Anda di halaman 1dari 24

PROPOS

AL
RUMAH
USAHA
PUPUK
KOMPOS

Di Susun oleh

Handrika (NPM 202041500177)


Hamidah (NPM 202041500197)
Reni Rumoma (202041500270)
Lulu saputro (NPM 202041500162)
Bambang Hermanto (NPM 202041500200)
Enjel Triastuti Simanullang (NPM 202041500287)
Shanti Nurul Rochmah (NPM 202041500181)
Mentari Putri Renoviza (NPM 202041500208)
Kelas R2C
Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DAFTAR ISI

Cover

Daftar Isi ......................................................................................................................................i

Daftar gambar...............................................................................................................................ii

Daftar table ...................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................................................3

2.1 Perkembangan Pertanian Organik Di Indonesia............................................................4

2.2 Kebijakan Pengembangan Pertanian Organik...............................................................5

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................7

3.1 Aspek Rumah Kompos..................................................................................................7

3.1.1 Desain Rumah Kompos.......................................................................................7

3.1.2 Denah Ukuran Ruangan.......................................................................................9

3.1.3 Denah Secara Spesifik.........................................................................................9

3.2 Analisa dan Konsep Tampilan.......................................................................................10

3.2.1 Alat Pencacah Kompos........................................................................................12

3.2.2 Pakaian................................................................................................................13

3.2.3 Karyawan.............................................................................................................15

3.2.4 Produksi...............................................................................................................16

BAB IV KESIMPULAN..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah ruangan rumah pupuk kompos.........................................................................7

Gambar 2. Denah ukuran ruangan ...............................................................................................9

Gambar 3. Bentuk spesifik ruangan..............................................................................................9

Gambar 4. Desain tampak dari depan...........................................................................................10

Gambar 5. Desain tampak dari samping.......................................................................................11

Gambar 6. Desain tampak dari atas...............................................................................................11

Gambar 7. Desain kerangka dari luar............................................................................................11

Gambar 8. Mesin pencacah kompos.............................................................................................13

Gambar 9. Kategori pakaian.........................................................................................................13

Gambar 10. Kategori pakaian 2....................................................................................................14

Gambar 11. Sarung tangan............................................................................................................14

Gambar 12. Masker pelindung......................................................................................................15

Gambar 13. Sepatu boat................................................................................................................15

ii
DAFTAR TABEL

Table 1. data kebutuhan ruangan..................................................................................................8

Table 2. rincian data yang dibutuhkan..........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan pupuk dan pestisida di Indonesia mulai meningkat pesat sejak gerakan
revolusi hijau tahun 1970 an. Sejak itu, penggunaan pupuk dan pestisida menjadi keharusan bagi
petani. Untuk mengantisipasi dampak penggunaan pupuk berlebihan maka pemerintah mulai
menerapkan berbagai peraturan dan teknologi penggunaan pupuk seperti pemupukan berimbang.
Program tersebut mulai diterapkan hingga diterbitkannya Peraturan Pemerintah tentang budi
daya tanaman yang mengatur penggunaan pupuk. Demikian juga kandungan hara dan logam
berat dalam pupuk sudah diatur dalam Permentan No70/Permentan/Sr. 140/10/2011. Dengan
sosialisasi yang cukup luas, maka harapannya penggunaan pupuk dapat dikendalikan.
Penggunaan bahan agrokimia yang berlebihan merupakan tantangan utama dalam pertanian
ramah lingkungan. Bahan agrokimia pupuk dan pestisida merupakan salah satu input teknologi
yang sangat dibutuhkan untuk sistem pertanian modern namun juga berpotensi menimbulkan
banyak kerusakan.

Penggunaan bahan agrokimia yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan tidak
akan menyebabkan banyak masalah baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Namun
penggunaannya yang berlebihan dan tidak tepat sasaran dapat menyebabkan berbagai
permasalahan diantaranya keracunan tanaman, timbulnya resistensi hama, serta tercemarnya
tanah dan air. Selain pencemaran lingkungan, pengaruh cemaran agrokimia ini juga memberikan
dampak negatif terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya (FAO 2013). Penggunaan pupuk
N, P, dan K secara umum meningkat sesuai dengan adanya perluasan lahan pertanian dan
digunakannya varietas dengan hasil tinggi yang kebutuhan pupuknya juga lebih tinggi.

