Anda di halaman 1dari 17

PENGERTIAN , FUNGSI ETIKA PROFESI ADVOKAT

Di Susun Oleh
TANTI MARDIA HARAHAP 1910300032
RAHMA RAHAYU 1910300020
YAHYA AMIRUL HAZ. 1910300003

Dosen pegampu

NURHOTIA HARAHAP, M.H., S.H.I.


NIP : 199003152019032007

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
T.A. 2021

1
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah swt. Dzat yang mengetahui
segala ilmu yang tidak diketahui makhluk-Nya dan atas nikmat kesempatan yang telah diberikan-
Nya kepada kita sehingga kita dapat berkuliah di IAIN Padangsidimpuan ini. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkah ke pangkuan baginda Rasulullah saw, semoga kita mendapatkan
syafaatnya diakhirat kelak.
Selanjutnya makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas pembuatan makalah
Pengertian, Fungsi etika profesi Advokasi dan selain itu menambah wawasan kita dalam
mengarungi dunia ilmu pengetahuan serta mendukung kehidupan perkuliahan, khususnya pada
mata kuliah Advokasi, semoga dengan mengetahui teori tersebut dapat kita ambil hikmahnya.

Padangsidimpuan, September 2021

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................

A. Pengertian dan fungsi Profesi advokat ................................................. 3


B. Unsur Pokok dalam Etika .................................................................... 4
C. Profesi Penasehat Hukum .................................................................... 4
D. Kode Etik Advokat……………………………………………………….5
E. Hubungan Kode Etik Advokat dengan Undang Undang…………………6

BAB III PENUTUP .......................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Advokat adalah setiap orang yang berprofesi memberi jasa hukum dan bertugas
menyelesaikan persoalan hukum kliennya baik secara litigasi maupun nonlitigasi. Sejak dulu
keberadaan advokat selalu ada semacam perbedaan pandangan . Advokat meupakan profesi
yang memberikan jasa hukum, yang saat menjalankan tugas dan fungsinya dapat berperan
sebagai pendamping, pemberi advice hukum, atau menjadi kuasa hukum untuk dan atas nama
kliennya. Dalam memberikan jasa hukum, ia dapat melakukan secara prodeo atau pun atas dasar
mendapatkan honorarium/fee dari klien.
Sejak profesi ini dikenal secara universal, ia sudah dijuluki sebagai officiumnobile (profesi
mulia). Profesi advokat itu mulia, karena ia mengabdikan dirinya kepada kepentingan
masyarakat dan bukan pada dirinya sendiri, serta berkewajiban untuk menegakan hak-hak asasi
manusia. Di samping itu, ia pun bebas dalam membela, tidak terikat pada perintah order klien
dan tidak pilih bulu siapa lawan kliennya, apakah golongan kuat, penguasa, dan sebagainya.
Implikasinya, Advokat harus berfungsi untuk melindungi hak-hak konstitusional setiap
warga negara dan juga wajib memberikan bantuan hukum bagi orang yang kurang atau tidak
mampu dalam beracara di pengadilan baik itu diluar maupun didalam pengadilan. Dengan kata
lain, advokat berfungsi untuk melindungi hak-hak warga negara yang tertera pada Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Secara historis, Advokat termasuk salah satu profesi yang tertua. Dalam perjalanannya,
profesi ini dinamai sebagai officium nobile, jabatan yang mulia. Penamaan itu terjadi adalah
karena aspek “kepercayaan” dari (pemberi kuasa, klien) yang dijalankannya untuk
mempertahankan dan memperjuangkan hak-haknya di forum yang telah ditentukan.

4
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian advokat dan fungsi profesi etika advokat
2. Apa Unsur pokok Etika
3. Apa Hubungan kode etik advokat dengan Undang Undang

C.TUJUAN MASALAH
1. Supaya kita bisa paham apa pengertian advokat
2. Supaya kita pahama apa fungsi profesi etika advokat
3.Supaya Kita memahami apa hubungan kode etik advokat dengan Undang Undang

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian advokat

Advokasi secara keabsahan berarti membela. Sekarang ini, Istilah ini telah dikenal luas oleh
masyarakat, tersebar dalam berbagai media massa.Orang yang berprofesi melaksanakan advokasi
disebut advokat, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Advokasi juga diartikan sebagai sebuah
proses yang melibatkan seperangkat tindakan politis yang dilakukan oleh warga negara yang
terorganisir untuk mentransformasikan hubungan-hubungan kekuasaan.
Namun, kenyataanya dalam masyarakat profesi advokat terkadang menimbulkan pro dan kontra
sebagian masyarakat, terutama yang berkaitan dengan perannya dalam memberikan jasa hukum.
Ada sebagian masyarakat menganggap terhadap profesi ini sebagai orang yang sering
memutarbalikan fakta. Profesi ini dianggap pekerjaan orang yang tidak mempunyai hati nurani,
karena selalu membela orang-orang yang bersalah. Mendapatkan kesenangan di atas penderitaan
orang lain. Mendapatkan uang dengan cara menukar kebenaran dan kebatilan, dan sebagainya
yang bernada negatif. Pro dan kontra terhadap peran advokat bukan hanya muncul di negara
berkembang, seperti halnya di negara Indonesia. Pro dan kontra itu pun muncul di negara maju,
misalnya di Amerika Serikat
Sebagaimana diketahui selama ini, sebagai salah satu pihak yang ikut berkecimpung dalam
penegakan hukum ditanah air, profesi advokat masih dipandang sebelah mata, baik oleh penegak
hukum maupun masyarakat. Tidak dapat disalahkan adanya anggapan seperti itu terbangun
ditengah masyarakat. Salah satu disebabkan persoalan dipandang dari segi hukum yakni,
dikarenakan belum ada peraturan perundang-undangan yang merupakan pokok hukum nasional
dalam bentuk undang-undang yang menjamin terlaksananya pelaksanaan hak kewajiban profesi
advokat di tanah air. Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
tanggal 5 april 2003 Lembaran Negara Nomor 49 (UU Advokat), pengaturan tentang dunia
pengacaraan, penasehat hukum dan advokat masih 1
Kata Advokat, apabila didasarkan pada Kamus Latin - Indonesia, dapat ditelusuri dari

bahasa Latin, yaitu Advocatus, yang berarti antara lain yang membantu seseorang dalam perkara,

sanksi yang meringankan. Sedangkan menurut Black’s Law Dictionary, kata Advokat juga berasal

1Ilhamdi Taufik , Laporan Penelitian Tentang Implikasi Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi, Dalam pengujian
Undang Undang Nomor 18 tahun 2003 Tentang Advokat Terhadap Keberadaan Organisasi Advokat Di Indonesia ,
30 Agustus 2012 hlm.3

6
dari kata Latin, yaitu Advocare, suatu kerja yang berarti to defend, to call one’s aid, to vouch to

warrant. Sebagai kata benda ( noun), kata tersebut berarti :

“One who assits, defends, or pleads for another. One who renders legal advice and aid

and pleads the cause of another before a court or a tribunal. A person learned in the law and duly

admitted to practice, who assits his client with advice, and pleads for him in open court. An

assistant, adviser ; plead for causes.”

Artinya, seseorang yang membantu, mempertahankan, membela orang lain. Seseorang

yang memberikan nasehat dan bantuan hukum dan berbicara untuk orang lain di hadapan

pengadilan. Seseorang yang mempelajari hukum dan telah diakui untuk berpraktik memberikan

nasihat kepada klien dan berbicara untuk yang bersangkutan di pengadilan. Seorang asisten,

penasihat atau pembicara untuk kasus kasus. 2

Advokat dalam Bahasa Inggris disebut dengan Advocate adalah person who does the
professionally In a court of law yakni seorang yang berprofesi sebagai seorang ahli hukum di
Pengadilan. Meskipun sebenarnya kata Advocate itu sendiri berakar pada makna Advocate yaitu
nasihat (adviser), penasihat hukum (legal adviser).
Secara terminologis, terdapat beberapa pengertian Advokat yang di definisikan oleh para

ahli hukum, organisasi, peraturan dan perundang-undangan yang pernah ada sejak masa kolonial

hingga sekarang3:

1. Advokat adalah orang yang mewakili kliennya untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan

surat kuasa yang diberikan untuk pembelaan atau penuntutan pada acara persidangan di pengadilan

atau beracara di pengadilan 4.

2V. Harlen Sinaga, Dasar-Dasar Profesi Advokat, (Erlangga : Jakarta, 2011) h. 2 2


3.Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam Dan Hukum Positif, (Ghalia Indonesia : Jakarta,
2003) h. 72

7
2. Menurut Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) pada Bab I, Pasal 1 ayat 1, Anggaran Dasar AAI,

advokat didefinisikan termasuk penasehat hukum, pengacara, pengacara praktek, dan para

konsultan hukum.

3. Pada Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum

Acara Pidana, menyatakan bahwa :“ seorang penasehat hukum adalah seorang yang memenuhi

syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.”

4. Dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Advokat pada Bab 1, Pasal 1 ayat (1) disebutkan

bahwa : “advokat adalah orang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar

pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini.”

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Advokat adalah profesi yang

memberikan jasa hukum kepada masyarakat atau kliennya, baik secara litigasi maupun nonlitigasi

dengan mendapatkan atau tidak mendapatkan honorarium / fee.

Fungsi Etika Profesi Hukum

Terjadinya pelanggaran nilai moral kebenaran karena kebutuhan ekonomi yang terlalu

berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan piksi yang seharusnya berbanding sama usaha

penyelesaiannya adalah tidak lain harus kembali kepada hakikat manusia dan untuk manusia itu

hidup. Ada dimensi fungsional mengapa etika itu perlu dituangkan dalam kode etik profesi:

1.Menjelaskan atau menetapkan tanggung jawab kepada klien, instusi dan masyarakat. Ada

sasaran konvergurasi tanggung jawab yang dituju, yakni bagaimana hak-hak istimewa klien,

kelembagaan masyarakat dapat ditentukan dan diperjuangkan pengemban profesi mendapatkan

kejelasan informasi dan “buku pedoman” mengenai kewajiban yang harus dilaksanakan,

sementara klien, lembaga dan masyarakat pun secara terbuka mengetahui hak-haknya.

8
2.Membatu tenaga ahli dalam menentukan apa yang mereka harus perbuatan jika menghadapi

problem dalam pekerjaannya. Problem yang dihadapi seperti munculnya kasus-kasus hukum

yangnpenanganannya membutuhkan kehadiran ahli atau diluar kemampuan spesifikasi adalah

membutuhkan pedoman yang jelas untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kekeliruhan,

sehingga kalua sampai terjadi seseorang ahli itu misalnya tidak mampu menyelesaikan problem

yang dihadapinya tidaklah lantas dipersalahkan begitu saja.

3.Diorientasikan untuk mendukung profesi secara bermoral dan melawan perilaku melanggar

hukum indispliner dari anggota-anggota tertentu. Pengemban profesi (hukum) mendapatkan

pijakan yang dapat dijadikan acyan untuk mengamati prilaku sesame pengemban profesi yang

dinilai melanggar hukum, dengan keberadaan kode etik, akan lebih mudah ditentukan bentuk, arah

dan kemanfaatan penyelenggaraan profesi hukum.

4.Sebagai rujukan untuk menjaga prestasi dan reputasi, baik secara individu maupun kelembagaan.

Dengan kode etik, pengembanan profesi dituntut meningkatkan karier atau prestasi-prestasinya.

