JAKARTA 2016
-1-
MUKADIMAH
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui perjuangan panjang dan sarat
dengan pengorbanan pejuang kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
bangsa Indonesia telah berhasil memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945.
Salah satu upaya penting mewujudkan kesejahteraan, masyarakat yang adil dan
makmur perlu secara terus menerus dilakukan pembangunan kesehatan.
Penata Anestesi sebagai bagian penting dari tenaga kesehatan bertekad bulat untuk
mendukung dan berperan aktif dalam mengisi pembangunan kesehatan dan
menyelenggarakan upaya kesehatan, yang berhimpun dalam wadah yang disebut
Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI).
Sejalan dengan itu, dan didorong oleh tekad yang kuat dalam rangka meningkatkan
peran Anggota Organisasi Profesi Ikatan Penata Anestesi Indonesia serta darma
baktinya dalam menjalankan Tugas Pokok secara professional, maka dengan
memohon Rahmat dan Ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, kami sepakat menetapkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Penata Anestesi Indonesia
sebagai acuan dan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Organisasi IPAI di Seluruh
Indonesia.
BAB I
PENGERTIAN UMUM
Pasal 1
(1) Ikatan Penata Anestesi Indonesia selanjutnya disebut IPAI adalah organisasi yang
menghimpun tenaga Penata Anestesi sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan.
(2) Anggaran dasar adalah Anggaran Dasar Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI)
yang merupakan keseluruhan aturan yang mengatur secara langsung kehidupan
organisasi untuk terselenggaranya tertib organisasi, yang ditetapkan dalam
Musyawarah Nasional (MUNAS) atau Musyawarah Nasional Luar Biasa(MUNASLUB)
(3) Anggaran Rumah Tangga adalah merupakan petunjuk teknis atau penjelasan
lebih rinci dari Anggaran Dasar Ikatan Penata Anestesi Indonesia yang disusun dan
ditetapkan dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
(5) Penata anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau penata anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Anggota Kehormatan adalah setiap orang yang diangkat dan diterima sebagai
anggota atas dasar penilaian dan penghargaan karena berjasa dalam memajukan
pengembangan ilmu yang bermanfaat bagi pengembangan dan pembangunan
kesehatan nasional dan/atau telah banyak berjasa terhadap Ikatan Penata Anestesi
Indonesia.
(7) Dewan Pengurus Pusat yang selanjutnya disebut DPP adalah pengurus tingkat
pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) berkedudukan di Ibu Kota Negara.
(8) Dewan Pengurus Daerah yang selanjutnya disebut DPD adalah pengurus Ikatan
Penata Anestesi Indonesia tingkat provinsi yang berkedudukan di Provinsi/Daerah
Khusus/Daerah Istimewa.
(9) Dewan Pengurus Cabang yang selanjutnya disebut DPC adalah pengurus Ikatan
Penata Anestesi Indonesia tingkat kabupaten/kota yang berkedudukan di
Kabupaten/Kota.
(10) Kode Etik dan Disiplin adalah Kode Etik dan Disiplin Ikatan Penata Anestesi
Indonesia.
BAB II
Pasal 2
NAMA
(2) Organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada mulanya bernama
IKATAN PERAWAT ANESTESI INDONESIA disingkat IPAI, yang didirikan di Jakarta
pada tanggal 1 Oktober 1986.
(4) Ikatan Penata Anestesi Indonesia berulang tahun pada tanggal 11 Mei.
Pasal 3
TEMPAT KEDUDUKAN
(1) Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) berkedudukan di wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan sekretariat berada di Ibu Kota Negara.
(2) Ikatan Penata Anestesi Indonesia membentuk Dewan Pengurus Daerah (DPD) di
wilayah Provinsi, yang terdapat sekurang-kurangnya15 (lima belas) Penata
Anestesi.
(3) Ikatan Penata Anestesi Indonesia membentuk Dewan Pengurus Cabang (DPC) di
wilayah Kabupaten/Kota, yang terdapat sekurang-kurangnya 5 (lima) Penata
Anestesi.
(4) Penata Anestesi yang berada dalam daerah Provinsi di mana belum dapat dibentuk
DPD bergabung dengan DPD terdekat sebagaimana ditetapkan DPP IPAI.
