Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STUDI KASUS

“RESIKO KURANGNYA KESADARAN PENGGUNAAN MASKER SAAT TERJADI


PENYEBARAN COVID-19”

Diaujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Alat Kesehatan

Dosen Pengampu Mata Kuliah Alat Kesehatan : Dr. Saeful Amin, M.Si.,Apt.

Disusun oleh :

Ega Kastiwi

(31118154)

S1

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah seminar ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir
zaman.
Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah alat
kesehatan tentang “RESIKO KURANGNYA KESADARAN PENGGUNAAN MASKER
SAAT TERJADI PENYEBARAN COVID-19”. Penyusunan makalah ini dapat terwujud tak
lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang
ada. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa kebidanan
untuk menambah wawasan dalam bidang kesehatan.
Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Salawu, 31 Maret2020

Ega Kastiwi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Resiko penyakit covid-19 pada pekerja............................................................5


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

ii
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Sementara pengendalian permanen belum dapat dilaksanakan atau belum efektif
mengurangi potensi bahaya, maka alat pelindung diri masih harus tetap dan wajib
digunakan (Tarwaka, 2008). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, khususnya Pasal 9, 12, dan 14 yang menyebutkan bahwa pengurus
atau pimpinan tempat kerja berkewajiban menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk
para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD dengan tepat dan benar. Salah
satu cara menanggulangi terjadinya gangguan saluran pernafasan hasil produksi adalah
dengan menggunakan (APD). Penggunaan APD merupakan pilihan terakhir dalam
melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dari potensi bahaya. APD dilakukan
setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi di terapkan (Koesyanto,
2005). Pemakaian APD masker untuk melindungi saluran pernafasan dari penyebaran
virus sebenarnya sangat praktis dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, praktek dilapangan
sangat sulit diterapkan. Hal ini terletak pada masyarakat itu sendiri yang berhubungan
erat dengan faktor manusia. Selain itu, aspek perilaku masyarakat yang terkait dengan
kedisiplinan penggunaan masker masih sangat minim (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Sejak wabah virus corona bermula, arahan resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) sudah sangat jelas. Hanya ada dua jenis orang yang harus mengenakan masker:
mereka yang sakit dan menunjukkan gejala Covid-19, dan mereka yang merawat orang
yang terduga terinfeksi virus corona. Lainnya tidak perlu mengenakan masker, dan ada
beberapa alasan mengenai hal itu. Salah satuya adalah bahwa masker itu dipandang
bukan sebagai perlindungan yang bisa diandalkan, mengingat penelitian saat ini
menunjukkan virus menyebar melalui tetesan ludah dan kontak dengan permukaan yang
terkontaminasi. Jadi, masker bisa melindungi, namun hanya dalam situasi tertentu seperti
ketika berada dalam jarak dekat dengan orang lain di lokasi di mana seseorang yang
terinfeksi kemungkinan bersin atau batuk di dekat wajah. Ini sebabnya para ahli
mengatakan sering mencuci tangan dengan sabun dan air jauh lebih efektif. Tanpa
masker, membutuhkan perhatian khusus untuk menghindari kontaminasi tangan dan itu

1
bisa menimbulkan rasa aman yang keliru. Namun di beberapa bagian Asia setiap orang
sekarang memakai masker dalam kehidupan sehar-hari - ini dipandang lebih aman. Di
China daratan, Hong Kong, Jepang, Thailan dan Taiwan, asumsi luas yang diterima
masyrakat bahwa siapa saja bisa menjadi pembawa virus, bahkan orang yang sehat. Jadi,
dalam semangat solidaritas, perlu melindungi orang lain dari diri sendiri. Beberapa
pemerintah mendesak semua warganya untuk mengenakan masker, dan di beberapa
bagian di China, kita bahkan bisa ditahan dan dihukum karena tidak mengenakan
masker.