Secara global, trend konsumsi pupuk dan estimasi potensi kehilangan pupuk, Angka rata-
rata konsumsi pupuk di negara-negara di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) terendah ketiga
setelah Sub-saharan Afrika dan Afrika Utara. Semakin banyak penggunaan pupuk ini maka
semakin besar potensi kehilangan pupuk tersebut sshingga berakibat pada pencemaran
lingkungan.

1
Penggunaan pupuk anorganik secara besar-besaran terjadi justru setelah revolusi hijau
berlangsung, hal tersebut dikarenakan penggunaan pupuk kimia / anorganik dirasa lebih praktis
dari segi pengaplikasiannya pada tanaman, jumlahnya takarannya jauh lebih sedikit dari pupuk
organik serta relatif lebih murah karena saat itu harga pupuk disubsidi oleh pemerintah serta
lebih mudah diperoleh. Akan tetapi imbas penggunaan jangka panjang dari pupuk kimia an-
organik justru berbahaya karena penggunaan pupuk an-organik tunggal secara terus menerus
dalam jangka panjang akan membuat tanah menjadi keras karena residu sulfat dan dan
kandungan karbonat yang terkandung dalam pupuk dan tanah bereaksi terhadap kalsium tanah
yang menyebabkan sulitnya pengolahan tanah (Roidah, 2013). Oleh karena itu, hadirnya pupuk
organik diperlukan untuk mengurangi dampak negatif yang diberikan dari pupuk kimia, sehingga
kelangsungan pertanian dapat terjaga

Pupuk organik memiliki peranan yang sangat penting bagi kesuburan tanah, karena
penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman pangan dan non pangan dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia maupun biologis tanah (Setiyo, et al., 2011). Kelebihan lain dari pupuk organik
yaitu tidak memiliki kandungan zat kimia yang tidak alami, sehingga lebih aman dan lebih sehat
bagi manusia, terlebih bagi tanah pertanian itu sendiri. Pada tahun 2007 lalu peningkatan
permintaan pasar berbagai produk pertanian organik lokal Indonesia mencapai 60% dimana
penjualan makanaan dan minuman organik mancapai US$ 30.000.000., (Sentana, 2010). Selain
dari nilai guna pupuk organik bagi tanaman, hal ini juga menjadi peluang besar bagi masyarakat
pedesaan untuk lebih inovatif mengembangkan pertaniannya dalam memenuhi kebutuhan pasar.

Penyediaan pupuk organik penting untuk diupayakan untuk menjaga keseimbangan


pemakaian pupuk anorganik dan organik. Beberapa manfaat pupuk organik bagi tanah adalah
meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan porositas tanah. Selain itu, pupuk
organik juga dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme tanah yang menguntungkan, Bagi
tanaman, pupuk organik bermanfaat dalam meningkatkan produksi tanaman serta dapat
mengendalikan penyakit tanaman. Penggunaan pupuk organik juga aman bagi manusia dan
lingkungan (Sentana, 2010 dan Roidah, 2013).

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Lingkungan sangat penting dalam keberlangsungan makhluk hidup, terutama manusia.


Salah satu permasalahan lingkungan yang masih menjadi perhatian serius yaitu sampah. Sampah
merupakan sesuatu yang dibuang dan tidak terpakai yang berasal dari kegiatan yang dilhasilkan
oleh manusia setiap harinya secara terus menerus dan berbentuk padat. Sampah menurut jenisnya
dibagi menjadi dua yaitu sampa organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah
yang mudah diuraikan yang berasal dari sisa makanan, daundaunan, buah-buahan, sisa kegiatan
dapur dan sisa sayuran. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah
diuraikan yang berasal dari plastik, kertas, logam (Nisandi, 2007).

Penumpukan sampah terutama sampah sisa sayuran perlu dilakukan pengolahan sampah
yang baik dan benar. Pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat masih secara
konvensional yang memerlukan waktu yang lama sehingga dapat diperlukan suatu inovasi
dengan cara mengolah kembali sampah secara sederhana dengan memanfaatkan kembali sampah
menjadi kompos. Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik seperti
sampah dapur rumah tangga, daun-daunan, kotoran lain, rumput yang dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Cara pengolahan sampah organik menjadi kompos sangat anekaragam namun
hanya saja dalam mengaplikasikannya perlu diperhatikan juga. Dari permasalahan diatas maka
muncul yang namanya petani organic yang mulai menjadi solusi kita bersama dalam hal
penangan penggunaan pupuk.

Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun
1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan akibat
pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali. Sistem pertanian berbasis high input
energy seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat menurunkan
produktifitas tanah, sehingga berkembang pertanian organik. Pertanian organik sebenarnya sudah
sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, semuanya dilakukan secara
tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Pertanian organik modern didefinisikan
sebagai sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan

3
bahan kimia sintetis. Pengelolaan pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi,
keadilan, dan perlindungan.

Prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan
kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu
kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan. Pertanian
organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti,
siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan,
penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh
badan standardisasi (IFOAM, 2008).

2.1 PERKEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA

Menurut Inawati (2011), berkembangnya produsen dan komoditas organik ini karena
pengaruh gaya hidup masyarakat sebagai konsumen yang mulai memperhatikan pentingnya
kesehatan dan lingkungan hidup dengan menggunakan produk organik yang tidak menggunakan
bahan-bahan kimia sintetis buatan. Selain itu juga karena mulai berkembangnya bisnis produk
organik. Selain terus bertambahnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian organik, Aliansi
Organis Indonesia juga mencatat semakin meningkatnya jumlah produsen komoditas organik,
demikian juga ragam komoditas organik yang dibudidaya, merk dagang organik, dan pemasok ke
pengecer seperti super market dan restoran besar.

Akan tetapi di tengah perkembangan yang pesat itu, potensi bahaya peminggiran petani
organik berskala kecil harus diperhatikan. Bahaya itu datang dari proses sertifikasi komoditas
organik sesuai dengan Standard Nasional Indonesia Sistem Pangan Organik yang disahkan oleh
Badan Standardisasi Nasional. Penggunaan standard itu memang bertujuan melindungi
konsumen dan petani organik agar tidak dirugikan oleh para pemalsu produk organik (AOI,
2011). Tetapi biaya sertifikasi yang mahal dan standar serta proses sertifikasi yang tidak sesuai
dengan budaya petani bisa menyingkirkan para petani kecil. Biaya sertifikasi untuk wilayah Jawa
misalnya berkisar 5 sampai 15 juta rupiah perunit usaha tani padahal rata-rata luas lahan petani
di bawah satu hektar. Karena itu, beberapa hal penting perlu dilakukan seperti : membebaskan
petani berskala kecil dari keharusan membuat sertifikat, membuat regulasi yang sesuai budaya

4
petani, pengakuan sistem penjaminan berbasis komunitas, dukungan dana sertifikasi, dan
mengkampanyekan perdagangan yang adil.

Selain produsen, pelaku organik lainnya adalah prosesor dan eksportir sebanyak 71.
Pelaku-pelaku organik lainnya di Indonesia yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga
pelatihan, lembaga sertifikasi baik nasional maupun internasional dan pedagang yang sangat
berperan dalam perkembangan pertanian organik di Indonesia.

Lembaga sertifikasi nasional saat ini yang telah terakreditasi KAN (Komite Akreditasi
Nasional) dan diakui OKPO (Otoritas Kompeten Pangan Organik) adalah: BIOcert (Bogor),
INOFICE (Bogor), Sucofindo (Jakarta), LeSOS, Mutu Agung (Depok), PT Persada (Yogyakarta)
dan LSO Sumbar (Padang). Selain lembaga sertifikasi, terdapat beberapa organisasi yang
bergerak dibidang pengembangan pertanian organik seperti: (1) IFOAM (International
Federation of Organic Agricultural Movements) yang merupakan lembaga payung untuk gerakan
organik, menyatukan lebih dari 750 organisasi anggota di 116 negara.