Kalua itu merupakan kode etik profesi hukum, maka pengemban profesi hukum menyelaraskan

tugas-tugasnya secara benar dan bermoral. Kode etik menjadi terasa lebih penting lagi

kehadirannya ketika tantangan yang menghadang profesi hukum makin berat dan kompleks,

khususnya ketika berhadapan dengan tantangan yang bersumber dari komunitas elit kekuasaan.

Contoh fungsi etika profesi hukum dalam penegakan hukum di Indonesia:

.Hakim

Etika profesi yang tertuang dalam etika hakim itu merupakan aturan, atau hukum yang harus

dipergunakan dan pegang teguh oleh para hakim dalam penghayatan profesi mereka sebagai

penegak hukum dan keadilan. Hal ini juga akan dipergunakan untuk memakai baik buruknya

tindak hakim dalam menjalankan tugasnya bahkan menjadi kriteria dalam penegak hukum.Fungsi

9
dan peranan etika profesi hukum bagi hakim dalam penegakan hukum sebagai pedoman setiap

hakim dalam melaksanakan tugas sebagai hakim dalam memberikan suatu keputusan harus benar

benar memperhatikan etika serta asas keadilan.

B. Unsur Pokok dalam Etika


Wacana etika melibatkan perilaku dan sistem nilai etis yang dipunyai oleh setiap individu atau
kolektif masyarakat. Oleh sebab itu, wacana etika mempunyai unsur-unsur pokok. Unsur-unsur
pokok itu adalah kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan prinsip-prinsip moral dasar5
Kebebasan adalah unsur pokok dan utama dalam wacana etika. Etika menjadi bersifat rasional
karena etika selalu mengandaikan kebebasan. Dapat dikatakan bahwa kebebasan adalah unsur
hakiki etika. Kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya
sendiri. Ini berarti bahwa kebebasan ini bersifat positif. Namun tentu saja, kebebasan dalam
praktek hidup sehari-hari mempunyai ragam yang banyak, yaitu kebebasan jasmani-rohani,
kebebasan sosial, kebebasan psikologi dan kebebasan moral.
TanggungTanggung jawab adalah kemampuan individu untuk menjawab segala pertanyaan yang
mungkin timbul dari tindakan-tindakan. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh
mengelak, bila diminta penjelasan tentang perbuatannya. Kebebasan adalah syarat utama dan
mutlak untuk bertanggung jawab.
Hati nurani adalah penghayatan tentang nilai baik atau buruk berhubungan dengan situasu
konkret. Hati nurani yang memerintahkan atau melarang suatu tindakan menurut situasi , waktu,
dan kondisi tertentu. Dengan demikian, hati nurani berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran
adalah kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu berefleksi tentang
dirinya. Pada dasarnya, hati nurani merupakan ungkapan dan norma yagn bersifat subjektif.
Prinsip kesadaran moral adalah beberapa tataran yang perlu diketahui untuk memosisikan
tindakan individu dalam kerangka nilai tertentu. Etika selalu memuat unsur hakiki bagi seluruh
program tindakan moral. Setidaknya ada tiga prinsip dasar dalam kesadaran moral. Prinsip-prinsip
itu adalah prinsip sikap baik, keadilan dan hormat terhadap diri sendiri dan orang lain. Prinsip
keadilan dan hormat terhadap diri sendiri merupakan syarat pelaksanaan sikap baik, sedangkan
prinsip sikap baik menjadi dasar mengapa seseorang untuk besikap adil dan hormat.

C. Profesi Penasehat Hukum


Pada dasarnya tugas pokok Penasihat Hukum (Advokat dan Pengacara praktik) adalah untuk
memberikan legal opinion, serta nasihat hukum dalam rangka menjauhkan klien dari konflik,

51]Muhammad Mufid. 2012. Etika dan Filsafat Komunikasi, Cetakan Ketiga. Jakarta: Prenada Media Group. hlm.
181.

10
sedangkan di lembaga peradilan (beracara di Pengadilan) Penasihat Hukum mengajukan atau
membela kepentingan kliennya.
Dalam beracara di depan Pengadilan tugas pokok Penasihat Hukum adalah mengajukan fakta
dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya dengan klien yang dibelanya dalam perkara tersebut,
sehingga dengan itu memungkinkan bagi hakim untuk memberikan keputusan yang seadil-adilnya.
Khusus pengembangan profesi Penasihat Hukum, sang Penasihat Hukum harus selalu berpegang
teguh kepada usaha untuk merealisasikan keterlibatan dan kepastian hukum yang berkeadilan.

D.Kode Etik Advokat di Indonesia


I. Kepribadian Advokat
Pasal 1
1. Advokat Indonesia adalah warga negara yang bertakta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
dalam melakukan tugasnya menjunjung tinggi hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta
sumpah jabatannya.
2 ..Advokat harus bersedia memberi nasihat dan bantuan hukum kepada orang-orang yang
memerlukannya tanpa membedakan Agama, Kepercayaan, Suku, Keturunan, Kedudukan Sosial
atau keyakinan politiknya tidak semata-mata untuk mencari imbalan materiil, tetapi terutama
untuk turut menegakkan Hukum, Keadilan dan Kebenaran dengan cara yang jujur dan bertanggung
jawab.
3 .Advokat harus bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan
wajib memperjuangkan tinggi hak asasi manusiadalam Negara Hukum Indonesia.
4. Advokat wajib memegang teguh rasa solideritas sesama Advokat dan apabila seorang teman
sejawat diajukan sebagai tersangka dalam suatu perkara pidana, teman-teman sejawat lainnya
wajib memberikan pembelaan terhadapnya secara cuma-cuma.
5. Advokat tidak dibenarkan melakukan pekerjaan yang dapat merugikan kebebasan, derajat
dan martabat advokat, dan dalam perilaku sehari-hari harus senantiasa menjunjung tinggi profesi
Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile).
6 .Advokat dalam melakukan tugasnya harus bersikap correct dan sopan terhadap para pejabat
penegak hukum, sesama Advokat dan masyarakat namun ia berkewajiban mempertahankan hak
dan martabat Advokat di forum manapun juga
II. Hubungan Dengan Klien
Pasal 2
1 Advokat dalam mengurus perkara mendahulukan kepentingan klien daripada kepentingan
pribadinya.

11
6
2 Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai
3 Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai
perkara yang sedang diurusnya.
4 Advokat tidak dibenarkan menjamin terhadap kliennya bahwa perkaranya akan dimenangkan.
5 Advokat dilarang menetapkan syarat-syarat, yang membatasi kebebasan klien untuk
mempercayakan kepentingan-kepentingannya kepada Advokat lain.
6 Advokat mempunyai hak retensi terhadap klien, tetapi hak retensi itu tidak dapat digunakan,
apabila dengan demikian kepentingan klien akan dirugikan secara yang tidak dapat diperbaiki lagi.
7 Advokat harus memberikan semua keterangan yang diperlukan kepada klien atau Advokatnya
yang baru, mengingat ketentuan ayat 2.6 di atas.
8 Advokat harus menentukan honorarium dalam batas-batas yang layak dengan mengingat
kemampuan klien.
9 Advokat tidak dibenarkan dengan sengaja membenani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.
10 Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti
kepada perkara yang bukan cuma-cuma.
11 Advokat harus menolak mengurus perkara seorang klien yang menurut keyakinannya tidak
mempunyai dasar hukum dianggap tidak adil.
12 Advokat harus selalu memegang rahasia jabatan tentang apa yang diberitahukan kepadanya
oleh klien secara kepercayaan dengan ketentuan bahwa kewajiban menjaga rahasia ini berlangsung
terus setelah berakhirnya hubungan Advokat dengan klien.
13 Advokat tidak boleh melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat-saat yang tidak
menguntungkan bagi klien atau apabila pelepasan tugas itu akan menimbulkan kerugian bagi klien
yang tidak dapat diperbaiki lagi.
14 Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan
diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila kemudian timbul
pertentangan kepentingan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
III. Hubungan Dengan Teman Sejawat
Pasal 3
1 Antara Advokat harus ada hubungan yang harmonis berdasarkan sikap saling menghargai dan
mempercayai.

