Anda di halaman 1dari 45

ANGGARAN DASAR

IKATAN PENATA ANESTESI INDONESIA

JAKARTA 2016

-1-
MUKADIMAH

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui perjuangan panjang dan sarat
dengan pengorbanan pejuang kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
bangsa Indonesia telah berhasil memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945.

Untuk mengisi kemerdekaan tersebut dan dalam rangka mewujudkan cita-cita


bangsa sebagaimana telah digariskan dalam pembukaan UUD 1945, maka semua
komponen bangsa harus turut melaksanakannya.

Salah satu upaya penting mewujudkan kesejahteraan, masyarakat yang adil dan
makmur perlu secara terus menerus dilakukan pembangunan kesehatan.
Penata Anestesi sebagai bagian penting dari tenaga kesehatan bertekad bulat untuk
mendukung dan berperan aktif dalam mengisi pembangunan kesehatan dan
menyelenggarakan upaya kesehatan, yang berhimpun dalam wadah yang disebut
Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI).

Sejalan dengan itu, dan didorong oleh tekad yang kuat dalam rangka meningkatkan
peran Anggota Organisasi Profesi Ikatan Penata Anestesi Indonesia serta darma
baktinya dalam menjalankan Tugas Pokok secara professional, maka dengan
memohon Rahmat dan Ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, kami sepakat menetapkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Penata Anestesi Indonesia
sebagai acuan dan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Organisasi IPAI di Seluruh
Indonesia.
BAB I

PENGERTIAN UMUM

Pasal 1

Dalam Anggaran Dasar ini yang dimaksud dengan:

(1) Ikatan Penata Anestesi Indonesia selanjutnya disebut IPAI adalah organisasi yang
menghimpun tenaga Penata Anestesi sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan.

(2) Anggaran dasar adalah Anggaran Dasar Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI)
yang merupakan keseluruhan aturan yang mengatur secara langsung kehidupan
organisasi untuk terselenggaranya tertib organisasi, yang ditetapkan dalam
Musyawarah Nasional (MUNAS) atau Musyawarah Nasional Luar Biasa(MUNASLUB)

(3) Anggaran Rumah Tangga adalah merupakan petunjuk teknis atau penjelasan
lebih rinci dari Anggaran Dasar Ikatan Penata Anestesi Indonesia yang disusun dan
ditetapkan dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(4) Pembina Organisasi Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah Perhimpunan


Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif

(5) Penata anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau penata anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(6) Anggota Kehormatan adalah setiap orang yang diangkat dan diterima sebagai
anggota atas dasar penilaian dan penghargaan karena berjasa dalam memajukan
pengembangan ilmu yang bermanfaat bagi pengembangan dan pembangunan
kesehatan nasional dan/atau telah banyak berjasa terhadap Ikatan Penata Anestesi
Indonesia.

(7) Dewan Pengurus Pusat yang selanjutnya disebut DPP adalah pengurus tingkat
pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) berkedudukan di Ibu Kota Negara.

(8) Dewan Pengurus Daerah yang selanjutnya disebut DPD adalah pengurus Ikatan
Penata Anestesi Indonesia tingkat provinsi yang berkedudukan di Provinsi/Daerah
Khusus/Daerah Istimewa.
(9) Dewan Pengurus Cabang yang selanjutnya disebut DPC adalah pengurus Ikatan
Penata Anestesi Indonesia tingkat kabupaten/kota yang berkedudukan di
Kabupaten/Kota.

(10) Kode Etik dan Disiplin adalah Kode Etik dan Disiplin Ikatan Penata Anestesi
Indonesia.

BAB II

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 2

NAMA

(1) Organisasi bernama Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI)

(2) Organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada mulanya bernama
IKATAN PERAWAT ANESTESI INDONESIA disingkat IPAI, yang didirikan di Jakarta
pada tanggal 1 Oktober 1986.

(3) IKATAN PERAWAT ANESTESI INDONESIA berganti nama menjadi IKATAN


PENATA ANESTESI INDONESIA selanjutnya disingkat IPAI, merupakan persesuaian
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dalam bahasa inggris di
sebut Indonesian Assosiation of Nurse Anesthetics (IANA).

(4) Ikatan Penata Anestesi Indonesia berulang tahun pada tanggal 11 Mei.

Pasal 3

TEMPAT KEDUDUKAN

(1) Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) berkedudukan di wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan sekretariat berada di Ibu Kota Negara.
(2) Ikatan Penata Anestesi Indonesia membentuk Dewan Pengurus Daerah (DPD) di
wilayah Provinsi, yang terdapat sekurang-kurangnya15 (lima belas) Penata
Anestesi.

(3) Ikatan Penata Anestesi Indonesia membentuk Dewan Pengurus Cabang (DPC) di
wilayah Kabupaten/Kota, yang terdapat sekurang-kurangnya 5 (lima) Penata
Anestesi.

(4) Penata Anestesi yang berada dalam daerah Provinsi di mana belum dapat dibentuk
DPD bergabung dengan DPD terdekat sebagaimana ditetapkan DPP IPAI.

(5) Penata Anestesi yang berada dalam daerah Kabupaten/Kota di mana belum
dapat dibentuk DPC bergabung dengan DPC terdekat sebagaimana ditetapkan

DPD IPAI.

(6) Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat berada di
Ibukota Negara.

(7) Dewan Pertimbangan dan Pengawas Ikatan Penata Anestesi Indonesia berada
di Ibukota Negara/Ibukota Propinsi/Daerah Khusus/Daerah Istimewa.
(8) Kolegium Ilmu Keperawatan Anestesi untuk Penata Anestesi merupakan
perangkat organisasi DPP Ikatan Penata Anestesi Indonesia berada di Ibukota Negara.

(9) Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia dapat
berada di Ibukota Negara/Ibukota Propinsi/Daerah Khusus/Daerah Istimewa.

(10) Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia berada di Ibukota
Propinsi/Daerah Khusus/Daerah Istimewa.
(11) Dewan Pengurus Cabang Ikatan Penata Anestesi Indonesia berada di Ibukota
Kabupaten/Kota.
BAB III

AZAS, SIFAT, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 4

AZAS

Ikatan Penata Anestesi Indonesia berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pasal 5

SIFAT

(1) Ikatan Penata Anestesi Indonesia sebagai organisasi profesi merupakan


Organisasi berbadan hukum yang menghimpun seluruh Anggota Penata Anestesi,
yang bersifat terbuka, mandiri, demokratis, moderat dan berorientasi pada
pengabdian profesi penata anestesi serta bebas dari pengaruh politik praktis.

(2) Sebagai satu-satunya organisasi profesi penata anestesi di Indonesia, maka


setiap penata anestesi wajib masuk menjadi anggota dan bernaung di dalamnya.

Pasal 6

MAKSUD DAN TUJUAN

(1) Maksud dan Tujuan Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah meningkatkan
kualitas profesi Penata Anestesi dengan cara menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan, termasuk pendidikan dan pelatihan, yang bertujuan menunjang:

a. pelaksanaan tugas pelayanan asuhan kepenataan anestesi, baik di


dalam praanestesi, intraanestesi dan pascaanestesi;
b. pelaksanaan tugas pelayanan asuhan kepenataan anestesi di bawah
pengawasan dan/atau atas pelimpahan wewenang secara mandat dari
dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain;
c. pelaksanaan tugas pelayanan asuhan kepenataan anestesi
berdasarkan penugasan pemerintah sesuai kebutuhan;
d. ikut serta memberikan andil bagi pengembangan dan peningkatan
derajat kesehatan rakyat indonesia;

e. pengembangan ilmu dan pelayanan kepenataan anestesi;

f. pengembangkan dan peningkatan kesejahteraan anggotanya; dan


g. memberi perlindungan kepada anggota Ikatan Penata Anestesi
Indonesia dalam menjalankan tugas profesi.