2.2 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

Saat ini, pembangunan pertanian dihadapkan pada sejumlah masalah yang harus segera
dipecahkan, yaitu antara lain:1) keterbatasan dan penurunan kapasitas sumberdaya pertanian, 2)
lemahnya sistem alih teknologi dan kurang tepatnya sasaran, 3) terbatasnya akses terhadap
layanan usaha terutama permodalan, 4) panjangnya rantai tataniaga dan belum adilnya sistem
pemasaran, 5) rendahnya kualitas, mentalitas, dan keterampilan sumberdaya petani, 6) lemahnya
kelembagaan dan posisi tawar petani, 7) lemahnya koordinasi antar lembaga terkait dan
birokrasi, dan 8) belum berpihaknya kebijakan ekonomi makro kepada petani (Kementerian
Pertanian, 2010).

Program pengembangan pertanian organik Indonesia dari Kementerian Pertanian adalah


mendorong terwujudnya pertanian yang tangguh, berdaya saing, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan, dan mendorong peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian
nasional, melalui peningkatan PDB, ekspor, penciptaan99 PENGEMBANGAN PERTANIAN
ORGANIK DI INDONESIA Henny Mayrowani lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan,

5
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat; serta memperjuangkan kepentingan dan
perlindungan terhadap petani dan pertanian Indonesia dalam sistem perdagangan Internasional.
Misi yang ingin dicapai tersebut sesuai dengan misi pertanian organik seperti yang ditekankan
oleh International Federation of Organik Agriculture Movement (IFOAM) maupun Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia (FAO).

Semakin meningkatnya produksi pertanian organik dan kesadaran konsumen akan


pentingnya produk organik ini, akan menjadikan sangat rentan terhadap bahaya dari pihak-pihak
yang ingin mendapatkan keuntungan sendiri. Mulai dari permainan harga sehingga produk
organik sangat mahal di tingkat konsumen sementara harga di tingkat petani jauh lebih rendah,
produk organik palsu dan sebagainya. Produk pertanian harus mampu bersaing dan memberikan
nilai positif yang dapat dirasakan oleh konsumen baik nasional maupun global. Produk pertanian
tidak akan mampu bersaing bila sistem pertanian tidak mampu menghasilkan produk pertanian
yang berkualitas dan aman sesuai dengan tuntutan konsumen saat ini.

Pada era pasar bebas, produk pertanian semakin dituntut untuk mampu bersaing bukan
hanya di pasar internasional namun juga di pasar domestik. Pertanian organik merupakan salah
satu alternatif yang diharapkan akan terus memberikan kontribusi terhadap PDB kita. Di negara
lain, khususnya di negara-negara Eropa, Australia, Amerika Latin, dan Amerika Serikat
pertanian organik merupakan sektor pangan yang paling cepat pertumbuhannya. Laju
pertumbuhan penjualan pangan organik berkisar dari 20-30 persen pertahun selama dekade
terakhir ini (Wahana Bumi Hijau, 2011)

Dari permasalahan diatas bermaksud membuat sebuah solusi yang diperlukan saat ini yaitu
berupa kurangnya penyedian pupuk organic yang dibutuhkan secara terus menerus. Dengan itu
disusunlah proposal ini agar bisa menjadi acuan perbaikan lingkungan.

Disinilah peran mahasiswa dikalangan masyarakat Indonesia. Bisa membantu sebagai


penyediaan pupuk kompos yang dibutuhkan untuk petani organic agar dikemudian hari bisa
tersedia secara kontinyu dan dapat memperbaiki sector perekonomian di Indonesia. Dari
pernyataan diatas bermaksud menciptakan cabang-cabang organic berupa RUMAH KOMPOS
yang didalam nya tidak hanya berdiri sebagai penyalur produksi pupuk namun juga sebagai
pemulihan lingkungan di Indonesia.

6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 ASPEK RUMAH KOMPOS
Berikut beberapa aspek dalam pembangunan rumah kompos;

3.1.1 Desain rumah kompos


Analisis Dan Konsep Kebutuhan Ruang
Berdasarkan konsep rumah pada umumnya memerlukan beberapa ruang untuk tempat
operasi kegiatan diantaranya:
a) Ruang diskusi
b) Ruang operasi mesin
c) Ruang manajemen keuangan
d) Ruang penyimpanan bahan
e) Ruang pengemasan produksi

Berikut adalah denah ruangan yang dirancang

RUANG
DISKUSI RUANG RUANG
PENYIMPANAN PENGEMASAN
BAHAN PRODUKSI
RUANG OPERASI MESIN

RUANG
MANAJEMEN TOILET TOILET

KEUANGAN PRIA WANITA

Gambar 1. Denah ruangan rumah pupuk kompos

7
Denah ruangan yang dirancang juga mempertimbangkan lokasi dalam pembuatan pupuk
kompos.
Dari hasil pengamatan denah yang dirancang, diperoleh ruang ruang yang diperlukan
yang tersaji dalam tabel berikut ini:

Kebutuhan
No Nama ruangan fungsi jumlah Factorial ruang
ruang
Untuk musyawarah
Ruang diskusi dalam merumuskan 3 × 3 m2
1 1 9 m2
atau memutuskan
persoalan
Ruang dimana
Ruang operasi memproduksi dan
6m×4m
2 mesin pengolahan bahan 1 24 m2
menjadi pupuk
kompos
Ruang Ruang dimana
manajemen menjadi kantor 3 × 3 m2
3 1 9 m2
keuangan utama sector
pendataan
Ruang Ruang
penyimpanan penampungan 5m × 3 m
4 1 15 m2
bahan semua bahan yang
didapat
Ruang Ruang pengemasan
pengemasan sekaligus tempat
5m × 3 m
5 produksi produksi akhir yang 1 15 m2
nantinya akan
menjadi produk

Table 1. Data kebutuhan ruang

8
3.1.2 Denah ukuran ruangan
13 m

3 × 3 m2
5m × 3 m 5m×3m

6m×4m

8m 3 × 3 m2
2m*
2m*

Gambar 2. Denah ukuran ruangan

3.1.3 Berikut disajikan bentuk denah secara spesifik

@
*
@ *

gambar 3. Bentuk spesifik ruangan

= meja bundar = bak tandon kompos

@
9
= pintu masuk dan keluar/2 pintu = mesin pencacah kompos
= kursi segi = mesin pres plastik
*
= pipa saluran = penapungan bahan kompos
=pintu toilet = tempat duduk
= meja persegi panjang = penyalur bahan pupuk

3.2 Analisa dan konsep tampilan


Untuk bentuk dan tampilan bangunan menerapkan Konsep Tri Angga dengan
membandingkan bentuk tubuh manusia yang terdiri dari kepala, badan, dan kaki. Konsep ini
akan di transformasikan ke dalam wujud bentuk dan tampilan bangunan yang juga mempunyai
unsur kepala, badan, dan kaki.

Gambar 4, desain tampak dari depan

10
Gambar 5, desain tampak dari samping

Gambar 6, desain tampak dari atas

11
Gambar 7, desain kerangka dari luar

3.2.1 Alat pembuatan kompos


Tipe Mekanisme Alat Pencacah

Alat Pencacah Kompos Alat pencacah kompos (Gambar ) merupakan salah satu alat
yang dapat membantu dalam proses pembuatan kompos secara anaerob dengan bahan baku
khususnya sampah organik dengan memperkecil ukuran (Sudrajat 2006). Sistem kerja alat ini
pada dasarnya sama dengan gilingan martil (hammer mill).

Alat pencacah kompos mempunyai 5 (lima) komponen utama, yaitu 1) rangka besi
(body); 2) pisau pemotong/penghancur, 3) saluran masuk (inlet); 4) saluran keluar (outlet); dan
5) Motor penggerak /diesel. Alat pencacah mempunyai tiga roda putar sehingga mudah
dipindahkan. Prinsip kerja alat pencacah adalah bahan yang akan dicacah dimasukkan melalui
saluran masuk, kemudiah dicacah oleh pisau pemotong, dan keluar melalui saluran keluar.
Putaran mesin dipindahkan ke poros untuk menggerakkan pisau pencacah melalui sabuk (belt).
Spesifikasi alat yang dihasilkan telah disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani sasaran. Alat
pencacah berdimensi p=165 cm, =90 cm, dan t=105 cm, terbuat dari plat besi 2 mm dan rangka
besi untuk konstruksi body-nya. Motor penggerak menggunakan mesin diesel bertenaga 7 PK,
sedangkan pisau pemotong terbuat dari baja dengan sistem knock down (dapat dibongkar
pasang). Untuk membantu mobilitas kerja, alat dilengkapi dengan roda penggerak bawah
sehingga mudah dipindahkan ke berbagai lokasi kerja. Alat pengecil ukuran ini dapat digunakan
untuk membantu proses pencacahan dan penghalusan berbagai macam bahan baku kompos,
seperti jerami, rumput gajah, ranting tanaman, bungkil kedelai, dan bahan organik lainnya
dengan kapasitas mencapai 300 – 400 kg/jam.

Alat yang dihasilkan cukup mudah dioperasikan. Pengguna hanya perlu melakukan 4
(empat) langkah penting operasi, yaitu: 1) menghidupkan mesin ketika mulai menjalankan alat 2)
mengatur kecepatan mesin hingga putarannya stabil (stationer) melalui sebuah tuas 3)
memasukkan bahan organik yang akan dicacah melalui saluran masuk 4) mematikan mesin
ketikai selesai menggunakan

12
Gambar 8, Mesin pencacah kompos

3.2.2 Pakaian
Pakaian adalah tameng utama yang menjadi pembatas kontak dengan sesuatu.Pakaian
juga tidak kalah penting dalam hal ini karena bermaksud sebagai pelingdung agar bahan
polusi tidak mengenai bagian tubuh lainnya dan melindungi dari bahan yang berbahaya
lainnya. Berikut adalah kategori pakaian yang di gunakan dalam kegiatan memilah bahan
untuk pupuk kompos:

Gambar 9. Kategori pakaian

Desain pakai sangat berfariasi dan tergantung penggunaannya, sebagai contoh desain
pakaian kegiatan dikantor pastinya juga berbeda karena disesuaikan dengan lingkungan yang

13
ada, dan untuk desain pakai kegiatan pembuatan pupuk komos ini memiliki desain yang standar.
Pakaian tersebut dirancang melindungi pekerja yang bersentuhan dengan bahan yang lunak
maupun keras.

Gambar 10. Kategori pakaian 2

Selanjutnya yang tidak kalah penting adaah sarung tangan karena srung tangan
berfungsi sebagai pembatas agar para pekerja tidak bersentuhan langsing dengan sesuatu yang
dilakukan. Sarung tangan juga menjadi agen penting dalam kegiatan agar pekerj tidak terpapar
kumn mupun bakteri.

Gambar 11.sarung tangan

Selanjutnya ada masker sebagai pelindung utama dalam kegiatan yang bersifat rentan
terpapa kuman, virus, bakteri, maupunn parasite yang menjadi penyakit nantinya jika terpapar
langsung. Masker sangat berperan penting sebagai benteng jalan masuknya kuman dari saluran
pernapasan dan pencernaan.

14
Gambar 12. Masker pelindung

Gambar 13. Sepatu boat

3.2.3 Karyawan
Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu tempat dengan pengaruh yang tinggi
karena jika para pekerja atau karywan ini dibekerja dengan baik dan benar maka suatu
kegiatan yang dirancang akan cepat selesai namun dengan beerapa factor diantaranya
adalah (1) kualitas karyawan (2) jumlah karyawan. Semakin berkualitas karyawan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin meningkat pula efektifitas pekerjaan
perusahaan namun begitu pula degan sebalikya. Dan jumlah karyawan yang ada juga
menentukan cepat dan lanbat dalam proses pengerjaan, semakin banyak karyawan yang
dimiliki maka akan semakin cepat proses aktifitas yang akan dibuat begitupula
sebaliknnya.

15
3.2.4 Produksi
Produksi adalah proses pengemasan produk yang siap disalurkan kepada yang
membutuhkan dengan pengadaan yang bertujuan secara berkala maupun terus menerus.
Produksi juga menjadi item utama yang nantinya akan diperkenalkan kepada masyarakat.
Semakin banyak minat dan kebutuhn yang dinginkan oleeh produsen maka semakin
banyak pula roduksi yang kan dikeluarkan oleh suatu perusahaan/ pabrik/ suatu usaha.
Maka dari itu produksi menjadi komponen penggerak usaha yang ada.

Berikut adalah data rincian usaha yang akan dibangun;

N
NAMA BARANG JUMLAH HARGA JUMLAH HARGA
O
1 Semen 3 roda 75 sak Rp. 55.000,-/sak Rp. 4.125.000,-
Batu bata ringan putih
2 500 buah Rp. 10.000,-/buah Rp. 5.000.000,-
10 × 20 × 60 cm
3 Keramik 50 dus Rp. 104.000,-/dus Rp. 55.000,-
4 Kusin jendela 22 buah Rp. 800.000,-/buah Rp. 5.200.000,-
5 Atap alderon 20 buah Rp. 155.000,-/buah Rp. 3.100.000,-
Mesin pencacah Rp.
6 4 buah Rp. 9.000.000,-
pupuk 2.250.000,-/buah
7 Mesin pres plastic 2 buah Rp. 180.000,-/buah Rp. 360.000,-
Rp.
8 Pipa clipsa besar 5/8 5 buah Rp. 95.000,-
19.000,-/batang
Rp.
9 Meja kayu panjang 2 buah 350.000,-/120cm/b Rp. 55.000,-
uah
10 Kursi plastic 25 buah Rp. 40.000,-/buah Rp. 1.050.000,-
Rp. 3.500.000,-/2
11 Pintu kayu 2 pintu 3 buah Rp. 55.000,-
buah
Kerangka atap Rp.
12 40 buah Rp. 10.500.000,-
aluminium 70.000,-/9m/buah
Rp.
13 Laptop 1 buah Rp. 5.000.000,-
5.000.000,-/buah
Rp.
14 Meja bundar 1 buah Rp. 1.500.000,-
1.500.000,-/meja

16
15 Pintu plastic 6 buah Rp. 175.000,-/pintu Rp. 1.050.000,-
Rp.
16 Tendon air 4 buah 400.000,-/500ml Rp. 1.600,000,-
/tandon
Pakaian APD (sarung Rp. 1.000.000,-/
17 1 pasang Rp. 1.000.000,-
tangan+ masker paket lengap
Rp.
18 Sepatu boat 1 pasang Rp. 350.000,-
250.000,-/pasang

Total harga: Rp. 48.595.000,-

Table 2. Rincian data yang dibutuhkan


Dalam memproduksi pupuk untuk pemasaran, dalam hal ini menggunakan dua tipe
produksi yaitu dalam kemasan enceran berupa pcs/kilogram dan sak/kilogram tentunya
dengan manajemen keuangan yang berbeda pula, rancangan ini sengaja dibuat agar
sewaktu-waktu dapat digunakan untuk memutar manajemen keuangan.

Manajemen Keuangan dengan tipe produksi pcs/kg


Jenis pupuk yang akan diproduksi adalah bentuk serbuk per satu koligram, dengan
kemasan plastic pack/kg. Dalam sehari akan memproduki sebanyak 500 pupuk kompos
dengan data keuangan sebagai berikut:

Sehari 500 pack/kg × Rp 5.000 = Rp 2.500.000, per hari


 Rp 2.500.000, × 30 hari = Rp 75.000.000, per bulan
 Rp 2.500.000, × 365 hari = Rp 912.500.000, per tahun
Kemudian sewa angkutan barang berupa mobil pick up kapasitas 800 kg
 Rp 600.000/hari × 30 hari = Rp 18.000.000,- per bulan= Rp 219.000.000,- per
tahun (Jabodetabek)

Total keuntungan
Modal awal+ sewa angkutan/tahun – hasil produksi/tahun
Rp. 48.595.000,- + Rp 219.000.000,- - Rp 912.500.000,- = Rp 644.905.000,-per tahun