(5) Penata Anestesi yang berada dalam daerah Kabupaten/Kota di mana belum
dapat dibentuk DPC bergabung dengan DPC terdekat sebagaimana ditetapkan
DPD IPAI.
(6) Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat berada di
Ibukota Negara.
(7) Dewan Pertimbangan dan Pengawas Ikatan Penata Anestesi Indonesia berada
di Ibukota Negara/Ibukota Propinsi/Daerah Khusus/Daerah Istimewa.
(8) Kolegium Ilmu Keperawatan Anestesi untuk Penata Anestesi merupakan
perangkat organisasi DPP Ikatan Penata Anestesi Indonesia berada di Ibukota Negara.
(9) Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia dapat
berada di Ibukota Negara/Ibukota Propinsi/Daerah Khusus/Daerah Istimewa.
(10) Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia berada di Ibukota
Propinsi/Daerah Khusus/Daerah Istimewa.
(11) Dewan Pengurus Cabang Ikatan Penata Anestesi Indonesia berada di Ibukota
Kabupaten/Kota.
BAB III
Pasal 4
AZAS
SIFAT
Pasal 6
(1) Maksud dan Tujuan Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah meningkatkan
kualitas profesi Penata Anestesi dengan cara menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan, termasuk pendidikan dan pelatihan, yang bertujuan menunjang:
(2) Tugas dan Wewenang Ikatan Penata Anestesi Indonesia sebagai berikut :
-6-
f. Membentuk Kolegium sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
(3) Untuk mencapai tujuan Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) berupaya:
KEANGGOTAAN
Pasal 7
a. anggota biasa;
c. anggota kehormatan.
-7-
b. Penata Anestesi lulusan Akademi Anestesi atau Akpernes atau Pampernes;
dan
(3) Anggota Luar Biasa Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah setiap orang yang
telah berkarya dan mempunyai aktivitas dalam bidang kepenataan anestesi.
(4) Anggota Kehormatan Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah setiap orang
yang memiliki kepedulian dan telah berjasa terhadap IPAI
(5) Anggota IPAI mempunyai hak dan kewajiban yang sama, kecuali Anggota
Kehormatan.
(6) Anggota Biasa berhak mengeluarkan suara dalam Musyawarah Nasional dan
Musyawarah Nasional Luar Biasa.
(8) Anggota Biasa IPAI mempunyai hak memilih dan dipilih untuk menduduki jabatan
pengurus DPP, DPD, DPC, Dewan Pertimbangan dan Pengawas, Kolegium dan
Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia .
a. Meninggal dunia.
-8-
BAB V
ORGANISASI
Pasal 8
Struktur kelembagaan Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) terdiri dari Pembina,
Badan Legislatif, Dewan Pembina dan Pengawas, dan Badan Eksekutif.
Pasal 9
(1) Pembina adalah Organisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi
Intensif yang berada di Tingkat DPP, DPD dan DPC.
(3) Badan Eksekutif terdiri dari Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus
Daerah, serta Dewan Pengurus Cabang.
(4) Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas DPP DPD, dan DPC yang ditentukan
oleh ketua terpilih dalam munas | munas luar biasa | musda | musda luar biasa |
muscab | muscab luar biasa.
(5) Badan atau lembaga lain adalah Badan atau lembaga yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu apabila diperlukan sebagai kelengkapan Dewan
Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia
untuk mencapai tujuan organisasi.
Pasal 10
1. Ketua umum;
6. Sekretaris Jenderal.
7. Bendahara umum.
8. Wakil Bendahara.
Pasal 11
- 10 -
b. Ketua Umum berhak dan berwenang mewakili DPP dan karenanya
mewakili IPAI kedalam dan keluar untuk setiap kegiatan yang
berhubungan dengan IPAI;
Pasal 12
(1) Dewan Pengurus Pusat bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan tugasnya
untuk kepentingan Ikatan Penata Anestesi guna mencapai maksud dan tujuan
IPAI.
(2) DPP wajib mempertanggung jawabkan semua tindakan yang telah dilakukan
selama kepengurusannya kepada anggota dalam Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa.
Pasal 13
(1) Masa bhakti Dewan Pengurus PusatIkatan Penata Anestesi Indonesia adalah 5
(lima) tahun.
(2) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia dipilih
melalui Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
(3) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat
dipilih sebanyak-banyaknya untuk 2 (dua) kali masa bhakti, semenjak ditetapkan
anggaran dasar ini.