(2) Tugas dan Wewenang Ikatan Penata Anestesi Indonesia sebagai berikut :

a. Membuat dan senantiasa memperbaharuai laporan tahunan


perubahan jumlah anggota IPAI;

b. Menetapkan Sekretariat IPAI;

c. Menetapkan dan menjalankan Kode Etik dan Disiplin bagi Anggota


IPAI;
d. Melaksanakan pengawasan terhadap Anggota IPAI dalam
menjalankan profesinya untuk selalu menjunjung tinggi pelaksanaan
Kode Etik dan Disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;

e. Membentuk Dewan Pertimbangan dan Pengawas;

-6-
f. Membentuk Kolegium sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;

g. Membentuk Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi


Indonesia;dan
h. Memberikan teguran lisan,tertulis, melakukan pemberhentian
sementara dan atau pemberhentian tetap terhadap Anggota IPAI
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

(3) Untuk mencapai tujuan Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) berupaya:

a. Membantu pemerintah melancarkan program-program kesehatan


khususnya kepenataan anestesi.
b. Aktif membantu pemerintah dalam pengembangan ilmu kepenataan
anestesi.
c. Memelihara, memupuk dan meningkatkan kualitas pelayanan anestesi.
d. Bekerja sama dengan organisasi profesi tenaga kesehatan lain baik
secara regional, bilateral, multilateral dan internasional.
e. Menghimpun anggota dengan semangat kebersamaan, kepedulian,
kedisiplinan, dan kemandirian.
f. Melakukan pendidikan dan pelatihan baik dalam bentuk pendidikan
formal maupun pendidikan berkelanjutan.
g. Melakukan bimbingan belajar bagi calon penata anestesi baik secara
individu maupun kelompok melalui pembekalan, teori, praktik, seminar
dan atau kegiatan ilmiah lain; dan
h. melakukan kegiatan pengabdian masyarakat sesuai dengan
kompetensinya baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan pihak
terkait
i. Membentuk badan / lembaga yang dapat memberikan kesejahteraan
anggota.
BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 7

HAK DAN KEWAJIBAN

(1) Keanggotaan IPAI, terdiri dari:

a. anggota biasa;

b. anggota luar biasa; dan

c. anggota kehormatan.

(2) Anggota Biasa adalah :

a. Penata Anestesi lulusan DIV Keperawatan Anestesi

-7-
b. Penata Anestesi lulusan Akademi Anestesi atau Akpernes atau Pampernes;
dan

c. Tenaga Keperawatan yang telah mengikuti pelatihan anestesiologi dan


memilih berpraktik sebagai penata anestesi atau bertugas di pelayanan
anestesi;

(3) Anggota Luar Biasa Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah setiap orang yang
telah berkarya dan mempunyai aktivitas dalam bidang kepenataan anestesi.

(4) Anggota Kehormatan Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah setiap orang
yang memiliki kepedulian dan telah berjasa terhadap IPAI

(5) Anggota IPAI mempunyai hak dan kewajiban yang sama, kecuali Anggota
Kehormatan.

(6) Anggota Biasa berhak mengeluarkan suara dalam Musyawarah Nasional dan
Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(7) Anggota Kehormatan tidak berhak mengeluarkan suara dalam Musyawarah


Nasional dan Musyawarah Nasional Luar Biasa

(8) Anggota Biasa IPAI mempunyai hak memilih dan dipilih untuk menduduki jabatan
pengurus DPP, DPD, DPC, Dewan Pertimbangan dan Pengawas, Kolegium dan
Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia .

(9) Anggota Biasa IPAI berkewajiban:


a. Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, segala
peraturan dan keputusan IPAI, serta selalu menjaga dan
mempertahankan kehormatan IPAI.

b. Membayar iuran Anggota IPAI sesuai dengan ketentua; dan

c. Memiliki Kartu Tanda Anggota IPAI

(10) Keanggotaan IPAI berakhir dengan sendirinya jika yang bersangkutan:

a. Meninggal dunia.

b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri.

c. bertindak bertentangan dengan ketentuan organisasi profesi

d. dikenakan sanksi pemberhentian tetap dari profesinya sebagai


Anggota IPAI karena melanggar Kode Etik dan Disiplin Penata
Anestesi Indonesia dan Mencemarkan nama baik Profesi
e. Dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana dan telah
mendapatkan keputusan tetap dari pengadilan dengan ancaman
pidana paling lama 5 (lima) tahun.

-8-
BAB V

ORGANISASI

Pasal 8

Struktur kelembagaan Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) terdiri dari Pembina,
Badan Legislatif, Dewan Pembina dan Pengawas, dan Badan Eksekutif.

Pasal 9

(1) Pembina adalah Organisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi
Intensif yang berada di Tingkat DPP, DPD dan DPC.