17
Manajemen Keuangan dengan tipe produksi sak/kg
1. Pengeluaran
Rincian baiaya dibawah ini dihitung pengeluaran per bulannya

No Jenis Pengeluaran Jumlah Harga Total harga


(Rp/satuan) (Rp/selama 1 bulan)
1. Bahan habis pakai 5.000.000
2. Transportasi 1 mobil pick up 600.000 18.000.000
3. Biaya penyusut alat 5.000.000
4. Tenaga kerja 8 orang 2.000.000 16.000.000
5. Karung 16 biji/hari 2.000 960.000
6. Biaya tak terduga 3.040.000
Jumlah anggaran

Jumlah Rp. 48.000.000,00


Terbilang Empat Puluh Delapan Juta Rupiah

2. Pemasukan
Rincian biaya dibawah ini dihitung pemasukan per bulannya

No Jenis Pemasukan Jumlah Harga Total Harga


. (perhari) (Rp/satuan) (selama 1 bulan)
1. Jual pupuk kompos 16 sak 100.000 48.000.000
Jumlah aggaran

Jumlah Rp. 48.000.000,00


Terbilang Empat Puluh Delapan Juta Rupiah

BAB IV
Kesimpulan

18
1. Penggunaan pupuk kimia atau anorganik sangat banyak penggemar tidak hanya
dikalangan petani tetapi juga masyarakat juga gemar menggunakannya karena
dianggap praktis dan mudah namun harganya terbilang terjangkau. Seiring
dengan penggunaan pupuk berbahan kimia in terlalu berlebihan juga banya
dampak negative yang ditimbulkan didalamnya seperti pencemaran tanah dan
sebagainya.
2. Maka dari itu itu munculah solusi yaitu dengan mengunakan pupuk organic yang
kinisudah mulai dikenal oleh petani-petani di Indonesia atau sering disebut petani
organic yang didalamnya menggunakan bahan alami yang mudah didapatkan
dengan memanfaatkan barang-barang sekitar berupa jenis limbah maupun sisa-
sisa makanan.
3. Penggunaan mesin pada pencacahan kompos dapat meningkatkan produksi
kompos karena ukuran bahan yang di komposkan menjadi lebih kecil sehingga
lebih mudah terurai. Dengan adanya pupuk organic ini diharapkan dapat
mengurangi penggunakan pupuk kimia yang berlebihan dan juga mencemari
lingkungan.

Daftar Pustaka

19
AOI. 2011. Produsen dan Produk Organik Bersertifikat Meningkat. Bogor.
http://www.organicindonesia.org/05infodata -news.php?id=221 diunduh 29 Maret 2011.

FAO. 2013. http://faostat.fao.org. Fertilizer consumption by country. FAO, Rome, Ital

IFOAM. 2008. The World of Organic Agriculture - Statistics & Emerging Trends 2008.
http://www.soel.de/fachtheraaii downloads/s_74_l O.pdf.

Inawati, L. 2011. Manajer Mutu dan Akses Pasar Aliansi Organis Indonesia (AOI), semiloka
“Memajukan Pertanian Organis di Indonesia: Peluang dan Tantangan kedepan”.
Yayasan Bina Sarana Bhakti di Cisarua, Bogor, Jawa Barat (14/3/2011)

Nisandi. (2007) Pengolahan Dan Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Briket Arang Dan Asap
Cair. Seminar Nasional Teknologi 2007.

Kurniati, S. (2013) Pembuatan Kompos Skala Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Upaya
Penanganan Masalah Sampah Di Kota Mataram. Media Bina Ilmiah, 7.

Roidah, I. A. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo Vol. 1. No.1 I.G.A. Kasmawan, G.N. Sutapa, dan
I.M. Yuliara VOLUME 17 NO. 02, APRIL 2018  |  72

Sentana, S. 2010. Pupuk Organik, Peluang dan Kendalanya Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya
Alam Indonesia Yogyakarta. ISSN 1693–4393

Sudrajat. 2006. Mengelola Sampah Perkotaan. Penebar Swadaya. Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai