Anda di halaman 1dari 18

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya. Vol. 1 No.

1 (September 2016): 25-40


Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Religious
ISSN: 2528-7249 (online) 2528-7230 (print)

TOLERANSI BERAGAMA DAN KERUKUNAN


DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Adeng Muchtar Ghazali
Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H. Nasution 105 Cibiru, Bandung 40614, Indonesia.
E-mail: amgy.59@gmail.com
__________________________
Abstract
Basically as spiritual beings, human want to live in peace. One result of observations on religious studies shows that
Islam as a religion upholds peace and harmony in high esteem. Islam offers the concept of tolerance in diversity, that
is tasamuh (tolerance) because it teaches Muslims the tenets of Rahmat (love), Hikmat (wisdom), maslahat ammat
(universal benefit) and adl (Justice). The concept of tolerance in this context is viewed from many aspects—
theology, sociology and cultural studies. Human beings should accept the facts of diversity including that of
religions with tolerance that is called religious pluralism. In fact, religious dialogue as a part of tolerance attitude
could create harmony in the community. For example, both Moslems and non-Moslems as citizens of Madinah were
protected from their enemy by Muhammad Saw as God's Messenger, so a Madinah Charter was created.

Keywords:
Tolerance; tasamuh; dialogue; pluralism.
__________________________

Abstrak
Pada dasarnya manusia sebagai makhluk beragama mendambakan kedamaian. Setiap agama mengajarkan nilai-nilai
toleransi. Sebagian dari hasil temuan bahwa Islam hadir sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai perdamaian
dan kerukunan. Islam menawarkan konsep toleransi terhadap perbedaan yang disebut dengan tasamuh, Sebab di
dalam konsep tasamuh terdapat nilai kasih (rahmat), kebijaksanaan (hikmat), kemaslahatan universal (maslahat
ammat), keadilan (adl). Toleransi dalam konteks ini ditinjau dari beberapa aspek yaitu teologis, sosiologis dan
budaya. Dengan toleransi diharapkan manusia mampu mengakui keragaman termasuk keragaman agama yang
disebut pluralism. Selain toleransi dan pluralism, konsep dialog agama pun hadir untuk menciptakan kerukunan
tersebut, sebagaimana Islam mencontohkan dengan teladan Muhammad Saw sebagai rosul sewaktu di Madinah
yang melindungi setiap warganya baik muslim maupun non muslim dari musuhnya sehingga terciptalah piagam
madinah.

Kata Kunci:
Toleransi; tasamuh; dialog; pluralisme.
__________________________
A. PENDAHULUAN kepercayaan, atau ajaran Tuhan itu, yang tentu
Para penstudi agama pada umumnya saja menjadi bersipat relatif, dan sudah pasti,
memisahkan agama sebagai doktrin (religion) kebenarannya pun menjadi bernilai relatif. Hal
dan agama sebagai perilaku (religiosity) atau ini karena, setiap penyikapan terikat oleh
yang dipraktekkan oleh para penganutnya. sosio-kultural, dan setiap lingkungan sosio-
Pemisahan ini penting dilakukan sebagai kultural tertentu sangat mempengaruhi
upaya untuk membedakan ajaran agama pemahaman seseoang tentang agamanya. Dari
berdasarkan teks (kitab suci) dan pemahaman sinilah muncul, keragaman pandangan dan
umat terhadap teks. Untuk yang pertama, paham keagamaan.
agama diartikan sebagai ”seperangkat doktrin, Dalam kajian-kajian sosiologis, misalnya,
kepercayaan, atau sekumpulan norma, dan Emile Durkheim membedakan istilah religion
ajaran Tuhan yang bersipat universal dan dan religious phenomena. Religion menun-
mutlak kebenarannya. Sedangkan yang kedua, jukkan pada keyakinan atau dogma, sementara
berhubungan dengan penyikapan atau pema- religious phenomena menunjukkan pada sikap
haman para penganut agama terhadap doktrin,
Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

mental dan perilaku keagamaan. 1 Pemahaman dan sosial kultural. Untuk pendekatan kedua
Durkheim tentang agama cenderung bersifat dan ketiga, biasanya dikelompokkan pada
fungsional, yaitu melihat fungsi agama dalam pendekatan teoritis. Pendekatan teologis tak
kehidupan manusia, atau tepatnya disebut lain adalah mengkaji hubungan antar agama
dengan istilah the functional definition of berdasarkan sudut pandang ajaran agamanya
religion. Yewangoe memandang bahwa istilah masing-masing. Bagaimana doktrin-doktrin
ini menunjukkan definisi agama dalam penger- agama “menyikapi” dan “berbicara” tentang
tian : (1) peranannya dalam masyarakat; (2) agamanya dan agama orang lain. Sementara
agama ialah suatu sistem interpretasi terhadap pendekatan teoritis melawati analisis politis
dunia yang mengartikulasikan pemahaman diri dilihat dalam konteks "kerukunan" yang
dan tempat serta tugas masyarakat dalam alam bermaksud melihat, bagaimana masing-
semesta; (3) agama ditempatkan sebagai inti masing dari (penganut) agama merawat
masyarakat; dan (4) agama merupakan bagian ketertiban, kerukunan dan stabilitas suatu
yang bersipat konstitutif terhadap masyarakat.2 masyarakat yang multi agama. Sedangkan
Keberagamaan dalam kepenganutan agama pendekatan kultur atau budaya adalah untuk
sangatlah sosiologis, sehingga untuk me- melihat dan memahami karakteristik suatu
mahami agama perlu pula di lihat dalam masyarakat yang lebih menitik beratkan pada
konteks ”hubungan antar (kepenganutan) aspek tradisi yang makan dan berkembang,
agama”. Sehubungan kepenganutan merupa- dimana agama dihormati sebagai sesuatu yang
kan refleksi keyakinan seseorang tentang sakral dan luhur yang dimiliki oleh setiap
agamanya, maka pembahasan tentang Hubu- manusia atau masyarakat. Tradisi "rukun",
ngan Antar (Kepenganutan) Agama memiliki menjadi simbol dan sekaligus sebagai
dua aspek penting: Pertama, aspek yang karakteristik suatu masyarakat yang telah
berkaitan dengan doktrin agama; dan kedua, berlangsung turun temurun dan sejak lama.
aspek yang berkaitan dengan umat beragama. Misalnya, Konsep "kerukunan hidup
Dalam pembahasannya, kedua aspek itu tidak antarumat beragama", dapat dianalisis
bisa dipisahkan, sebab doktrin agama menjadi melewati pendekatan politis maupun kultural.
sumber dan penyikapan manusia beragama. Konsep itu, lebih menitikberatkan pada
Inti pembahasannya terletak pada umat muatan politis dan kulturalnya dibanding
beragamanya. Oleh karena itu, dalam meng- teologis, sebab agama begitu nyata terlibat
kaji Hubungan Antar Agama, setidaknya ada 3 dalam dunia manusia yang tak lepas dari
(tiga) pendekatan yang dapat digunakan, yaitu kecenderungan kultural dan politisnya.4
teologis, politis, dan sosial-budaya (antropo- Melalui kajian teologis, kita dapat
logis-sosiologis). Ketiga pendekatan ini, satu memahami teks-teks masing-masing agama
sama lain saling mempengaruhi, dan akan berkaitan dengan penyikapan agamanya
terlihat manakala kita mengkaji suatu obyek dengan agama orang lain. Oleh sebab itu,
masyarakat bergama.3 buku-buku yang di tulis oleh para ulama dan
Berbagai perspektif dan teori dalam cendekiawan agama berkenaan dengan
mempelajari dan memahami kebhinekaan penyikapan agama masing-masing itu, sangat
dalam beragama itu banyak ditemukan. membantu dalam memahami doktrin-doktrin
Setidaknya, tiga pendekatan yang sering agama berkaitan dengan relasi antar agama.
dipergunakan : pendekatan teologis, politis, Apakah aspek politik, ekonomi, sosial budaya,
dan lain sebagainya. Sementara, dari
1
pandangan politis, dapat memandang dari
Emile Durkheim, , the Elementary Forms of the
ideologi suatu negara atau masyarakat yang
Religious Life, translated by Joseph Ward Swain,
(London: George Allen & Unwin LTD, 1976), 23-47. dipunyaiinya. Ideologi ini sangat
2
Andreas Anangguru Yewangoe, Agama dan mempengaruhi terhadap relasi masing-masing
Kerukunan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),3.
3
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Studi Agama,
4
(Bandung : Pustaka Setia,2005), 25. Muchtar Ghazali, Ilmu Studi Agama,22-23

