Anda di halaman 1dari 66

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang


Maha Esa, Buku Capaian Kinerja Kementerian Perindustrian
Tahun 2015-2019 ini dapat diselesaikan. Buku ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang hasil
pelaksanaan kegiatan yang sudah dilaksanakan maupun
kegiatan yang masih memerlukan tindak lanjut yang berisi
informasi mengenai arah kebijakan, capaian kinerja,
tantangan dan peluang yang dihadapi, realisasi anggaran
Kementerian Perindustrian tahun 2015-2019.
Dengan buku capaian ini diharapkan dapat
diketahui kondisi Kementerian Perindustrian, sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat
dan tepat dengan memanfaatkan sumber daya secara
optimal. Selama melaksanakan tugas sebagai Menteri
Perindustrian, kami yakin masih banyak tugas-tugas yang
belum terselesaikan sehingga kami berharap tugas-tugas
tersebut dapat dilanjutkan pada periode selanjutnya.
Demikian Buku Capaian Kinerja Kementerian
Perindustrian Tahun 2015-2019 disusun dengan harapan
dapat bermanfaat bagi kelangsungan tugas Menteri
Perindustrian selanjutnya, dalam rangka mewujudkan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan.

Jakarta, Oktober 2019


MENTERI PERINDUSTRIAN

AIRLANGGA HARTARTO
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I 1
ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN INDUSTRI

BAB II 5
CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN
SEKTOR INDUSTRI
A. Kinerja PDB Sektor Industri 6
B. Kinerja Investasi Sektor Industri 7
- Pengembangan Industri Smelter 8
Berbasis Logam
- Penumbuhan Produksi dan 9
Pengendalian Impor Perangkat Selular
- Pengembangan Industri Pengolahan 11
Kakao dan Gula
- Pengembangan Industri Petrokimia 11
- Pengembangan Alat Mekanis Multi 13
Guna Pedesaan (AMMDes)
C. Kinerja Ekspor, Kapasitas Produksi, 15
dan Pengembangan Pasar Dalam
Negeri
- Penumbuhan Ekspor Industri Etomotif 16
- Penumbuhan Ekspor Produk Industri 17
Semen, Ban, Pakaian Jadi, dan Alas
Kaki
- Pengembangan Industri Bahan Bakar 18
Nabati (Biodiesel 20%)
- Pengembangan Industri Aspal Karet 18
- Fasilitasi Pembiayaan Ekspor Industri 20
D. Penumbuhan Populasi Industri dan 21
Penyebaran Industri ke Luar Jawa
- Pengembangan IKM Logam dan 23
Perhiasan
E. Penyediaan Tenaga Kerja Sektor 24
Industri
F. Pengembangan Industri Kecil & 26
Menengah (IKM) dan Penumbuhan
Wirausaha Industri
G. Kinerja Penelitian & Pengembangan 28
Industri
H. Implementasi Making Indonesia 4.0 29
- Sasaran Making Indonesia 4.0 31
- Road Map 5 Sektor Making Indonesia 33
4.0
- Sepuluh Prioritas Nasional Making 36
Indonesia 4.0
- Pertumbuhan PDB 5 Sektor Industri 37
Prioritas
- Kontribusi 5 Sektor Industri Prioritas 39
Terhadap Total PDB Industri
- Investasi 5 Sektor Industri Prioritas 41
- Kinerja Ekspor-Impor 5 Sektor Industri 44
Prioritas

BAB III
CAPAIAN KINERJA KELEMBAGAAN 47
A. Kinerja Keuangan dan Reformasi 48
Birokrasi
B. Kinerja Pelayanan Publik & Kearsipan 49
C. Capaian Kompetisi Inovasi Pelayanan 50
Publik (SINOVIK)
D. Kinerja Sistem Informasi Industri 51
Nasional (SIINas)
E. Kinerja Sistem Pengendalian Intern 51
Pemerintah (SPIP)
F. Kinerja SDM Aparatur dan Efisiensi 52
Gedung Kemenperin
G. Penyusunan Regulasi Sektor Industri

BAB IV TANTANGAN DAN PELUANG 53


PEMBANGUNAN INDUSTRI
A. Tantangan 54
B. Peluang 55

BAB V REALISASI ANGGARAN 57


- Realisasi Anggaran 2014-2019 58
- Postur Anggaran 2019 58
BAB I
ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN INDUSTRI

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 1


Arah kebijakan pembangunan industri
sebagaimana tercantum di dalam Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Perindustrian 2015-2019 dengan
tujuan “Indonesia Menjadi Negara Industri yang
Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat
Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan”.
Sesuai dengan tujuan di atas, maka sasaran lima
tahun sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai
berikut: (1) Memperkuat dan memperdalam struktur
Industri nasional untuk mewujudkan industri nasional
yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan
lingkungan, (2) Meningkatkan nilai tambah di dalam
negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang
berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan
teknologi dan inovasi, (3) Membuka kesempatan
berusaha dan perluasan kesempatan kerja, dan (4)
Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh
ketahanan nasional.

2 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Guna mencapai tujuan dan sasaran yang
tercantum dalam Renstra 2015-2019, Kementerian
Perindustrian melaksanakan 10 (sepuluh) program yang
merupakan penjabaran dari arah kebijakan dan
strategi pembangunan nasional, antara lain:

1 Program Penumbuhan dan Pengembangan


Industri Berbasis Agro

2 Program Penumbuhan dan Pengembangan


Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

3 Program Penumbuhan dan Pengembangan


Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika

4
Program Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah

5 Program Percepatan Penyebaran


dan Pemerataan Pembangunan Industri

6 Program Peningkatan Ketahanan


dan Pengembangan Akses Industri Internasional

7
Program Pengembangan Teknologi
dan Kebijakan Industri

8 Program Pengembangan SDM Industri dan


Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian

9 Program Peningkatan Sarana dan


Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian

10
Program Pengawasan dan Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian.

Lingkup dari program-program yang dilaksanakan


mencakup kegiatan-kegiatan dalam rangka
pembangunan industri prioritas, pengembangan
perwilayahan industri, pengembangan sumber daya
industri, pengembangan industri hijau, pengembangan
standardisasi industri, dan pengembangan Industri
Kecil dan Menengah.

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 3


BAB II
CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN
SEKTOR INDUSTRI

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 5


CAPAIAN KINERJA
PEMBANGUNAN
SEKTOR INDUSTRI

A Kinerja PDB Sektor Industri

Industri pengolahan masih menjadi


salah satu motor penggerak utama
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama
periode 2014-2019.
Pertumbuhan industri non migas
selama 5 tahun tersebut rata-rata selalu
di atas 4% dan diproyeksikan pada akhir
tahun 2019 akan mencapai 5%.

Pertumbuhan Industri Pengolahan


& Industri Pengolahan Nonmigas

5,05%
5,4%
4,85%
9,23 4,77%
8,33 8,67
7,91
7,54 4,43%

4,33% 4,3%
4,29% 4,27%

2015 2016 2017 2018 2019*

Gambar 2.1
Pertumbuhan Industri Pengolahan & Industri Pengolahan Nonmigas

6 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Kontribusi Industri Pengolahan & Industri Pengolahan
Nonmigas terhadap PDB Nasional

21,0%

20,5%

20,16%

19,86%

20,21%
18,21%

17,63%
18,20%

17,89%

17,80%
2015 2016 2017 2018 2019*
*Prognosa
Industri Pengolahan
Industri Pengolahan Non Migas

Gambar 2.2
Kontribusi Industri Pengolahan & Industri Pengolahan
Nonmigas terhadap PDB Nasional

Meskipun angka pertumbuhan cenderung sektor industri pengolahan non migas


fluktuatif, namun kontribusi industri sendiri menyumbangkan kontribusi
pengolahan rata-rata masih sebesar 20% rata-rata sebesar 17%.
terhadap PBD Nasional, sedangkan untuk

B Kinerja Investasi Sektor Industri

Realisasi investasi sektor industri


pengolahan periode 2015-semester I 2019
berhasil mencatatkan total nilai investasi
sebesar Rp1.173,5 Triliun.

Investasi Sektor Industri


Tahun 2015-Semester I 2019 (dalam Rp Triliun)

1.173,5
1.068,9
846.6

571,8

236,0
335,8 274,8 222,3
104,6

2015 2016 2017 2018 SEMI


2019

Nilai Investasi Kumulatif


Penambahan Nilai Investasi Sumber: BKPM, diolah Kemenperin (Kurs 2019, USD1= Rp 15.000)

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 7


5 Besar Nilai Investasi Sektor Industri

266,13 257,47 217,0 98,75 96,70

Industri Logam, Industri Industri Kimia Industri Industri


Mesin & Elektronik; Makanan & Farmasi Mineral Kendaraan
dan Industri Instru. nonlogam Bermotor
Kedokteran, & Alat
Presisi & Optik & Jam Trasportasi Lain

Gambar 2.3
Investasi Sektor Industri Tahun 2015-Semester I 2019 (dalam Rp Triliun)

Pengembangan Industri Smelter Berbasis Logam

Lima sektor industri yang Salah satu realisasi investasi ini dapat
menyumbangkan investasi terbesar kita lihat pada program penumbuhan dan
selama periode 2015-2019 yaitu: (1) Industri pengembangan smelter sampai dengan
Logam, Mesin & Elektronik; Industri tahun 2019, terdapat 46 perusahaan yang
Instrumentasi Kedokteran, Presisi & Optik & telah berinvestasi sebesar USD50,4 miliar
Jam sebesar Rp266,13 triliun; (2) Industri (USD12,27 Miliar sudah beroperasi dan USD
Makanan sebesar Rp257,47 triliun; (3) 38,13 Miliar tahap perencanaan dan
Industri Kimia & Farmasi sebesar Rp217,0 konstruksi), penyerapan tenaga kerja
triliun; (4) Industri Mineral Nonlogam langsung lebih dari 64.000 orang.
sebesar Rp98,75 triliun; serta (5) Industri
Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi
Lain sebesar Rp96,70 triliun.

Investor Investasi Tenaga Kerja Proyek Lokasi Progres


46 Beroperasi Tenaga Kerja 62 28 Kab/Kota 100% : 39 Proyek
Perusahaan USD 12,27 Miliar Langsung Proyek di 16 Provinsi Pembangunan :
(Rp 173,08 Triliun) > 64.000 Orang 14 Proyek
Perencanaan Perencanaan :
& Konstruksi 9 Proyek
USD 38,13 Miliar
(Rp 537,52 Trilun)

Perkembangan Industri Smelter &Refinery

8 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Kapasitas Terpasang (Ribu Ton/Tahun)

Stainless Steel 3.850 4.000


250
Ingot Alumunium 1.000

1.300
Alumunia 4.000

323
Katoda Tembaga 325

Hydrometalungi 318

675
Paduan Logam Nikel 4.690

Baja Dasar 6.250 9.000

2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

Gambar 2.4
Pengembangan Industri Smelter Berbasis Logam

Penumbuhan Produksi dan Pengendalian


Impor Perangkat Selular

Kapasitas smelter yang telah seluler, komputer genggam dan komputer


dibangun di antaranya stainless steel 3,8 tablet meningkat dari 68 juta unit pada
juta ton/tahun, baja dasar 6,2 juta 2016 menjadi 74 juta unit pada 2018, dan
ton/tahun, dan paduan logam dasar 4,6 impor terus menurun dari 18,5 juta unit
juta ton/tahun. pada 2016 menjadi 7,7 juta unit pada 2018.
Di samping itu, sejak penerapan
Regulasi TKDN ponsel, produksi telepon

74.701.446
68.743.382

60.520.885

60.586.647
49.656.905
49.580.649
37.137.993

18.524.239
11.462.514
7.721.784
5.722.338 2.645.103

2014 2015 2016 2017 2018 2019


(Jan-Agus)

Gambar 2.5
Penumbuhan Produksi dan Penurunan Impor Produk Telepon Seluler (dalam Unit

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 9


Untuk tahun 2019, diproyeksikan
produksi akan meningkat mengingat
jumlah produksi pada Semester I 2019
sudah mencapai 49 juta unit.
Untuk menjaga iklim investasi, pada
tanggal 18 Oktober 2019 telah
menandatangani peraturan bersama 3
(tiga) Menteri (Menteri Perindustrian,
Menteri Perdagangan, dan Menteri
Komunikasi & Informatika) dalam rangka
validasi International Mobile Equipment
Identity (IMEI), yang bertujuan untuk
penanggulangan peredaran perangkat
telekomunikasi pesawat telepon seluler,
komputer genggam, dan komputer tablet
ilegal.

