Anda di halaman 1dari 22

BAB II

DEMOKRASI DAN HAK PILIH DALAM SISTEM PEMILIHAN


KEPALA DESA SERENTAK

2.1. DEMOKRASI

2.1.1. PENGERTIAN

Secara etimologis demokrasi berasal dari “Bahasa Yunani” pertama

yakni “Demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat. Sedangkan

yang kedua yaitu “Cretein” atau “Cratos” yang berati “kekuasaan” dan

“kedaulatan”.1 Gabungan dua kata “Demos Certain” dan “Demos Cratos”

memiliki arti suatu keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya

“kedaulatan berada ditangan rakyat”, dan “kekuasaan tertinggi dalam suatu

negara juga berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyatdan kekuasaan oleh rakyat.

Secara garis besar demokrasi adalah sebuah sistem social politik

modern yang paling baik dari sekian banyak sistem maupun idiologi yang ada

dewasa ini. Hal ini sebagaimana pendapat dari “Mahfud MD” menyatakan

bahwa terdapat dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat

dan bernegara. Padangan pertama bahwa demokrasi tidak lain sebagai asas

yang fundamental bagi semua negara. Sedangkan padangan kedua demokrasi

sebagai asas kenegaraan secara esensial memberikan arahan terhadap

1
A. Ubaedillah, Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila, Demokrasi Dan Pencegahan
Korupsi, 2015. Prenada Media Group, Jakarta, hlm.131
masyarakat untuk berperan serta dalam proses penyelenggarakan negara

sebagai organisasi tertinggi.2

Sistem pemerintahan dalam “demokrasi” berasal dari rakyat

“(goverment of the people)” hal ini dimaksudkan bahwa dimana “kekuasaan

berasal dari rakyat” dan para wakil di pemerintahan dipilih dari dan oleh

“rakyat” melalui suatu “pemilihan”. Sistem yang dimaksudkan tidak lain

dijalankan atas nama “rakyat” Selain itu, pemerintahan “oleh rakyat” juga

mempunyai arti bahwa setiap pembuatan dan perubahan UUD dan undang-

undang juga dilakukan oleh rakyat baik dilakukan secara langsung (misalnya

melalui sistem referendum). Sehingga dengan adanya wakil-wakil rakyat yang

ada di parlemen yang sebelumnya telah dipilih oleh rakyat melalui suatu

pemilihan umum. Sedangkan pemerintahan “oleh rakyat” bermaksud bahwa

rakyat memiliki kewenangan dalam mengawasi jalannya pemerintahan. Baik

yang dilakukan secara langsung seperti melalui pendapat dalam ruang publik,

Sementara itu, yang dimaksud dengan pemerintah “untuk rakyat” (Goverment

For the People) bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah

haruslah bermuara kepada kepentingan rakyat banyak, bukan untuk

kepentingan pribadi atau kepentingan golongan tertentu.

2.1.2. CIRI-CIRI DEMOKRASI

2
Mahmuzar, Sistem Pemerintahan Indonesia, Nusa media, bandung, 2013, hlm.47
Demokrasi merupakan perwujudan dari atas pelaksanaan mekanisme

dalam menjalankan pemerintahan. Selain itu, juga sebagai upaya dalam

mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk

dijalankan oleh pemerintah. Apabila ditinjau bahwa pemilihan umum secara

langsung telah mencerminkan sebuah demokrasi yang baik dalam

perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan

dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia.

Menurut pendapat “Sri Soemantri” bahwa sebuah negara atau

pemerintah agar dapat disebut sebagai negara demokrasi, apabila mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:3

a. “Negara terikat pada hukum maksudnya bukan berarti bahwa kekuasaan

negara terikat pada hukum. Bukan seakan-akan negara hukum adalah

sama dengan demokrasi. Negara hukum tidak mesti negara demokratis.

Pemerintahan monarki dapat taat pada hukum, tetapi demokrasi yang

bukan negara hukum bukan demokrasi dalam arti yang sesungguhnya.