- 11 -
(4) Kelengkapan Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia disusun
oleh Formatur.
(5) Formatur dipimpin oleh Ketua Umum terpilih dengan anggota genap paling
banyak berjumlah 7 (tujuh) termasuk Ketua Umum.
(7) Pergantian Pengurus Dewan Pimpinan Pusat menjadi kewenangan Ketua Umum.
(8) Keanggotaan Dewan Pengurusan Pusat berakhir dengan sendirinya jika yang
bersangkutan:
a. meninggal dunia;
(9) Jika terdapat jabatan yang lowong, maka dilakukan pergantian antar waktu, untuk
selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 14
(2) Khusus untuk Ketua Umum, telah menjadi Anggota Biasa IPAI se kurang-
kurangnya 5 (lima) tahun terhitung sampai tanggal pencalonannya, sedangkan
khusus untuk Ketua DPD, telah menjadi Anggota Biasa IPAI se kurang-kurangnya
3 (tiga) tahun terhitung sejak sampai tanggal pencalonannya.
- 12 -
(3) Tidak pernah dikenakan sangsi atau tindakan disiplin karena melanggar Kode Etik
dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia berdasarkan putusan Dewan
Pertimbangan dan Pengawas.
(4) Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara karena melakukan tindakan pidana
kejahatan dengan ancaman pidana 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum tetap.
Pasal 15
(1) Tiap-tiap Dewan Pengurus Daerah berhak mengajukan 1 (satu) orang calon Ketua
Umum, dengan ketentuan bahwa Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Nasional Luar Biasa hanya akan melakukan pemilihan terhadap calon Ketua
Umum yang didukung minimal 5 (lima) DPD.
(2) Calon Ketua Umum dari DPD dipilih oleh Rapat Anggota DPD, kemudian DPD
mengajukan nama calon Ketua Umum tersebut dalam pemilihan di Musyawarah
Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
(3) Nama-nama calon Ketua Umum harus diusulkan dalam Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa sebelum acara pemilihan Ketua Umum dimulai.
(4) Tata cara pemilihan Ketua Umum akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 16
a. Ketua;
b. wakil ketua;
c. bidang organisasi;
d. bidang kesejahteraan;
g. Sekretaris;
h. wakil sekretaris;
i. bendahara;dan
j. wakil bendahara;
(2) Kebutuhan jumlah dan personalia struktur organisasi pengerus disesuaikan
kebutuhan.
(3) Masa bhakti Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah 5
(lima) tahun.
(4) Ketua Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia dipilih melalui
Musyawarah Daerah atau Musyawarah Daerah Luar Biasa.
(5) Ketua Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat dipilih
sebanyak-banyaknya untuk 2 (dua) kali masa bakti, semenjak anggaran dasar ini
ditetapkan.
(6) Kelengkapan Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia disusun
oleh TIM Formatur
(7) TIM Formatur dipimpin oleh Ketua terpilih dengan anggota genap paling banyak
berjumlah 7 (tujuh) termasuk Ketua.
(8) Anggota TIM Formatur dipilih melalui Musyawarah Daerah atau Musyawarah
Daerah Luar Biasa.
Pasal 17
(1) Dewan Pengurus Daerah berfungsi sebagai perwakilan dari Dewan Pengurus
Pusat yang ditempatkan di tempat kedudukan di ibukota Provinsi/ Provinsi Daerah
Khusus/ Provinsi Daerah Istimewa.
(2) Menjalankan tugas – tugas yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.
(4) Berwenang mewakili Dewan Pengurus Pusat hadir dalam pertemuan/rapat yang
diadakan oleh cabangdi lingkungan wilayahnya.
Pasal 18
Pasal 19
c. anggota; dan
d. Dewan Pengarah;
(3) Masa bhakti Kolegium Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah 5 (lima)
tahun.
Pasal 20
(1) Struktur Organisasi Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi
Indonesia.
a. ketua;
b. sekretaris;
(2) Masa bhakti Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi
Indonesia adalah 5 (lima) tahun;
(3) Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia
Pusat, dipilih dan ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat;
(4) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Majelis Kehormatan Kode Etik dan
Disiplin Penata Anestesi Indonesia, harus dipenuhi syarat sebagai berikut:
d. berkelakuan baik;
e. cakap, jujur, memiliki moral, etika, dan integritas yang tinggi serta
memiliki reputasi yang baik;
(6) Disiplin Ikatan Penata Anestesi Indonesia diatur lebih lanjut dalam peraturan
organisasi.