Adapun ruang lingkup peraturan 3 (tiga) menteri tersebut antara lain:

Kementerian Kementerian Kementerian


Perindustrian Kominfo Perdagangan

Menyiapkan database Meminta operator Membina pedagang


dan Sistem Informasi menyediakan SOP untuk mendaftarkan
Basis Data IMEI layanan lost & stolen stok IMEI perangkat ke
Nasional (SIBINA) Meminta operator dalam SIBINA
Menyiapkan SOP Tata mengirimkan data dump Menyiapkan sistem
Kelola SIBINA: SOP sebelum pelaksanaan penghubung untuk
Device Verification pengendalian IMEI Device Registration
System, SOP Device Meminta operator System: enam bulan
Registration System, menyiapkan sistem pertama untuk stok
SOP Lost & Stolen penghubung antara pedagang, selama masa
SIBINA dan EIR operasional untuk
Meminta operator pendaftaran handcarry
menyiapkan EIR & layanan VIP
Meminta operator
mengeksekusi daftar yang
dihasilkan SIBINA

10 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Pengembangan Industri
Pengolahan Kakao dan Gula

Untuk meningkatkan nilai tambah dan kualitas


produksi kakao olahan dan meningkatkan kompetensi
SDM pengolahan kakao, telah dibangun Pusat
Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao
Terpadu di Batang, Jawa Tengah, dengan capaian
sebagai berikut.

Dibangun di Desa Wonokerso, Kecamatan


2017
Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah

Dilaksanakan kegiatan pengadaan mesin dan


2018
peralatan berkapasitas 6.000 ton/tahun
untuk menghasilkan produk cocoa liquor,
cocoa butter, cocoa cake dan cocoa powder.

Tujuan & Manfaat


Meningkatkan nilai tambah dan kualitas
2019 Diresmikan pada tanggal 11 Februari 2019
oleh Menteri Perindustrian
produksi kakao olahan, meningkatkan
kompetensi SDM pengolahan kakao melalui Telah dilakukan bimbingan teknis terhadap
skema teaching industry, sebagai Tempat Uji 30 IKM makanan dan minuman berbasis
Kompetensi (TUK), sebagai pemasok bahan cokelat
baku bagi industri kecil dan menengah (IKM) Beberapa kali menerima kunjungan dari
dan menumbuhkan IKM baru
beberapa stakeholder dan mahasiswa baik
dari dalam maupun luar negeri (Pemda
Jawa Timur, Mojokerto, Beneur Meriah,
Gambar 2.6 Mahasiswa dari Jepang, Australia dan
Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Singapura).
Pengolahan Kakao dan Gula Optimalisasi teknologi mesin dan peralatan
industri pengolahan kakao melalui
teknologi 4.0

Pengembangan Industri Petrokimia

Dalam rangka pengembangan Untuk menarik minat investor dalam


investasi industri gula, telah dihasilkan membangun industri gula baru yang
jumlah industri gula berbasis tebu terintegrasi dengan perkebunan tebu,
sebanyak 59 pabrik dengan kapasitas Kementerian Perindustrian telah
produksi sebesar 281.950 TCD, 11 pabrik menerbitkan Peraturan Menteri
gula rafinasi dengan kapasitas desain Perindustrian No. 10 Tahun 2017 tentang
sebesar 5,01 juta ton, dan investasi 4 Fasilitas Memperoleh Bahan Baku Dalam
pabrik gula baru dengan kapasitas total Rangka Pembangunan Industri Gula.
sebesar 34.000 TCD. Adapun jumlah investasi dari PG Baru yang

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 11


berpotensi memanfaatkan fasilitas investasi besar antara lain dari PT.
Permenperin 10 Tahun 2017 sampai saat ini Chandra Asri Perkasa dengan nilai
sudah sekitar Rp30 triliun. investasi sebesar USD5,4 Miliar dan PT.
Dalam rangka pengembangan investasi Lotte Chemical Indonesia dengan nilai
industri petrokimia, telah dihasilkan investasi sebesar USD3,5 Miliar.

PT. Chandra Asri Perkasa PT. Lotte Chemical Indonesia


Kapasitas (Ton/Tahun)
Kapasitas (Ton/Tahun)
Ethylene : 1.100.000
Ethilena : 1.000 KTA
Propylene : 550.000
Propilena : 520 KTA
HDPE : 450.000
Butadiena : 130 KTA
LDPE : 300.000
Benzena, Toluena, Xilena : 370 KTA
LLDPE : 50.000
Lokasi : Cilegon - Banten Lokasi : Merak - Banten
Nilai Investasi : USD 5.442 Juta Nilai Investasi : USD 3.500 Juta
Waktu Pelaksanaan : 2018-2023 Waktu Pelaksanaan : 2020-2023
Progres :
Progres :
Pada tahun 2018 memasuki fase
Telah dilaksanakan Ground Breaking
FEED (Front End Engineering Design),
pada 7 Desember 2018 dan
diharapkan dapat mulai dibangun di 2019
mulai masuk masa konstruksi
dan mulai beroperasi secara komersial
di awal tahun 2018
ditahun 2023

Gambar 2.7
Pengembangan Investasi Industri Petrokimia

Selain itu, telah dilakukan


pengembangan industri kawasan industri
petrokimia Teluk Bintuni untuk
pembangunan industri methanol to olefin
berbasis gas bumi dengan nilai investasi
sebesar Rp14,4 Triliun dengan
kemampuan produksi methanol sebanyak
900 KTA. PSN Bintuni telah menyelesaikan
Outline Business Case pada tahun 2018
setelah diadakan Market Sounding
tanggal 24 September 2018 dengan hasil
baik. Telah terdapat 9 Perusahaan baik
swasta maupun BUMN yg menyatakan
minat melalui LoI dan 2 perusahaan lain
menyatakan tertarik.

12 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Di samping itu, Pemerintah juga telah memfasilitasi
pembangunan pabrik pupuk untuk mendukung
swasembada pangan, dengan capaian selama tahun
2015-2019 sebagai berikut.

Fasilitasi Pembangunan Pabrik Pupuk

2014: Progres proyek 2015: Pelaksanaan


telah mencapai 99,6% pekerjaan pembangunan
dan performance mulai pabrik Pusri IIB mencapai
dilaksanakan. 98,42%.

2015: Penyelesaian 2016: Pelaksanaan pekerjaan


performance test dan pembangunan pabrik sudah
Pabrik penyelesaian proyek Pusri IIB mencapai 100%.
Kaltim-5
secara keseluruhan;
penyerahan proyek dari
2017: Mechanical Acceptence
kontraktor ke Pupuk
& Plant Acceptence telah
Kaltim.
dilaksanakan; pabrik telah
beroperasi secara normal.
2017: Progres proyek
telah mencapai 97,96%,
tinggal menunngu 2018: Telah ditandatangani
commissioning. Pabrik NPK
Chemical 500.000 kontrak EPC.
ton/tahun
2018: Pembangunan
pabrik telah selesai;
PKG II performance test telah 2018: Progres proyek
selesai; pabrik Amurea II mencapai 60%.
telah beroperasi secara Pabrik NPK
Fusion 2x 100.000
komersial. ton/tahun

Gambar 2.8
Fasilitasi Pembangunan Pabrik Pupuk

Pengembangan Alat Mekanis Multi


Guna Pedesaan (AMMDes)

Dalam rangka mendukung iklim dan parts dipasok dari perusahaan


investasi di sektor otomotif, Kementerian industri komponen dalam negeri, sebagian
Perindustrian meluncurkan 21 Pilot Project industri kecil dan menengah (IKM), dengan
Pengembangan Alat Mekanis Multi Guna tingkat komponen dalam negeri (TKDN)
Pedesaan (AMMDes) yang 100% merupakan mencapai lebih dari 70% dengan kapasitas
karya anak bangsa, mulai dari desain, produksi mencapai 3.000 unit/tahun.
rekayasa dan rancang bangun. Komponen

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 13


Peta Sebaran Pilot Project Pengembangan AMMDes

Pilot Project untuk Pilot Project untuk Pilot Project untuk


AMMDes Serabut Kelapa AMMDes Penjernih Air AMMDes Slep Padi
Indragiri Muntilan
Lokasi Lokasi Palu Lokasi Jawa Tengah
Hilir
Pengangkut air Pegangkut Slep
Pegangkut Kegunaan
Kegunaan Serabut Kelapa
Kegunaan untuk korban Padi untuk Petani
Bencana Alam

Jumlah Unit 1 Unit Jumlah Unit 5 Unit Jumlah Unit 1 Unit

6 5 4

1 2 3

Pilot Project untuk Pilot Project untuk Pilot Project untuk


AMMDes Panen Pisang AMMDes Feeder Ambulance AMMDes Serabut Kelapa

Tanggamus Pangandaran
Lokasi Lokasi Lebak Banten Lokasi Ciamis
Lampung

Transportasi Pegangkut
Kegunaan
Rak Angkut Kegunaan Kegunaan Serabut Kelapa
Panen Pisang Pasien

Jumlah Unit 2 Unit Jumlah Unit 2 Unit Jumlah Unit 2 Unit

Kapasitas Produksi AMMDes mencapai 3.000 unit/tahun


Komponen lokal sebesar 70%
21 pilot project untuk 6 jenis AMMDes

Gambar 2.9
Peta Sebaran Pilot Project Pengembangan AMMDes

Selain itu, Kementerian Perindustrian


telah menginisiasi menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang
percepatan program kendaraan bermotor
listrik berbasis baterai guna mendukung
pengembangan kendaraan bermotor listrik.

14 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


C Kinerja Ekspor, Kapasitas Produksi,
dan Pengembangan Pasar Dalam Negeri

Nilai ekspor sektor industri mengalami


peningkatan setiap tahunnya selama
2015-2018. Pada tahun 2015 tercatat nilai
eskpor sektor industri sebesar USD108,6 Miliar
dan ditahun 2018 mencapai USD130 Miliar
sedangkan untuk periode Januari-Agustus
2019 mencapai USD82,91 Miliar serta
memberikan kontribusi sebesar 75,32% dari
total nilai ekspor nasional.

Nilai Ekspor Sektor Industri Tahun 2015-2019 (dalam USD Miliar)

125,10 130,09

110,50
108,60

82,91

2015 2016 2017 2018 2019


(Jan-Ags)

6 Sektor Industri dengan


Nilai Ekspor Terbesar (USD Miliar)

1 16,84 2 11,34 3 8,99


Makanan & Minuman Logam Dasar Bahan Kimia & Barang
dari Bahan Kimia

4 8,83 5 7,75 6 6,03


Tekstil & Pakaian Jadi Industri Barang dari Alat Angkutan
Logam, Komputer, Barang
Elektronik, Optik &
Peralatan Listrik
Sumber: BPS, diolah Kemenperin

Gambar 2.10
Nilai Ekspor Sektor Industri Tahun 2015-2019 (dalam USD Miliar)

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 15


Penumbuhan Ekspor Industri Otomotif

Peningkatan nilai ekspor ini sejalan Dari sektor otomotif, pada tahun 2018
dengan peningkatan kapasitas produksi telah mencapai produksi sebesar 1,34 juta
pada industri pengolahan kelapa sawit unit, dengan kapasitas terpasang sebesar
dan turunannya antara lain refinery dari 2,25 juta unit dan mampu menyerap
45 juta ton (2014) menjadi 64 juta ton (2019), tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang.
Oleofood dari 2,5 juta ton (2014) menjadi Selain itu terjadi peningkatan nilai ekspor
2,75 juta ton (2019), Biodiesel dari 7,2 juta CBU,CKD, dan komponen selama 2015-2019
ton (2014) menjadi 16 juta ton (2019), dan dan pada Januari-Agustus 2019 mencapai
ragam produk hilir dari 126 produk (2014) USD 3,8 Miliar.
menjadi 170 produk (2019).
Indonesia Memimpin dalam Penjualan
Mobil di ASEAN tahun 2018 (Unit)
Indonesia
Thailand
1.151.284
1.041.739
Filipina
357.410
Myanmar
17.524
Malaysia
598.714
Vietnam
Singapura Brunei
288.683
95.234 11.226

Produksi (2018) Kapasitas Jumlah Tenaga Kerja


1,34 Juta Unit Terpasang 1,5 Juta Orang
13,76 Miliar USD 2,25 Juta Unit

Gambar 2.11
Volume penjualan mobil di ASEAN tahun 2018 (unit)

Total Ekspor (CBU, CKD & Component)

6,958.39

5,410.16 5,843.46

4,492.17 4,467.36 3,971.76


5,640.56
5,356.27
4,567.56 4,510.87 4,772.15
3,804.58

Ekspor

Impor

2014 2015 2016 2017 2018 2019


(Jan-Agus)
Gambar 2.12
Perkembangan ekspor & impor mobil Indonesia tahun 2014-2019 (unit)

16 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Penumbuhan Ekspor Produk Industri
Semen, Ban, Pakaian Jadi, dan Alas Kaki

Pemerintah juga mendorong ton (2018), industry serat rayon sebesar


peningkatan kapasitas produksi industri 48,9% yaitu dari 489,9 ribu ton (2014)
kimia dan mineral nonlogam. Pada tahun menjadi 729,9 ribu ton (2018).
2014-2018, terjadi peningkatan kapasitas Produk semen mengalami
produksi untuk industri ban roda 4 sebesar peningkatan dari 2 juta ton pada tahun
14,35% yaitu dari 76,78 (2018) juta unit 2015 menjadi 6 juta ton pada tahun 2017
menjadi 87,80 juta unit (2018); roda 2 dan periode Januari-Agustus 2018 sudah
sebesar 27,97% yaitu dari 63,89 juta unit mencapai 5 juta ton.
(2014) menjadi 84,40 juta unit (2018); industri Ekspor produk pakaian jadi mengalami
semen sebesar 62,66% yaitu dari 69,45 juta peningkatan dari USD7,2 Miliar pada tahun
unit (2014) menjadi 112,97 juta unit (2018), 2015 menjadi USD8,6 Miliar pada tahun
industri pupuk urea sebesar 22,32% yaitu 2017 dan periode Januari-Agustus 2018
dari 7,93 juta ton (2014) menjadi 9,74 juta sudah mencapai USD5,6 Miliar.

Semen (Ribu/ton) Ban (Ribu USD)


6,438.67

1,669,505.0

1,624,714.0
1,588,783.0
1,577,493.0

1,630,214.0
5.197.05
4,188.27

1,086,438.0

1,062,340.0

1,109,702.0
3,390.52
2,597.84
2,081.12
1,223.84
575.81

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

Pakaian Jadi (Ribu USD) Alas Kaki (Ribu USD)


2,861,060.00
8,614,930.00

2,685,718.00
7,919,296.00

2,446,408.00
7,318,258.00

2,471,077.00
7,212,686.00
7,399,996

5,662,344.00
5,781,905.00
5,309,090.00

2,229,753

1,869,850.00
1,767,367.00

1,604,873.00

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

Full Year Januari-Agustus

Gambar 2.13
Penumbuhan Ekspor Produk Industri Semen, Ban, Pakaian Jadi, dan Alas Kaki

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 17


Ekspor produk ban mengalami kaki mengalami peningkatan dari
peningkatan dari USD1,5 Miliar pada tahun USD2,4 Miliar pada tahun 2014 menjadi
2014 menjadi USD1,6 Miliar pada tahun 2017 USD2,8 Miliar pada tahun 2017 dan periode
dan periode Januari-Agustus 2018 sudah Januari-Agustus 2018 sudah mencapai
mencapai USD1,1 Miliar. Ekspor produk alas USD1,6 Miliar.

Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati (Biodiesel 20%)

Dalam rangka
1
Volume Biodiesel FAME berbahan baku minyak sawit

pengembangan telah tersalurkan untuk seluruh sektor pengguna PSO

industri bahan dan Non PSO sebesar 3,9 Juta KL.

bakar nabati
2
Terdapat 28 perusahaan industri Biodiesel FAME dalam
(Biodiesel 20%), negeri berkapasitas total 11,86 Juta KL, realisasi produksi
telah dihasilkan mencapai 5,91 Juta KL (utilisasi kapasitas 49,7%), dimana
sebagai berikut: konsumsi domestik mencapai 4,30 Juta KL dan Ekspor
Biodiesel mencapai 1,61 Juta KL. Dengan realisasi
produksi tersebut, CPO domestik yang terserap
mencapai 5,17 Juta Ton.

3 Cakupan/coverage B20 terhadap konsumsi BBM Diesel


nasional sebesar 90%; dengan penghematan devisa
negara atas pengurangan impor BBM Diesel sebesar 9
Triliun rupiah; dan

4
Manfaat lainnya berupa pengurangan emisi karbon
hingga 3,6 Giga Ton setara CO2 dari penggunaan
Biodiesel yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Pengembangan Industri Aspal Karet

Untuk melakukan diversifikasi dan


peningkatan serapan karet, Pemerintah
melakukan upaya pengembangan industri
aspal karet, dengan hasil antara lain telah
dilakukan proyek pengaspalan dengan
menggunakan aspal karet di Provinsi
Sumatera Utara, Jambi, Sumatera
Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan Barat dan Tengah dengan
total panjang jalan 65,8 km (total serapan
karet alam 177,9 ton).

18 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Pengembangan
Industri Aspal Karet

Serapan karet untuk infrastruktur aspal karet paling tinggi dibanding penggunaan
lainnya di luar ban, yaitu 5-7% berat aspal atau 80.000-112.000 ton/tahun
pada tingkat konsumsi aspal saat ini yang sebesar 1,6 juta ton.

Pengembangan Industri Aspal Karet

2016 2017 2018 2019


Pemberian bantuan mesin Uji gelar di jalan raya Penyusunan Bussiness Plan Proyek pengaspalan
peralatan Sawangan, ruas Pengembangan Industri dengan menggunakan
Parung-Depok, panjang Aspal Karet, untuk 3 karet di Provinsi Sumatera
Perjanjian kerja sama 3 jalan 500 meter teknologi yaitu Teknologi Utara, Jambi, Sumatera
(tiga) pihak dengan menggunakan aspal Aspal Karet Lateks Selatan, Banten, Jawa
Pusat Jalan da Jembatan karet kompon karet Pravulkanisasi, Aspal Karet Barat, Jawa Tengah, Jawa
Kementeran PUPR dan padat (Masterbatch). Teknologi Kompon Karet Tmur, Kalimantan Barat
Pusat penelitian Karet. Padat dan Serbuk Karet dan Kalimantan Tengah
Uji gelar di ruas jalan Alam Teraktivasi. dengan total panjang 65,8
Uji coba produksi aspal Cikampek-karawang, km (total serapan karet
karet kompon karet padat panjang jalan 400 meter Proyek Aspal Karet di ruas alam 177,9 ton)
(masterbatch) menggunakan Teknologi jalan Sumsel-Jambi, Panjag
Serbuk Karet Alam jalan 4.370 meter, dengan
Teraktivasi (SKAT) teknologi Lateks
Pravulkanisasi.

Uji gelar aspal karet dijalan


Desa Mulyoredjo, Kab. Musi
Banyuasin, Sumatera
Selatan, 450 meter,
Teknologi SKAT.

Gambar 2.14
Pengembangan Industri Aspal Karet

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 19


Fasilitasi Pembiayaan Ekspor Industri

Dalam rangka mendorong ekspor, api ke Bangladesh (2017-2018) sebesar


Pemerintah juga telah dilakukan fasilitasi Rp624 Miliar; dan ekspor pesawat udara
pembiayaan ekspor, antara lain untuk (2017-2018) sebesar Rp354 Miliar.Di
ekspor gerbong kereta penumpang ke samping itu, dalam rangka penguatan
Banglaesh (2016) sebesar Rp251,4 Miliar; industri dalam negeri melalui kebijakan
Ekspor produk olahan ikan, alas kaki, tekstil local content dari 7.318 produk industri
dan produk tekstil dan furniture (2016) yang sudah tersertifikasi TKDN, terdapat
sebesar Rp91,8 Miliar; ekspor kereta 4.076 produk industri (56%) yang memiliki
penumpang dan gerbong barang kereta nilai TKDN di atas 40%.

PT. Araputra
PT. Dirgantara
PT. INKA (Persero) PT. Chakra Naga PT. INKA (Persero)
Indonesia
PT. Pajitex
Ekspor Gerbong Ekspor produk Ekspor kereta
Kereta Penumpang olahan ikan, alas kaki, penumpang dan Ekspor pesawat
ke Bangladesh tekstil dan produk gerbong barang kereta udara (2017-2018)
(2016) Rp 251,41 M tekstil, dan furniture api ke Bangladesh Rp 354 M
(2016) Rp 91,8 M (2017-2018) Rp 624 M

Gambar 2.15
Fasilitasi Pembiayaan Ekspor Industri

Jumlah Produk Industri dengan Nilai TKDN >40%

Jumlah Produk yang Sudah Disertifikasi TKDN (per Oktober 2019)

1.241
Dari 7.318 produk industri
yang sudah tersertifikasi TKDN,
17% terdapat 4.076 produk industri (56%)
yang memiliki nilai TKDN di atas 40%.

56% 27% TKDN <25%


4.076
TKDN 25%-40%
2.001
TKDN >40%

Gambar 2.16
Jumlah Produk yang Sudah DIsertifikasi TKDN (Per Oktober 2019)

20 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Penumbuhan Populasi
D Industri dan Penyebaran
Industri ke Luar Jawa

Sejalan dengan pertumbuhan industri,


penumbuhan populasi industri setiap
tahunnya selalu meningkat. Penambahan
jumlah industri berskala menengah dan
besar mengalami peningkatan dari tahun
2015 sebanyak 1.744 unit dan di Tahun 2018
sebanyak 7.653 unit, diperkirakan tahun
2019 akan terjadi penambahan sebanyak
9.000 unit.

9.000

7.653
5.684
3.490
1.744

2015 2016 2017 2018 2019*


* Prognosa

Gambar 2.17
Penambahan Jumlah Industri
Berskala Menengah dan Besar (unit)

Pertumbuhan dan pengembangan


industri tidak selalu berfokus di Pulau
Jawa. Pengembangan perwilayahan
industri melalui pembangunan Kawasan
Industri telah berhasil membangun dan
beroperasi 8 (delapan) Kawasan Industri
baru, yaitu KI/KEK Sei Mangkei di Sumatera
Utara, KI Ketapang di Kalimantan Barat, KI
Batulicin di Kalimantan Selatan, KI/KEK
Bitung di Sulawesi Utara, KI Morowali di
Sulawesi Tengah, KI/KEK Palu di Sulawesi
Tengah, KI Bantaeng di Sulawesi Selatan,
dan KI Konawe di Sulawesi Tenggara.
Meskipun demikian masih ada yang dalam
tahap konstruksi sebanyak 4 KI dan 2 KI
masih dalam tahap perencanaan.