Demokrasi merupakan cara paling aman untuk mempertahankan kontrol

atas negara hukum”

b. “Kontrol efektif terhadap pemerintah oleh rakyat”

c. “Pemilu yang bebas”

3
Azyumardi Azra, Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani, Tim UIC UIN,
Jakarta, Hlm.122
d. “Prinsip mayoritas maksudnya adalah bahwa Badan Perwakilan Rakyat

mengambil keputusan-keputusannya secara sepakat atau jika kesepakatan

tidak tercapai bisa dengan suara terbanyak”

e. “Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis”

2.1.3. PRINSIP DALAM DEMOKRASI

Ada beberapa unsur prinsip yang secara umum dianggap penting,

adapun sebagai berikut:

a. “Keterlibatan warga Negara dalam pembuatan keputusan politik”

b. “Tingkat persamaan tertentu di anatara warga Negara”

c. “Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai

oleh wargaNegara”

d. “Suatu system perwakilan”

e. “Suatu system pemilihan”

f. “kekuasaan mayoritasAda dua pendekatan tentang keterlibatan

warganegara yang telah dikembangkan”

g. “Pendekatan elitis, demokrasi adalah suatu metode pembuatan keputusan

yang mengokohkam efisiensi dalam administrasi dan pembuatan

kebijasanaan namunmenuntut adanya kualitas ketanggapan pihak

penguasa dan kaum elit terhadap pemdapatumum. Pendekatan

partisipatori, demokrasi menuntut adanya tingkat keterlibatan yang

lebihtinggi, karena sangat diperlukan untuk mendatangkan keuntungan

ini-kita harus,menegakkan demokrasi langsung”


2.1.4. MANFAAT DEMOKRASI

Adapun manfaat yang didapatkan dalam menjalankan system

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai berikut:4

a. “Kesetaraan sebagai warga Negara. Dalam pelaksanaannya demokrasi

memperlakukan semua orang adalah sama dan sederajat. Prinsip

kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap pandanganpandangan atau

pendapat dan pilihan setiap warga Negara”

b. “Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Kebijakan dapat mencerminkan

keinginan rakyatnya. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan

semakin besar pula kemungkinan kebijakan itu menceminkan keinginan

dan aspirasi rakyat”

c. “Pluralisme dan kompromi. Demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan

kemajemukan dalam masyarakat maupun kesamaan kedudukan diantara

para warga Negara. Dalam demokrasi untuk mengatasi perbedaan-

perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi, kompromi, dan bukan dengan

paksanaan atau pameran kekuasaan”

d. “Menjamin hak-hak dasar. Demokrasi menjamin kebebasankebebasan

dasar tentang hak-hak sipil dan politis; hak kebebasan berbicara dan

berekspresi, hak berserikat dan berkumpul, hak bergerak, dsb. Hak-hak itu

memungkinkan pengembangan diri setiap individu dan memungkinkan

terwujudnya keputusankeputusan kolektif yang lebih baik”

4
Risky Ariestandi Irmansyah, Hukum Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2009, hlm. 114
e. “Pembaruan kehidupan social. Demokrasi memungkinkan terjadinya

pembawan kehidupan social. Penghapusan kebijakankebijakan yang telah

usang secara rutin dan pergantian para politisi dilakukan dengan cara yang

santun, dan damai. Demokrasi memuluskan proses alih generasi tanpa

pergolakan”

2.1.5. BENTUK DEMOKRASI

Sebagaimana pendapat Inu Kencana menyatakan bahwa terdapat dua

model demokrasi jika dilihat dari segi yaitu demokrasi langsung (Direct

Democracy) dan demokrasi tidak langsung (Indirect Democracy).5 Adapun

lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

a. Demokrasi Langsung (Direct Democracy)

Merupakan bentuk “demokrasi” dimana dalam mewujudkan

kedaulatannya pada suatu negara “rakyat” secara langsung turut serta

dalam “pemerintahan”. Hal ini dapat dipahami bahwa “rakyat” memiliki

hak untuk membuat “keputusan-keputusan politik” Bersama dengan

“pemerintah” untuk dijalankan. Dalam “demokrasi langsung” kedudukan

dari “lembaga legislative” memiliki fungsi sebagai lembaga pengawas

semata agar jalannya pemerintahan sesuai dengan tujuannya. Sedangkan

“pemilihan pejabat eksekutif” dilaksanakan secara langsung. Hal ini pun

juga berlaku sama terhadap pemilihan “lembaga legislative” juga

dilakukan secara langsung.

5
Azyumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Prenada
Media, Jakarta, 2005, hlm.122
b. Demokrasi Tidak Langsung (Indirect Democracy)

Sedangkan “demokrasi tidak langsung” sebaga sarana perwujudan

“kedaulatannya rakyat” berhadapan dengan pihak eksekutif, melainkan

melalui lembaga perwakilan. Pada demokrasi tidak langsung, “Lembaga

parlemen” memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap berbagai hal yang

berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dalam pemerintahan.

“Demokrasi tidak langsung” disebut juga dengan “demokrasi perwakilan”.

2.2. DESA

2.2.1. PENGERTIAN DESA

Secara:historis” desa merupakan merupakan wadah terbentuknya

“masyarakat”, “politik” dan “pemerintahan” di Indonesia. Desa merupakan

institusi sosial dimana secara otonom memiliki pemerintahan yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada negara. Dengan adanya kekuatan

bercampur dengan tradisi, adat istiadat dan hukum sendiri. Desa ditemukan

sejak pemerintahan asing, sejak bangsa bangsa memperoleh kekuasaan dalam

beberapa bagian dari wilayah Negara Indonesia.

Istilah “Desa” secara etimologis berasal dari kata “swadesi” Bahasa

Sansekerta yang berarti wilayah, tempat atau bagian yang mandiri dan otonom.

Hal ini sebagaimana pendapat dari “Sutardjo Kartohadi Koesomo” menyatakan

bahwa “desa, dusun, desi (ingatlah perkataan swadesi), seperti juga halnya

dengan perkataan negara, negeri, negari, nigari, negory (dari perkataan


negarom, asalnya dari perkataan Sanskrit (sansekerta), yang artinya tanah air,

tanah asal, tanah kelahiran”.6

Menurut pendapat “R.H. Unang Sunardjo” menjelaskan bahwa “desa

sebagai bentuk dari kesatuan masyarakat dengan berdasarkan nilai dan hukum

yang berkembang di dalam masayarakat adat yang ditetapkan dalam suatu

wilayah yang tertentu beserta dengan batas-batasnya.” Sehingga adanya “ikatan

lahir dan batin” sebagai dasar karena keturunan maupun karena sama-sama

memiliki susunan pengurus. Selain itu juga mempunyai harta bertindak sebagai

kesatuan dunia luar dan tidak mungkin desa itu dibubarkan. 7 Sedangkan

menurut pendapat “H.A.W. Widjaja” desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat

istimewa dengan mendasarkan keanekaragaman,partisipasi, otonomi asli,

demokratisasi dan pemberdayaan masyaraka.8

2.2.2. DASAR HUKUM PEMERINTAHAN DESA

Keberadaan desa sebagai kesatuan dari masayarakat bahwa intitusi

bukakn hanaya sebagai suatu entitas administrative semata. Akan tetapi juga

sebagai entitas hukum yang harus dihargai oleh setiap warga desa yang berada

dibawah kewenagan dari pemerintahan desa dalam struktur pemerintahan

Indonesia. Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam konstitusi pemerintahan

6
Sirajuddin, Anis Ibrahim, Shinta Hadiyantina, dan Catur Wido Haruni, Hukum
Administrasi Pemerintahan Daerah, Setara Press, Malang, 2016, hlm.329
7
Josef Mario Monteiro, S.H., M.H., Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2016, hlm.122
8
Drs. Widjaja, HAW, Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003.hlm. 3
Indonesia yakni pada “Pasal 18B Ayat (2) Undang Undang Dasar 1945”, yang

bebunyi sebagai berikut:

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat


hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.9

Sebagaimana ketentuan yang telah disebutkan diatas dapat dipahami bahwa

desa tidak lain merupakan bentuk dari kepanjangan terhadap kewenangan

pemerintahan pusat terhadap struktur pemerintahan yang bersekala kecil

didalam wilayah Indonesia.10

Pemerintahan desa memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya

memberdayakan masyarakat desa. Hal ini tentunya tetap dengan

mempertahankan nilai-nilai yang tumbuh berkembang dalam masyarakat desa.

Sebagaimana dengan ketentuan “Pasal 26 Undang Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa” menjelaskan bahwa “pelaksanaan tugas menyelenggaraan

pemerintahan desa untuk melaksanakan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.” Selain itu dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa juga harus memperhatikan asas-asas

sebagai berikut:

a. “Rekognisi”

b. “Subsiadiaritas”

c. “Keberagaman”

9
Lihat lebih dalam ketentuan Pasal 18B Undang Undang Dasar 1945
10
Didik Sukaryono, Pembaharuan Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang, 2010,
hlm.57
d. “Kebersamaan”

e. “Kegotongroyongan”

f. “Kekeluargaan”

g. “Musyawarah”

h. “Demokrasi”

i. “Kemandirian”

j. “Partisipasi”

k. “Kesetaraan”

l. “Pemberdayaan” dan

m. “Keberlanjutan”

Desa sebagai unit lembaga pemerintahan yang paling berkaitan dengan

masyarakat, posisi dan kedudukan hukumnya hingga saat ini selalu menjadi

perdebatan terutama ditingkat elit politik. Berdasarkan ketentuan “Undang

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa” menjelaskan bahwa “desa adalah

desa dan desa adat atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat”.11

Selain itu dalam ketentuan “Pasal 1 Undang Undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintah Daerah” menjelasakan bahwa “Desa adalah Desa dan

adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut adalah kesatuan

11
Lihat dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495)
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia”.12

Secara umum desa merupakan sebuah tatanan permukiman yang berada

diarea perdesaan. Di wilayah negara Indonesia desa tidak lain merupakan

bagian dari wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan dan

dipimpin oleh Kepala Desa. Disteiap wilayah Indonesia desa memiliki istilah

yang berbeda satu sama lain, walaupun terdapat beberapa yang sama, akan

tetapi maksud dan tujuan pun tetap sama, dimana untuk mengurusi daerahnya

masing-masing. Hal ini sebagaimana sejak diberlakukannya otonomi daerah

Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, sesuai dengan karakteristik adat

istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan

penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat.

Berdasarkan ketentuan “Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa” ditetapkan pula bahwa “desa sebagai masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan Self Governing Community, yaitu suatu komunitas yang mengatur

dirinya sendiri dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi

dan sosial budaya masyarakat setempat.oleh karna itu, penyelenggaraan

pemerintahan desa diharapkan dapat menumbuhkan kreatifitas masyarakat serta

12
Lihat lebih dalam ketentuan Pasal 1 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 dan tambahan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679)
mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan

memanfaakan sumber daya dan potensi yang tersedia yang pada gilirannya

menghasilkan masyarakat desa yang punya kemampuan untuk mandiri secara

ekonomis sehingga upaya peningkatan di bidang ilmu”.13

Selain itu dalam ketentuan “Pasal 1 Undang Undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintah Daerah” menjelasakan bahwa “Desa adalah Desa dan

adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia”.

Adapun kewenangan desa sebagaimana yang diatur dalam ketentuan

“Pasal 18 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa” menjelaskan bahwa “kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,

pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa”.14

Selain itu, desa juga memiliki kewajiban dalam menyelenggarakan

pemerintahan desa sebagaimana yang diatur dalam ketentuan “Pasal 67 Undang

13
Lihat dalam ketentuan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
14
Lihat lebih dalam ketentuan Pasal 18 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa”adalah sebagai

berikut:

a. “Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan masyarakat

desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia”

b. “Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa”

c. “Mengembangkan kehidupan demokrasi”

d. “Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa”

e. “Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa”

Dengan terpenuhinya kewenangan dan kewajiban yang dimiliki oleh desa

tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan

penyelenggaraan Pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan

peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemajuan pembangunan.