(2) Badan Legislatif tertinggi adalah Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah


Nasional Luar Biasa.

(3) Badan Eksekutif terdiri dari Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus
Daerah, serta Dewan Pengurus Cabang.

(4) Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas DPP DPD, dan DPC yang ditentukan
oleh ketua terpilih dalam munas | munas luar biasa | musda | musda luar biasa |
muscab | muscab luar biasa.

(5) Badan atau lembaga lain adalah Badan atau lembaga yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu apabila diperlukan sebagai kelengkapan Dewan
Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia
untuk mencapai tujuan organisasi.

Pasal 10

DEWAN PENGURUS PUSAT (DPP)

Struktur organisasi terdiri dari:

1. Ketua umum;

2. Ketua 1 yang memimpin bidang Hukum dan Organisasi.

3. Ketua 2 yang memimpin bidang Pelayanan dan Pembinaan Anggota.

4. Ketua 3 yang memimpin bidang Pengembangan Pendidikan Keprofesian


Berkelanjutan (P2KB).
5. Ketua 4 yang memimpin bidang Kesejahteraan Anggota dan Hubungan
Kerjasama Nasional dan Internasional.

6. Sekretaris Jenderal.

7. Wakil Sekretaris 1 (satu) membantu Ketua 1 dan Ketua 2.

8. Wakil Sekretaris 2 (Dua) membantu Ketua 3 dan Ketua 4.

7. Bendahara umum.

8. Wakil Bendahara.
Pasal 11

KEWAJIBAN, HAK DAN WEWENANG PENGURUS

(1) Kewajiban Pengurus :

a. pengurus berkewajiban mentaati dan melaksanakan Anggaran Dasar,


Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi
Indonesia , Keputusan Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Nasional Luar Biasa, Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja Daerah;
b. pengurus berkewajiban dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab
mengelola dan menyelenggarakan kegiatan IPAI dengan tertib dan
teratur sesuai dengan maksud dan tujuan IPAI;
c. pengurus wajib memberikan pelayanan kepada anggota IPAI sesuai
dengan peraturan perundang-undangan serta Kode Etik dan Disiplin
Penata Anestesi Indonesia ;
d. pengurus wajib memberi kesempatan kepada anggota IPAI untuk
membela diri;
e. pengurus wajib merahasiakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
organisasi profesi yang tidak sepatutnya diketahui oleh umum;
f. pengurus wajib memberikan informasi yang lengkap dan dapat
dipertanggung jawabkan kepada seluruh anggota IPAI;dan
g. Pengurus wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati dalam
Musyawarah Kerja Nasional/Musyawarah Nasional/Musayawarah
Nasional Luar Biasa dan peraturan organisasi.

(2) Hak Pengurus.

a. pengurus berhak membuat peraturan-peraturan yang belum diatur


dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk mengatur jalannya
organisasi, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. pengurus berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, dan Kode Etik dan Disiplin Penata
Anestesi Indonesia ;

c. pengurus berhak menolak keinginan anggota yang bertentangan


dengan peraturan perundang-undangan, dan Kode Etik dan Disiplin
Penata Anestesi Indonesia;
d. pengurus berhak mendapat informasi yang lengkap dan jujur dari
anggota profesi IPAI;dan
e. pengurus berhak mendapatkan imbalan atas jasa yang diberikan
berdasarkan keputusan organisasi.

(3) Wewenang Pengurus DPP:

a. pengurus berwenang menentukan kebijakan organisasi IPAI;

- 10 -
b. Ketua Umum berhak dan berwenang mewakili DPP dan karenanya
mewakili IPAI kedalam dan keluar untuk setiap kegiatan yang
berhubungan dengan IPAI;

c. jika Ketua Umum berhalangan tetap maka dibentuk presidium yang


anggotanya terdiri dari Ketua 1 sampai dengan 4 dan Sekretaris
Jenderal.
d. Ketua DPP menetapkan peraturan kepegawaian IPAI termasuk
pengangkatan dan pemberhentian pegawai, penetapan gaji, dan
fasilitas lainnya termasuk pemberian penghargaan ataupun sanksi.

Pasal 12

TANGGUNG JAWAB DAN TUGAS PENGURUS DPP

(1) Dewan Pengurus Pusat bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan tugasnya
untuk kepentingan Ikatan Penata Anestesi guna mencapai maksud dan tujuan
IPAI.