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 21


Pembangunan Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa
1
11

4 13

2
6
9 5
3 14
10
8
7
12

Keterangan
Miscellaneous Metal based
Target RPJMN 2015-2019 Penyebaran Industri melalui Industry industry
Pembangunan 14 KI di luar Pulau Jawa diantaranya.
Agro Fisheries
1. KI Sei Mangkei (KEK) 6. KI Palu (KEK) 6. KI Kuala Tanjung industry industry
2. KI Ketapang 7. KI Bantaeng 7. KI Tanggamus
3. KI Batulicin 8. KI Konawe 8. KI Buli Oil & Gas Shipping
KI Bitung (KEK) KI Mandor KI Bintuni Industry industry
4. 9. 9.
5. KI Morowali 10. KI Jorong Perencanaan Konstruksi Operasional

Gambar 2.18
Pembangunan Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa

Untuk mendukung penumbuhan IKM di Balikpapan, Kabupaten Aceh Besar,


luar Pulau Jawa, sepanjang tahun Kabupaten Sinjai, Kota Bitung, Kabupaten
2015-2019 telah berhasil dibangun 22 Alor, Kabupaten Meranti, Kabupaten
sentra, di mana 14 di antaranya sudah Bantaeng, Kabupaten Kolaka, Kabupaten
beroperasi yaitu di Kabupaten Luwu, Dharmasraya, dan Kabupaten Morowali.
Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten
Sijunjung, Kota Payakumbuh, Kota

Pembangunan Sentra IKM di Luar Pulau Jawa


Kab. Luwu
Kab. Aceh Selatan Olahan Kopi,
Minyak Pala & Makanan Cokelat dan Kue
Kab.Meranti Kab. Balikpapan
Kab. Aceh Besar Pengolahan Sagu Pengolahan Laut, Kab. Morowali
Tenun dan Bordir Mebel Kayu, Rootan dan Alumunium
Tani dan Kebun

Kab. Lingga Kota. Bitung


Kelapa Pengolahan Kelapa
Kota Sorong
Pengolahan Hasil Laut
KOta Payakumbuh
Rendang

Kab. Sijunjung
Pengolahan Ikan

Kab. Dharmasraya Kab. Maluku Tengan


Logam Pengolahan Ikan

Kab. Banyuasin
Serabut Kelapa
Kab. Tual
Pengolahan Hasil Laut

Kab Seruyan
Pengolahan Ikan Kab. Kolaka
Tenun

Kab. Sinjai
Sudah DIbangun 8 Sentra IKM Pengolahan Ikan Kab. Manggarai Timur
Tenun TOTAL SENTRA IKM:
Kab. Bantaeng Kab. ALor
22 IKM
Sudang DIbangun dan Beroperasi Pengolahan Kopi Tenun
(Kapasitas Sentrs Sudah terisi 100% oleh IKM) 11 Sentra IKM
Sudah Dibangun dan Beroperasi Sebagian
(Kapasitas Sentra terisi 50% sampai <100 oleh IKM) 3 Sentra IKM

Gambar 2.19
Pembangunan Sentra IKM di Luar Pulau Jawa

22 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Pengembangan IKM Logam dan Perhiasan

Sentra industri pengecoran logam


Ceper merupakan salah satu Industri
pengecoran logam terbesar yang ada di
Indonesia. Produk yang dihasilkan antara
lain, komponen mesin industri, komponen
pabrik, peralatan kapal, komponen kereta
api, komponen pompa air, peralatan
rumah tangga, permesinan dan komponen
otomotif. Untuk bahan baku utama,
sebagian besar menggunakan besi cor
bekas yang berasal dari dalam negeri.
Pembinaan terhadap industri logam di
Ceper terus dilakukan antara lain:
Bimbingan Teknis Diversifikasi Produk
Ferro dan Non-Ferro; Dampingan
Perbaikan Mutu bagi IKM Komponen
Pompa; Bimbingan Teknis Blok Rem
Komposit; Sertifikasi SKKNI, ISO dan SNI;
dalam negeri, maka terdapat potensi
Temu Bisnis IKM dengan BUMN dan Industri
substitusi impor blok rem komposit senilai
Besar termasuk dengan Tier Agen
±Rp. 24 milyar /tahun. Kementerian
Pemegang Merk (APM); Workshop dan
Perindustrian juga telah memfasilitasi link
Pendampingan E-Smart IKM; serta FGD
and match antara Koperasi Batur Jaya
persiapan Pendampingan Senior Experten
dengan Toyota Motor Manufacturing
Service (SES) Jerman.
Indonesia (TMMIN), Koperasi Batur Jaya
Kebutuhan PT. KAI terhadap blok rem
dipilih sebagai calon mitra karena
komposit diperkirakan ±120 ribu pcs/
membawahi IKM Ceper, sehingga
tahun, dengan harga Rp. 203.700 / buah.
diharapkan nantinya mampu melakukan
Apabila peluang produksi blok rem
transfer knowledge bagi IKM di Ceper.
komposit dapat dilakukan oleh industri

Nilai Ekspor - Impor (Juta U$$)

4,148.9 Ekspor Impor

3,319.9
2,700.4
2,143.5
2014 2,050.4
1,652.0
1,417.2

39.5 42.2 40.5 66.9 99.5 76.1 85.4

2014 2015 2016 2017 2018 JAN-SEP 2018 JAN-SEP 2019

Gambar 2.20
Nilai Ekspor-Impor Industri Perhiasan

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 23


Nilai ekspor dan impor industri perhiasan sampai akhir tahun 2018
perhiasan pada tahun 2018 sebesar US$ mengalami penurunan dari tahun
2.050,4 Juta dan US$99,5 Juta dan sampai sebelumnya sebesar 24%. Pemerintah
dengan September 2019 nilai ekspor telah berhasil menghilangkan bea masuk intan,
mencapai US$1.652 Juta sementara nilai dari sebelumnya 5% menjadi 0%, yang
impor sebesar US$85,4 Juta. Jumlah diharapkan dapat memicu daya saing
industri sebanyak 99 perusahaan yang industri perhiasan. Kemenperin dan
mampu menyerap tenaga kerja kurang Kemendag telah melakukan upaya
lebih 15.000 orang dengan nilai investasi pengusulan penurunan PPN 10% untuk
sebesar Rp131,1 Juta (2018). Industri bahan baku perhiasan emas dan sedang
Perhiasan diperkirakan tumbuh 5%, sesuai dilakukan kajian oleh Badan Kebijakan
dengan pertumbuhan Industri. Ekspor Fiskal (BKF).

E Penyediaan Tenaga Kerja Sektor Industri

Jumlah tenaga kerja sektor industri


Jumlah Tenaga Kerja Sektor
dalam 5 tahun mengalami kenaikan,
Industri Feb 2015-Feb 2019
penyerapan tenaga kerja di sektor industri
(Juta Orang)
sebesar 18,23 juta orang pada Februari 18,23
17,92
2019. Sektor industri yang menyerap 17,08
16,76 16,47
banyak tenaga kerja antara lain: industri
makanan, industri pakaian jadi, serta
industri kayu, barang dari kayu dan gabus
dan barang anyaman dari bambu, rotan,
dan sejenisnya.
FEB FEB FEB FEB FEB
2015 2016 2017 2018 2019

3 Besar Penyerapan Tenaga Kerja


Sektor Industri Feb 2019

4,90 2,58 1,76

industri Makanan Industri Industri Kayu, Barang dari


Pakaian Jadi Kayu dan Gabus dan
Barang Anyaman dari
Bambu, Rotan dan
Sejenisnya

Gambar 2.21
Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Feb 2015 - Feb 2019 (juta orang)

24 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Guna meningkatkan kualitas tenaga
kerja yang terserap, Kementerian
Perindustrian telah melakukan
pengembangan SDM industry yang
kompeten melalui pendidikan vokasi
industri berbasis kompetensi menuju dual
system yang berhasil terserap langsung
diindustri sebanyak 17.630 orang lulusan
(2015-2018).
Sejak Tahun 2016 sampai 2018 telah
didirikan 4 politeknik/akademi komunitas
industri pada Wilayah Pusat Pertumbuhan
Industri/ Kawasan Industri. Pada tahun
2019 akan dibangun Politeknik Industri
Petrokimia Cilegon.
Tahun 2017 sampai 2019, Kementerian
Perindustrian telah menyelanggarakan
program vokasi industri yang link and
match antara SMK dengan industri
dengan melibatkan 2.612 SMK dan 1.032
industri serta menghasilkan perjanjian
kerja sama sebanyak 4.987 kerja sama.
Program ini menghasilkan tenaga kerja
yang link and match dengan industri
sekitar 594.972 orang.
Pada tahun 2015 sampai 2018, telah
diselenggarakan pelatihan tenaga kerja
industri dengan sistem 3-in-1 (pelatihan,
sertifikasi kompetensi, dan penempatan
kerja) bekerja sama dengan industri yang
menghasilkan 81.176 orang tenaga kerja
industri kompeten yang terserap di dunia
industri. Selain itu juga telah diadakan
diklat 3in1 untuk penyandang disabilitas
sebanyak 523 orang. Pada tahun 2019
Kementerian Perindustrian menargetkan
pelatihan industri berbasis kompetensi
dengan sistem 3-in-1 sebanyak 72.000
orang.

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 25


Pengembangan Industri Kecil
F & Menengah (IKM) dan Penumbuhan
Wirausaha Industri

Pengembangan IKM dan Wirausaha


Industri menjadi salah satu pilar penting di
sektor industri, telah dilaksanakan
restrukturisasi mesin/peralatan IKM sebanyak
341 IKM sepanjang tahun 2015-2018 dengan nilai
investasi mesin/peralatan sebesar Rp144,65
Miliar yang diberikan kepada IKM Alat Angkut,
Sandang, Aneka, Barang dari Kayu, Furnitur,
Kimia, Logam, Mesin, dan Pangan.

Restrukturisasi Mesin/Peralatan IKM

112 IKM
68 IKM 111 IKM
50 IKM
2015 2016 2018
2017

Penggantian Rp 12.143.791.000 Rp 8.830.991.000 Rp 6.291.534.000 Rp 11.790.310.000

3% 1%
Aneka Barang
2% 12 IKM
Rp 1.765.024.000
dari Kayu
4%
Alat Angkut 1 IKM Furnitur
Total yang sudah 5 IKM Rp 76.415.000 10 IKM
dilaksanakan Rp 1.377.911.000 Rp 2.386.677.000

Jumlah IKM
18%
Kimia
341 IKM 67 IKM
Rp 4.432.625.000
Nilai Penggantian:

Rp 39,06 Miliar 3%
Logam
12 IKM
Nilai Investasi Rp 3.339.356.000
Mesin/Peralatan:
1%
Rp 144,65 Miliar 47% Mesin
Sandang
61 IKM
22% 4 IKM
Pangan Rp 805.897.000
Rp 7.860.171.000 58 IKM
Rp 5.408.553.000

Gambar 2.22
Restrukturisasi Mesin/Peralatan IKM 2015-2018

26 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Penumbuhan Wirausaha Industri Kecil

2015 2016 2017 2018 2019 Total

Jumlah Wirausaha
Baru (WUB) yang 15.213 4.620 11.888 12.573 13.627 57.921
Dilatih

Fasilitasi WUB
Mendapat Izin 2.398 1.070 3.331 5.030 1.170 12.999
Usaha Industri

Gambar 2.23
Penumbuhan Wirausaha Industri Kecil (2015-2019)

Dari tahun 2015 sampai dengan 2019 Pondok Pesantren. Tercatat sejak tahun
telah dilatih calon wirausaha baru 2013 – 2019, telah dilakukan pembinaan
sebanyak 57.417 WUB. Sampai dengan kepada 42 pondok pesantren yang
tahun 2019, jumlah calon wirausaha baru tersebar di 6 Provinsi (Jawa Timur, Jawa
yang sudah difasilitasi mendapatkan izin Tengah, Jawa Barat, DIY, Lampung,
sebanyak 12.999 IKM. Kalimantan Timur, dan Banten) dengan
Program penumbuhan Wirausaha total jumlah yang dibina sebanyak 8.628
Baru juga menyentuh ke lingkungan santri.

Penumbuhan Kewirausahaan Industri di Pondok Pesantren

2
3 5
4 6

DAERAH
1. Lampung ( 1 Pesantren) 5. Jawa Tengah (7 Pesantern) Total:
2. Banten (1 Pesantren) 6. Jawa Timur (11 Pesantren) 42 Pesantren
3. Jawa Barat (19 Pesantren) 7. Kalimantan Timur (1 Pesantren) 8.628 Santri
4. DIY (2 Pesantren)
Gambar 2.24
Penumbuhan Kewirausahaan Industri di Pondok Pesantren

Menjawab perkembangan zaman, IKM Selain itu, pelaksanaan program


harus melek teknolgi maka Kementerian e-Smart IKM, sejak tahun 2017 hingga 2019,
Perindustrian telah melakukan telah dilaksanakan workshop e-Smart IKM
penumbuhan startup berbasis digital dengan total peserta sebanyak 10.038
tahun 2014-2019 sebanyak 190 startup peserta dan total transaksi penjualan
melalui ICT Center dan pelatihan IKM. yang dihasilkan sebesar Rp3,27 Miliar.