26 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

agama. Pada suatu negara yang bertipe menjadikan wajah kebenaran itu tampil
"demokratis" (umumnya di Barat), maka berbeda saat akan dibahasakan dan dimaknai.
hubungan antar agama akan bersifat Sebab perbedaan ini tak dapat dilepaskan
demokratis pula, tapi lebih mempunyai begitu saja dari berbagai latar belakang dan
kecenderungan bahwa agama itu hanya milik referensi yang diambil peyakin – dari konsepsi
individu dan bersifat internal. Sebaliknya, ideal bergeser ke bentuk-bentuk normatif yang
pada sebuah masyarakat yang tak atau semi bersifat kultural. Dan ini lah yang biasanya di
demokratis (umumnya di Timur), cenderung gugat oleh berbagai gerakan keagamaan
sosok agama bersifat eksklusif, masing-masing (harakah) pada umumnya. Karena mereka
umat beragama ingin menonjolkan dan mengklaim telah memahami, memiliki, dan
menampakkan agamanya sebagai satu-satunya bahkan menjalankan secara murni dan
sumber semua aspek kehidupan manusia, tapi konsekuen nilai-nilai suci itu. Keyakinan ini
sulit diwujudkan dalam praktek-praktek menjadi legitimasi dari semua perilaku
berbangsa dan bernegara, karena berbenturan pemaksaan konsep-konsep gerakannya kepada
dengan agama-agama lain dan tradisi atau manusia lain yang berbeda keyakinan dan
budaya lainnya yang telah berkembang cukup pemahaman dengan mereka. Armahedi
lama. Mahzar berpendapat bahwa absolutisme,
eksklusivisme, fanatisme, ekstrimisme, dan
Para agamawan (juga cendikiawan) di agresivisme adalah "penyakit" yang biasanya
Indonesia telah mengajukan banyak teori menghinggapi aktivis gerakan keagaman.
berkenaan dengan toleransi beragama, tapi Absolutisme ialah kesombongan intelektual;
apabila diringkas meliputi dua hal, yaitu : ekslusivisme ialah kesombongan sosial;
pertama, dari sisi ‘konsep kerukunan', yakni fanatisme ialah kesombongan emosional;
penjelasan teologis masing-masing doktrin ekstremisme ialah berlebih-lebihan dalam
agama; dan kedua, pada aspek ‘dialog' antar bersikap; dan agresivisme ialah berlebih-
cendekiawan yang direalisasikan dalam bentuk lebihan dalam melakukan tindakan fisik. Tiga
relasi antar lembaga formal. Namun, hubungan penyakit pertama ialah wakil resmi
antar lembaga formal ini baru bersifat kesombongan (‘ujub). Dua penyakit terakhir
seremonial, belum pada tataran konsepsional. ialah wakil resmi sifat berlebih-lebihan.5
Lahirnya "orde reformasi", menampakkan
kelemahan pada konsep kerukunan umat B. HASIL DAN PEMBAHASAN
beragama yang telah dibentuk dan 1. Toleransi dan Tasamuh
dipublikasikan. Ternyata, konsep tersebut Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris
dapat berjalan lebih bersifat pendekatan tolerance atau tolerantia dalam bahasa Latin.
"keamanan" dibandingkan "kesadaran". Maka Dalam bahasa Arab istilah ini merujuk kepada
dari itu, secara praktis, dialog keagamaan kata tasamuh atau tasahul yaitu; to tolerate, to
harus berangkat dari kesadaran beragama. overlook, excuse, to be indulgent,, forbearing,
Sebab, kesadaran beragama lahir dari lenient, tolerant, merciful. Perkataan
pengetahuan dan pengalaman beragama. tasamuh; bermakna hilm dan tasahul;
Dalam pendekatan teologis, nampaknya diartikan sebagai indulgence, tolerance,
tidak bisa dipungkiri dan telah menjadi toleration, forbearance, leniency, lenitt,
pengetahuan awam bahwa setiap agama clemency, mercy dan kindness6. Sementara,
mempunyai kebenaran. Keyakinan mengenai kata "kerukunan" dalam Kamus Besar Bahasa
yang benar itu didasarkan kepada Tuhan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen
sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
Dalam tataran sosiologis, klaim kebenaran 5
R. Garaudy, Islam Fundamentalis dan
berubah menjadi simbol agama yang dipahami Fundamentalis lainnya, (Bandung: Pustaka, 1993), ix.
secara subyektif oleh setiap pemeluk agama. Ia 6
Rohi Baalbaki, Al-Mawrid: A Modern Arabic
tak lagi utuh dan absolut. Pluralitas manusia English Dictionary (Beirut: Dar El-Ilm Lil Malayyin,
2004),314.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40 27


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

Pendidikan dan Kebudayaan, diartikan sebagai pendidikan Guru dan jenjang Pendidikan
“hidup bersama dalam masyarakat melalui Tinggi, bahwa “toleransi adalah peng-
"kesatuan hati" dan "bersepakat" untuk tak hormatan, penerimaan dan penghargaan ten-
menciptakan perselisihan dan pertengkaran". tang keragaman yang kaya akan kebudayaan
Kerukunan adalah kata yang dipenuhi oleh dunia kita, bentuk ekspresi kita dan tata cara
muatan makna "baik" dan "damai". Intinya, sebagai manusia”.8 Pengertian ini menun-
hidup bersama dalam masyarakat dengan jukkan bahwa untuk mewujudkan dan
"kesatuan hati" dan "bersepakat" untuk tidak memlihara toleransi diperlukan pengetahuan,
menciptakan perselisihan dan pertengkaran.7 keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan
Bila pemaknaan ini dijadikan pegangan, maka pemikiran, kata hati dan kepercayaan. Dengan
“kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan demikian, toleransi adalah “harmoni dalam
didambakan oleh masyarakat manusia. perbedaan”, yang tidak hanya menuntut
Di dalam Islam, istilah tasamuh pada kewajiban moral semata, tetapi juga
dasarnya tidak semata-mata selaras makna persyaratan politik dan hukum.9
dengan kata tolerance, karena tasamuh Dalam kehidupan beragama, perilaku
memberi arti memberi dan mengambil. toleran merupakan satu prasyarat yang utama
Tasamuh berisi tindakan tuntutan dan bagi setiap individu yang menginginkan satu
penerimaan dalam batas-batas tertentu. bentuk kehidupan bersama yang aman dan
Tasamuh berisi harapan pada satu pihak untuk saling menghormati. Dengan begitu
memberi dan mengambil secara sekaligus. diharapkan akan terwujud pula interaksi dan
Subjek yang melakukan tasamuh dalam Islam kesepahaman yang baik di kalangan
dinamakan mutasamihin, yang berarti masyarakat beragama tentang batasan hak dan
“pemaaf, penerima, menawarkan, pemurah kewajiban mereka dalam kehidupan sosial
sebagai tuan rumah kepada tamu”. Dalam yang terdiri dari berbagai macam perbedaan
pelaksanaannya, orang yang melakukan baik suku, ras, hingga agama dan keyakinan.10
tindakan tasamuh ini tidak sepatutnya Akan tetapi, meskipun penjabaran makna
menerima saja sehingga menekan batasan hak toleransi ini mengandung rumusan akan
dan kewajibannya sendiri. Dengan kata lain, penghargaan atas keberadaan orang lain, tidak
perilaku tasamuh dalam beragama memiliki sederhana dalam pelaksanaannya. Terdapat
pengertian untuk tidak saling melanggar banyak persoalan mengenai pendekatan yang
batasan, terutama yang berkaitan dengan harus dilalui dalam membentuk satu
batasan keimanan (aqidah). Meskipun masyarakat yang harmonis, terutama yang
tasamuh memiliki pengertian seperti di atas, terkait dengan adanya perbedaan masalah
dalam banyak konteks, ia seringkali
diselaraskan arti dengan kata “toleransi”. Al- 8
Buku Sumber UNESCO-APNIEVE, Belajar
Qur’an tidak pernah menyebut-nyebut kata Untuk Hidup Bersama Dalam Damai Dan Harmoni,
tasamuh/toleransi secara tersurat dalam ayat- (Bangkok: Kantor Prinsipal Unesco untuk Kawasan
ayatnya. Namun, secara eksplisit al-Qur’an Asia-Pasifik, dan Universitas Pendidikan Indonesia,
menjelaskan konsep toleransi dengan segala 2000,154.
9
batasan-batasannya. Oleh karena itu, dalam UNESCO-APNIEVE, Belajar Untuk Hidup
Bersama Dalam Damai Dan Harmoni, 155.
implementasinya ayat-ayat yang menjelaskan 10
Istilah toleransi keagamaan secara historis disebut
tentang konsep toleransi dapat dijadikan "toleration", pertama kali ditelaah oleh John Locke
rujukan dalam kehidupan. (1963) dalam konteks hubungan antar gereja dan negara
Pengertian toleransi di atas, sejalan pula di Inggris. Toleration disini mengacu pada kesediaan
dengan makna toleransi yang terdapat dalam untuk tidak mencampuri keyakinan, sikap, dan tindakan
orang lain, meskipun mereka tak disukai. Negara tak
Buku Sumber UNESCO-APNIEVE untuk boleh terlibat dalam urusan agama, dan juga tak boleh
ditangani oleh kelompok agama tertentu. Lihat, Saeful
77
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Mujani, Muslim Demokrat, Islam, Budaya Demokrasi,
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1985, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru,(
850. Jakarta: Gramedia), 159.

28 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

agama dan keyakinan. Dengan demikian, seluruh umat manusia. Penerimaan tersebut
dapat diringkas bahwa toleransi ini mengarah selayaknya juga diapresiasi dengan kelapang-
kepada sikap terbuka dan mau menyakini an untuk mengikuti seluruh petunjuk dalam
adanya berbagai perbedaan, baik dari sisi suku menerimanya. Mereka yang tidak bisa mene-
bangsa, bahasa, warna kulit, adat-istiadat, rima adanya pluralitas berarti mengingkari
budaya, bahasa, serta agama. ketetapan Tuhan. Berdasarkan hal ini pula
maka toleransi menjadi satu ajaran penting
2. Toleransi Sebagai Ajaran Islam yang dibawa dalam setiap risalah keagamaan,
Islam mengajarkan bahwa adanya perbeda- tidak terkecuali pada sistem teologi Islam.
an diantara manusia, baik dari sisi etnis Konsepsi tasamuh atau toleransi dalam
maupun perbedaan keyakinan dalam ber- kehidupan keberagamaan pada dasarnya
agama merupakan fitrah dan sunnatullah atau merupakan salah satu landasan sikap dan
sudah menjadi ketetapan Tuhan, tujuan perilaku penerimaan terhadap ketetapan
utamanya adalah supaya diantara mereka Tuhan. Toleransi beragama di sini tidak
saling mengenal dan berinteraksi. 11 Barang- lantas dimaknai sebagai adanya kebebasan
kali, adanya beragam perbedaan merupakan untuk menganut agama tertentu pada hari ini
kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan dan menganut agama yang lain pada
tak dapat dipungkiri. keesokan harinya. Toleransi beragama juga
tidak berarti bebas melakukan segala macam
Makhluk sosial ialah makhluk yang satu praktik dan ritus keagamaan yang ada tanpa
sama lain saling membutuhkan. Makhluk peraturan yang ditaati. Toleransi dalam
sosial ialah makhluk yang mempunyai kehidupan beragama harus dipahami sebagai
kemampuan berdialog dengan orang lain dan bentuk pengakuan akan adanya agama-agama
lingkungannya. Dialog ialah percakapan lain selain agama yang dianutnya dengan
antara dua orang atau lebih. Dialog dapat juga segala bentuk sistem dan tata cara
didefinisikan sebagai "pergaulan antara peribadatannya, serta memberikan kebebasan
pribadi-pribadi yang saling memberikan diri untuk menjalankan keyakinan agama masing-
dan berusaha mengenal pihak lain masing, tanpa harus bertabrakan dalam
12
sebagaimana adanya." Dari penjelasan ini, kehidupan sosial karena adanya perbedaan
secara sosiologis ataupun psikologis, dialog keyakinan tersebut.
merupakan kebutuhan hakiki. Manusia Pengertian tentang tasamuh atau toleransi
membutuhkan dialog, untuk membuka diri dalam kehidupan beragama yang ditawarkan
kepada orang lain, dengan mendasari pada oleh Islam begitu sederhana dan rasional.
prinsip-prinsip : (a) keterbukaan kepada pihak Islam mewajibkan para pemeluknya mem-
lain; (b) memberikan tanggapan dan kerelaan bentuk batas yang tegas dalam hal akidah dan
berbicara terhadap pihak lain; dan (c) saling kepercayaan, sambil tetap melindungi prinsip
percaya bahwa kedua belah pihak memper- penghargaan terhadap keberadaan para
sembahkan informasi yang benar dengan pemeluk agama lain dan melindungi hak-hak
caranya sendiri.13 Dialog selalu bermakna mereka sebagai pribadi dan anggota
menemukan bahasa yang sama, tapi bahasa masyarakat. Pembatasan yang jelas dalam hal
sama ini diekspresikan dengan kata-kata yang akidah atau kepercayaan ini merupakan upaya
berbeda. Islam untuk menjaga para pemeluknya agar
Sebagai ketetapan Tuhan, adanya perbeda- tidak terjebak pada sinkretisme. 14 Dalam
an dan pluralitas ini tentu harus diterima oleh
14
QS. al-Kafirun: 1-6; QS. Luqman: 15; juga
11
Q.S. Al-Hujarat : 13 QS. al-Mumtahanah: 8. Meskipun umat Islam
12
D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, diperbolehkan untuk berinteraksi dengan orang-orang
(Yogyakarta: Kanisius, 1983),172. kafir dalam berbagai bidang kehidupan umum, dan
13
D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, 172- yang lainnya), namun khusus dalam masalah agama
173 yang meliputi aqidah, ritual ibadah, hukum, dan

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40 29


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

konteks ini, Hamka dalam menafsirkan surat rahmatan lil ‘alamin.18 Sikap toleran ini jika
al-Kafirun bahwa : “Surat ini memberi diajarkan dan diterapkan dengan baik akan
pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi menyadarkan orang bahwa dalam memeluk
Muhammad SAW, bahwasanya aqidah agama tertentu tidak boleh ada pemaksaan,19
tidaklah dapat diperdamaikan, tauhid dan apalagi disertai dengan tindakan yang bisa
syirik tidak dapat dipertemukan. Kalau yang mengancam keselamatan orang lain.
hak hendak disatukan dengan yang bathil, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
maka yang bathil menang. Aqidah tauhid toleransi atau tasamuh merupakan salah satu
tidak mengenal sinkritisme artinya sesuai ajaran inti yang sederajat dengan ajaran lain,
menyesuaikan, misalnya antara animisme misalnya kasih (rahmat), kebijaksanaan
dengan tauhid, penyembahan berhala dengan (hikmat), kemaslahatan universal (maslahat
shalat, menyembelih binatang untuk memuja ammat), keadilan (adl). Beberapa ajaran inti
berhala dengan membaca Bismillah.”15 Islam tersebut merupakan sesuatu yang
Dengan demikian, sikap toleransi memiliki meminjam istilah ushul fikih bersifat
batasan-batasan terutama berhubungan qathiyyat, yakni tak bisa dibatalkan dengan
dengan masalah akidah. Ajaran Islam dengan nalar apa pun, dan kulliyyat, yaitu bersifat
tegas juga melarang para pemeluknya untuk universal, melintasi ruang dan waktu (shalih
berperilaku seperti para penganut agama li kulli zaman wa makan). Singkatnya,
lain.16 Namun, pada saat yang sama Islam pun prinsip-prinsip ajaran inti Islam itu bersifat
menyerukan untuk menghormati dan melihat trans-historis, trans-ideologis, bahkan trans-
orang yang berbeda agama sebagai pribadi keyakinan-agama.
yang utuh dengan semua hak dan Islam yang toleran ini dalam kelanjutannya
kewajibannya yang mesti dihargai. Islam merupakan pengejawantahan nilai-nilai
melarang para pemeluknya untuk mencaci- universal Islam sebagai agama untuk seluruh
maki orang lain, dan melarang segala bentuk manusia. Tasamuh yang diajarkan oleh Islam
perlakuan yang bisa mencederai kehidupan tidak akan merusak misi suci akidah,
bersama dalam sebuah masyarakat.17 melainkan lebih sebagai penegasan akan
Toleransi dalam hidup beragama yang
diajarkan Islam pada pemeluknya jika 18
Lihat keterangan al-Qur’an berikut: “Dan
diterapkan secara seimbang akan melahirkan tidak Kami mengutusmu melainkan untuk menebarkan
rahmat di seluruh alam…” (QS. al-Anbiya: 107).
wajah Islam yang inklusif, terbuka, ramah, 19
Lihat surat al-Baqarah ayat 256 yang
dan selaras dengan misi nubuwah; Islam menyebutkan: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
semacamnya, sebagaimana dinyatakan dalam surat ini, kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang
umat Islam harus bersikap tegas kepada para pemeluk kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan
agama lain, tidak boleh ada upaya pencampuradukkan putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
keyakinan (sinkretisme). Mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 256). Hal yang serupa
15
Lihat Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz III. pernah dinyatakan oleh Sir T.W Arnold dalam bukunya
(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), 264. “The Preaching of Islam”, yang menegaskan bahwa
paksaan bukan16 lah
Lihatfaktor
keterangan
penentu dalamberikut:
al-Qur’an “...Janganlah m
konversi
17
Kenyataan ini dapat ditemukan dalam agama, ini dapat dinilai dari relasi baik yang terwujud
keterangan al-Qur’an berikut: "Hai orang-orang yang antara orang Kristen dengan orang Arab Islam. Nabi
beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka Muhammad Saw. sendiri telah mengadakan beberapa
(kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu perjanjian dengan pihak Kristen dengan menjanjikan
dosa. dan jangan lah mencari-cari keburukan orang perlindungan kepada mereka serta menjamin kebebasan
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah mereka dalam beribadat, dan kepada pihak gereja Nabi
seorang diantara kamu yang suka memakan daging berjanji tidak akan mengganggu hak dan kekuasaan
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu lama yang sudah ada pada mereka. Lihat Thomas W.
merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Arnold, The Preaching of Islam: A History of The
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Propagation of The Muslim Faith, 2nd ed. (London:
Penyayang." (QS. al-Hujurat: 12). Constable and Co. Ltd, 1993), 279-280.

30 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

kepribadian muslim di tengah pluralitas Ridha sebagaimana dikutip oleh ‘Abdul


kehidupan beragama. Dengan demikian, pada Hamid Hakim bahwa pengertian sebagai Ahl
satu sisi Islam dapat dikatakan lebih al-kitab tak terbatas hanya kepada kaum
menghargai pribadi yang mampu bertanggung Yahudi dan Nasrani seperti tercantum dengan
jawab secara sosial tanpa harus meninggalkan jelas dalam al-Qur'an serta kaum Majusi
nilai-nilai primordialnya sebagai muslim. Jika (pengikut Zoroaster) seperti tercantum dalam
inti dari ajaran beragama adalah tidak sebuah hadits, namun pula mencakup agama-
menyekutukan Allah Swt., berbuat baik, dan agama lain yang mempunyai suatu bentuk
beriman pada hari akhir, maka sikap toleran kitab suci."21
adalah salah satu misi yang terkandung dalam
poin berbuat kebajikan tersebut.20 3. Toleransi dan Pluralitas Agama
Hal yang sama terkait pentingnya toleransi Ajaran Islam tentang toleransi ini jika
sebagai perwujudan Islam rahmatan lil ditinjau secara sosiologis, maka akan selaras
a’lamin ini juga pernah dilontarkan oleh dengan kenyataan tentang adanya pluralisme
Nurcholis Madjid yang menyatakan bahwa agama. Perbedaan keyakinan adalah
pandangan-pandangan inklusivitas sangat kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan
diperlukan pada hari ini, di mana perkem- tidak dapat dipungkiri. Pengakuan terhadap
bangan ilmu pengetahuan dan kemajuan adanya pluralisme agama secara sosiologis ini
teknologi telah mengantarkan umat manusia merupakan pengakuan toleran yang sangat
untuk hidup di dalam sebuah "desa buwana" sederhana, namun pengakuan secara
(global village). Ia menegaskan: sosiologis tersebut tak berarti mengandung
"Dalam desa buwana itu, seperti telah pengakuan terhadap kebenaran teologis dari
disinggung, manusia akan semakin intim dan agama lain : "Seandainya Allah tidak meng-
mendalam mengenal satu sama lainnya, tetapi imbangi segolongan manusia dengan sego-
sekaligus juga lebih mudah terbawa kepada longan yang lain, maka pastilah bumi hancur;
konfrontasi dan penghadapan langsung. sebab namun Allah mempunyai kemurahan yang
itu sangat diperlukan sikap saling mengerti dan melimpah kepada seluruh alam"22
memahami, dengan kemungkinan mencari dan Pluralitas dalam beragama adalah
mendapatkan titik kesamaan atau kalimatun menunjukkan kepada dinamika kehidupan
sawa' semisal yang diperintahkan Allah di beragama yang beragama (plural). Ia
dalam al-Qur'an. Dengan tegas al-Qur'an menampilkan suatu pluralitas tradisi dan
melarang pemaksaan suatu agama kepada berbagai varian masing-masing tradisi, yang
orang lain ataupun komunitas lain, betapa pun sekaligus pula menunjukkan terhadap suatu
benarnya agama itu, karena akhirnya hanya teori partikular mengenai hubungan antara
Allah lah yang mampu memberi petunjuk berbagai tradisi itu. Tradisi antar berbagai
terhadap seseorang, secara pribadi. Namun, agama besar dunia yang menampakkan
demi kebahagiaannya sendiri, manusia harus berbagai konsepsi, persepsi, dan respon
terbuka kepada setiap pandangan atau ajaran, tentang ultim yang satu, realitas ketuhanan
lalu bersedia mengikuti mana yang terbaik. yang penuh dengan misteri. Respon ini pada
Itulah pertanda adanya hidayah dari Allah umumnya direfleksikan dalam bentuk
kepada mereka. Dan patut kita camkan benar- pemikiran, sikap dan perilaku umat beragama,
benar pendapat Sayyid Muhammad Rasyid baik mengambil bentuk eksklusif maupun
inklusif.
20
Terdapat banyak ayat dalam al-Qur’an yang
menghubungkan antara beriman dan beramal saleh.
Salah satunya adalah ayat berikut: “Demi masa.(1) 21
Nurcholish Madjid, “Beberapa Renungan
Sesunggungguhnya semua manusia berada pada tentang Kehidupan Keagamaan untuk Generasi
kerugian.(2) Kecuali orang-orang yang beriman dan Mendatang”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No.1
beramal sholih. Saling berwasiyat kepada kebenaran Vol.IV,1993,16.
dan kesabaran. (3) (QS. al-‘Ashr : 1-3). 22
Al-Qur’an surah al-baqarah, 251.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40 31