2.2.3. STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA

A. KEPALA DESA

Menrurt pendapat suwarno wijoyo menyatakan bahwa “Kepala desa

memiliki kedudukan sebagai pimpinan Serta penanggungjawab penuh

terhadap kendali pemerintahan desa yang dipimpinnya. Kepala desa

bertindak sebagai Lembaga Eksekutif dalam pemerintahan desa untuk dapat

menjalankan roda pemerintahan desa”. Kepala desa bertanggungjawab

kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga legislasi


yang berfungsi sebagai pengawas jalanya pemerintah desa. Kepala desa

dipilih langsung oleh masyarakat desa melalui pemilihan kepala desa

(Pilkades) yang bersifat langsung bila masa pemerintahan kepala desa terlah

berakhir. Kepala desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun dan

kemudian dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali periode masa jabatan

berikutnya. Kepala desa bukan sebagai pegawai pemerintahan dan harus

melepaskan jabatannya sebelumnya untuk menjaga netralitas dalam

mewujudkan otonomi desa.

B. PERANGKAT DESA

Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat

Desa.perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa linnya.

Perangkat desa lainnya dalam ketentuan ini adalah perangkat pembantu

kepala desa yang terdiri dari sekretariat desa, pelaksanaan teknis

lapangan(PTL) seperti kepala urusan dan unsur kewilayahan seperti kela

dusun atau dengan sebutan lain dalam pemerintahan desa.

Adapun fungsi dari skretaris desa dalam struktur pemerintahhan

desa antara lain sebagai berikut, Memberikan saran dan pendapat kepada

kepala desa, Memimpin, mengkoodinasikan dan mengendalikan serta

mengawasi semua unsur sekretariat desa, Merumuskan program kegiatan

kepala desa, Menyusun Rencana dan Penerimaan dan Belanja Desa,

Melaksanakan Administrasi kepegawaian Aparat Desa, Menyiapkan Produk

hukum Desa., Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala desa sesuai

dengan Peraturan perundang-undangan”.


Sedangkan kepala dusun merupakan pembantu kepala desa. Kepala

Desa mempunyai tugas membantu kepala desa dalam melaksanakan

kegiatan pemerintahan desa di wilayah dusun. Kepala dusun sebagai

perpanjang tangan kepala desa dalam memberikan pelayanan dan informasi

kepada masyarakat ditiap dusun. Dalam menjalankan tugasnya kepala

dusun bertanggungjawab kepada kepala desa. Kepala dusun dipilih

masyarakat di dusun tersebut melalui musyawarah di tingkat dusun.

C. BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Badan Permusyawaratan Desa yang sering disebut dengan BPD,

adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam

penyelanggaraan pemerintah desa sebagai unsur penyelengara pemerintahan

desa. Badan permusyawaratan desa berfungsi menetapkan peraturan desa

bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Badan permusyawaratan desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Anggota badan permusyawartan desa adalah wakil dari

penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang

ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.15

Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa

bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Sebagaimana dalam ketentuan “Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa Badan Permusyawaratan Desa” memiliki wewenang sebagai

berikut, “Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala des,


15
Ibid
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan

peraturan kepala desa, Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian

kepala desa, Membentuk panitia pemilihan desa, Menggali, menampung,

menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan, ,

Menyusun tata tertib BPD”.16

2.2 PEMILIHAN KEPALA DESA

3.2.1. HAK PILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

Hak pilih warga negara dalam kegiatan pemilihan merupakan salah satu

substansi penting dalam perkembangan demokrasi. Hal ini sebagai bukti adanya

“eksistensi” dan “kedaulatan” yang dimiliki rakyat dalam pemerintahan.

Dengan demikian, hak pilih adalah hak warga negara untuk memilih wakil dan

dipilih sebagai wakil di dalam pemerintahan desa dengan melalui Pemilu,

Pilkada, maupun Pilkades yang dilakukan secara demokratis. hak memilih dan

hak dipilih merupakan hak yang dilindungi dan diakui keberadaannya dalam

ketentuan “Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.”

Hal ini sebagaimana pendapat “Fuad Rohman” menyatakan bahwa

“setiap warga negara yang akan menggunakan hak tersebut dalam setiap

Pemilihan Kepala Desa terbebas dari segala bentuk intervensi, intimidasi,

diskrimininasi dan segala bentuk tindak kekerasan yang dapat menimbulkan

rasa takut untuk menyalurkan haknya dalam memilih dan dipilih dalam setiap

proses Pemilu,,Pilkada, maupun Pilkades”. Adapun ketentuan yang mengatur

16
Lihat dalam ketentuan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa Badan
Permusyawaratan Desa
adalah “Pasal 28C ayat (2), Pasal 28I ayat (1), dan ayat (5) Undang Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Sedangkan berdasarkan ketentuan “Undang Undang Nomor 39 Tahun

1999 Tentang Hak Asasi Manusia” diatur dalam “Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 43

ayat (1) yang menjadi dasar hukum bagi setiap warga negara Indonesia untuk

memiliki kebebasan untuk ikut serta menentukan wakil-wakil mereka”. 17 Pada

dasarnya samanusia juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu

terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam

kewajiban manusia tidak hanya antara manusia dengan sang pencipta tetapi

kewajiban manusia juga terhadap manusia satu dengan lainnya saling berkaitan,

adapun beberapa hak yang dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia antara

lain sebagai berikut:

a. “Hak atas pekerjaan dan penghiudupan yang layak. tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan’’

b. “Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan “setiap orang berhak

untuk hidup dan mempertahankan kehidupan’’

c. “Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui

perkawinan yang sah.

d. “Hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum setiap warga

negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum

berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara langsung, umum”

17
Lihat dalam ketentuan Pasal 23 Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia
Ketentuan “Pasal 43 Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia”, yaitu di yang menyatakan: “setiap warga negara berhak

dipilih dan memilih dalam pemilu”. Pernyataan serupa juga terdapat dalam

“undang undang republik indonesia nomor 12 tahun 2005 tentang pengesahan

kovenan hak sipil politik, yaitu di pasal 24” yang berbunyi; “hak setiap warga

negara ikut serta dalam penyelenggaraan urusan publik, untuk memilih dan

dipilih serta mempunyai akses berdasarkan persyaratan umum yang sama

pada jabatan publik di negaranya”

Hak masyarakat dalam pemilihan kepala desa juga diperjelas

sebagaimana dalam juga diatur dalam ketentuan “Undang Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa”, adapun sebagai berikut sebagai berikut.

1) “Meminta dan mendafpatkan informasi dari pemerintah desa serta


mengawasi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
2) Memilih,dipilih,dan/atau ditetapkan menjadi:
a. Kepala Desa
b. Perangkat desa
c. Anggota badan permusyawaratan desa, dan
d. Anggota lembaga kemasyarakatan desa.”

Hal ini dapat dipahami bahwa “hak dipilih sebagai bagian dari hak pilih

(hak pilih pasif) merupakan hak asasi manusia yang dapat diimplementasikan

dalam Pemilihan Umum yang demokratis.” Oleh karena itu, setiap warga

negara dalam menyalurkan dan menggunakan hak tersebut harus bebas dari

intervensi, intimidasi, dan diskriminasi serta bebas dari segala bentuk tindak

kekerasan yang dapat menghambat dan bahkan meniadakan hak tersebut.


3.2.2. ASAS DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

Adanya kedudukan yang sama sebagaimana dalam pelaksanaannya

antara Penyelenggaran Pemilihan Kepala Desa dengan Pemilihan Umum. Hal

ini dimana dalam pelaksanaanya dilakukan secarang langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil. Adapun lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

a. “Langsung, artinya setiap warga negara dapat menggunakan hak pilihnya

secara langsung. Rakyat pemilih mempunyai hak untuk memilih secara

langsung memberikan suaranya menurut hati nuraninya tanpa perantara

dan tanpa tingkatan”

b. “Umum, artinya setiap warga negara Indonesia yang sudah memenuhi

syarat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya”

c. “Bebas, artinya setiap pemilih bebas memilih pemimpin sesuai hati

nuraninya. Setiap pemilih berhak memilih dalam menggunakan hak

pilihnya dijamin keamanannya untuk melakukan pemilihan menurut hati

nuraninya tanpa adanya pengaruh, tekanan atau paksanaan dari

siapapun/dengan apapun”

d. “Rahasia, artinya pilihan pemimpin yang dipilih oleh setiap warga negara

berhak dirahasiakan, dan dijamin oleh peraturan perundangan”

3.2.3. PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA

Penyelenggaraan Pemilihan kepala desa tidak lain merupakan

kepanjangan dari konsep pelaksanaa sistem Demokrasi. Pemilihan yang

dilakuan oleh masyarakat terhadap calon kepala desa diartikan sebagai bagian

dari “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Oleh karena itu,
konteks implementasi maupun implikasi Pemilihan Kepala Desa ini dapat

dipahami sebagai pengakuan terhadap keanekaragaman, sikap politik

partisipatif masyarakat dalam bingkai demokratisasi di tingkat desa. Hal ini

sebagaimana yang diatur dalam ketentuan “Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah” mengatur bahwa

“penyelenggaraaan pemerintahan Desa sebagai subssistem dari system

penyelenggaraan pemerintahan, di mana desa berhak dan memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus rumah tangga desanya”.18

Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui harus melalui beberapa

tahapan sebagaimana yang termuat dalam ketentuan “Peraturan Menteri Dalam

Negri Nomor 112 tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa”. Adapun

tahapan yang harus dilalui dalam proses pemilihan kepala desa lebih jelasnya

sebagai berikut:

1) Persiapan

“a.Pemberitahuan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa


tentang akhir masa jabatan yang disampaikan 6 (enam) bulan sebelum
berakhir masa jabatan.
b.Pembentukan panitia pemilihan kepala Desa oleh Badan
Permusyawaratan Desa ditetapkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
Hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan.
c.Laporan akhir masa jabatan kepala Desa kepada bupati/walikota
disampaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah
pemberitahuan akhir masa jabatan.

18
Lihat dalam ketentuan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
d.Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia kepada
bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) Hari setelah terbentuknya panitia pemilihan, dan
e.Persetujuan biaya pemilihan dari bupati/walikota dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) Hari sejak diajukan oleh panitia.”

2) Pencalonan

“a. Pengumuman dan pendaftaran bakal calon dalam jangka waktu 9


(sembilan) Hari;
b. Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi, klarifikasi, serta
penetapan dan pengumuman nama calon dalam jangka waktu 20 (dua
puluh) Hari;
c. Penetapan calon kepala Desa sebagaimana dimaksud ialah paling
sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang calon;
d. Penetapan daftar pemilih tetap untuk pelaksanaan pemilihan kepala
Desa;
- Pelaksanaan kampanye calon kepala Desa paling lama 3 (tiga) Hari;
dan
- Masa tenang paling lama 3 (tiga) Hari.”

3) Pemungutan Suara;

“a. Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara;

b. Penetapan calon yang memperoleh suara terbanyak; dan/atauDalam

hal

c. calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang,

calon terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah perolehan suara yang

lebih luas”

4) Penetapan

“a. Laporan panitia pemilihan mengenai calon terpilih kepada Badan


Permusyawaratan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah
pemungutan suara;
b. Laporan Badan Permusyawaratan Desa mengenai calon terpilih
kepada bupati/walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah menerima
laporan panitia;
c. Bupati/walikota menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan
pengangkatan kepala Desa paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak
diterima laporan dari Badan Permusyawaratan Desa; dan
d. Bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk melantik calon kepala
Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkan
keputusan pengesahan dan pengangkatan kepala Desa dengan tata cara
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

Anda mungkin juga menyukai