Penelitian tentang penyakit akibat adanya penyebaran covid-19 dilakukan oleh


Baharuddin. Penelitian tersebut dilakukan terhadap tenaga kerja di PT Sandang II Patun
Maketeks Ujung Pandang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 24 responden
yang positif terpapar virus tersebut diperoleh hasil 10 responden . Menderita gangguan
pernapasan 8 responden dan yang negatif covid-19 6 responden (Muktamar Umakaapa,
dkk, 2013). Sebenarnya sudah banyak perusahaan yang menyediakan APD yang sangat
baik. Namun, masalah yang dihadapi pihak manajemen adalah rendahnya tingkat
kesadaran para pekerja dalam menggunakan APD secara benar selama bekerja.
Rendahnya kesadaran para pekerja akan penggunaan APD yaitu ketidaknyamanan dalam
penggunaan APD selama bekerja, merasa bahwa pekerjaan tersebut tidak berbahaya atau
berdampak pada kesehatan(Ramaddan, 2008).

CV. Maju Abadi Garment Sukoharjo merupakan perusahaan yang bergerak di


bidang garment. Perusahaan garment adalah perusahaan yang memproses bahan baku
kain menjadi pakaian jadi yang hasilnya akan dijual kepada konsumen.Berdasarkan
survei awal yang dilakukan pada tanggal 12 Maret 2020 diketahui bahwa maraknya
penyebaran covid-19 CV. Maju Abadi Garment, telah menyediakan dan memberikan
masker pada setiap pekerjanya. Dari 166 pekerja pada bagian operator jahit diketahui
hanya 79orang (48%) yang menggunakan masker. Sementara sisanya, yaitu sekitar
87orang (52%) tidak menggunakan masker dengan alasan tidak nyaman,
sesak,menganggu kelancaran bekerja dan merasa pekerjaan mereka tidak berbahaya.Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja masih kurang mengetahui potensi
risiko penyakit jika tidak menggunakan masker dan kurangnya kesadaran untuk memakai
masker ketika sedang bekerja. Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa perusahaan telah menyediakan masker untuk semua pekerja dengan kualitas
masker yang baik.Pemakaian alat pelindung diri berupa masker berhubungan dengan

2
tingkat pengetahuan risiko dan tingkat kesadaran dari tenaga kerja itu sendiri.
Pengetahuan tentang masker dapat pula diperoleh dari pelatihan dan penyuluhan tentang
APD masker yang mereka dapatkan dari tempat kerja. Pengetahuan risiko adalah segala
sesuatu yang diketahui pekerja mengenai masker baik manfaat, akibat tidak
menggunakannya dan cara penggunaanya. Sementara itu, tingkat kesadaran pekerja
dalam memakai masker merupakan komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari
manajemen perusahaan untuk membuat karyawan sadar terhadap pentingnya kesehatan
dan keselamatan saat bekerja (Notoatmojo, 2003).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan risiko penyakit covid-19 terhadap
tingkat kesadaran pemakaian masker pada pekerja CV. Maju Abadi Garment Sukoharjo.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada risiko penyakit akibat COVID-19 terhadap tingkat kesadaran
pemakaian masker pada pekerja CV. Maju Abadi Garment Sukoharjo?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui risiko penyakit akibat COVID-19 terhadap tingkat kesadaran
pemakaian masker pada pekerja CV. Maju Abadi Garment Sukoharjo.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen perusahaan
untuk dipakai acuan dalam menentukan langkah-langkah di masa yang akan datang,
khususnya dalam meningkatkan kesadaran pekerja untuk menggunakan masker ketika
sedang bekerja.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat


Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wacana akademik tentang
hubungan tingkat pengetahuan risiko penyakit akibat COVID-19 terhadap tingkat
kesadaran pemakaian masker.

3. Bagi Mahasiswa

3
Mahasiswa dapat mengintegrasikan ilmunya yang telah diperoleh selama
pendidikan untuk dapat diterapkan langsung di lapangan, khususnya tentang hubungan
tingkat pengetahuan risiko penyakit akibat COVID-19 terhadap tingkat kesadaran
pemakaian masker.