(2) DPP wajib mempertanggung jawabkan semua tindakan yang telah dilakukan
selama kepengurusannya kepada anggota dalam Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(3) Untuk melaksanakan tanggung jawab pengurus berkewajiban:

a. membuat rencana strategis dan rencana kerja;

b. membuat dan melaksanakan rencana kerja;


c. membuat ketetapan dan peraturan organisasi;dan

d. mempertanggung jawabkan, melaporkan sekurang-kurangnya 1 (satu)


tahun dalam Musyawarah Kerja Nasional.

Pasal 13

MASA BHAKTI, KELENGKAPAN KEPENGURUSAN DAN BERAKHIRNYA


KEANGGOTAAN DPP

(1) Masa bhakti Dewan Pengurus PusatIkatan Penata Anestesi Indonesia adalah 5
(lima) tahun.

(2) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia dipilih
melalui Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(3) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat
dipilih sebanyak-banyaknya untuk 2 (dua) kali masa bhakti, semenjak ditetapkan
anggaran dasar ini.

- 11 -
(4) Kelengkapan Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia disusun
oleh Formatur.

(5) Formatur dipimpin oleh Ketua Umum terpilih dengan anggota genap paling
banyak berjumlah 7 (tujuh) termasuk Ketua Umum.

(6) Anggota Formatur dipilih melalui Musyawarah Nasional atau Musyawarah


Nasional Luar Biasa.

(7) Pergantian Pengurus Dewan Pimpinan Pusat menjadi kewenangan Ketua Umum.

(8) Keanggotaan Dewan Pengurusan Pusat berakhir dengan sendirinya jika yang
bersangkutan:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

c. dikenakan sanksi pemberhentian tetap dari profesinya sebagai


Anggota IPAI karena melanggar Kode Etik dan Disiplin Penata
Anestesi Indonesia berdasarkan putusan Dewan Pertimbangan dan
Pengawas;
d. dijatuhi hukuman pidana penjara karena melakukan tindakan pidana
kejahatan dengan ancaman pidana 5 (lima) tahun atau lebih
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan
hukum tetap;

e. diberhentikan berdasarkan keputusan Musyawarah Nasional;

f. telah berakhir masa jabatannya;dan

g. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimuat dalam Pasal


15.
(8) Anggota DPP yang mengundurkan diri dari jabatannya harus memberitahukan
maksudnya tersebut secara tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari
kalender sebelumnya kepada DPP.

(9) Jika terdapat jabatan yang lowong, maka dilakukan pergantian antar waktu, untuk
selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 14

PERSYARATAN CALON PENGURUS DEWAN PENGURUS PUSAT (DPP)

(1) Berkewarganegaraan Indonesia.

(2) Khusus untuk Ketua Umum, telah menjadi Anggota Biasa IPAI se kurang-
kurangnya 5 (lima) tahun terhitung sampai tanggal pencalonannya, sedangkan
khusus untuk Ketua DPD, telah menjadi Anggota Biasa IPAI se kurang-kurangnya
3 (tiga) tahun terhitung sejak sampai tanggal pencalonannya.

- 12 -
(3) Tidak pernah dikenakan sangsi atau tindakan disiplin karena melanggar Kode Etik
dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia berdasarkan putusan Dewan
Pertimbangan dan Pengawas.

(4) Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara karena melakukan tindakan pidana
kejahatan dengan ancaman pidana 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum tetap.

Pasal 15

PEMILIHAN KETUA UMUM

(1) Tiap-tiap Dewan Pengurus Daerah berhak mengajukan 1 (satu) orang calon Ketua
Umum, dengan ketentuan bahwa Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Nasional Luar Biasa hanya akan melakukan pemilihan terhadap calon Ketua
Umum yang didukung minimal 5 (lima) DPD.

(2) Calon Ketua Umum dari DPD dipilih oleh Rapat Anggota DPD, kemudian DPD
mengajukan nama calon Ketua Umum tersebut dalam pemilihan di Musyawarah
Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(3) Nama-nama calon Ketua Umum harus diusulkan dalam Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa sebelum acara pemilihan Ketua Umum dimulai.

(4) Tata cara pemilihan Ketua Umum akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 16

DEWAN PENGURUS DAERAH (DPD)

PENGURUS DAN MASA BHAKTI DEWAN PENGURUS DAERAH

(1) Pengurus DPD terdiri dari:

a. Ketua;

b. wakil ketua;

c. bidang organisasi;

d. bidang kesejahteraan;

e. bidang pelayanan, pembinaan dan pembelaan anggota;

f. bidang pendidikan, pengembangan keprofesian berkelanjutan;

g. Sekretaris;

h. wakil sekretaris;

i. bendahara;dan

j. wakil bendahara;
(2) Kebutuhan jumlah dan personalia struktur organisasi pengerus disesuaikan
kebutuhan.

(3) Masa bhakti Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah 5
(lima) tahun.

(4) Ketua Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia dipilih melalui
Musyawarah Daerah atau Musyawarah Daerah Luar Biasa.

(5) Ketua Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat dipilih
sebanyak-banyaknya untuk 2 (dua) kali masa bakti, semenjak anggaran dasar ini
ditetapkan.

(6) Kelengkapan Dewan Pengurus Daerah Ikatan Penata Anestesi Indonesia disusun
oleh TIM Formatur

(7) TIM Formatur dipimpin oleh Ketua terpilih dengan anggota genap paling banyak
berjumlah 7 (tujuh) termasuk Ketua.

(8) Anggota TIM Formatur dipilih melalui Musyawarah Daerah atau Musyawarah
Daerah Luar Biasa.
Pasal 17

TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PENGURUS DAERAH

(1) Dewan Pengurus Daerah berfungsi sebagai perwakilan dari Dewan Pengurus
Pusat yang ditempatkan di tempat kedudukan di ibukota Provinsi/ Provinsi Daerah
Khusus/ Provinsi Daerah Istimewa.

(2) Menjalankan tugas – tugas yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

(3) Menjalankan program kerja Dewan Pengurus Daerah

(4) Berwenang mewakili Dewan Pengurus Pusat hadir dalam pertemuan/rapat yang
diadakan oleh cabangdi lingkungan wilayahnya.

Pasal 18

DEWAN PERTIMBANGAN DAN PENGAWAS


(1) Struktur Organisasi Dewan Pertimbangan dan Pengawas
a. ketua merangkap anggota;

b. sekretaris merangkap anggota;

c. anggota terdiri dari 3 (tiga) orang;

d. masa bhakti Dewan Pertimbangan dan Pengawas adalah 5 (lima)


tahun
e. anggota Dewan Pertimbangan dan Pengawas, dipilih olehTim
Formatur;
f. keanggotaan Dewan Pertimbangan dan Pengawas terdiri dari atas
unsur Anggota Biasa IPAI;
g. penentuan susunan anggota Dewan Pertimbangan dan Pengawas
ditentukan sendiri diantara para anggota Dewan Pertimbangan dan
Pengawas;dan
h. dalam hal terjadi lowongan anggota Dewan Pertimbangan dan
Pengawas, Rapat DPP akan diadakan untuk mengisi lowongan
tersebut untuk sisa masa jabatan Dewan Pertimbangan dan
Pengawas pada waktu itu;

(2) Tugas dan Wewenang Dewan Pertimbangan dan Pengawas

a. memberikan pertimbangan baik diminta ataupun tidak;

b. melakukan pengawasan terhadap pengurus Dewan Pengurus Pusat,


Dewan Pengurus Daerah, dan Dewan Pengurus Cabang;
c. membuat laporan secara tertulis atas pertimbangan dan pengawasan
yang telah dilaksanakan.

Pasal 19

KOLEGIUM ILMU KEPERAWATAN ANESTESI INDONESIA


(1) Kolegium ilmu keperawatan anestesi Indonesia yang selanjutnya disebut Kolegium
adalah bagian dari DPP IPAI dan dibentuk berdasarkan keputusan Ketua Umum
DPP IPAI

(2) Struktur Organisasi Kolegium terdiri dari:

a. Ketua merangkap anggota;

b. Sekretaris merangkap anggota;

c. anggota; dan

d. Dewan Pengarah;

(3) Masa bhakti Kolegium Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah 5 (lima)
tahun.

(4) Tugas dan Wewenang Kolegium.

a. Mengembangkan katalog/kurikulum pendidikan keperawatan


anastesiologi;

b. Memantau dan membina pelaksanaan pendidikan;

c. Menetapkan standarisasi dan akreditasi pendidikan keperawatan


- 15 -
anestisiologi;

d. Merencanakan dan melaksanakan ujian nasional;

e. Merencanakan jumlah peserta didik sesuai dengan kebutuhan


nasional;

f. Menilai kompetensi penata anestesi dan penata anestesi asing;

g. Menyelenggarakan dan membina kerjasama dengan kolegium bidang


lain baik di dalam negeri maupun luar negeri;

h. Memberikan asupan untuk pendidikan keperawatan anestesiologi yang


berkaitan dengan profesi;
i. Menerbitkan sertifikat kompetensi untuk keperluan mendapatkan surat
tanda registrasi;dan
j. Menyusun dan melaksanakan akreditasi institusi pelaksana pendidikan
keperawatan anestisiologi.

Pasal 20

MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK DAN

DISIPLIN PENATA ANESTESI INDONESIA.

(1) Struktur Organisasi Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi
Indonesia.

a. ketua;
b. sekretaris;

c. anggota terdiri dari 3 (tiga) orang;

(2) Masa bhakti Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi
Indonesia adalah 5 (lima) tahun;

(3) Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia
Pusat, dipilih dan ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat;

(4) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Majelis Kehormatan Kode Etik dan
Disiplin Penata Anestesi Indonesia, harus dipenuhi syarat sebagai berikut:

a. warga negara indonesia;

b. sehat jasmani dan rohani;

c. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

d. berkelakuan baik;

e. cakap, jujur, memiliki moral, etika, dan integritas yang tinggi serta
memiliki reputasi yang baik;

(5) Kode Etik dan Disiplin.

a. kode etik dan disiplin dimaksudkan untuk menjaga martabat dan


kehormatan profesi IPAI;
b. seluruh anggota IPAI wajib tunduk dan mematuhi kode etik dan disiplin;
- 16 -
c. kode etik dan disiplin tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan;

d. pengawasan atas pelaksanaan kode etik dan disiplin dilakukan oleh

Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia;


dan

e. perubahan dan penyempurnaan kode etik dan disiplin sesuai dengan


kebutuhan.

(6) Disiplin Ikatan Penata Anestesi Indonesia diatur lebih lanjut dalam peraturan
organisasi.

(7) Tugas dan Wewenang Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata
Anestesi Indonesia :

a. menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran


kode etik dan disiplin penata anestesi Indonesia yang diajukan;dan
b. menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran
kode etik dan disiplin penata anestesi Indonesia.

(8) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan
Penata Anestesi dalam menjalankan praktik Kepenataan Anestesi dapat
mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Kode Etik dan
Disiplin Penata Anestesi Indonesia.

(9) Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:

a. identitas pengadu;

b. nama dan alamat tempat praktik penata anestesi dan waktu tindakan
dilakukan;dan
c. alasan pengaduan.

(10) Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia memeriksa
dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan kode
etik dan disiplin penata anestesi Indonesia.

(11) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etik, Majelis Kehormatan


Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia, Dewan Pengurus Daerah IPAI
meneruskan pengaduan pada majelis kehormatan kode etik dan disiplin penata
anestesi Indonesia Dewan Pengurus Pusat.

(12) Keputusan Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia
mengikat seluruhanggota IPAI.

(13) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dapat berupa dinyatakan tidak
bersalah atau pemberian sanksi.

(14) Sanksi Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dapat berupa:

- 17 -
a. pemberian peringatan tertulis;

b. rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Izin


Praktik (SIP);dan/atau
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
Keperawatan Anestesiologi.

(15) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan kasus, tata cara
pengaduan, dan tata cara pemeriksaan serta pemberian keputusan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga IPAI.

BAB V

RAPAT

Pasal 21

JENIS RAPAT

(1) Rapat pimpinan pusat terdiri atas:

a. rapat pimpinan harian Dewan Pengurus Pusat;

b. rapat pimpinan harian Dewan Pengurus Pusat yang diperluas;


c. rapat harian pimpinan Dewan Pertimbangan dan Pengawas;dan

d. rapat Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi


Indonesia;

(2) Musyawarah terdiri atas:

a. Musyawarah Nasional;dan

b. Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(3) Musyawarah Kerja Nasional.

(4) Rapat Pengurus Daerah terdiri atas:

a. rapat harian pimpinan Dewan Pengurus Daerah;dan

b. rapat harian pimpinan Dewan Pengurus Daerah yang diperluas.

(5) Musyawarah Daerah yang terdiri atas:

a. Musyawarah Daerah;dan

b. Musyawarah Daerah Luar Biasa.

(6) Musyawarah Cabang yang terdiri atas:

a. Musyawarah Cabang;dan

b. Musyawarah Cabang Luar Biasa.


- 18 -
BAB VI

KEKAYAAN DAN TAHUN BUKU

Pasal 22

KEKAYAAN

(1) Perkumpulan mempunyai kekayaan awal yang besarnya Rp.15.000.000.- (lima


belas juta rupiah).

Selain kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, sumber keuangan IPAI


diperoleh dari :

a. Uang Pangkal

b. Iuran Anggota

c. Sumbangan dan bantuan yang tidak mengikat; dan

d. Usaha lain yang sah

(2) Aset-aset yang bergerak dan aset-aset yang tidak bergerak yang dikuasai
organisasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Jika IPAI dibubarkan, maka Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah


Nasional Luar Biasa menentukan mengenai aset kekayaan IPAI.
Pasal 23

(1). Anggaran keuangan IPAI direncanakan dan diperhitungkan untuk tiap tahun
serta diselenggarakan secara transparan dan akuntabel.

(2). Tahun buku IPAI dimulai dari tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31
Desember setiap tahun tahun takwim dan setiap akhir tahun dilakukan penutupan
tahun buku.

BAB VII

LAMBANG DAN MARS

Pasal 24

(1) Lambang dan makna lambang Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah
sebagaimana terlampir dalam Lampiran I Anggaran Dasar ini.

(2) Mars Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah sebagaimana terlampir dalam
Lampiran II Anggaran Dasar ini.
- 19 -
(3) Lambang, makna Lambang dan Mars Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat
diubah melalui Musyawarah Nasional.

BAB VIII

Pasal 25

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR (AD) DAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)

(1) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan
melalui Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah Nasional Luar Biasa dalam
rangka mengikuti perkembangan peraturan perundang undangan.

(2) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat dilaksanakan
apabila diusulkan sekurang-kurangnya oleh 2/3 jumlah Dewan Pengurus Daerah.

Pasal 26
PEMBUBARAN ORGANISASI IPAI

(1) Pembubaran organisasi Ikatan Penata Anestesi Indonesia dapat dilakukan melalui
Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut
dihadiri sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) jumlah Anggota IPAI.

(2) Jika kuorum dimaksud dalam ayat (1), tidak terpenuhi, maka Musyawarah Nasional
Luar Biasa ditunda selama sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam agar
dapat terpenuhi kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1).

(3) Musyawarah Nasional Luar Biasa kedua tersebut adalah sah jika pada
Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut sedikitnya di hadiri ¾ (tiga perempat)
jumlah Anggota IPAI yang diwakili oleh Utusan DPD sesuai dengan ketentuan.

(4) Keputusan pembubaran itu adalah sah jika disetujui oleh sekurang-kurangnya ¾
(tiga perempat) dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah dalam
Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(5) Pembubaran IPAI harus diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia.

- 20 -
BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 27

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dimuat dalam Anggaran Rumah
Tangga dan/atau keputusan/peraturan organisasi DPP IPAI.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

(1) Anggaran Dasar ini di sah kan oleh musyawarah Nasional Luar Biasa pada
tanggal 9 Oktober 2016 di Denpasar.

(2) Dengan diberlakukannya Anggaran Dasar ini pada saat tanggal ditetapkan
maka Anggaran Dasar yang lalu dinyatakan tidak berlaku lagi.
(3) Agar setiap anggota mengetahuinya DPP IPAI wajib mengumumkan dan
menyebarluaskan Anggaran Dasar ini kepada setiap anggota melalui
kepengurusan secara hirarkis ditingkat bawahnya.

Ditetapkan di : Denpasar

Pada Tanggal : 09 Oktober 2016


:

Anda mungkin juga menyukai