6 Suhrawardi K. Lubis . 2006.Etika Profesi Hukum, Cetakan Keempat. Jakarta : Sinar Grafik Offset .hlm.28

12
2 Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama lain dalam sidang
Pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan atau yang dapat
menyakiti hati.7
3 Keberatan-keberatan terhadap teman sejawat mengenai sesuatu tindakan yang dianggap
bertentangan dengan Kode Etik Advokat harus dikemukakan kepada Dewan Kehormatan Cabang
setempat sesuai dengan hukum acara yang berlaku.
4 Advokat tidak diperkenankan menarik seorang klien dari teman sejawat.
5 Jika seorang telah mempunyai Advokat lain sebagai penasihat tetap, maka hanya dengan
sepengetahuan teman sejawat tadi, Advokat dapat menasehati orang itu dalam perkara-perkara
tertentu atau menjalankan perkara untuk orang tersebut.
6 Jika klien hendak berganti Advokat, Advokat yang baru dipilih tadi dapat menerima perkara itu,
setelah terlebih dahulu Advokat yang lama memberikan keterangan bahwa klien telah memenuhi
semua kewajibannnya terhadap Advokat yang lama termasuk kewajiban keuangan.
7 Setelah suatu perkara diserahkan kepada teman sejawat, maka Advokat semua wajib
memberikan kepadanya selekas mungkin semua surat dan keterangan yang penting untuk
mengurus perkara itu.
PELAKSANAAN KODE ETIK ADVOKAT

Pasal 6

6.1 Pelaksanaan Kode Etik Advokat ini diawasi oleh Dewan Kehormatan baik di Cabang maupun di
Pusat, dengan acara dan sanksi pelanggaran yang ditentukan sendiri.

6.2 Tidak satu pasal pun dalam Kode Etik Advokat ini yang memberi wewenang kepada badan lain
selain Dewan Kehormatan untuk menghukum pelanggaran atas pasal-pasal dalam Kode Etik advokat
ini oleh seorang Advokat.

6.3 Hal-hal yang belum diatur dalam Kode Advokat ini dan ataupun penyempurnaannya diserahkan
kepada Dewan Kehormatan Pusat untuk melaksanakannya dengan kewajiban melaporkannya pada
Munas yang berikutnya8
E. Hubungan Kode Etik Advokat dengan Undang-undang

Seorang advokat dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi undang-undang dan berpegang
pada kode etik advokat. Undang-undang yang khusus mengatur profesi advokat hingga sekarang
belum ada. Dalam HIR/RBg tidak ada ketentuan yang menyangkut profesi ini. tetapi dalam Burgerlijke
Rechtsvorderingen (BRv), hukum acara perdata yang berlaku di golongan Eropa ada ketentuan yang
mengatur profesi advokat. Walaupun sekarang BRv sudah tidak berlaku lagi, ketentuan yang
mengatur profesi advokat masih dapat dipedomani.

Dalam pasal 58 BRv ditentukan, advokat yang dalam pelayanannya melampaui batas
wewenangnya dapat dituntut untuk membayar seluruh atau sebagian biaya, bahkan dapat dihukum

7Ibid .hlm.96
8Supriadi. 2008. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia , Cetakan Kedua . Jakarta : Sinar Grafik .
hlm .60

13
membayar ganti kerugian apabila terdapat alasan untuk itu. Apabila tanggung jawab ini diproyeksikan
kepada tugas advokat seperti ditentukan dalam pasal tadi, maka dalam mengemban profesi membela
klien.

a. Advokat dituntut melakukan pembelaan dengan baik, artinya tidak melampaui wewenang yang
diberikan dan dipercayakan klien

b. Advokat dituntut menghasilkan pembelaan yang bermutu. Artinya pembelaan itu dilakukan
sesuai dengan hukum dan rasa keadilan dalam arti mencari kebenaran sesungguhnya, bukan
pemutar balikan fakta, atau melampaui batas wewenang, atau penipuan klien, dengan ancaman
hukuman membayar biaya dan atau kerugian yang timbul akibat kesalahannya
c. Berdampak positif, artinya merupakan koreksi atas kemungkinan kekeliruan atau ketidaktepatan
penerapan hukum oleh penegak hukum (jaksa atau hakim).
Dalam hukum perdata diatur perbuatan melanggar hukum yang merugikan orang lain, yaitu pasal
1365 BW dan seterusnya. Dengan demikian, kalau advotkat menjalankan tugasnya merugikan
klien, walaupun kode etik advokat tidak menentukan secara tegas sanksi yang dapat dikenakan
kepada advokat yang melakukan pelanggaran, secara implicit diakui bahwa bertanggungjawabnya
advokat menurut undang-undang. Oleh karena itu dapat disimpulkan, sanksi undang-undang
adalah juga sanksi kode etik advokat, yang dapat dikenakan kepada pelanggarannya. Dalam hal
ini, kode etik advokat juga menganut prinsip penundukan pada undang-undang.

14
KESIMPULAN
Wacana etika melibatkan perilaku dan sistem nilai etis yang dipunyai oleh setiap individu atau
kolektif masyarakat. Oleh sebab itu, wacana etika mempunyai unsur-unsur pokok. Unsur-unsur
pokok itu adalah kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan prinsip-prinsip moral dasar.
Pada dasarnya tugas pokok Penasihat Hukum (Advokat dan Pengacara praktik) adalah untuk
memberikan legal opinion, serta nasihat hukum dalam rangka menjauhkan klien dari konflik,
sedangkan di lembaga peradilan (beracara di Pengadilan) Penasihat Hukum mengajukan atau
membela kepentingan kliennya.
Seorang advokat dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi undang-undang dan berpegang
pada kode etik advokat. Undang-undang yang khusus mengatur profesi advokat hingga sekarang
belum ada. Dalam HIR/RBg tidak ada ketentuan yang menyangkut profesi ini. tetapi dalam
Burgerlijke Rechtsvorderingen (BRv), hukum acara perdata yang berlaku di golongan Eropa ada
ketentuan yang mengatur profesi advokat. Walaupun sekarang BRv sudah tidak berlaku lagi,
ketentuan yang mengatur profesi advokat masih dapat dipedomani.
Untuk diangkat sebagai advokat, haruslah berlatar belakang pendidikan ilmu hukum. Hal ini
sesuai ketentuan dalam Pasal 2 UU Nomor 18 Tahun 2003. Dalam hal ini terbukti bahwa Pasal 2
UU Nomor 18 Tahun 2003 ingin memperbaiki pengangkatan Advokat, di mana pada masa lalu
ada campur tangan insititusi peradilan yang sangat kental sekali yaitu Advokat diangkat melalui
Menteri Kehakiman setelah lulus ujian yang dilaksanakan oleh Menteri Kehakiman.

15
DAFTAR PUSTAKA

Harlen Sinaga, 2011. Dasar-Dasar Profesi Advokat. Jakarta: Erlangga.


Rosdalina, 2015. “Peran Advokat Terhadap Penegakkan Hukum Di Pengadilan Agama. Institut
Agama Islam Negeri Manado: Jurnal Politik Profetik.
Ahmad, Fahmi M & Jaenal Arifin, 2010. Metode penelitian hukum. Jakarta,Indonesia: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Yudha Pandu, 2001. Klien Dan Penasehat Hukum Dalam Perspektif Masa Kini, Jakarta: PT
Abadi Jaya.

16
17

Anda mungkin juga menyukai