4. Bagi Peneliti Lain


Dapat digunakan sebagai referensi dan data dasar untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan tingkat kesadaran
tentang kesehatan dan keselamatan diri

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Resiko penyakit covid-19 pada pekerja


Dari hasil wawancara peneliti kepada para pekerja bahwa alasan mereka kurang
disiplin dalam menggunakan masker pada saat bekerja antara lain adalah rasa enggan,
tidak nyaman, rasa pengap ataupun kurang bisa bernapas dengan lega bila menggunakan
masker. Jenis masker yang disediakan oleh perusahaan yaitu masker sekali pakai yang
terbuat dari kain kasa dengan tali di bagian samping. Beberapa pekerja yang lain
mengatakan bahwa alasan mereka enggan menggunakan masker diantaranya yaitu
mengganggu komunikasi dengan temannya. Menurut Santoso (2004) beberapa masalah
yang dapat mempengaruhi pekerja tidak disiplin menggunakan masker pada saat bekerja
antara lain adalah karena panas atau sesak saat menggunakan masker, tidak nyaman,
kesulitan berkomunikasi, rasa berat serta tidak ada sanksi bila tidak menggunakan.
Pencegahan masalah ini bisa dilakukan dengan tindakan sederhana seperti menggunakan
masker. Penggunakan alat pengaman diri (APD) berupa masker harus tetap dilaksanakan
untuk meminimalkan penyebaran covid -19 kepada para pekerja pada saat mereka
bekerja. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terjadinya batuk pada pekerja
dalam kategori batuk kering berat dan flu sebanyak 60%, kategori batuk kering sedang
sebanyak 33%, dan sisanya 7% dalam kategori batuk ringan. Batuk adalah suatu
mekanisme perlindungan berupa reflek fisiologis yang bertujuan untuk mengeluarkan
dan membersihkan saluran pernapasan dari benda asing yang merangsang terjadinya
reflek tersebut. Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, virus korona (covid-19) yang
masuk di reseptor batuk (hidung, saluran pernafasan, bahkan telinga). Covid-19 sama
seperti virus-virus lain yang membutuhkan inang, dalam kasus ini yaitu tubuh manusia,
untuk membantunya menyebar.  Pada dasarnya, virus adalah sebuah sepotong materi
genetik yang tidak dapat melakukan banyak 'hal' dengan sendirinya.  Ia harus menyerang
tubuh makhluk hidup agar dapat berkembang biak. Sebab, tanpa tubuh makhluk hidup,
virus akan mati. Jalur penularan utama dari virus corona Covid-19 adalah melalui
tetesan. Pasien terinfeksi yang batuk atau bersin mengeluarkan tetesan keluar yang
mengandung virus. Virus tersebut akan masuk ke tubuh orang lain saat bernafas atau saat
menyentuh permukaan di mana tetesan tersebut menempel. Halaman Selanjutnya Saat