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 27


Volume Penjualan IKM yang Mengikuti e-Smart IKM
0,04% 0,48%
0,78% 1.444.222
25.586.481 15.643.892 MAKANAN & MINUMAN
LOGAM
FURNITUR
17,72%
580.380.231
KERAJINAN
36,14% FASHION
1.183. 772 702
HERBAL
KOSMETIK

39,95% INDUSTRI KREATIF

1.308.833.725

4,25%
139.348.907

0,64%
20.928.748
Gambar 2.25
Volume Penjualan IKM yang Mengikuti e-Smart IKM

Penyaluran KUR untuk sektor industri sebesar 5,6% atau Rp5,4 triliun, tahun 2018
pengolahan menunjukan tren yang sebesar 7% atau Rp8,8 triliun, dan s.d. 31
meningkat. Total penyaluran KUR sektor Agustus 2019 sebesar 7,1% atau Rp7,2
industri pengolahan tahun 2017 adalah Triliun.

G Kinerja Penelitian & Pengembangan Industri

Penelitian dan Pengembangan juga sebanyak 854; yang diterapkan di Industri


sangat diperlukan dalam ekosistem sebanyak 199. Sedangkan untuk
industri, selama periode 2014-2019 pengurusan paten sebanyak 134 dengan
litbangyasa yang telah dihasilkan 25 di antaranya sudah granted paten.

Hasil Litbangyasa Industri dan Paten

2014 : 161
2015 : 24
Litbangyasa 2015 : 200 Pengurusan
yang dihasilkan Paten 2016 : 48
2016 : 185
2017 : 26
Total 2017 : 95 Total
854 2018 : 101 134 2018 : 24
2019 : 12
2019 : 112

2014 : 45
2014 : 4
Litbangyasa 2015 : 35 Granted
yang diterapkan Paten 2015 : 3
di Industri 2016 : 36
2016 : 8
2017 : 31 Total
Total 2017 : 9
199 2018 : 32 25
2018 : 1
2019 : 20

Gambar 2.26
Hasil Litbangyasa Industri dan Paten

28 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Kinerja Industri Hijau dan Layanan Litbang Balai Kemenperin

2014 : 13.389
Industri
Industri yang
Dilayani Balai
2015 : 16.356 Tersertifikasi 2017 : 5
Standar Industri
Kemenperin 2016 : 17.594 Hijau (SIH) 2018 : 9
Total 2017 : 16.923 2019 : *dalam proses
96.554 2018 : 16.730
Total
14*
penetapan

2019 : 15.562

2014 : 5.496 2014 : 101


Instansi/ Industri yang
Non Industri yang 2015 : 7.700 Menetapkan 2015 : 102
Dilayani Balai Prinsip Industri
Kemenperin 2016 : 7.785 Hijau 2016 : 129
2017 : 10.409 2017 : 124
Total
Total
51.446 2018 : 11.114
579*
2018 : 123
2019 : 8.912 2019 : *dalam proses
verifikasi lapangan

Gambar 2.27
Kinerja Industri Hijau dan Layanan Litbang Balai Kemenperin

H Implementasi Inisiatif Making


Indonesia 4.0 oleh Kemenperin

Kementerian Perindustrian pada 4 menjadi 10 besar negara ekonomi terbesar


April 2018, meluncurkan inisiatif Making dunia. Sejak diluncurkan hingga tahun
Indonesia 4.0 sebagai peta jalan untuk 2019, Kementerian Perindustrian telah
implementasi industri 4.0 di Indonesia melaksanakan berbagai program sebagai
dengan visi pada tahun 2030 Indonesia berikut.

1 Asesmen dan Pendampingan Indonesia


Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0)

2 Pelatihan Manajer Transformasi


Industry 4.0 untuk manajer perusahaan
dan pejabat pemerintah
Implementasi
Inisiatif Making
Indonesia 4.0 oleh
3 Penunjukan Lighthouse Industry 4.0
(Schneider Electric Manufacturing Batam)

Kementerian
Perindustrian 4 Insentif Super Deduction Tax bagi
Industri yang melakukan kerja sama
vokasi, industri padat karya, kegiatan
litbang (PP No. 45 tahun 2019)

5 Pelatihan e-Smart IKM bagi Industri


Kecil & Menengah

Gambar 2.28
Implementasi Inisiatif Making Indonesia 4.0 oleh Kemenperin

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 29


Memasuki era revolusi industri ke-empat,
pada prinsipnya perubahan yang dibawa
adalah peningkatan produktivitas dan
efisiensi sehingga mempengaruhi daya
saing di tingkat global.

INDUSTRI 1.0 INDUSTRI 2.0 INDUSTRI 3.0 INDUSTRI 4.0


(Mulai 1784) (Mulai 1870) (Mulai 1969) (Diperkenalkan 2011)

Penggunaan Mesin Penggunaan Mesin Penggunaan Mesin terintegrasi


Uap Pada Industri Produksi Massal teknologi informasi jaringan internet
Tenaga Listrik/BBM dan mesin otomasi (internet of things)

Gambar 2.29
Revolusi Industri

Dalam revolusi industri 4.0 terdapat 5 teknologi inti yang diyakini sebagai fundamental
penguasaan teknologi dan akan berdampak terhadap daya saing industri. Kelima hal tersebut
yaitu: Internet of Things, Artificial Intelligence (Al), Wearables (AR/VR), Advanced Robotics, dan
3D Printing.

30 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Gambar 2.30
Teknologi di Revolusi Industri 4.0

SASARAN MAKING INDONESIA 4.0

Implementasi Making Indonesia 4.0


diharapkan mampu mengembalikan 10%
kontribusi dari ekspor netto terhadap PDB,
meningkatkan produktivitas 2x terhadap
biaya produksi serta meningkatkan 2%
pengeluaran R&D terhadap PDB. Sehingga
diharapkan pada tahun 2030 kita mampu
menjadi sepuluh ekonomi terbesar dunia

MAKING 10 EKONOMI TERBESAR


INDONESIA 4.0 DUNIA TAHUN 2030

10% Mengembalikan posisi ekspor


Kontribusi
Expor Netto netto (ke level yang sama seperti
Terhadap PDB tahun 2000)

2X Meningkatkan produksi
Peningkatan
Produktivitas mengelola biayanya (serupa
Terhadap Biaya dengan perkembangan India)

2% Membangun kemampuan
Pengeluaran
R&D Terhadap inovasi lokal (tingkat yang sama
PDB dengan Tiongkok)

Gambar 2.31
Dampak Making Indonesia 4.0

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 31


ASPIRASI SEKTOR FOKUS

Menuju kekuatan
Makanan besar makanan
& Minuman minuman di ASEAN

Menuju produsen
~70% Tekstil functional clothing
PDB Industri & Pakaian terkemuka

~65% Menjadi pemain


Ekspor Industri terkemuka dalam
Automotif ekspor ICE & EV

~60%
Pekerja Industri Menjadi pemain
terkemuka di
Kimia Industri biokimia

Mengembangkan
kemampuan pelaku
Elektronik industri domestik

LANGKAH AKSI SEGERA (Quick Wins)

Insentif RD&D
Insentif Investor Roadshow;
Teknologi dan CAPEX Roadshow Menyasar manufaktur
untuk investasi
global terkemuka
teknologi

Pendidikan
Up Skilling & Dukungan E-Commerce &
Vokasi Re-Skilling untuk
untuk seluruh sektor UMKM teknologi untuk
(memilih 1-2 sektor UMKM
sebagai pilot

Gambar 2.32
Sektor Fokus & Langkah Aksi Making Indonesia 4.0

Fokus Making Indonesia 4.0 diantaranya Industri makanan dan minuman, industri tekstil dan
busana, automotif, industri kimia dan industri elektronika. Kelima sektor ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi sebesar 70% dari total PDB manufaktur, 65% ekspor manufaktur dan
60% pekerja industri.

32 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


ROAD MAP 5 SEKTOR
INDUSTRI PRIORITAS

Makanan & Minuman 4.0: Menjadi Pemain Terkemuka di ASEAN


Peta Jalan Menuju Makanan & Minuman 4.0
2021 2025 2030
Horizon 1 5-10 Tahun Horizon 2 5-10 Tahun Horizon 3 10-15 Tahun
Inisiatif Mengurangi ketergantungan impor Membangun kemampuan makanan Memperkuat kemampuan di pasar
Utama produk pertanian dan bahan baku dan minuman di regional ASEAN untuk global untuk makanan kemasan
manufaktur produk kemasan yang sederhana dan modern/lebih kompleks
menengah

Penguatan kemampuan secara Memperkuat daya saing produk Memperkuat kemampuan


Aktivitas menyeluruh fokus pada perbaikan makanan kemasan sederhana- produksi dan memperkuat posisi
Utama sektor hulu pertanian menengah di pasar ASEAN indonesia di pasar global untuk
Familiarisasi sektor pertanian Meningkatkan kemampuan teknis makanan kemasan modern dan
& mamin dengan teknologi 41R dan teknologi di sektor pertanian lebih kompleks
(Fourth Industrial Revolution) dan makanan minuman Mengembangkan penggunaan
teknologi 41R di sektor pertanian
dan minum

Fokus Palm oil, Rice, Chicken, Sugar, Bottled Water, Noodle, RTD Tea, Baby food, Food supplement,
Produk Processed seafood, Starch, Coffee Packaged preprepared meals
Cocoa Processed fruits &
veggies
Halal-certified

Aspirasi Meningkatkan ekspor neto sebesar Menjadi pemain makanan dan Menjadi eksportir makanan minuman
50% minuman terkemuka di ASEAN global nomor 5 di dunia

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 33


Otomotif 4.0: Menjadi Pemimpin Ekspor di ICE & EV
Peta Jalan Menuju Otomotif 4.0
2021 2025 2030
Horizon 1 5-10 Tahun Horizon 2 5-10 Tahun Horizon 3 10-15 Tahun
Inisiatif Memperkuat produksi lokal kendaraan Memulai produksi lokal sepeda motor Memulai produksi kendaraan listrik
Utama ICE listrik

Meningkatkan kemampuan Membuat rencana penghapusan Membuat rencana penghapusan


produksi bahan baku (baja, kimia, motor berbahan bakar; kendaraan berbahan bakar yang
dll) membangun infrastruktur & jelas; membangun infrastruktur &
Aktivitas Meningkatkan produktivitas insentif untuk sepeda motor listrik memberi insentif untuk adopsi EV
Utama kendaraan ICE dengan Mendirikan pusat Litbang Mendukung perbaikan
mengadopsi teknologi komponen EV, terutama baterai, produksi komponen EV secara
Memperkuat kemampuan & melalukan prototyping dengan berkelanjutan
manufaktur komponen local cepat Membangun kemampuan produksi
dengan mempercepat FDI & Membangun kemampuan produksi domestik 4W EV di sepanjang
transfer teknologi domestik sepeda motor listrik di rantai nilai
sepanjang rantai nilai

Electric Vehicles
Fokus
Produk Internal Combution Engine Vehicles

Mempercepat ekspor dimulai dari MVP Memulai ekspor 2W sepeda motor Memulai ekspor 4W Ev ke negara
& LCGC listrik ke negara berkembang berkembang

Tekstil & Busana 4.0:


Menjadi Pemimpin Dalam Produksi Pakaian “FUNGSIONAL”
Peta Jalan Menuju Tekstil & Busana 4.0
2021 2025 2030
Horizon 1 5-10 Tahun Horizon 2 5-10 Tahun Horizon 3 10-15 Tahun
Inisiatif Meningkatkan kemampuan produksi Membangun rangkaian industri tekstil Menanamkan posisi sebagai pusat
Utama serat sintesis dan membangun dinusantara & menghubungkan manufaktur pakaian fungsional
ekosistem hulu untuk functional mereka melalui teknologi industri 4.0 dengan membina ekosistem sembari
clothing memanfaatkan teknologi

Investasi di produksi serat sintesis, Mengalihkan fokus manufaktur Meningkatkan produktivitas


Aktivitas permintalan & penenunan garmen dari CMT (cut, make, & dengan memperbaiki Litbang dan
Utama Bekerja sama dengan pemain trim) ke FOB (free on board) pelatihan
utama serat untuk memproduksi Pengalihan dari pasar bawah ke Menjalin hubungan dengan
serat berkualitas tinggi kualitas yang lebih tinggi secara kelompok pengonsumsi tekstil
bertahap terbesar di dunia
Proses sourcing yang lebih efisien Mempromosikan kesadaran
melalui integrasi vertikal global sebagai pusat manufaktur
functional clothing

Syncthetic fibers Technical multi-fabric textiles Functional clothing

High quality yarn Leather fabrics Smart footwear


Fokus
Speciality & Industrial Fabrics Apparel with embedded technology
Produk
Mengurangi impor bahan baku, Memenuhi permintaan lokal, Top 5 manufaktur tekstil di dunia,
menjadi sumber utama produksi serat pertumbuhan ekspor sebesar 15% tiap spesialisasi di functional clothing
sintetis di regional tahun

34 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Mengembangkan Manufaktur Biokimia Terkemuka
Peta Jalan Menuju Kimia 4.0
2021 2025 2030
Horizon 1 5-10 Tahun Horizon 2 5-10 Tahun Horizon 3 10-15 Tahun
Inisiatif Mengurangi ketergantungan Meningkatkan produksi barang Menetapkan posisi sebagai pusat
Utama terhadap impor bahan kimia dasar kimia perantara bahan kimia khusus bio terkemuka

Meningkatkan kapasitas produksi Terus menguatkan produksi serat Mengoptimalkan hasil biokimia
pemurnian nafta & bahan kimia sintesis untuk memenuhi permintaan
dasar (contoh : olefin & aromatik). Memperkuat produksi produk domestik & ekspor
Aktivitas untuk menyalurkan industri hilir perantara (contoh : resin sintesis) Konsolidasi industri kimia
Utama Meningkatkan efisiensi pabrik yang digunakan sebagai bahan spesialis untuk bersaing dengan
menggunakan teknologi 4IR baku di industri lain perusahaan multinasional.
Memperkuat produksi serat Meningkatkan kemampuan untuk
sintesis untuk mendukung industri mengubah biomassa menjadi
tekstil biokimia dasar

Propylene Synthetic Resin Biofuel


Fokus
Produk Butadiene Synthetic Rubber Biocomposite

Mengurangi impor bahan kimia dasar Meningkatkan kontribusi penjualan Menjadi produsen biofuel & bioplastic
(<30%) resin & serat sintesis sebesar >1.5x1 top 5 di dunia

Mengembangkan Para Pemain Lokal Andalan


Yang Berkemampuan Tinggi
Peta Jalan Menuju Elektronika 4.0
2021 2025 2030
Horizon 1 5-10 Tahun Horizon 2 5-10 Tahun Horizon 3 10-15 Tahun
Inisiatif Mengundang Investasi luar negeri Mendorong kemampuan manufaktur Membangun kemampuan lokal untuk
Utama secara agresif sembari mendorong skala besar di area yang difokuskan & manufaktur komponen lanjutan
transfer keterampilan investasi kemampuan software

Aktivitas Mengundang pemain elektronik Memfasilitasi program Membina Pemimpin manufaktur


Utama terkemuka untuk berinvestasi pengembangan produsen produk elektronik lokal
Mempercepat pengembangan fokus (contoh : komponen IoT)
keterampilan bagi para insinyur Memanfaatkan teknologi &
investasi asing

Smartphone Comp.
Fokus Smart Phone (Screen, Charger)
Smartphone Components (Camera) Semiconductor
Produk manufacturing (Foundry)
4IR prod. IoT Manufacturing
EV Smartphone Components (Camera) Batteries for industrial usage, homes

Mengurangi rasio impor untuk Memiliki daya saing regional (top 3 Mengembangkan para pengusaha
komponen elektronik sebesar 20% di ASEAN) untuk produk fokus utama nasional (2-3) yang bernilai puluhan
(contoh : Iot, EV) milyar

Gambar 2.33
Road Map 5 Sektor Making Indonesia 4.0

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 35


SEPULUH PRIORITAS NASIONAL
MAKING INDONESIA 4.0

01
Perbaikan Alur Aliran Material

Memperkuat produksi material sektor hulu; contoh 50% dari


bahan baku petrokimia masih impor

02
Mendesain Ulang Zona Industri

Membangun peta jalan zona industri nasional (mis. industry belts);


mengatasi permasalahan yang dihadapi di beberapa zona industri

03
Akomodasi Standar Sustainability

Kesempatan daya saing melalui tren sustainability global, mis.EV,


biofuel energi terbarukan

04
Pemberdayaan UMKM

Memberdayakan 3,7 Juta UMKM melalui teknologi misal


e-commerce UMKM, pendanaan teknologi

05
Membangun Infrastruktur Digital Nasional

Pembangunan jaringan dan platform digital, mis 4G menjadi 5G


serat optik 1Gbps, data center & Cloud

06
Menarik Investasi Asing

Menargetkan perusahaan manufaktur terkemuka global melalui


penawaran yang menarik dan insentif untuk percepatan transfer
teknologi

07
Peningkatan Kualitas SDM

Desain kembali kurikulum pendidikan menyesuaikan era industri


4.0 ; Program talent mobility untuk profesional

08
Pembentukan Ekosistem Inovasi

Pengembangan sentra R&D&D oleh pemerintah, swasta publik,


maupun universitas

09
Menerapkan Insentif Investasi Teknologi

Memperkenalkan tax exemption/subsidi untuk adopsi teknologi


dan dukungan pendanaan

10
Harmonisasi Aturan & Kebijakan

Melakukan harmonisasi kebijakan dan peraturan lintas


kementerian

Gambar 2.34
Sepuluh Prioritas Nasional Making Indonesia 4.0
36 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019
PERTUMBUHAN PDB 5 SEKTOR
INDUSTRI PRIORITAS (%)
Industri Makanan & Minuman

9,23
8,33 8,67
7,91 7,99
7,54

2015 2016 2017 2018 TWII TWII


2018 2019

Industri Tekstil & Pakaian Jadi

7,99

7,91

3,83 8,67
-0,09
-4,79

2015 2016 2017 2018 TWII TWII


2018 2019

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 37


Industri Komputer, Barang
Elektronik & Optik

8,98

2,92
-4,14
-0,85
-12,92 -8,54

2015 2016 2017 2018 TWII TWII


2018 2019

Industri Kendaraan Bermotor


Trailer & Semi Trailer

6,98

4,75

3,10

2,79
-1,78

-5,17

2015 2016 2017 2018 TWII TWII


2018 2019

Industri Kendaraan Bermotor


Trailer & Semi Trailer

7,58

4,43
3,52

3,48

-4,18

-6,04

2015 2016 2017 2018 TWII TWII


2018 2019

*Sumber Data BPS, diolah Kemenperin


Gambar 2.35
Pertumbuhan PDB 5 Sektor Industri Prioritas

38 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Lima sektor industri prioritas dalam tumbuh sebesar 8,98% di tahun 2015 lalu
Making Indonesia 4.0 sangat berperan mengalami pertumbuhan negatif ditahun
penting dalam kinerja sektor industri. 2017 dan 2018 serta sampai dengan TW II
Dalam 5 tahun terakhir Industri Makanan 2019 masih tumbuh negatif sebesar 4,14%.
dan Minuman mengalami pertumbuhan Hal yang sama juga dengan industri
yang baik di tahun 2017 mampu tumbuh kendaraan bermotor,trailer, dan semi
9,23% meskipun tahun 2018 tumbuh 7,91% trailer yang mengalami pelambatan sejak
dan pada TW II 2019 mampu tumbuh tahun 2016 yang mampu tumbuh sebesar
sebesar 7,99%. Meskipun masih dalam 6,98% melandai sampai tahun 2017
ancaman perang dagang antara Amerika sebesar 2,79% dan tumbuh lagi di tahun
dan China, industri tekstil dan pakaian jadi 2018 sebesar 3,10% sedangkan TW II 2019
perlahan tapi pasti mampu tumbuh dari -5,17%. Untuk industri bahan kimia dan
-4,79% di tahun 2015 menjadi 8,73% di tahun barang dari bahan kimia pertumbuhannya
2018 sedangkan TW II 2019 tumbuh sebesar mengalami pelambatan dari 4,43% di
20,71% Pertumbuhan industri komputer, tahun 2015 menjadi 3,48% di tahun 2017
barang elektronik, dan optik tidak cukup sedangkan tahun 2018 -4,18%, namun di
baik sejak tahun 2016 meskipun sempat TW II 2019 mampu tumbuh sebesar 7,58%.

KONTRIBUSI 5 SEKTOR INDUSTRI PRIORITAS TERHADAP


TOTAL PDB INDUSTRI (%)

Industri Makanan & Minuman (dalam persen)

36,23
35,46
34,33

32,80
30,84

2015 2016 2017 2018 Sem I


2019

Industri Tekstil & Pakaian Jadi

7,37

6,64
6,45
6,35
6,19

2015 2016 2017 2018 Sem I


2019

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 39


Industri Komputer,
Barang Elektronik & Optik

21,82
21,52
21,16
20,74
20,05

2015 2016 2017 2018 Sem I


2019

Industri Bahan Kimia & Barang


dari Bahan Kimia

21,82
21,52
21,16
20,74

5,17

2015 2016 2017 2018 Sem I


2019

Industri Kendaraan Bermotor,


Trailer & Semi Trailer

6,26
6,16
5,92
5,80
5,17

2015 2016 2017 2018 Sem I


2019

Gambar 2.36
Nilai Kontribusi 5 Sektor Industri Prioritas Terhadap Total PDB Industri

40 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Sejalan dengan pertumbuhannya, Industri bahan kimia dan barang dari
nilai kontribusi industri makanan dan bahan kimia kontribusinya juga membaik
minuman tetap menjadi motor utama selalu diatas 20% sampai dengan tahun
pada pertumbuhan industri pengolahan 2018 sedangkan sampai dengan semester
non migas. Selama 2015-2018 kontribusi I 2019 baru berkontribusi 5,17%. Begitu
selalu tumbuh diatas 30% dan sampai juga dengan industri kendaraan bermotor,
dengan semester I 2019 sebesar 36,23%. trailer dan semi trailer yang kontribusinya
Untuk industri tekstil dan pakaian jadi menurun dari 6,26% (2015) menjadi 5,80%
memberikan kontribusi rata-rata 6% (2018) dan di semester I 2019 mampu
tiap tahunnya dan pada semester I berkontribusi sebesar 5,17%.
2019 sebesar 7,37%. Performa baik juga
di tunjukkan pada kontribusi industri
komputer, barang elektronik & optik
yang selalu diatas 20%, sampai dengan
semester I 2019 kontribusinya sebesar
20,05%.

INVESTASI 5 SEKTOR
INDUSTRI PRIORITAS

Industri Makanan & Minuman

59,20

58,59
55,34
39,34

30,37
29,14

2015 2016 2017 2018 Sem I Sem I


2018 2019

Industri Tekstil & Pakaian Jadi

12,83

8,14
7,61 7,69

4,65

2,63

2015 2016 2017 2018 Sem I Sem I


2018 2019

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 41


Industri Komputer,
Barang Elektronik & Optik

11,51
9,81

4,82
2,66
2,03
1,57

2015 2016 2017 2018 Sem I Sem I


2018 2019

Industri Bahan Kimia & Barang


dari Bahan Kimia

52,05

39,93
36,59

26,19

14,57
9,52

2015 2016 2017 2018 Sem I Sem I


2018 2019

Industri Kendaraan Bermotor,


Trailer & Semi Trailer

23,27
18,61

12,08
11,66

5,86
3,80

2015 2016 2017 2018 Sem I Sem I


2018 2019

Gambar 2.37
Nilai Investasi 5 Sektor Industri Prioritas
42 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019
Nilai investasi pada sektor industri makanan dan minuman selalu tumbuh
sejak tahun 2015 sampai 2018 dan masih menjadi penyumbang terbesar
dengan nilai mencapai Rp55,34 Triliun pada tahun 2018 dan pada
semester I 2019 mampu mencapai Rp30,37 Triliun. Industri bahan kimia
dan barang dari bahan kimia selama lima tahun ini mengalami fluktuatif,
tahun 2015 sebesar Rp39,93 Triliun sempat meningkat sebesar Rp52,05
Triliun (2016) dan mengalami penurunan di tahun 2017 dan 2018 serta
semester I 2019 sebesar Rp9,52 Triliun. Industri kendaraan bermotor,
trailer dan semi trailer selama lima tahun juga mengalami fluktuatif
sempat meningkat dari Rp18,61 Triliun (2015) menjadi Rp23,27 Triliun (2016)
dan mulai menurun menjadi Rp12,08 Triliun (2017) dan Rp11,66 Triliun (2018)
serta pada semester I 2019 mencapai nilai Rp5,86 Triliun.

Meskipun pertumbuhan industri komputer, barang elektronik dan optik


tidak begitu baik sebaliknya pada nilai investasi pada industri ini, selama
2015-2018 mengalami pertumbuhan nilai investasi dari Rp1,57 Triliun
(2015) menjadi Rp11,51 Triliun (2018) dan pada semester I 2019 sebesar
Rp2,66 Triliun. Sektor industri tekstil dan pakaian jadi perkembangan nilai
investasi sejak 2015-2018 mengalami pasang surut, sempat mencapai
nilai Rp12,83 Triliun (2017) dan melandai menjadi Rp7,69 Triliun (2018) dan
pada semester I 2019 sebesar Rp2,63 Triliun.

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 43


Ekspor Impor Neraca

KINERJA EKSPOR-IMPOR 5 SEKTOR


INDUSTRI PRIORITAS

Industri Komputer,
Barang Elektronik & Optik

17,36
14,93
13,08
12,89 13,83
11,66

6,29
6,12
5,87
4,64
4,12

2015 2016 2017 2018 Jan-Sept Jan-Sept


2018 2019

-6,49
-7,20
-8,19 -7,54
-8,82
-11,06

Industri Kendaraan Bermotor,


Trailer & Semi Trailer

7,87
6,73
5,32 5,90 6,17 5,91
5,25 5,14 5,25
4,76
4,72

4,54

2015 2016 2017 2018 Jan-Sept Jan-Sept


-0,18 2018 2019

-0,49 -0,53
-0,82
-1,37
-1,70

44 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Industri Makanan & Minuman

31,85
29,91
26,54
26,39
22,23
21,97
19,31
18,02 18,13
16,73
13,44
11,78 11,71
9,66 9,88
8,52 8,78
7,60

2015 2016 2017 2018 Jan-Sept Jan-Sept


2018 2019

Industri Tekstil & Pakaian Jadi

13,26
12,58
13,32
11,87
10,06
9,84
8,68
7,58
6,93 7,14
5,38
4,99 6,17
4,73 4,59
3,67 3,67

2015 2016 2017 2018 Jan-Sept Jan-Sept


2018 2019

Industri Komputer,
Barang Elektronik & Optik

24,26
20,56
19,18

17,74 17,76
16,37
13,95
12,70
10,25 10,43
9,01 9,62

2015 2016 2017 2018 Jan-Sept Jan-Sept


2018 2019

-7,50 6,74
-7,32
-7,87
-10,18
-10,30

Gambar 2.37
Nilai Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan 5 Sektor Industri Prioritas

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 45


Sedangkan untuk industri Makanan dan Minuman mengalami neraca
surplus di lima tahun terakhir dari US$18,02 Miliar (2015) menjadi US$18,13
Miliar (2018) dan sampai dengan September 2019 surplus sebesar US$3,67
Miliar. Sejalan dengan pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadian
yang membaik, neraca sektor ini industri ini juga mengalami performa
yang baik selama lima tahun terakhir dari US$5,38 Miliar (2015) dan
sebesar US$4,59 Miliar (2018), sampai dengan september 2019 surplus
sebesar US$3,67 Miliar. Sedangkan untuk industri bahan kimia dan
barang dari bahan kimia mengalami performa yang kurang baik selama
lima tahun ini, neraca defisit pada tahun 2018 sebesar – US$10,30 Miliar
dan sampai dengan September 2019 defisit sebesar - US$6,74 Miliar.

46 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


BAB III
CAPAIAN KINERJA
KELEMBAGAAN

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 47


CAPAIAN KINERJA
KELEMBAGAAN

A Kinerja Keuangan dan


Reformasi Birokrasi

Kinerja keuangan Kementerian


Perindustrian untuk tingkat realisasi
anggaran rata-rata diatas 90% dari tahun
2015-2019 dan mendapatkan predikat
WTP 11 kali berturut-turut sejak tahun
2008.

Kinerja Keuangan dan Implementasi Reformasi Birokrasi

95,49%

92,86%
92,27% 92,16%
Tingkat Realiasasi
Anggaran
77,45%

Tingkat akuntabilitas
laporan keuangan Mendapat Predikat WTP 11 kali berturut-turut sejak tahun 2008
dan BMN

2015 2016 2017 2018 Prognosa


2019
Gambar 3.1
Kinerja Keuangan Kemenperin 2015-2019

Keberhasilan dalam implementasi


reformasi birokrasi dapat dilihat dari
peningkatan indeks reformasi dari 66,55
(2015) menjadi 76,91 (2018) dan nilai
akuntabilitas kinerja dari 73,90 (2015)
menjadi 77,12 (2018).

48 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Kinerja Reformasi Birokrasi Kemenperin 2015-2018

77,16
77,12
Nilai Akuntabilitas
75,94 Kinerja
76,91 Indeks Reformasi
73,90 76,34 Birokrasi

74,73

66,55
Kedua Penilaian oleh
Kementerian PAN & RB

2015 2016 2017 2018

Gambar 3.2
Kinerja Reformasi Birokrasi Kemenperin 2015-2018

B Kinerja Pelayanan Publik & Kearsipan

Kinerja pelayanan publik Kementerian Perindustrian


dapat dilihat dari nilai indeks kepuasan masyarakat yang
selalu diatas 3 dan peringkat keterbukaan informasi
publik yang dinilai oleh Komisi Informasi Pusat dengan
mendapatkan predikat menuju informatif. Untuk
kearsipanKementerian Perindustrian memperoleh Juara
III unit kearsipan terbaik tingka K/L.

Kinerja Pelayanan Publik & Unit Kearsipan

3,29
Nilai Indeks Kepuasan 3,21
Masyarakat 3,20
3,18

3,10

Peringkat Keterbukaan
Informasi Publik
Kategori Kementerian 2 3 3 2 Menuju
Informatif
(Penilaian oleh Komisi
Informasi Pusat)
2015 2016 2017 2018 Prognosa
2019

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 49


Kinerja Pelayanan Publik & Kearsipan

2017 2018 2019

Unit Kearsipan Kementerian Unit Kearsipan Unit Kearsipan Kementeri-


Perindustrian memperoleh Kementerian Perindustrian an Perindustrian memper-
akreditasi kearsipan dengan memperoleh peningkatan oleh Juara III unit kearsi-
predikat “A”. nilai pengawasan kearsipan pan terbaik tingkat
yang semula bernilai 70 kementerian/lembaga.
pada tahun 2016, menjadi
bernilai 86,90 (B) dan
menempati peringkat 4
pada tahun 2018.

Gambar 3.3
Kinerja Pelayanan Publik & Kearsipan

C Capaian Kompetisi Inovasi


Pelayanan Publik (SINOVIK)

Adapun capaian kompetisi inovasi


pelayanan publik (SINOVIK) yang berhasil
diraih antara lain TOP 33 untuk Ujian CPNS
Online Kemenperin (2014); TOP 99 untuk
Sistem Informasi Ketahanan Industri (IRIS)
(2015); TOP 99 untuk Sistem Informasi
Pelayanan, Balai Riset dan Standardisasi
Industri Surabaya (2016); TOP 40 untuk
KIARKOD; TOP 99 untuk AKOEPUNTUR; TOP
99 untuk Ratu BeStarI; TOP 99 untuk
Dalang Ki Katon; TOP 45 untuk Si Telmi
Biam.

50 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


No UNIT KERJA UNIT KERJA NOMINASI TAHUN

Ujian CPNS Online Kemenperin


1 Biro Kepegawaian TOP 33 2014

Ditjen Ketahanan & Pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Industri (IRIS)


2 TOP 99 2015
Akses Industri Internasional

Sistem Informasi Pelayanan, Balai Risen &


3 Balai Riset & Standardisasi Surabaya TOP 99 2016
Standardisasi Industri Surabaya

KIARKOD : Tracking Order Sistem Informasi TOP 40


4 Balai Besar Bahan & Barang Teknik 2017
Pelayanan Jasa B4T

AKOEPUNTUR (Aplikasi Kompetensi Turunan)


5 SMK SMTI Banda Aceh TOP 99 2017
CPO Minipland SMK-SMTI Banda Aceh

Ratu BeStart (KeRApihan, KeteraTUran,


6 Biro Hukum & Organisasi KeBErsihan, KeleSTARian & Kedisplinan) untuk TOP 99 2017
Tata Kerja yang Lebih Efisien & Efektif

Balai Besar Pulp & Kertas (BBPK) Dalang Ki Katon *Daur Ulang Kemasan
7 TOP 99 2018
Bandung Minuman Karton*

Balai Riset & Standardisasi Industri Si Telmi Biam "Inovasi Ketel Minyak Kayu Putih TOP 45
8 2019
Ambon BU Ambon"

Gambar 3.4
Capaian Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK)

D KINERJA SISTEM INFORMASI INDUSTRI NASIONAL (SIINas)

Sebagai amanat UU Nomor 3 tahun industri, dan pengelola kawasan. Hingga


2014 tentang Perindustrian, Pemerintah Oktober 2019, telah terdaftar di SIINas
telah membuat Sistem Informasi Industri sebanyak 4.602 perusahaan dan 56
Nasional (SIINas), kemudian telah perusahaan pengelola kawasan industri.
dilaksanakan sosialisasi kepada dinas
provinsi, kabupaten, kota, perusahaan

Perusahaan
Dinas Dinas Dinas Perusahaan
Pengelola
Provinsi Kabupaten Kota Industri
Kawasan Industri

Jumlah Peserta
25 300 87 265 14
Sosialisasi

Terdaftar di SIINas 4.602 56

Sudah Menyampaikan Data 390 28

Perusahaan Industri Perusahaan Pengelola


Perusahaan Kawasan Industri

Gambar 3.5
Kinerja Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas)

E KINERJA SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)

Dari sisi pengawasan & pengendalian


internal Kemenperin, terdapat peningkatan
penilaian maturitas Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dengan skor akhir
hasil QA BPKP dari 2,97 (2016) menjadi 3,27
(2018) dan penilaian kapabilitas APIP dari
level 2 (2016) menjadi level 3 (2018).

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 51


Aspek 2016 2017 2018

1. Penilaian Maturitas SPIP


Skor Akhir
hasil QA BPKP 2,97 (berkembang) 3,31 (terdefinisi) 3,27 (terdefinisi)

Jumlah Statker
45 Statker 50 Statker 56 Statker
yang dinilai

2. Penilaian Kapabilitas APIP


Level 2 dengan catatan Tidak dinilai setiap Level 3 dengan
Nilai improvement tahun catatan improvement

Gambar 3.6
Kinerja Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

F KINERJA SDM APARATUR & EFISIENSI GEDUNG KEMENPRIN

Dari sisi kinerja SDM aparatur Kemenperin, terjadi peningkatan produktivitas di mana rata-
rata nilai prestasi kerja pegawai pada tahun 2015 sebesar 86,96 meningkat pada tahun 2018
menjadi sebesar 89,46.

1.464,33
Rata-Rata Produktivitas
Kinerja Minumum Pegawai
Kementrian Perindustrian
(Jam Kerja Setahun) 1.406,73

999,24

Rata-Rata Nilai Prestasi 89,46


Kerja Pegawai Kementrian
Perindustrian (0-100) 87,52
87,34

89,96

2015 2016 2017 2018 TWI-III


2019

Gambar 3.7
Kinerja SDM Aparatur Kemenperin

Kementerian Perindustri jelah telah aktif melakukan efisiensi energi gedung pusat Kemenperin
dengan hasil sebesar 45,01% (2015) menjadi 42,94% (2018) dan diproyeksikan pada tahun 2019
menjadi 41%.

Rata-Rata Produktivitas
Kinerja Minumum Pegawai 45,01% 45,55%
Kementrian Perindustrian
(Jam Kerja Setahun)
42,94%
41,42%
41,0%

2015 2016 2017 2018 TWI-III


2019

Gambar 3.8
Efisiensi Gedung Pusat Kemenperin

52 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


BAB IV
TANTANGAN & PELUANG
PEMBANGUNAN INDUSTRI

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 53


Tantangan Dan Peluang Yang Dihadapi 3. Pengembangan Industri Smelter
Dalam Pembangunan Industri Nasional Berbasis Logam: Produk samping
Antara Lain: yang dihasilkan oleh smelter
berupa slag, tailing, dan red
A. TANTANGAN mud jumlahnya cukup besar dan
dikategorikan sebagai limbah
B3 sehingga menyulitkan pelaku
1. Pengembangan IKM: usaha dalam penanganannya.

a. Tingginya tingkat
persaingan usaha sehingga 4. Pengembangan AMMDes:
mengakibatkan wirausaha
baru atau pemula tumbuhnya a. Belum masifnya penjualan
b. lambat. produk AMMDes, terutama di
Keterbatasan kemampuan wilayah pedesaan sebagai
produksi IKM, pemenuhan target marketnya
bahan baku dan penguatan b. Persaingan dari produk impor
c. kelembagaan. c. Kemungkinan adanya
Lemahnya Inovasi Produk duplikasi dari pihak lain
karena keterbatasan. d. Perjanjian investasi
membatasi pengembangan
2. Pengembangan SDM Industri; AMMDes

a. Bonus demografi sampai


5. Pengembangan Kendaraan Listrik:
dengan tahun 2035 bila tidak
dikelola dengan baik akan a. Dibutuhkannya investor
berpotensi menimbulkan dalam rangka penyediaan
masalah sosial. infrastruktur charging
b. Produktifitas Tenaga Kerja station2.
Rendah dan Indonesia minim b. Diperlukannya investasi di
tenaga ahli bidang industri pembuatan
c. Tingkat Pendidikan Angkatan battery cell
Kerja Masih Rendah (baik yang
6. Industri Ponsel:
bekerja maupun pencari kerja)
d. Jumlah pengangguran a. Masih tingginya impor
terbuka masih tinggi berkisar komponen ponsel
7.000.000 orang (sakernas b. Tingginya peredaran ponsel
Agustus 2018) illegal

54 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


7. Investasi Sektor Industri: 2. Pengembangan SDM Industri:
a. Iklim usaha industri yang a. 15 Tahun ke depan akan
masih belum sepenuhnya menjadi masa emas bagi
stabil, seperti kemudahan izin Indonesia jika Bonus
usaha dan penyediaan lahan Demografi dimanfaatkan
dengan harga kompetitif b. dengan baik.
b. Restriksi perdagangan bebas Pembangunan Sumber Daya
antarnegara Manusia Menjadi Prioritas
c. Kualitas SDM yang belum Pemerintah mulai Tahun 2019
merata dan kekakuan pasar
tenaga kerja 3. Pengembangan Industri Smelter
d. Penyediaan energi dengan Berbasis Logam:
harga kompetitif di wilayah a. Pelarangan ekspor nikel kadar
industri yang tersebar rendah akan menumbuhkan
e. Infrastruktur logistik yang industry smelter dengan
belum tersedia secara teknologi hydrometallurgy
kompetitif yang menghasilkan bahan
baku baterai listrik
8. Industri Kimia & Tekstil: b. Prospek hilirisasi (subsitusi
a. Penetapan harga gas untuk impor) logam nikel sangat
industri yang layak secara besar karena industri
keekonomian. terintegrasi (Morowali dan
b. Masalah pencemaran Konawe) menyediakan bahan
lingkungan untuk industri baku (intermediate product
dyeing, printing, dan finishing CRC/HRC Stainless Steel)
serta penyamakan kulit untuk industri hilir
terutama di DAS Citarum. c. Demand alumunium ingot
dalam negeri masih sangat
9. Tantangan Implementasi besar sehingga pembangunan
Industri 4.0 industri alumunium ingot
a. Kualitas dan kontinuitas sangat besar peluangnya
produksi masih belum d. Demand copper cathode
konsisten yang besar
b. Alokasi anggaran
Pemerintah & swasta untuk
pengembangan teknologi 4. Pengembangan AMMDes:
perlu ditingkatkan
a. AMMDes yang dapat
Belum meluasnya
digunakan hingga 12 jenis
pengembangan SDM ke
aplikasi (ambulance, feeder,
arah teknologi informasi dan
penyosoh padi, fasilitas air
komunikasi
berseih, dll) memungkinkan
B. PELUANG AMMDes untuk digunakan
dalam pengembangan
1. Pengembangan IKM: pedesaan, termasuk dalam
pemanfaatan dana desa.
a. Banyaknya calon wirausaha b. Perluasan Akses Pasar
yang memiliki kemampuan/ AMMDes ke Negara Tujuan
jiwa wirausaha Ekspor: Mendorong perluasan
b. Tersedianya lahan dan akses pasar AMMDes ke
infrastruktur yang sudah siap negara tujuan ekspor, seperti
digunakan di daerah Timor Leste, Kamboja, dan
c. Adanya kemudahan atau negara-negara Afrika
fasilitas pemerintah dalam
mendukung peningkatan
investasi mesin/peralatan IKM

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 55


5. Pengembangan Kendaraan
Listrik: adanya Perpres 55/2019
tentang Kendaraan Bermotor
Listrik memungkinkan tumbuhnya
industri kendaraan listrik dalam
negeri, dengan adanya aturan
terkait TKDN mobil listrik

6. Industri Ponsel:
a. Penerapan Permenperin
29/2017 terkait Regulasi
TKDN Ponsel diharapkan
dapat mengurangi impor dan
menumbuhkan industri dalam
negeri
b. Kebijakan IMEI untuk menekan
angka ponsel illegal di
indonesia

7. Industri Kimia, Farmasi & Tekstil:


a. Potensi sumber daya alam
yang besar yaitu batubara
dan gas alam untuk hilirisasi
dalam rangka substitusi impor
bahan baku dan pendalaman
struktur industri hulu.
b. Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang bersifat
wajib dapat meningkatkan
industri farmasi dan
memperdalam struktur
industri bahan baku obat di
dalam negeri.
c. Pembangunan infrastruktur
yang massif, dapat
meningkatkan utilisasi industri
semen, keramik, kaca, dan
produk karet.

8. Peluang Implementasi Industri 4.0


a. Bonus demografi
b. Menghasilkan angkatan kerja
yang besar
c. Permintaan domestik yang
kuat
d. Pertumbuhan ekonomi stabil
Memiliki struktur produksi
yang kompleks dan besar

56 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


BAB V
REALISASI ANGGARAN
2015-2019

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 57


REALISASI ANGGARAN
2014 - 2019

Realisasi pagu anggaran Kementerian


Perindustrian sejak tahun 2015-2018 rata-
rata di atas 90% meskipun pada tahun
2015 hanya 79%, sedangkan sampai
dengan Oktober 2019 sudah terealisasi
sebesar 56,90%.

5.000.000.000.000

4.500.000.000.000

96,61% 92,72%
4.000.000.000.000 91,55% 92,27%

3.500.000.000.000

79,26%
3.000.000.000.000

2.500.000.000.000
4.600.975.142.000

56,90%
2.656.458.774.000

2.847.922.836.000

2.000.000.000.000
2.164.484.260.000

2.623.111.903.000

3.614.824.436.000

2.056.694.539.945
3.646.744.814.457

2.432.089.589.850

2.627.899.646.164
2.431.995.787.000

2.069.390.608.391

1.500.000.000.000

1.000.000.000.000

500.000.000.000

Pagu Realisasi
2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 5.1 Realisasi Anggaran 2014-2019 (per 28 Oktober 2019)

POSTUR ANGGARAN 2019

APBN Kementerian Perindustrian 1. Belanja Pegawai sebesar


TA 2019 adalah sebesar Rp675.804.933.000 ,-
Rp3.614.824.436.000 Pagu tersebut 2. Belanja Operasional yang meliputi
bersumber dari Rupiah Murni sebesar biaya operasional perkantoran,
pemeliharaan peralatan kantor
Rp3.364.383.704.000,-, dan PNBP/BLU
maupun gedung sebesar Rp.
sebesar Rp250.440.732.000,-, dengan 3. 282.184.683.000,-.
rincian alokasi belanja sebagai Belanja Non-Operasional sebesar Rp.
berikut: 2.656.834.820,- yang meliputi kegiatan
prioritas nasional dan kegiatan reguler.

58 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019


Gambar 5.2
Proposi Anggaran 2019 berdasarkan Alokasi Belanja dan Unit Eselon I
(dalam Rp ribu)

UNIT KERJA/ UNIT KERJA/ BELANJA BELANJA JUMLAH


NO PROGRAM / KEGIATAN
SATKER SATKER OPERASIONAL OPERASIONAL

(1) (2) (3) (4) (5) (5) (7)+(4)+(5)+(6)

1 Program Dukungan Manajemen Kementrian Sekretariat Jenderal


50.168.821 43.763.532 146.913.284 240.845.637
Perindustrian (3 Satker)

2 Program Penumbuhan & Pengembangan Industri


Ditjen Industri Agro 15.763.008 5.560.252 90.309.561 111.632.821
Berbasis Agro

3 Program Penumbuhan & Pengembangan Industri Ditjen Industri Kimia, Farmasi


21.729.158 2.984.486 98.365.638 123.079.282
Kimia, Farmasi dan Tekstil & Tekstil

4 Program Penumbuhan & Pengembangan Industri Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat
22.880.000 5.669.901 98.181.199 126.731.100
Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Transportasi & Elektronika

5 Program Penumbuhan & Pengembangan Industri Ditjen Industri Kecil, Menengah 24.469.725 10.138.621 345.202.215 379.810.561
Kecil, Menengah & Aneka & Aneka

6 Program Pengawasan & Peningkatan Akuntabilitas Inspektorat Jenderal


13.079.574 4.765.383 28.448.098 46.293.055
Aparatur Kementrian Perindustrian

7 Program Pengembangan Teknologi & Kebijakan Badan Penelitian & Pengembangan


249.181.510 96.422.113 328.735.989 674.339.612
Industri Industri (25 Satker)

a. Penelitian & Pengembangan Teknologi


Industri Agro, Kimia, Farmasi, Tekstil,
Logam, Mesin, Alat Transportasi dan 4 Pusat Litbang & 1 Sekretariat 9.461.396 9.461.396 64.424.555 98.470.635
Elektronika, Standardisasi Industri &
Industri Hijau

b. Penelitian dan Pengembangan Teknologi


11 Balai Besar Industri 49.470.052 49.470.052 181.962.483 367.210.807
serta pelayanan teknis industri

c. Riset, Standardisasi dan Jasa Pelayanan 11 Baristand, Balai Sertifikasi Industri & Balai
Teknis Industri 38.490.665 37.490.665 82.348.951 208.658.170
Pengembangan Produk & Standardisasi

8 Program Peningkatan Ketahanan, Pengembangan Ditjen Ketahanan Perwilayahan &


26.218.302 4.750.000 88.411.356 119.379.658
Perwilayahan Industri & Akses Industri Internasional Akses Industri Internasional

9 Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Pengembangan Sumber


252.314.835 108.130.395 1.432.267.480 1.792.712.710
Industri Daya Manusia Industri (29 Satker)

a. Peningkatan Kualitas SDM Industri, Sekretariat & 7 Balai Diklat Industri 38.218.419 36.472.351 485.410.094 560.100.864
Peningkatan Kompetensi ASN &
Penyusunan & Evaluasi Program
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Industri

b. Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi 10 Politeknik Industri & 2 Akademi 128.658.418 44.142.353 671.178.662 843.979.433
Vokasi Industri Berbasis Kompetensi Komoditas
Menuju Dual Sistem

c. Peningkatan Kualitas Pendidikan 9 Sekolah Menengah Kejuruan 85.437.998 26.383.157 276.811.258 388.632.413
Menengah Kejuruan Industri Berbasis Industri
Menuju Dual Ssitem

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN 675.804.933 282.184.683 2.656.834.820 3.614.824.436

Gambar 5.3 Rincian Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian 2019


(dalam Rp ribu)

Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019 59


Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia
Jl. Gatot Subroto kav. 52-52 lantai 7
Jakarta Selatan 12950
T : (021) 5255509 ext. 4020
F : (021) 5253278
W : www.kemenperin.go.id

Anda mungkin juga menyukai