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

Pluralisme dapat muncul pada masyarakat meningkatkan toleransi setidaknya berkaitan


dimanapun ia berada. Ia selalu mengikuti dengan 4 (empat) hal,23 yaitu :
pertumbuhan masyarakat yang semakin cerdas 1. Perkembangan dunia modern yang
dan tak ingin dibatasi oleh sekat-sekat menunjukkan bahwa toleransi lebih penting
sektarianisme. Pluraslime harus diartikan dari sebelumnya. Globalisasi ekonomi dan
sebagai konsekuensi logis dari Keadilan Ilahi, semakin meningkatnya mobilitas,
bahwa keyakinan seseorang tak dapat diklaim komunikasi, integrasi dan interdependensi,
benar salah tanpa mengetahui dan memahami perpindahan penduduk, urbanisasi dan
terlebih dahulu latar belakang pemben- pola-pola sosial yang berubah merupakan
tukannya, seperti lingkungan sosial budaya, ancaman global;
referensi atau informasi yang diterima, tingkat 2. Toleransi diperlukan antara orang-seorang,
hubungan komunikasi, dan klaim-klaim keluarga, dan paguyuban. Promosi toleransi
kebenaran yang dibawa dengan kendaraan dan pembentukan sikap keterbukaan, saling
ekonomi-politik dan kemudian direkayasa mendengar dan solidaritas, hendaklah
sedemikian rupa untuk kepentingan sesaat, mengambil tempat di sekolah-sekolah dan
tidak akan diterima oleh seluruh komunitas perguruan tinggi, pendidikan luar sekolah,
manusia manapun. di rumah dan tempat kerja;
3. Persamaan hak hidup dan Ras, untuk
Pada situasi dewasa ini, diperlukan menjamin persamaan dalam harkat dan
kesadaran akan sifat dan hakekat "pluralistik" hak-hak orang seorang dan kelompok,
dan "lintas budaya". Disebut pluralistik, terutama berkaitan dengan perlindungan
karena tidak ada lagi satu budaya, ideologi, hukum dan sosial baik mengenai
maupun agama yang dapat mengklaim sebagai perumahan, pekerjaan, kesehatan,
satu-satunya sistem terbaik dan bahkan terunik menghormati keaslian kebudayaan,
dalam pengertian absolut. Di sebut lintas memberi kemudahan pada kemajuan dan
budaya, karena komunitas manusia tak lagi integrasi sosial, terutama melalui
hidup dalam sekat-sekat, sehingga setiap pendidikan; dan
persoalan manusia saat ini yang tidak 4. Studi-studi dan jaringan kerja ilmiah
dipandang dalam parameter kemajemukan dilaksanakan untuk mengkoordinasi
budaya adalah persoalan yang secara jawaban paguyuban internasional pada
metodologis salah letak. Agama bisa berfungsi tantangan global sekarang ini, termasuk
terhadap masyarakat yang pluralistis dan tidak analisis oleh sains sosial mengenai akar
saling berbenturan. Masalahnya, tentu bukan permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu,
karena agama itu datang built-in dengan penelitian yang dilakukan dapat
konflik dan tampil a-sosial, tetapi karena mendukung tindakan pengambilan
sering dilihat bahwa para pemeluknya telah kebijakan dan penetapan standard oleh
mengekspresikan kebenaran agamanya secara negara-negara anggota.
eksklusif dan monolitik, dalam artiannya Toleransi dalam dimensi-dimensi sosial di
bahwa subyektivitas kebenaran yang diyakini atas, sudah barang tentu akan semakin
seringkali menafikan kebenaran yang diyakini memperkuat adanya keterbukaan, saling
oleh pihak lain. menghormati dan menghargai dalam
perbedaan kepenganutan agama. Dalam
Hubungan antara pluralitas kehidupan konteks ini, toleransi merupakan peneguhan
keberagamaan dan ajaran toleransi dalam akan penghargaan keberadaan agama lain
Islam harus sedapat mungkin dicermati sebagai fakta pluralitas sosial. Dalam hal ini,
sebagai kenyataan sosiologis, dan tidak mengutip Mukti Ali, terdapat beberapa
dipandang sebagai adanya pertemuan dalam pemikiran yang diajukan orang agar tercapai
masalah-masalah teologis. Dalam dimensi-
23
dimensi sosial, pentingnya memelihara dan UNESCO-APNIEVE, Belajar Untuk Hidup
Bersama Dalam Damai Dan Harmoni.

32 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

kerukunan dalam kehidupan beragama. mengakui bahwa agamanya sendiri itulah


Pertama, sinkretisme, yakni pendapat yang yang benar, sedang agama-agama lain adalah
menyatakan bahwa semua agama adalah salah, dan berusaha agar orang yang berbeda
sama.24 Kedua, reconception, yakni agama masuk dalam agamanya. Kelima, agree
menyelami dan meninjau kembali agama in disagreement (setuju dalam perbedaan),
sendiri dalam konfrontasi dengan agama- yakni percaya bahwa agama yang dipeluk
agama lain.25 Ketiga, sintesis, yakni itulah agama yang paling baik, dan
menciptakan suatu agama baru yang elemen- mempersilahkan orang lain untuk meyakini
elemennya diambil dari berbagai agama, bahwa agama yang dipeluknya ialah agama
supaya dengan demikian tiap-tiap pemeluk yang paling baik. Diyakini bahwa antara satu
agama merasa bahwa sebagian dari ajaran agama dan agama lainnya, selain terdapat
agamanya telah terambil dalam agama sintesis perbedaan, juga terdapat persamaan.26
(campuran) itu. Keempat, penggantian, yakni Memahami ragam sikap dan pandangan
tentang toleransi beragama ini, maka kajian
24
Sinkretisme ini sekilas hampir mirip dengan
tentang tasamuh pada akhirnya tidak terlepas
pandangan pluralisme teologis yang mengakui adanya dari bahasan tentang pluralisme. Pluralisme
kesamaaan dan titik temu dalam berbagai ajaran agama sendiri merujuk pada satu paham yang
yang ada, dan dengan itu mengakui pula adanya meyakini bahwa keberagaman adalah satu-
kebenaran pada agama lain di luar yang dipeluknya. satunya kenyataan yang melingkupi segala
Meskipun demikain ia seringkali dibedakan pula secara
tegas dengan pluralisme, sebab pluralisme tidak
sesuatu. Pandangan ini berusaha untuk tidak
bertujuan mencampuradukkan agama sebagaimana mereduksi sesuatu pada prinsip terakhir,
sinkretisme. Salah satu pandangan terkait hal ini adalah melainkan meletakkannya sebagai kenyataan
pendapat Djohan Effendi yang menyatakan bahwa: yang berdiri di tengah keragaman. Nurcholis
"Sebagai makhluk yang bersifat nisbi, pengetahuan dan Madjid, misalnya, memaknai “pluralisme”
pengertian manusia tidak mungkin mampu menangkap
dan menjangkau agama sebagai doktrin kebenaran
sebagai suatu sistem nilai yang memandang
secara menyeluruh dan tepat. Hal itu hanya ada dalam secara positif dan optimis terhadap
ilmu Tuhan. Dengan demikian jika seorang penganut keragaman, dengan menerimanya sebagai
mengatakan perkataan agama, yang terdapat dalam sebuah kenyataan dan berbuat sebaik mungkin
pikirannya bukan hanya agama sendiri, akan tetapi berdasarkan kenyatan akan keragaman itu27.
juga aliran yang dianutnya, bahkan pengertian dan
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pemahamannya sendiri. Oleh karena itu, pengertian
dan pemahamannya tentang agama jelas bukan lah secara konseptual toleransi beragama
agama itu sendiri dan karena itu tak ada alasan untuk berhubungan erat dengan kajian pluralisme
secara mutlak dan apriori menyalahkan pengertian dan agama. Berkaitan dengan pluralisme ini, Alwi
pemahaman orang lain.". Lihat Djohan Effendi, Shihab mengungkapkan pendapatnya, bahwa :
“Dialog Antar Agama: Bisakah Melahirkan Teologi
Pertama, pluralisme tidak semata-mata
Kerukunan?”, dalam Majalah Prisma 5, Juni 1978,16.
Lihat juga Djohan Effendi, “Kemusliman dan menunjuk pada kenyataan adanya kemaje-
Kemajemukan Agama” dalam Th. Sumarthana dkk. mukan, tetapi juga keterlibatan aktif terhadap
(ed.), Dialog: Kritik dan Identitas Agama, (Penerbit kenyataan kemajemukan tersebut. Pada pe-
Dian/Interfidei, t.t.) , 54-58. ngertian yang pertama ini, seseorang dapat
25
Rekonsepsi ini lebih mengedepankan adanya
dikatakan menyandang sifat “pluralis” apabila
dialog antar agama. Dengan demikian toleransi yang
dibangun lebih menggunakan pendekatan akademis. dapat berinteraksi secara positif dalam
Dalam hal ini Osman Bakar menyatakan bahwa peranan lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan
dialog adalah: “..to bring dif ferent communities
together to work for the common good of society in as
much as they are forced by circumstances to life 26
A. Mukti Ali, “Ilmu Perbandingan Agama,
together informasi by informasi while subscribing to Dialog, Dakwah dan Misi”, dalam Burhanuddin Daja
different spiritual faiths, religious ways of life, and dan Herman Leonard Beck (red.), Agama dan
political informasiologies.” Lihat Osman Bakar and Masyarakat, Yogyakarta: IAIN SUKA Press, 1993),
Cheng Gek Nai, Islam and Confucianism, A 227-229.
Civilizational Dialogue, (Kuala Lumpur: University of 27
Nurcholis Madjid, Islam, Dokrin, dan
Malaya press, 1997), 2. Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992 ), 25.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40 33