5
virus corona telah masuk ke dalam tubuh, dengan cepat ia akan menuju belakang
tenggorokan dan hidung orang tersebut.  Lapisan hidung dan tenggorokan disebut
sebagai mukosa. Di sinilah virus berbentuk paku ini akan menempel sebelum mulai
bekerja. Ketika mencapai bagian belakang hidung, virus ini akan mengambil alih sel-sel
di lorong hidung. Ia akan masuk ke dalam dan memprogram ulang untuk berhenti
melakukan pekerjaan apapun dan hanya fokus membuat lebih banyak virus. Setelah sel
tersebut menghasilkan lebih banyak virus daripada kapasitasnya, virus pun akan meledak
dan menempelkan diri ke sel-sel yang berdekatan. Kemudian menggunakannya sebagai
tempat untuk reproduksi dan siklus kembali berulang. Penghancuran sel-sel di hidung
dan tenggorokan akan menyebabkan batuk kering dan sakit ternggorokan. Rasa sakit
yang dirasakan adalah tanda bahwa sel berada dalam kesulitan dan sedang dihancurkan.
Tahap selanjutnya adalah demam. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh atau imun telah
menyadari adanya benda asing di dalam tubuh. Bahan kimia yang disebut sebagai
pirogen pun dilepaskan oleh sistem imun. Zat ini menginstruksikan otak untuk
menaikkan suhu tubuh, menyebabkan seseorang mengalami demam tinggi, yaitu sekitar
37,8 derajat celsius atau lebih. Demam membantu tubuh memicu bagian lain dari sistem
kekebalan tubuh untuk mulai bekerja dan juga menciptakan lingkungan yang tidak
menguntungkan atau berlawanan dengan virus. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
demam membantu melawan infeksi, tetapi karena demam merupakan penanda tidak
sehat, orang mencoba untuk menurunkannya.  Namun, gejala demam, batuk, maupun
sakit tenggorokan adalah waktu di mana gejala berakhir di sebagian besar orang. Dalam
waktu 5-7 hari, kekebalan tubuh akan memberikan respons yang cukup untuk
menghancurkan virus dan orang tersebut pun akan pulih.  Namun, ada sebagian orang
yang sistem imunnya tidak dapat merespons dengan cepat sehingga virus akan terus
menyebar. Saat virus menggandakan diri dan menginfeksi lebih banyak sel di dalam
tubuh, ia turun menuju paru-paru. Di sini, virus menyerang sel-sel di paru-paru. Kondisi
ini membuat paru-paru kesulitan melakukan tugasnya mengambil oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida.  Oleh karena itu, paru-paru akan bekerja lebih keras dan
orang tersebut akan mengalami sesak napas. Inilah yang menyebabkan virus corona
dikaitkan dengan kesulitan bernapas. Saat virus menyerang semakin banyak bagian paru-
paru, akan terjadi peradangan dan mereka mulai dapat mengisinya dengan cairan dan
nanah sehingga terjadi pneumonia.
Jika paru-paru terus membengkak dan terisi dengan banyak cairan, pasien mungkin
membutuhkan ventilator. Saat itu, ada risiko kematian jika paru-paru tidak mau bekerja.
6
Menurut WHO (1995) disebutkan bahwa penggunaan alat pengaman diri (APD) dapat
meminimalkan dampak timbulnya penyakit akibat virus corona tersebut sehinga dapat
mengurangi penyebaran virus antar manusia . Dalam hal ini penggunaan masker sebagai
alat pengaman diri pada saat bekerja itu sangat penting bagi kesehatan dan keselamatan
diri. Beberapa faktor pengganggu yang tidak diteliti pada penelitian ini dan berpengaruh
terhadap terjadinya infeksi covid-19 pada pekerja antara lain adalah penyakit yang
menyertai serta pengobatannya. Selain itu faktor usia juga mempengaruhi daya tahan
tubuh dari masingmasing individu dalam mempertahankan dirinya terhadap virus yang
masuk dalam saluran pernafasan (Harington, 2005).

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa kebiasaan menggunakan
masker pada pekerja dapat meminimal penyebaran covid-19. sedangkan sisanya jarang
menggunakan masker selama mereka bekerja lebih mudah terjadinya penyebaran covid-
19 antar manusia. Terjadinya batuk tidak berdahak, flu, dan demam pada pekerja
merupakan ciri terinfeksi covid-19.
3.2 Saran
bagi responden diharapkan dapat mengerti tentang bahaya penyakit akibat
COVID-19, sehingga mereka bisa menjaga diri mereka sendiri dengan selalu memakai
masker saat bekerja. Bagi institusi pendidikan diharapkan laporan hasil penelitian ini
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit yang ditimbulkan
akibat COVID-19. Bagi peneliti selajutnya diharapkan laporan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan
penelitian-penelitian lainnya yang terkait dengan penyakit COVID-19.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, D. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Masker pada para
Pekerja Pengamplasan di Perusahaan Meubel CV Permata 7 Wonogiri. http://
digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/ archives/HASH013d.dir/doc.pdf. Diakses tanggal
26 Juli 2010 pukul 10.00 WIB.

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Ed. Revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi


Pustaka Publiser.

Soeparman. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1. Jakarta: EGC.

WHO. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC.

Yosephine Liza. 2020. “Virus Corona: Jumlah Kasus Terus Meningkat, Kelengkapan Alat
Kesehatan Menipis”. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51924204 [Diakses :
Pada 30 Maret 2020]

Zilfa, Y. 2002. http://www.webmd.com - edited by Scientific Medicastore. Diakses tanggal


03 Maret 2008 pukul 9.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai