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan, pekerjaan, pengalaman, usia, keyakinan, sosial budaya,
dan paparan informasi (Notoatmodjo, 2010).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari HIV?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
Penularan HIV terjadi saat hubungan seks melalui vagina, anal, maupun seks oral dengan
pasangan yang terinfeksi HIV. Cara untuk mencegahnya adalah kamu bisa menggunakan
kondom saat berhubungan seks dan yang paling penting dengan tidak berganti - ganti
pasangan seksual. Ada beberapa jenis penularan HIV melalui sex, Meliputi :
3. Berganti Pasangan
Tahukah kamu, ternyata melakukan hubungan intim saat sedang haid berisiko
lebih besar untuk tertular HIV lho, dibanding berhubungan intim saat tidak sedang
haid. Hal ini disebabkan karena pada saat haid, banyak pembuluh darah yang
terbuka untuk meluruhkan dinding rahim. Pembuluh darah yang terbuka ini lah
yang bisa menjadi celag bagi virus untuk masuk ke dalam tubuh. Apalagi jika
wanita tersebut berhubungan dengan pria yang mengidap HIV.
Hati-hati jika kamu menggunakan alat bantu atau mainan seks ketika
berhubungan intim. Ada jenis alat bantu atau mainan seks tertentu yang dapat
menyebabkan kulit terluka ketika menggunakannya. Jika kulitmu berdarah saat
menggunakan alat bantu seks, maka risiko terkena virus HIV dapat meningkat.
Karena itu, jangan pernah menggunakan alat bantu seks secara bersama-sama atau
bergantian dengan pasangan.
B. HIV/AIDS
1. Pengertian HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang berarti terdiri
atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan ditranskripkan
kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi pejamu. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit virus yang menyebabkan
kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi immunodefisiensi manusia (HIV), dan
bagi kebanyakan penderita kematian dalam 10 tahun setelah diagnosis (Corwin,
2009).
2. Klasifikasi
a. Fase 1
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
terinfeksi. Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan
tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan
sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat
menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS.
Gejala -gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu
malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang
tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah,
serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh
mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu
yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang
menyebabkan radang paru – paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya
sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan
diare parah berminggu – minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan
kekacauan mental dan sakit kepala (Hasdianah & Dewi, 2014).
3. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human
T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu
(Nurrarif & Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
a. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala
b. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like
illness
c. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh,
dan manifestasi neurologis (Nurrarif & Hardhi, 2015).
4. Kelompok Risiko
Menurut (United Nations Programme on HIV and AIDS, 2017), kelompok risiko
tertular HIV/AIDS sebagai berikut:
d. Narapidana
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
5) Penerima darah atau produk (transfusi) (Susanto & Made Ari, 2013).
5. Patofisiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring pertambahan
replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+ akan terus
menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala klinis pada AIDS
berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi akut
yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan,
limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode laten
yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD 4+
selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun
(berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat
reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta,
2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel – sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun
seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong (Susanto & Made Ari, 2013).
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun – tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala – gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik)
(Susanto & Made Ari, 2013).
C. Napza
1. Pengertian
Menurut Undang-Undang no. 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiatpsikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas padaaktivitas
mental dan perilaku.
Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung
dan tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik,
korosif, dan iritasi. Bahan-bahan berbahaya ini adalah zat4 adiktif yang bukan
termasuk ke dalam narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek
merusak fisik seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999).
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif
lainya. Napza mencakup segala macam zat yang disalah gunakan untuk
Gitting, mabuk, fly atau high, yang dapat mengubah tingkat kesadaran
seseorang. Termasuk dalam Napza adalah obat perangsang, penenang,
penghilang rasa sakit, pencipta ilusi atau psikotropika, dan zat-zat yang tidak
termasuk obat namun dapat disalahgunakan (misalnya alkohol atau zat yang
bisa dihirup seperti bensin, lem, tinner, dan lain-lainya sehingga high.
Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat
berbahaya. Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan
narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut dengan nama lain, seperti
NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat adiktif lainnya) dan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) (Witarsa, 2006).
Napza pada dasarnya merupakan jenis obat atau zat yang berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan seperti terapi, contohnya
adalah morfin, opium, sabu-sabu (amfetamina), PCP (halusinogen) dan lain-
lain (Rojak, 2005)
2. Jenis NAPZA
a. Narkotika
b. Psikotropika
Menurut UU No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika yang dapat
dikelompokkan kedalam 4 golongan :
c. Zat adiktif
Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh
organisme hidup, maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan
ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin
menggunakannya secar terus-menerus. Jika dihentikan dapat memberi efek
lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa. Zat yang bukan tergolong narkotika
dan psikotropika tetapi menimbulkan ketagihan.
Dalam KEPRES tahun 1997, minuman yang mengandung etanol yang
diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses
dengan mencampur konsetrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran
minuman mengandung etanol.
Penggunaan narkoba (NAPZA) suntikan dan alkohol adalah faktor besar dalam
penyebaran infeksi HIV. Di luar Afrika, penggunaan narkoba suntikan bertanggung
jawab untuk sepertiga infeksi HIV yang baru. Alat-alat yang dipakai secara
bergantian untuk memakai narkoba dapat membawa HIV dan hepatitis virus, dan
penggunaan narkoba dan alkohol juga dikaitkan dengan hubungan seks secara tidak
aman.
Infeksi HIV menyebar secara mudah bila orang memakai alat suntik secara
bergantian dalam penggunaan narkoba. Penggunaan alat bergantian juga menularkan
virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan penyakit gawat lain. Darah yang terinfeksi
terdapat pada semprit (insul) kemudian disuntikkan bersama dengan narkoba saat
pengguna berikut memakai semprit tersebut. Ini adalah cara termudah untuk
menularkan HIV karena darah yang terinfeksi langsung dimasukkan pada aliran darah
orang lain. Untuk mengurangi risiko penularan HIV dan hepatitis, jangan memakai
alat suntik apa pun secara bergantian, dan sering cuci tangan. Membersihkan alat-alat
serta kulit di daerah suntikan. Mengikuti tindakan untuk mengurangi dampak buruk
(harm reduction) penggunaan narkoba.
Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa HIV dapat bertahan hidup
selama sedikitnya empat minggu dalam semprit bekas pakai. Bila kita harus memakai
alat suntik bergantian, kita dapat mengurangi risiko infeksi dengan membersihkannya
sebelum orang yang berikut memakainya. Bila mungkin, memakai semprit milik
sendiri dan tidak memakainya bergantian dengan orang lain. Semprit ini tetap harus
dibersihkan karena bakteri dapat bertumbuh di dalamnya. Cara yang paling efektif
untuk membersihkan semprit adalah dengan memakai air bersih dulu, kemudian
pemutih, dan akhirnya bilas dengan air bersih. Coba keluarkan semua darah dari
semprit dengan cara dikocok secara keras selama 30 detik. Pakailah air sejuk karena
air panas dapat menyebabkan darah menjadi beku. Untuk membunuh sebagian besar
HIV dan virus hepatitis, biarkan pemutih dalam semprit selama dua menit penuh.
Tidak dapat dijamin bahwa semua HIV dan virus hepatitis akan dibunuh dengan
pembersihan. Selalu memakai semprit baru bila mungkin.
D. Sex
a. Menurut Budianto (1993) sek berasal dari kata sexe atau secare yang
berartimemotong atau memisahkan. Seks membuat garis pemisah yang tegas
antara jenis kelamin jantan dan betina atau laki-laki dan perempuan, kata
“seks” lebih banyak mengacu pada alat kelamin (genetalia) gairah, libido
seksual dan aktifitas seks.
b. Menurut Thontowi (2002) seks dalam arti sempit berarti kelamin sedang
dalam arti luas sering disebut dengan seksualiatas tidak hanya menyangkut
kelamin saja tetapi semua aspek perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dari sisi fisik biologis, psikis serta social yang berhubungan denngan manusia
c. Menurut WHO (2006) seks dialami dan diekspresikan salah satunya melalui
sikap seksual. Sikap seksual seseorang akan mempengaruhi keputusan dan
bentuk perilaku seksual yang dipilihnya. Seks berarti kelamin yang sedang
dalam arti luas seriang disebut dengan seksualitas idak hanya menyangkut
kelamin saja tetapi semua aspek perbedaan antara laki-laki dan peremuan dari
sisi fisik, psikis dan social yang berhubungan dengan manusia serta
diekspresikan salah satunya melalui sikap seksual. Sikap seksual seseorang
akan mempengaruhi keputusan dan bentuk perilaku seksual yang dipilhnya
(Mercer et, al, 2013)
Seks bebas merupakan kebiasaan melakukan seksual secara bebas dilakukan oleh
mereka yang menentang atau merasa enggan jika diri mereka terikat dalam suatu
pernikahan yang suci. Orang yang telah mempertaruhkan hawa nafsunya sendiri, akan
merasa sangat tidak puas jika menyalurkan nafsu biologisnya kepada istri atau suami
sahnya saja. Jika mereka dengan bebas dan leluasa dapat menyalurkan hasrat
kelaminya kepada siapapun yang dikehendakinya dan yang menghendakinya, maka
pernikahan tentu saja hanya menjadi belenggu atau rantai amat kuat yang akan
memasung habis keinginanya untuk mempertuhankan nafsunya sendiri.Selain itu
tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam
kehidupan (bagi manusia). Hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan disebut
seks bebas (free sex). Seks menurut Kartono (2009:225) merupakan energi psikis
yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak Cuma bertingkah laku di
bidang seks saja yaitu melakukan relasi seksual atau bersenggama, akan tetapi juga
melakukan kegiatan-kegiatan abnormal. Freud seorang sarjana menyebutnya sebagai
libido sexualis (libido=gasang, dukana, dorongan hidup, nafsu erotis). Seks adalah
satu mekanisme bagi manusia agar mampu mengadakan keturunan. Sebab seks
merupakan mekanisme yang vital sekali dengan mana manusia mengabadikan
jenisnya.
Sedangkan menurut Desmita (2005) pengertian seks bebas adalah segala cara
mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal darikematangan
organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual,
tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum
memiliki pengalaman tentang seksual. Dengan demikian, pengertian seks bebas
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis
maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan dan bertentangan
dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima
secara umum.
E. Pengobatan HIV/AIDS
Infeksi HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang panjang. Sistem
imunitas menurun secara progresif sehingga muncul infeksi-infeksi oportunistik yang
dapat muncul secara bersamaan dan berakhir pada kematian. Sementara itu belum
ditemukan obat maupun vaksin yang efektif, sehingga pengobatan HIV/AIDS dapat
dibagi dalam tiga kelompok antara lain:
1. Pengobatan Suportif
F. Pencegahan HIV/AIDS
Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS,
antara lain :
Seks bebas memang sangat dilarang, terlebih jika bergonta-ganti pasangan. Dari
segi kesehatan, seks bebas juga bisa memberikan efek yang berbahaya bagi tubuh.
Setialah dan jangan suka 'jajan' sembarangan di luar bagi pasangan yang sudah
menikah. Pencegahan HIV dengan menghindari seks bebas ini merupakan salah
satu langkah paling penting untuk terhindar dari penyakit ini.
Pencegahan HIV yang harus kamu perhatikan adalah jangan gunakan jarum
secara bergantian. Selalu perhatikan penggunaan jarum yang steril jika kamu
berniat untuk membuat tato atau pun tindik.
3. Menggunakan kondom
Pencegahan HIV selanjutnya adalah kamu harus ekstra hati-hati jika tahu bahwa
pasangan memiliki HIV. HIV bisa menular lewat darah dan air liur yang masuk
ke dalam tubuh, juga melalui hubungan seksual. Ketika berhubungan seksual,
lindungi diri dengan alat pengaman ekstra untuk mencegah kemungkinan
terjadinya alat pengaman/kondom yang robek dan lain sebagainya.
Jika bekerja dengan pasien HIV, pastikan kamu melindungi diri dengan sangat
hati-hati. Pencegahan HIV yang bisa kamu lakukan yaitu dengan menggunakan
pakaian yang diwajibkan oleh rumah sakit dan hati-hati dengan segala luka
terbuka yang dimiliki. Terutama jika luka terbukamu akan bersentuhan atau
terkena kontak dengan pasien HIV. Karena virus tersebut bisa menular melalui
luka yang terbuka.
5. Lakukan vaksin
Pencegahan HIV yang kelima adalah melakukan vaksin hepatitis A dan hepatitis
B, serta melakukan tes secara teratur sangat baik untuk melindungi diri dari HIV.
G. N
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abrori, Mahwar Qurbaniah. 2017. Infeksi Menular Seksualitas : Buku Ajar. UM Pontianak Press
Iswandi. Fauziah. 2017. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan HIV AIDS di Irna
Non Bedah Penyakit Dalam RSUP DR. M, Djamil Padang.
http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_FAUZIAH_ISWANDI_PDF.pdf. Diunduh pada 1
Juni 2021.
Setiawan, Parta. 2021. Pengertian dan jenis napza menurut para ahli.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-napza/. (diakses pada 16 Juni
pukul 23.09)
WHO HIV update, Global Summary Web, World Health Organization, 2019