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

kata lain, pluralisme menunutu tiap pemeluk nitas yang berbeda-beda. Tentu saja ini
agama untuk mengakui keberadaan hak agama mengisyaratkan pula, bahwa penegasan
lain, tetapi ikut terlibat dalam usaha Alquran adanya agama Tuhan pada setiap
memahami perbedaan dan persamaan guna rumpun manusia di masa lalu yang harus
tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan. dihormati, sebagaimana sikap Islam terhadap
Kedua, pluralisme harus dibedakan dengan Ahli Kitab.
kosmopolitanisme. Kosmopolitanisme
menunjuk kepada suatu realitas, yang di 4. Toleransi dan Kerukunan
dalamnya berbagai ragam agama, ras, dan Dari sikap toleransi, maka kerukunan
bangsa, hidup secara berdampingan di sebuah dalam beragama secara bertahap dapat
lokasi. Namun demikian tidak terjadi interaksi terwujud. Sekalipun demikian, kerukunan
positif antar penduduk lokasi tersebut, bukan merupakan nilai terakhir, tetapi baru
khususnya di bidang agama. Ketiga, konsep merupakan suatu sarana yang harus ada
pluralisme tidak dapat disamakan dengan sebagai ”conditio sine qua non” untuk
relativisme. Seorang relativis akan berasumsi mencapai tujuan lebih jauh yaitu situasi aman
bahwa hal-hal yang menyangkut “kebenaran” dan damai. Situasi ini amat dibutuhkan semua
atau “nilai” ditentukan oleh pandangan hidup pihak dalam masyarakat untuk memungkinkan
serta kerangka berpikir seseorang atau penciptaan nilai-nilai spiritual dan material
masyarakatnya. Implikasi dari paham yang sama-sama dibutuhkan untuk mencapai
relativisme agama adalah bahwa doktrin tingkat kehidupan yang lebih tinggi.
agama apapun harus dinyatakan benar dan Kesadaran untuk hidup rukun dan bersaudara
semua agama adalah sama. Keempat, diantara para pemeluk agama, merupakan cita-
pluralisme agama bukanlah sinkretisme (baca: cita dan ajaran fundamental dari masing-
menciptakan suatu agama baru dengan masing agama.30
memadukan unsur-unsur tertentu dari berbagai Kasih dan damai merupakan jantung ajaran
ajaran agama yang ada).28 agama, karena merupakan kebutuhan
Dengan merujuk pada Alquran, dapat kemanusiaan. Alquran mencoba mengem-
diketahui bahwa Islam bukan saja menerima bangkan moralitas tertinggi dimana perda-
legitimasi pluralisme agama, tetapi juga maian merupakan komponen terpenting. Kata
menganggapnya sebagai bersipat sentral dalam ’Islam’ diderivasi dari akar kata ’silm’ yang
sistem kepercayaannya. Misalnya, dalam surat berarti ”kedamaian.” Visi kasih dalam Islam
5 ayat 48 menegaskan : dibangun di atas dua pilar, yaitu individu dan
“Kepada setiap kamu sekalian Kami masyarakat. Hubungan individu-individu yang
berikan aturan hukum (syir’ah) dan jalan saleh dan damai akan membentuk masyarakat
hidup (minhaj). Sekiranya Allah menghendaki, yang ideal, yaitu masyarakat yang berda-
niscaya kamu sekalian dijadikan satu sarkan pada tiga pilar : keadilan politik, yang
komunitas, tapi Allah hendak menguji kamu disebut dengan demokrasi; keadilan ekonomi,
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka yang disebut dengan kesejahteraan dan
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya pemerataan; dan keadilan sosial, yang disebut
kepada Allah-lah kembali kamu sekalian, lalu dengan persamaan dan tersedianya akses
diberitahukan kepadamu apa yang telah kamu politik.31
perselisihkan itu.” 29 Menurut Azyumardi Azra, dalam
Kalimat “setiap kamu sekalian” dalam ayat perspektif teologi Islam tentang kerukunan
di atas, jelas-jelas menunjukkan pada komu- hidup antar agama, dan konsekuensinya
antarumat beragama, berkaitan erat dengan
28
Alwi Shihab, Islam Inklusif (Bandung:
30
Mizan, 1999), 41-42. D.Hendropuspito, Sosiologi Agama 17
29
Muni’im A. Sirry, Membendung Militansi Muni’im A. Sirry, Membendung Militansi
31

Agama, Iman dan Politik dalam Masyarakat Modern,( Agama, Iman dan Politik dalam Masyarakat
Jakarta: Erlangga, 2003),171. Modern,151.

34 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

dua hal, yakni pertama, berkaitan dengan dan kedamaian.35 Kata Islam menunjukkan
doktrin Islam tentang hubungan antar sesama arti ”damai, selamat, penyerahan diri, tunduk,
manusia dan hubungan antara Islam dengan dan patuh.” Karakteristik ajaran Islam yang
agama-agama lain; kedua, berkaitan dengan membawa fungsi rahmatal lil alamin itu
pengalaman historis manusia sendiri dalam diantaranya :
hubungannya dengan agama-agama yang 1. Islam menunjukkan manusia jalan hidup
dianut oleh umat manusia.32 Secara doktrin, yang benar;
Islam pada esensinya memandang manusia 2. Islam memberikan kebebasan kepada
dan kemanusiaan secara sangat positif dan manusia untuk menggunakan potensi yang
optimistis. Menurut Islam, manusia berasal diberikan oleh Allah secara tanggung
dari satu asal yang sama, yaitu keturunan jawab;
Adam dan Hawa.Dari sinilah kemudian 3. Islam menghormati dan menghargai
manusia berkembang menjadi bersuku-suku, manusia sebagai hamba Allah, baik muslim
berkaum-kaum atau berbangsa-bangsa lengkap maupun yang beragama lain;
dengan kebudayaan dan peradaban khas 4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara
masing-masing.Perbedaan ini mendorong baik dan proporsional; dan
manusia untuk saling kenal mengenal dan 5. Islam menghormati spesifik individu
menumbuhkan apresiasi serta respek satu sama manusia dan memberikan perlakuan yang
lain. Dalam pandangan Islam, perbedaan di spesifik pula.36
antara umat manusia bukanlah karena warna
kulit dan bangsa, tetapi hanyalah tergantung Prinsip toleransi yang diwujudkan dalam
pada tingkat ketaqwaan masing-masing.33 bentuk keharusan hidup rukun, dapat dilihat
Inilah yang menjadi dasar perspektif Islam dalam konteks : pertama; persaudaraan
tentang ”kesatuan umat manusia”, yang pada kemanusiaan universal, semua umat manusia
gilirannya akan mendorong berkembangnya adalah satu keturunan. Umat Islam meyakini
solidaritas antar manusia (ukhuwwah bahwa Adam adalah “nabi” dan “rasul” yang
insaniyyah atau ukhuwwah basyariyyah dan pertama, dan Muhammad bin Abdullah adalah
ukhuwah wathaniyah).34 “nabi” dan “rasul” terakhir, dan bahkan
Doktrin Islam berkaitan dengan kerukunan meyakini pula bahwa “agama” nabi Adam
dapat dipahami pula dari fungsi Islam sebagai tentulah “Islam”. Mereka berkeyakinan bahwa
rahmatal lil alamin, yaitu pembawa rahmat dari sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad
sama “agama”nya yaitu Islam. Pengertian
32
Azyumardi Azra, “Bingkai Teologi “Islam” dimaksudkan adalah “tauhid”. Dalam
Kerukunan Hidup Antarumat Beragama : Perspektif al-Quran menyebut agama Ibrahim dan
Islam”, salah satu tulisan yang terdapat dalam buku,
Weinata Sairin, (Penyunting), Kerukunan Umat
Ya’cub besereta keturunannya adalah Islam37,
Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa, Butir- dan agama nabi Yusuf adalah Islam38.
Butir Pemikiran (Jakarta,BPK Gunung Mulia, 2006), Demikian pula, istilah ”Islam” dalam al-Quran
92. muatannya adalah “nilai” bukan “institusi”
33
Sebagaimana terungkap dalam Alquran atau “lembaga”. Hal ini difahami mengingat
Surah. 49 : 13. kata “Islam” dengan derivasinya tidak pernah
34
Dalam Islam, istilah ukhuwah Islamiyah
didalamnya mengandung pula pengertian ukhuwah
disebut sebanding dengan kata Yahudi dan
insaniyah dan ukhuwah wathoniyah. Ukhuwah Nasrani sebagai sebuah institusi (agama yang
insaniyah berhubungan dengan persaudaraan manusia terlembaga). Ketika al-Quran menyebut
secara universal tanpa memberdakan suku, ras, bangsa, Yahudi dan Nasrani, juga Shobiin, digunakan
agama, dan aspek-aspek kehususan lainnya; sedangkan
ukhuwah wathaniyah berhubungan dengan
35
persaudaraan yang diikat oleh nasionalisme/kebangsaan Lihat; Q.S. Al-Anbiya, 170.
36
tanpa membedakan agama, ras, adat istiadat, dan aspek- Wahyudin, dkk. Pendidikan Agama Islam
aspek kekhususan lainnya. Lihat; Wahyudin, Untuk Perguruan Tinggi, 91.
37
dkk.,Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Lihat, Q.S. Al-Baqarah : 132
38
(Bandung : Grasindo, 2008), 93. Lihat, Q.S. Yusuf 101

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40 35


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

istilah ”allazîna âmanû” (orang-orang yang Pada saat yang bersamaan, Agama Islam
beriman).39 Kedua, Islam mengajarkan bahwa mewajibkan kepada pemeluk-pemeluknya
manusia dilahirkan dalam keadaan suci untuk menyampaikan pesan-pesan Islam
(fitrah). Dalam fitrahnya, setiap manusia dengan cara dakwah, yakni panggilan kepada
dianugerahi kemampuan dan kecenderungan kebenaran agar manusia yang bersangkutan
bawaan untuk mencari, mempertimbangkan, dapat mencapai keselamatan dunia dan
dan memahami kebenaran, yang pada akhirat.45 Karena dakwah adalah "panggilan",
gilirannya akan membuatnya mampu maka konsekuensinya bahwa ia harus tidak
mengakui Tuhan sebagai sumber kebenaran melibatkan pemaksaan – la ikraha fi al-din.46
tersebut. Kemampuan dan kecenderungan Dengan demikian jelas lah, Islam mengakui
inilah disebut sebagai hanif.40 Atas dasar hak hidup agama lain; dan membenarkan para
prinsip ini, Islam menegaskan bahwa setiap pemeluk agama lain tersebut untuk
manusia adalah homo religious. Di dalam menjalankan ajaran-ajarannya masing-masing.
Alquran, manusia hanif ini diidentifikasikan Di sini lah terletak dasar ajaran Islam
dengan Nabi Ibrahim yang dalam pencarian mengenai toleransi beragama.47 Dan, Islam
kebenaran pada akhirnya menemukan Tuhan jelas-jelas mengajarkan toleransi, yang jika
yang sejati. Ibrahim dikenal sebagai panutan merujuk Alquran, toleransi merupakan al-
tiga agama wahyu : Yahudi, Kristen, dan samhah yang artinya mudah, yang dibangun di
Islam. Demikian pula, nabi Muhammad yang atas kemudahan,48 sebagaimana dalam
tahu betul tentang orang-orang hanif ini pernah Alquran, bahwa ”Allah tidak menjadikan
menyatakan bahwa ”Islam identik dengan manusia dalam agama satu kesempitan, oleh
Hanifiyyah”.41 Dinamakan demikian, karena karena itu berkewajiban untuk mengikuti
”berserah diri” (al-nafiyyah) adalah agama agama Ibrahim.”49
Ibrahim, dan ”orang yang berserah diri” ( al- Di lingkungan masyarakat Muslim,
hanif) secara bahasa adalah orang yang ada toleransi dalam beragama atau toleransi
dalam agama Ibrahim. Ibrahim disebut sebagai keagamaan, merupakan isu utama. Istilah ini
orang yang berserah diri karena condong merujuk pada sikap dan perilaku kaum
kepada kebaikan.42 Maka, dalam Alquran muslim terhadap non-Muslim, dan sebaliknya.
Allah menegaskan bahwa Nabi Ibrahim bukan Dalam sejarahnya, toleransi mengacu pada
seorang Yahudi dan bukan seorang Nasrani, hubungan antara kaum muslimin dan para
melainkan seorang yang lurus dan berserah pengikut agama Semitis lainnya, yakni Yahudi
diri kepada Allah, dan tidak termasuk orang dan Kristen. Hubungan ketiga pengikut agama
yang musyrik.43 Diperkuat pula oleh sabda tersebut sangat rumit dan mengalami pasang
Rasulullah, bahwa ”agama yang paling dicintai surut dari abad ke abad. Yang, menurut
oleh Allah adalah”berserah diri dan toleran”.44 Bernard Lewis, jika diruntut penyebab
intoleransi diantara hubungan ketiga agama ini
39
Lihat; Q.S. Al-Baqarah ayat 62 memang tidak jelas. Sebagian bisa berasal dari
40
Lihat, Q.S. 30 : 30 doktrin agama Islam sendiri, dan sebagiannya
41
Hanifiyah sudah dikenal dalam tradisi lagi bisa berasal dari pengalaman sejarah dan
Arabia pra Islam, mereka menolak setiap sosial-politik yang panjang. Sumber doktrinal
pengasosiasian tuhan-tuhan palsu dengan Tuhan yang
sebenarnya, karena perbuatan semacam ini adalah
syirik. Oleh karena itulah, mereka menolak untuk
45
berpartisipasi dalam ritual-ritual pagan dan berusaha Lihat, Q.S. 16 : 125; 22 : 67; 41 : 33
46
mempertahankan kesucian Azyumardi Azra dalam Lihat, Q.S. 2 : 256
47
Weinata Sairin, 93 Azyumardi Azra dalam Weinata Seirin,
42 Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Antarumat
Adnan Tarsyah, Manusia yang Dicintai dan
Dibenci Allah, ( Bandung: Mizan, 2008), 25. Beragama : Perspektif Islam”, 94.
43 48
Tarsyah, Manusia yang Dicintai dan Dibenci Tarsyah, Manusia yang Dicintai dan
Allah,27. Dibenci Allah,26.
44
Tarsyah, Manusia yang Dicintai dan
49
Dibenci Allah,28. Lihat, Q.S. 22 : 78

36 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

dalam Islam dapat ditemukan dalam Al-Quran, mereka untuk memeluk Islam. Sebagian
misalnya ayat yang berbunyi : menerima ajakannya dan sebagian lagi ingin
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tetap sebagai pemeluk Kristen di dalam
janganlah kamu mengambil orang-orang cakupan entitas politik Islam. Selanjutnya
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin- Nabi mengukuhkan eksistensi mereka sebagai
pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah ummah yang khas, seperti juga kaum
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Yahudi.51
Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka Demikian pula, ketika Nabi Muhammad
menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya saw. memperbolehkan delegasi Kristen Najran
orang itu Termasuk golongan mereka.” 50 yang berkunjung ke Madinah untuk berdoa di
kediaman beliau. Tatkala menjadi pemimpin
5. Toleransi dan Keteladanan Rasulullah Madinah, beliau pernah berpesan:
Berdasarkan kerangka doktrinal Islam di "Barangsiapa yang mengganggu umat agama
atas, kaum muslimin mengimplementasikan samawi, maka ia telah menggangguku"52
”teologi kerukunan” Islam sepanjang sejarah. Persahabatan dan kerjasama antara kaum
Praktik kerukunan hidup antar umat beragama Muslimin dengan umat agama lain (Kristen)
dalam sejarah Islam dapat dilihat dari sosok pada masa Nabi terlihat dengan jelas ketika
dan peran yang dimunculkan oleh Nabi kaum Muslimin meninggalkan Makkah
Muhammad saw. baik sebagai pribadi maupun menuju Abbissynia (Ethiopia) untuk
sebagai pemimpin agama dan pemimpin menghindarkan diri dari pada penganiayaan,
masyarakat (kepala Negara). Nabi Muhammad seperti ancaman, intimidasi, dan penyiksaan
memulai pengalaman itu, ketika ia hijrah ke yang dilakukan oleh bangsa Arab (jahiliyah).
Madinah pada tahun 622. Pembentukan negara Ketika kaum Muslimin berada di Ethiopia,
– kota Madinah, tidak ragu lagi merupakan mereka mendapatkan perlindungan dari Raja
momen historis sejauh melekat implementasi Najasyi (Negus) yang beragama Kristen. Dan
kerangka doktrin, teologi, dan gagasan ketika bangsa Arab (jahiliyah) mendesak agar
kerukunan keagamaan Islam terhadap para Raja Najasyi mengembalikan kaum Muslim
penganut agama-agama lain, dalam konteks ke Makkah, Raja Najasyi menolak sambil
ini, khususnya agama Yahudi dan Nasrani. mengatakan: “Apakah engkau meminta aku
Momen historis ini adalah penetapan "piagam menyerahkan pengikut Muhammad, orang
Madinah" – atau sering juga disebut sebagai yang telah didatangi malaikat Jibril? Demi
"konstitusi Madinah", Dalam konstitusi ini Tuhan Muhammad itu benar, dan ia akan
secara tegas dinyatakan hak-hak penganut mengalahkan musuh-musuhnya”. Tatkala
agama Yahudi untuk hidup berdampingan Nabi Muhammad saw. mendengar berita
secara damai dengan kaum muslim. bahwa Raja Najasyi meninggal dunia, beliau
Sementara, menyangkut agama Nasrani, tidak menganjurkan agar para sahabat
lama setelah Nabi Muhammad dan kaum melaksanakan salat untuk “saudara mereka
muslim "pembukaan" (alfutuhat) Mekkah pada (Raja Najasyi) yang meninggal di negeri
tahun 8/630 sejumlah penganut Kristen lain”.53
Nasjran di Yaman mengirimkan utusan Tindakan Nabi Muhammad saw yang
kepada Nabi Muhammad di Madinah. memperlakukan kaum non-Muslim dengan
Kedatangan mereka adalah untuk penuh penghargaan serta tidak pernah
mendeklarasikan kedudukan mereka vis-a-vis
negara Islam, atau sebaliknya kedudukan 51
Azra dalam Weinata, Bingkai Teologi
negara Islam vis-a-vis mereka, dan bahkan Kerukunan Hidup Antarumat Beragama : Perspektif
Rasulullah menerima mereka di Mesjid. Nabi Islam”, 96-97.
Muhammad menjelaskan Islam dan mengajak 52
Mun’im A. Sirry (ed.), Fiqh Lintas Agama;
Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis (Jakarta:
Paramadina, 2004), 215.
50 53
Lihat, Q.S. 5 : 51 Alwi Shihab,Islam Inklusif , 109.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40 37


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

menutup dialog dengan mereka, dijadikan kaum muslim.Toleransi keilmuan dan hukum
teladan oleh para sahabatnya. Umar ibn Islam bahkan berlanjut pada masa-masa
Khattab ketika menaklukkan Yerussalem, dan disintegrasi kesatuan politik muslim, dan
bertemu dengan uskup agung untuk membuat menjadi unsur penting dunia Abad
perjanjian yang isinya antara lain melindungi Pertengahan.56
para pemeluk Kristen.54 Begitu pula ketika Jelaslah, bahwa yang terangkum dalam
kaum Muslim melaksanakan ekspansi ke anak historisitas Islam, terutama yang berkaitan
benua India pada tahun ke-9 H atau 711 M. dengan kerukunan kehidupan umat beragama,
Tidak ada pemaksaan kepada penganut Hindu memiliki dasar teologis yang kuat. Alasan
dan Buddha di sana untuk memeluk agama normatif Islam, sejak awal telah menggariskan
Islam. Mereka tidak hanya diberikan sebuah upaya keterjaminan hidup umat
kebebasan tetapi juga diberikan perlindungan manusia, tanpa ada diskrimanisi, eksploitasi
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan dan hegemoni antara satu umat dengan umat
agama dan keyakinan mereka masing-masing. yang lain. Al-Qur’an dan Hadis menyatakan
bahwa kehidupan pluralistik sebagai realitas
Dikisahkan pula, ada seorang prajurit non- sosial, tidak boleh kemudian berubah menjadi
Muslim menemui Ummu Hani binti Abi akar perpecahan. Dengan kata lain, Islam,
Thalib untuk mendapatkan perlindungan. sesuai dengan makna dasarnya, yaitu
Dalam hal ini, Ummu Hani memberikan kedamaian dan keselamatan, memiliki ajaran
perlindungan apa yang diharapkan oleh mulia dalam mengatur hubungan antar
prajurit tersebut. Ketika beberapa sahabat sesama umat beragama.57
keberatan dan ingin membatalkannya, Ummu Berkaitan dengan hal-hak yang bersipat
Hani menjadi marah dan mengadukannya sosiologis, Olaf Schumann menyebutkan
kepada Nabi Muhhamd saw, sehingga Nabi adanya lima dimensi toleransi antarumat
berkata: “Wahai Ummu Hani, kami memberi beragama yang satu sama lainnya saling
perlindungan kepada siapa pun yang engkau berkaitan, yaitu :
beri perlindungan.”55 Artinya, Nabi 1. Dimensi praktis sosial; kelangsungan untuk
Muhammad saw membenarkan tindakan melegalkan secara empatetis keberadaan
Ummu Hani yang melindungi prajurit non- dan aktivitas umat beragama lain di semua
Muslim tersebut karena ia memang lapangan kehidupan yang diarahkan oleh
membutuhkannya. pemahaman-pemahaman etis-moral
Pengalaman yang hampir sama juga masing-masing agama.
dikembangkan Islam ketika berhadapan
dengan kaum Hindu, ketika kaum muslim 2. Dimensi ritual religius; keterbukaan untu
melakukan ekspansi sejak tahun 14/636 ke menerima secara empatetis cara-cara dan
Persia dan sejak 91/971 ke wilayah Anak bentuk-bentuk ekspresi riytual simbolik
Benua Asia. Para penganut agama Zoroaster, kehidupan beragama dari umat beragama
Hindu, dan Buddha diberikan hak-hak yang lain.
sama seperti yang diberikan kepada kaum
Yahudi dan Nasrani, mereka dibiarkan 3. Dimensi ajaran/doktrinal; keterbukaan
beribadat sesuai dengan agama masing- menafsirkan secara empatetis klaim-klaim
masing. Dengan demikian, konsep hak-hak dan pernyataan-pernyataan
legal bagi kaum non-muslim menjadi prinsip akidah/doktrinal yang diyakini umat
integral dari hukum Islam dan praktek politik beragama lain, yang berasal dari kitab suci

54 56
Lihat T.W. Arnold, Preaching of Islam; A Azyumardi Azra dalam Weinata Seirin,
History of Propagation of the Muslim Faith (London: Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Antarumat
Constable & Company Ltd., 1913), 56. Beragama : Perspektif Islam,98.
55
Mun’im A. Sirry, Fiqh Lintas Agama; 57
Lihat al-Qur’an 1: 118-119, 3: 64, 5: 5, 32, 46, 48,
Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis, 217. 69, 9: 13.

38 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

dan tradisi-tradisi keagamaan masing- utama dalam pergaulan hidup antar umat
masing yang terus mendapat aktualisasi dan manusia, sebagaimana telah dicontohkan oleh
perkembangan. Rasulullah. Jika dalam studi agama-agama
sering kita jumpai tipologi dalam beragama,
4. Dimensi perziarahan kehidupan beriman; yaitu eksklusif dan inklusif, misalnya,
keterbukaan untuk meyakini secara timbal bukanlah sikap beragama yang terpisah-pisah
balik bahwa setiap umat beragama masih berdasarkan tahapan cara beragama, tetapi
menempuh perjalanan kehidupan beriman merupakan satu kesatuan yang melekat pada
atau ziarah, yang diawali dari generasi- manusia beragama. Truth claim, sebagai
generasi pertama setiap umat yang bentuk cara beragama yang eksklusif, harus
berhubungan dalam sejarah di dalam dipelihara dan dipertahankan, tetapi pada saat
konteks sosialnya masing-masing, dan yang bersamaan ketika berinteraksi dengan
dilanjutkan secara kreatif dan dinamis oleh keyakinan dan faham keagamaan yang
setiap umat beragama kontemporer dalam berbeda, maka kita bersikap inklusif. Kedua
konteks sosial masing-masing. sikap ini diajarkan Islam. Oleh karena itu, bagi
Muslim, cara beragama yang benar tidak harus
5. Dimensi religiolitas dan spiritualitas; setiap dituntut untuk toleran, sebab sikap ini sudah
pihak dalam hubungan antar umat melekat pada kepribadian sebagai seorang
beragama perlu mengalami pertemuan yang Muslim.
intim dan akrab dengan realitas lain yang Teringat dengan pernyataan Komaruddin
istimewa, Realitas Spiritual, yang Hidayat, bahwa terjadinya gesekan atau
merupakan pusat batiniah yang bermula konflik antar penganut agama dan faham ke-
didalamnya terlahir motivasi untuk hidup agamaan yang sekaligus menjadi tantangan
dalam kebajikan dan cinta kepada sesama agama-agama dewasa ini adalah dipicu oleh
manusia – motivasi yang membuat toleransi perilaku yang membesar-besarkan perbedaan.
antarumat beragama menjadi suatu tugas Dalam memandang dan memahami pertum-
panggilan spiritual.58 buhan kehidupan agama dan keberagamaan
Dengan aktualisasi ke dalam dunia sosial- saat ini, pada umumnya cenderung meman-
historis, lima dimensi agama di atas menjadi dang perbedaannya dibandingkan persamaan-
fungsional, yaitu dapat mempengaruhi atau nya. Namun demikian, kecenderungan me-
memberi efek pada masyarakat. Terwujud atau mandang perbedaan itu pun tidak perlu disa-
tidaknya toleransi antarumat beragama dapat lahkan sebab setiap orang beriman senantiasa
memberikan dampak teretentu pada ingin menggenggam, mencari, dan membela
masyarakat yang bergantung pada dua faktor, kebenaran yang diyakininya berdasarkan
yaitu faktor internal dalam agama itu sendiri, pengetahuan dan tradisi yang dimilikinya.
dan faktor eksternal di dalam masyarakat.59 Sikap demikian sangat terpuji selama tidak
menimbulkan situasi sosial yang destruktif.60
C. SIMPULAN Secara empiris ialah suatu kemustahilan
Dari pemaparan di atas, penulis ingin apabila kita mengidealisasikan lahirnya ke-
mengungkapkan sebagai suatu penegasan, benaran tunggal yang muncul dengan bungkus
bahwa Islam adalah agama kemanusiaan dan format tunggal, kemudian ditangkap oleh
karena diperuntukkan untuk manusia. manusia dengan pemahaman serta keyakinan
Landasan keyakinan dan penyerahan diri yang tunggal dan seragam pula. Oleh sebab
sepenuhnya kepada Allah, menjadi dasar itu, tantangan yang selalu dihadapi diantara-
nya bagaimana merumuskan aksi konstruktif
58
Olaf Schumann, Menghadapi Tantangan, yang bersifat operasional untuk meleraikan
Memperjuangkan Kerukunan, (Jakarta : BPK Gunung berbagai agama yang cenderung mendatang-
Mulia), 84.
59
Schumann, Menghadapi Tantangan,
60
Memperjuangkan Kerukunan, 87. Komaruddin, Op.Cit, hal. 70

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40 39


Adeng Muchtar Ghazali Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam

kan pertikaian antar manusia dengan mengatas D. Hendropuspito, Sosiologi Agama,


namakan kebenaran Tuhan. Usaha ini tak Yogyakarta: Kanisius, 1983.
hanya diarahkan pada relasi antar pemeluk Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz III. Jakarta :
agama secara eksternal, melainkan terlebih Pustaka Panjimas, 1983
dahulu diarahkan pada relasi intra kaum Jurnal Ulumul Qur’an, No.1 Vol.IV, Th.
beragama. Seseorang akan sangat sulit 1993.
bersikap toleran terhadap agama lain apabila Prisma,Majalah 5, Th. Sumarthana dkk. (ed.),
pada sesama pemeluk agamanya saja sulit Dialog: Kritik dan Identitas Agama,
untuk menghargai perbedaan paham yang Penerbit Dian/Interfidei, t.t. 1978.
timbul. Pada sisi lain, seringkali kita temui Bakar, Osman, and Gek Nai, Cheng. Islam
pula, konflik antar pemeluk agama semakin and Confucianism, A Civilizational
tidak jelas bilamana kepentingan agama sudah Dialogue, Kuala. Lumpur: University of
tercampur dengan kepentingan etnis, politis Malaya press, 1997.
dan ekonomis . Lihat, misalnya dalam Daya , Burhanuddin. dan Leonard ,
beberapa kasus, seperti di Maluku, Sampit, Herman.Beck (red.), Agama dan
dan peristiwa-peristiwa "yang berbau" konflik Masyarakat, Yogyakarta : IAIN SUKA
agama lainnya. 61 Press, 1993.
Madjid, Nurcholis. Islam, Dokrin,dan
Peradaban, Jakarta : Paramadina, 1992.
DAFTAR PUSTAKA Shihab, Alwi. Islam Inklusif, Bandung: Mizan,
, Emile. The Elementary Forms of the 1999.
Religious Life, translated by Joseph Ward A.Sirry, Muni’im. Membendung Militansi
Swain, London: George Allen & Unwin Agama, Iman dan Politik dalam
LTD, 1976. Masyarakat Modern, Jakarta : Erlangga,
Anangguru Yewangoe, Andreas. Agama dan 2003.
Kerukunan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, A. Sirry, Mun’im. (ed.), Fiqh Lintas Agama;
2009. Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis
Muchtar Ghazali, Adeng. Ilmu Studi Agama, Jakarta: Paramadina, 2004.
Bandung: Pustaka Setia, 2005. Sairin, Weinata. (Penyunting), Kerukunan
R. Garaudy, Islam Fundamentalis dan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan
Fundamentalis lainnya, Bandung : Berbangsa, Butir-Butir Pemikiran,
Pustaka, 1993. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Baalbaki, Rohi. Al-Mawrid: A Modern Arabic Wahyudin, dkk.,Pendidikan Agama Islam
English Dictionary, Beirut: Dar El-Ilm Lil Untuk Perguruan Tinggi, Grasindo.
Malayyin, 2004 Tarsyah, Adnan. Manusia yang Dicintai dan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dibenci Allah, Bandung: Mizan,2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Arnold, T.W. Preaching of Islam; A History
Balai Pustaka, 1985. of Propagation of the Muslim Faith,
Buku Sumber UNESCO-APNIEVE, Belajar London: Constable & Company Ltd.,
Untuk Hidup Bersama Dalam Damai Dan 1913.
Harmoni, Kantor Prinsipal Unesco untuk Schumann, Olaf. Menghadapi Tantangan,
Kawasan Asia-Pasifik, Bangkok: Memperjuangkan Kerukunan, Jakarta :
Universitas Pendidikan Indonesia, 2000. BPK Gunung Mulia,
Mujani, Saeful. Muslim Demokrat, Islam,
Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik
di Indonesia Pasca-Orde Baru, Jakarta:
Gramedia.

61
Ibid, hal.70-71

40 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40


RESUME PAI KONTEMPORER
TOLERANSI BERAGAMA DAN KERUKUNAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(Lembar Kerja Remidial)

1. Toleransi dan Tasamuh


Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris tolerance atau tolerantia dalam bahasa Latin. Dalam
bahasa Arab istilah ini merujuk kepada kata tasamuh atau tasahul yaitu; to tolerate, to overlook,
excuse, to be indulgent,, forbearing, lenient, tolerant, merciful. Perkataan tasamuh; bermakna
hilm dan tasahul; diartikan sebagai indulgence, tolerance, toleration, forbearance, leniency, lenitt,
clemency, mercy dan kindness6. Sementara, kata "kerukunan" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diartikan sebagai “hidup bersama
dalam masyarakat melalui "kesatuan hati" dan "bersepakat" untuk tak menciptakan perselisihan dan
pertengkaran". Kerukunan adalah kata yang dipenuhi oleh muatan makna "baik" dan "damai".
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan "kesatuan hati" dan "bersepakat" untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran.
Bila pemaknaan ini dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat manusia. Di dalam Islam, istilah tasamuh pada dasarnya tidak semata-
mata selaras makna dengan kata tolerance, karena tasamuh memberi arti memberi dan mengambil.
Tasamuh berisi tindakan tuntutan dan penerimaan dalam batas-batas tertentu. Tasamuh berisi harapan
pada satu pihak untuk memberi dan mengambil secara sekaligus. Subjek yang melakukan tasamuh
dalam Islam dinamakan mutasamihin, yang berarti “pemaaf, penerima, menawarkan, pemurah
sebagai tuan rumah kepada tamu”. Pengertian tentang tasamuh atau toleransi dalam kehidupan
beragama yang ditawarkan oleh Islam begitu sederhana dan rasional.

2. Toleransi Sebagai Ajaran Islam


Islam mengajarkan bahwa adanya perbedaan diantara manusia, baik dari sisi etnis maupun
perbedaan keyakinan dalam ber- agama merupakan fitrah dan sunnatullah atau sudah menjadi
ketetapan Tuhan, tujuan utamanya adalah supaya diantara mereka saling mengenal dan
berinteraksi. 11 Barang- kali, adanya beragam perbedaan merupakan kenyataan sosial, sesuatu
yang niscaya dan tak dapat dipungkiri. Islam mewajibkan para pemeluknya mem- bentuk batas
yang tegas dalam hal akidah dan kepercayaan, sambil tetap melindungi prinsip penghargaan terhadap
keberadaan para pemeluk agama lain dan melindungi hak-hak mereka sebagai pribadi dan anggota
masyarakat. Pembatasan yang jelas dalam hal akidah atau kepercayaan ini merupakan upaya Islam
untuk menjaga para pemeluknya agar tidak terjebak pada sinkretisme.

3. Toleransi dan Pluralitas Agama


Ajaran Islam tentang toleransi ini jika ditinjau secara sosiologis, maka akan selaras dengan
kenyataan tentang adanya pluralisme agama. Perbedaan keyakinan adalah kenyataan sosial, sesuatu
yang niscaya dan tidak dapat dipungkiri. Pengakuan terhadap adanya pluralisme agama secara
sosiologis ini merupakan pengakuan toleran yang sangat sederhana, namun pengakuan secara
sosiologis tersebut tak berarti mengandung pengakuan terhadap kebenaran teologis dari agama lain :
"Seandainya Allah tidak meng- imbangi segolongan manusia dengan sego- longan yang lain, maka
pastilah bumi hancur; namun Allah mempunyai kemurahan yang melimpah kepada seluruh alam".
Pluralitas dalam beragama adalah menunjukkan kepada dinamika kehidupan beragama yang
beragama (plural). Meningkatkan toleransi setidaknya berkaitan dengan 4 (empat) hal,23 yaitu :
1. Perkembangan dunia modern yang menunjukkan bahwa toleransi lebih penting dari
sebelumnya. Globalisasi ekonomi dan semakin meningkatnya mobilitas, komunikasi, integrasi
dan interdependensi, perpindahan penduduk, urbanisasi dan pola-pola sosial yang berubah
merupakan ancaman global;
2. Toleransi diperlukan antara orang-seorang, keluarga, dan paguyuban. Promosi toleransidan
pembentukan sikap keterbukaan, saling mendengar dan solidaritas, hendaklah mengambil tempat
di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, pendidikan luar sekolah, di rumah dan tempat kerja;
3. Persamaan hak hidup dan Ras, untuk menjamin persamaan dalam harkat dan hak-hak
orang seorang dan kelompok, terutama berkaitan dengan perlindungan hukum dan sosial baik
mengenai perumahan, pekerjaan, kesehatan, menghormati keaslian kebudayaan,
memberi kemudahan pada kemajuan dan integrasi sosial, terutama melalui pendidikan;
dan
4. Studi-studi dan jaringan kerja ilmiah dilaksanakan untuk mengkoordinasi jawaban
paguyuban internasional pada tantangan global sekarang ini, termasuk analisis oleh sains sosial
mengenai akar permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan dapat
mendukung tindakan pengambilan kebijakan dan penetapan standard oleh negara-
negara anggota.
4. Toleransi dan Kerukunan
Dari sikap toleransi, maka kerukunan dalam beragama secara bertahap dapat terwujud.
Sekalipun demikian, kerukunan bukan merupakan nilai terakhir, tetapi baru merupakan suatu
sarana yang harus ada sebagai ”conditio sine qua non” untuk mencapai tujuan lebih jauh yaitu
situasi aman dan damai. Situasi ini amat dibutuhkan semua pihak dalam masyarakat untuk
memungkinkan penciptaan nilai-nilai spiritual dan material yang sama-sama dibutuhkan untuk
mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Kesadaran untuk hidup rukun dan bersaudara
diantara para pemeluk agama, merupakan cita- cita dan ajaran fundamental dari masing- masing
agama.
Kasih dan damai merupakan jantung ajaran agama, karena merupakan kebutuhan kemanusiaan.
Alquran mencoba mengem- bangkan moralitas tertinggi dimana perda- maian merupakan komponen
terpenting. Kata ’Islam’ diderivasi dari akar kata ’silm’ yang berarti ”kedamaian.”
Karakteristik ajaran Islam yang membawa fungsi rahmatal lil alamin itu diantaranya :
1. Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar;
2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan
oleh Allah secara tanggung jawab;
3. Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah, baik muslim maupun
yang beragama lain;
4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional; dan
5. Islam menghormati spesifik individu manusia dan memberikan perlakuan yangspesifik
pula.
5. Toleransi dan Keteladanan Rasulullah
Berdasarkan kerangka doktrinal Islam diatas, kaum muslimin mengimplementasikan ”teologi
kerukunan” Islam sepanjang sejarah. Praktik kerukunan hidup antar umat beragama dalam sejarah
Islam dapat dilihat dari sosok dan peran yang dimunculkan oleh Nabi Muhammad saw. baik
sebagai pribadi maupun sebagai pemimpin agama dan pemimpin masyarakat (kepala Negara).
Berkaitan dengan hal-hak yang bersipat sosiologis, Olaf Schumann menyebutkan adanya lima
dimensi toleransi antarumat beragama yang satu sama lainnya saling berkaitan, yaitu :
1. Dimensi praktis sosial; kelangsungan untuk melegalkan secara empatetis keberadaan dan
aktivitas umat beragama lain di semua lapangan kehidupan yang diarahkan oleh pemahaman-
pemahaman etis-moral masing-masing agama.
2. Dimensi ritual religius; keterbukaan untu menerima secara empatetis cara-cara dan bentuk-
bentuk ekspresi riytual simbolik kehidupan beragama dari umat beragama lain.
3. Dimensi ajaran/doktrinal; keterbukaan menafsirkan secara empatetis klaim-klaim dan
pernyataan-pernyataan akidah/doktrinal yang diyakini umat beragama lain, yang berasal dari
kitab suci dan tradisi-tradisi keagamaan masing- masing yang terus mendapat aktualisasi dan
perkembangan.
4. Dimensi perziarahan kehidupan beriman; keterbukaan untuk meyakini secara timbal balik
bahwa setiap umat beragama masih menempuh perjalanan kehidupan beriman atau ziarah,
yang diawali dari generasi- generasi pertama setiap umat yang berhubungan dalam sejarah di
dalam konteks sosialnya masing-masing, dan dilanjutkan secara kreatif dan dinamis oleh
setiap umat beragama kontemporer dalam konteks sosial masing-masing.
5. Dimensi religiolitas dan spiritualitas; setiap pihak dalam hubungan antar umat
beragama perlu mengalami pertemuan yang intim dan akrab dengan realitas lain yang istimewa,
Realitas Spiritual, yang merupakan pusat batiniah yang bermula didalamnya terlahir motivasi
untuk hidup dalam kebajikan dan cinta kepada sesama manusia – motivasi yang membuat
toleransi antarumat beragama menjadi suatu tugas panggilan spiritual

Anda mungkin juga menyukai