(7) Tugas dan Wewenang Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata
Anestesi Indonesia :
(8) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan
Penata Anestesi dalam menjalankan praktik Kepenataan Anestesi dapat
mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Kode Etik dan
Disiplin Penata Anestesi Indonesia.
a. identitas pengadu;
b. nama dan alamat tempat praktik penata anestesi dan waktu tindakan
dilakukan;dan
c. alasan pengaduan.
(10) Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia memeriksa
dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan kode
etik dan disiplin penata anestesi Indonesia.
(12) Keputusan Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia
mengikat seluruhanggota IPAI.
(13) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dapat berupa dinyatakan tidak
bersalah atau pemberian sanksi.
(14) Sanksi Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dapat berupa:
- 17 -
a. pemberian peringatan tertulis;
(15) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan kasus, tata cara
pengaduan, dan tata cara pemeriksaan serta pemberian keputusan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga IPAI.
BAB V
RAPAT
Pasal 21
JENIS RAPAT
a. Musyawarah Nasional;dan
a. Musyawarah Daerah;dan
a. Musyawarah Cabang;dan
Pasal 22
KEKAYAAN
a. Uang Pangkal
b. Iuran Anggota
(2) Aset-aset yang bergerak dan aset-aset yang tidak bergerak yang dikuasai
organisasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(1). Anggaran keuangan IPAI direncanakan dan diperhitungkan untuk tiap tahun
serta diselenggarakan secara transparan dan akuntabel.
(2). Tahun buku IPAI dimulai dari tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31
Desember setiap tahun tahun takwim dan setiap akhir tahun dilakukan penutupan
tahun buku.
BAB VII
Pasal 24
(1) Lambang dan makna lambang Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah
sebagaimana terlampir dalam Lampiran I Anggaran Dasar ini.
(2) Mars Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah sebagaimana terlampir dalam
Lampiran II Anggaran Dasar ini.
- 19 -
(3) Lambang, makna Lambang dan Mars Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat
diubah melalui Musyawarah Nasional.
BAB VIII
Pasal 25
(1) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan
melalui Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah Nasional Luar Biasa dalam
rangka mengikuti perkembangan peraturan perundang undangan.
(2) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat dilaksanakan
apabila diusulkan sekurang-kurangnya oleh 2/3 jumlah Dewan Pengurus Daerah.
Pasal 26
PEMBUBARAN ORGANISASI IPAI
(1) Pembubaran organisasi Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat dilakukan melalui
Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut
dihadiri sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) jumlah Anggota IPAI.
(2) Jika kuorum dimaksud dalam ayat (1), tidak terpenuhi, maka Musyawarah Nasional
Luar Biasa ditunda selama sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam agar
dapat terpenuhi kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1).
(3) Musyawarah Nasional Luar Biasa kedua tersebut adalah sah jika pada
Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut sedikitnya di hadiri ¾ (tiga perempat)
jumlah Anggota IPAI yang diwakili oleh Utusan DPD sesuai dengan ketentuan.
(4) Keputusan pembubaran itu adalah sah jika disetujui oleh sekurang-kurangnya ¾
(tiga perempat) dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah dalam
Musyawarah Nasional Luar Biasa.
(5) Pembubaran IPAI harus diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia.
- 20 -
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dimuat dalam Anggaran Rumah
Tangga dan/atau keputusan/peraturan organisasi DPP IPAI.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
(1) Anggaran Dasar ini di sah kan oleh musyawarah Nasional Luar Biasa pada
tanggal 9 Oktober 2016 di Denpasar.
(2) Dengan diberlakukannya Anggaran Dasar ini pada saat tanggal ditetapkan
maka Anggaran Dasar yang lalu dinyatakan tidak berlaku lagi.
(3) Agar setiap anggota mengetahuinya DPP IPAI wajib mengumumkan dan
menyebarluaskan Anggaran Dasar ini kepada setiap anggota melalui
kepengurusan secara hirarkis ditingkat bawahnya.
Ditetapkan di : Denpasar