AIRLANGGA HARTARTO
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I 1
ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN INDUSTRI
BAB II 5
CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN
SEKTOR INDUSTRI
A. Kinerja PDB Sektor Industri 6
B. Kinerja Investasi Sektor Industri 7
- Pengembangan Industri Smelter 8
Berbasis Logam
- Penumbuhan Produksi dan 9
Pengendalian Impor Perangkat Selular
- Pengembangan Industri Pengolahan 11
Kakao dan Gula
- Pengembangan Industri Petrokimia 11
- Pengembangan Alat Mekanis Multi 13
Guna Pedesaan (AMMDes)
C. Kinerja Ekspor, Kapasitas Produksi, 15
dan Pengembangan Pasar Dalam
Negeri
- Penumbuhan Ekspor Industri Etomotif 16
- Penumbuhan Ekspor Produk Industri 17
Semen, Ban, Pakaian Jadi, dan Alas
Kaki
- Pengembangan Industri Bahan Bakar 18
Nabati (Biodiesel 20%)
- Pengembangan Industri Aspal Karet 18
- Fasilitasi Pembiayaan Ekspor Industri 20
D. Penumbuhan Populasi Industri dan 21
Penyebaran Industri ke Luar Jawa
- Pengembangan IKM Logam dan 23
Perhiasan
E. Penyediaan Tenaga Kerja Sektor 24
Industri
F. Pengembangan Industri Kecil & 26
Menengah (IKM) dan Penumbuhan
Wirausaha Industri
G. Kinerja Penelitian & Pengembangan 28
Industri
H. Implementasi Making Indonesia 4.0 29
- Sasaran Making Indonesia 4.0 31
- Road Map 5 Sektor Making Indonesia 33
4.0
- Sepuluh Prioritas Nasional Making 36
Indonesia 4.0
- Pertumbuhan PDB 5 Sektor Industri 37
Prioritas
- Kontribusi 5 Sektor Industri Prioritas 39
Terhadap Total PDB Industri
- Investasi 5 Sektor Industri Prioritas 41
- Kinerja Ekspor-Impor 5 Sektor Industri 44
Prioritas
BAB III
CAPAIAN KINERJA KELEMBAGAAN 47
A. Kinerja Keuangan dan Reformasi 48
Birokrasi
B. Kinerja Pelayanan Publik & Kearsipan 49
C. Capaian Kompetisi Inovasi Pelayanan 50
Publik (SINOVIK)
D. Kinerja Sistem Informasi Industri 51
Nasional (SIINas)
E. Kinerja Sistem Pengendalian Intern 51
Pemerintah (SPIP)
F. Kinerja SDM Aparatur dan Efisiensi 52
Gedung Kemenperin
G. Penyusunan Regulasi Sektor Industri
4
Program Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah
7
Program Pengembangan Teknologi
dan Kebijakan Industri
10
Program Pengawasan dan Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian.
5,05%
5,4%
4,85%
9,23 4,77%
8,33 8,67
7,91
7,54 4,43%
4,33% 4,3%
4,29% 4,27%
Gambar 2.1
Pertumbuhan Industri Pengolahan & Industri Pengolahan Nonmigas
21,0%
20,5%
20,16%
19,86%
20,21%
18,21%
17,63%
18,20%
17,89%
17,80%
2015 2016 2017 2018 2019*
*Prognosa
Industri Pengolahan
Industri Pengolahan Non Migas
Gambar 2.2
Kontribusi Industri Pengolahan & Industri Pengolahan
Nonmigas terhadap PDB Nasional
1.173,5
1.068,9
846.6
571,8
236,0
335,8 274,8 222,3
104,6
Gambar 2.3
Investasi Sektor Industri Tahun 2015-Semester I 2019 (dalam Rp Triliun)
Lima sektor industri yang Salah satu realisasi investasi ini dapat
menyumbangkan investasi terbesar kita lihat pada program penumbuhan dan
selama periode 2015-2019 yaitu: (1) Industri pengembangan smelter sampai dengan
Logam, Mesin & Elektronik; Industri tahun 2019, terdapat 46 perusahaan yang
Instrumentasi Kedokteran, Presisi & Optik & telah berinvestasi sebesar USD50,4 miliar
Jam sebesar Rp266,13 triliun; (2) Industri (USD12,27 Miliar sudah beroperasi dan USD
Makanan sebesar Rp257,47 triliun; (3) 38,13 Miliar tahap perencanaan dan
Industri Kimia & Farmasi sebesar Rp217,0 konstruksi), penyerapan tenaga kerja
triliun; (4) Industri Mineral Nonlogam langsung lebih dari 64.000 orang.
sebesar Rp98,75 triliun; serta (5) Industri
Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi
Lain sebesar Rp96,70 triliun.
1.300
Alumunia 4.000
323
Katoda Tembaga 325
Hydrometalungi 318
675
Paduan Logam Nikel 4.690
Gambar 2.4
Pengembangan Industri Smelter Berbasis Logam
74.701.446
68.743.382
60.520.885
60.586.647
49.656.905
49.580.649
37.137.993
18.524.239
11.462.514
7.721.784
5.722.338 2.645.103
Gambar 2.5
Penumbuhan Produksi dan Penurunan Impor Produk Telepon Seluler (dalam Unit
Gambar 2.7
Pengembangan Investasi Industri Petrokimia
Gambar 2.8
Fasilitasi Pembangunan Pabrik Pupuk
6 5 4
1 2 3
Tanggamus Pangandaran
Lokasi Lokasi Lebak Banten Lokasi Ciamis
Lampung
Transportasi Pegangkut
Kegunaan
Rak Angkut Kegunaan Kegunaan Serabut Kelapa
Panen Pisang Pasien
Gambar 2.9
Peta Sebaran Pilot Project Pengembangan AMMDes
125,10 130,09
110,50
108,60
82,91
Gambar 2.10
Nilai Ekspor Sektor Industri Tahun 2015-2019 (dalam USD Miliar)
Peningkatan nilai ekspor ini sejalan Dari sektor otomotif, pada tahun 2018
dengan peningkatan kapasitas produksi telah mencapai produksi sebesar 1,34 juta
pada industri pengolahan kelapa sawit unit, dengan kapasitas terpasang sebesar
dan turunannya antara lain refinery dari 2,25 juta unit dan mampu menyerap
45 juta ton (2014) menjadi 64 juta ton (2019), tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang.
Oleofood dari 2,5 juta ton (2014) menjadi Selain itu terjadi peningkatan nilai ekspor
2,75 juta ton (2019), Biodiesel dari 7,2 juta CBU,CKD, dan komponen selama 2015-2019
ton (2014) menjadi 16 juta ton (2019), dan dan pada Januari-Agustus 2019 mencapai
ragam produk hilir dari 126 produk (2014) USD 3,8 Miliar.
menjadi 170 produk (2019).
Indonesia Memimpin dalam Penjualan
Mobil di ASEAN tahun 2018 (Unit)
Indonesia
Thailand
1.151.284
1.041.739
Filipina
357.410
Myanmar
17.524
Malaysia
598.714
Vietnam
Singapura Brunei
288.683
95.234 11.226
Gambar 2.11
Volume penjualan mobil di ASEAN tahun 2018 (unit)
6,958.39
5,410.16 5,843.46
Ekspor
Impor
1,669,505.0
1,624,714.0
1,588,783.0
1,577,493.0
1,630,214.0
5.197.05
4,188.27
1,086,438.0
1,062,340.0
1,109,702.0
3,390.52
2,597.84
2,081.12
1,223.84
575.81
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
2,685,718.00
7,919,296.00
2,446,408.00
7,318,258.00
2,471,077.00
7,212,686.00
7,399,996
5,662,344.00
5,781,905.00
5,309,090.00
2,229,753
1,869,850.00
1,767,367.00
1,604,873.00
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
Gambar 2.13
Penumbuhan Ekspor Produk Industri Semen, Ban, Pakaian Jadi, dan Alas Kaki
Dalam rangka
1
Volume Biodiesel FAME berbahan baku minyak sawit
bakar nabati
2
Terdapat 28 perusahaan industri Biodiesel FAME dalam
(Biodiesel 20%), negeri berkapasitas total 11,86 Juta KL, realisasi produksi
telah dihasilkan mencapai 5,91 Juta KL (utilisasi kapasitas 49,7%), dimana
sebagai berikut: konsumsi domestik mencapai 4,30 Juta KL dan Ekspor
Biodiesel mencapai 1,61 Juta KL. Dengan realisasi
produksi tersebut, CPO domestik yang terserap
mencapai 5,17 Juta Ton.
4
Manfaat lainnya berupa pengurangan emisi karbon
hingga 3,6 Giga Ton setara CO2 dari penggunaan
Biodiesel yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Serapan karet untuk infrastruktur aspal karet paling tinggi dibanding penggunaan
lainnya di luar ban, yaitu 5-7% berat aspal atau 80.000-112.000 ton/tahun
pada tingkat konsumsi aspal saat ini yang sebesar 1,6 juta ton.
Gambar 2.14
Pengembangan Industri Aspal Karet
PT. Araputra
PT. Dirgantara
PT. INKA (Persero) PT. Chakra Naga PT. INKA (Persero)
Indonesia
PT. Pajitex
Ekspor Gerbong Ekspor produk Ekspor kereta
Kereta Penumpang olahan ikan, alas kaki, penumpang dan Ekspor pesawat
ke Bangladesh tekstil dan produk gerbong barang kereta udara (2017-2018)
(2016) Rp 251,41 M tekstil, dan furniture api ke Bangladesh Rp 354 M
(2016) Rp 91,8 M (2017-2018) Rp 624 M
Gambar 2.15
Fasilitasi Pembiayaan Ekspor Industri
1.241
Dari 7.318 produk industri
yang sudah tersertifikasi TKDN,
17% terdapat 4.076 produk industri (56%)
yang memiliki nilai TKDN di atas 40%.
Gambar 2.16
Jumlah Produk yang Sudah DIsertifikasi TKDN (Per Oktober 2019)
9.000
7.653
5.684
3.490
1.744
Gambar 2.17
Penambahan Jumlah Industri
Berskala Menengah dan Besar (unit)
4 13
2
6
9 5
3 14
10
8
7
12
Keterangan
Miscellaneous Metal based
Target RPJMN 2015-2019 Penyebaran Industri melalui Industry industry
Pembangunan 14 KI di luar Pulau Jawa diantaranya.
Agro Fisheries
1. KI Sei Mangkei (KEK) 6. KI Palu (KEK) 6. KI Kuala Tanjung industry industry
2. KI Ketapang 7. KI Bantaeng 7. KI Tanggamus
3. KI Batulicin 8. KI Konawe 8. KI Buli Oil & Gas Shipping
KI Bitung (KEK) KI Mandor KI Bintuni Industry industry
4. 9. 9.
5. KI Morowali 10. KI Jorong Perencanaan Konstruksi Operasional
Gambar 2.18
Pembangunan Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa
Kab. Sijunjung
Pengolahan Ikan
Kab. Banyuasin
Serabut Kelapa
Kab. Tual
Pengolahan Hasil Laut
Kab Seruyan
Pengolahan Ikan Kab. Kolaka
Tenun
Kab. Sinjai
Sudah DIbangun 8 Sentra IKM Pengolahan Ikan Kab. Manggarai Timur
Tenun TOTAL SENTRA IKM:
Kab. Bantaeng Kab. ALor
22 IKM
Sudang DIbangun dan Beroperasi Pengolahan Kopi Tenun
(Kapasitas Sentrs Sudah terisi 100% oleh IKM) 11 Sentra IKM
Sudah Dibangun dan Beroperasi Sebagian
(Kapasitas Sentra terisi 50% sampai <100 oleh IKM) 3 Sentra IKM
Gambar 2.19
Pembangunan Sentra IKM di Luar Pulau Jawa
3,319.9
2,700.4
2,143.5
2014 2,050.4
1,652.0
1,417.2
Gambar 2.20
Nilai Ekspor-Impor Industri Perhiasan
Gambar 2.21
Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Feb 2015 - Feb 2019 (juta orang)
112 IKM
68 IKM 111 IKM
50 IKM
2015 2016 2018
2017
3% 1%
Aneka Barang
2% 12 IKM
Rp 1.765.024.000
dari Kayu
4%
Alat Angkut 1 IKM Furnitur
Total yang sudah 5 IKM Rp 76.415.000 10 IKM
dilaksanakan Rp 1.377.911.000 Rp 2.386.677.000
Jumlah IKM
18%
Kimia
341 IKM 67 IKM
Rp 4.432.625.000
Nilai Penggantian:
Rp 39,06 Miliar 3%
Logam
12 IKM
Nilai Investasi Rp 3.339.356.000
Mesin/Peralatan:
1%
Rp 144,65 Miliar 47% Mesin
Sandang
61 IKM
22% 4 IKM
Pangan Rp 805.897.000
Rp 7.860.171.000 58 IKM
Rp 5.408.553.000
Gambar 2.22
Restrukturisasi Mesin/Peralatan IKM 2015-2018
Jumlah Wirausaha
Baru (WUB) yang 15.213 4.620 11.888 12.573 13.627 57.921
Dilatih
Fasilitasi WUB
Mendapat Izin 2.398 1.070 3.331 5.030 1.170 12.999
Usaha Industri
Gambar 2.23
Penumbuhan Wirausaha Industri Kecil (2015-2019)
Dari tahun 2015 sampai dengan 2019 Pondok Pesantren. Tercatat sejak tahun
telah dilatih calon wirausaha baru 2013 – 2019, telah dilakukan pembinaan
sebanyak 57.417 WUB. Sampai dengan kepada 42 pondok pesantren yang
tahun 2019, jumlah calon wirausaha baru tersebar di 6 Provinsi (Jawa Timur, Jawa
yang sudah difasilitasi mendapatkan izin Tengah, Jawa Barat, DIY, Lampung,
sebanyak 12.999 IKM. Kalimantan Timur, dan Banten) dengan
Program penumbuhan Wirausaha total jumlah yang dibina sebanyak 8.628
Baru juga menyentuh ke lingkungan santri.
2
3 5
4 6
DAERAH
1. Lampung ( 1 Pesantren) 5. Jawa Tengah (7 Pesantern) Total:
2. Banten (1 Pesantren) 6. Jawa Timur (11 Pesantren) 42 Pesantren
3. Jawa Barat (19 Pesantren) 7. Kalimantan Timur (1 Pesantren) 8.628 Santri
4. DIY (2 Pesantren)
Gambar 2.24
Penumbuhan Kewirausahaan Industri di Pondok Pesantren
1.308.833.725
4,25%
139.348.907
0,64%
20.928.748
Gambar 2.25
Volume Penjualan IKM yang Mengikuti e-Smart IKM
Penyaluran KUR untuk sektor industri sebesar 5,6% atau Rp5,4 triliun, tahun 2018
pengolahan menunjukan tren yang sebesar 7% atau Rp8,8 triliun, dan s.d. 31
meningkat. Total penyaluran KUR sektor Agustus 2019 sebesar 7,1% atau Rp7,2
industri pengolahan tahun 2017 adalah Triliun.
2014 : 161
2015 : 24
Litbangyasa 2015 : 200 Pengurusan
yang dihasilkan Paten 2016 : 48
2016 : 185
2017 : 26
Total 2017 : 95 Total
854 2018 : 101 134 2018 : 24
2019 : 12
2019 : 112
2014 : 45
2014 : 4
Litbangyasa 2015 : 35 Granted
yang diterapkan Paten 2015 : 3
di Industri 2016 : 36
2016 : 8
2017 : 31 Total
Total 2017 : 9
199 2018 : 32 25
2018 : 1
2019 : 20
Gambar 2.26
Hasil Litbangyasa Industri dan Paten
2014 : 13.389
Industri
Industri yang
Dilayani Balai
2015 : 16.356 Tersertifikasi 2017 : 5
Standar Industri
Kemenperin 2016 : 17.594 Hijau (SIH) 2018 : 9
Total 2017 : 16.923 2019 : *dalam proses
96.554 2018 : 16.730
Total
14*
penetapan
2019 : 15.562
Gambar 2.27
Kinerja Industri Hijau dan Layanan Litbang Balai Kemenperin
Kementerian
Perindustrian 4 Insentif Super Deduction Tax bagi
Industri yang melakukan kerja sama
vokasi, industri padat karya, kegiatan
litbang (PP No. 45 tahun 2019)
Gambar 2.28
Implementasi Inisiatif Making Indonesia 4.0 oleh Kemenperin
Gambar 2.29
Revolusi Industri
Dalam revolusi industri 4.0 terdapat 5 teknologi inti yang diyakini sebagai fundamental
penguasaan teknologi dan akan berdampak terhadap daya saing industri. Kelima hal tersebut
yaitu: Internet of Things, Artificial Intelligence (Al), Wearables (AR/VR), Advanced Robotics, dan
3D Printing.
2X Meningkatkan produksi
Peningkatan
Produktivitas mengelola biayanya (serupa
Terhadap Biaya dengan perkembangan India)
2% Membangun kemampuan
Pengeluaran
R&D Terhadap inovasi lokal (tingkat yang sama
PDB dengan Tiongkok)
Gambar 2.31
Dampak Making Indonesia 4.0
Menuju kekuatan
Makanan besar makanan
& Minuman minuman di ASEAN
Menuju produsen
~70% Tekstil functional clothing
PDB Industri & Pakaian terkemuka
~60%
Pekerja Industri Menjadi pemain
terkemuka di
Kimia Industri biokimia
Mengembangkan
kemampuan pelaku
Elektronik industri domestik
Insentif RD&D
Insentif Investor Roadshow;
Teknologi dan CAPEX Roadshow Menyasar manufaktur
untuk investasi
global terkemuka
teknologi
Pendidikan
Up Skilling & Dukungan E-Commerce &
Vokasi Re-Skilling untuk
untuk seluruh sektor UMKM teknologi untuk
(memilih 1-2 sektor UMKM
sebagai pilot
Gambar 2.32
Sektor Fokus & Langkah Aksi Making Indonesia 4.0
Fokus Making Indonesia 4.0 diantaranya Industri makanan dan minuman, industri tekstil dan
busana, automotif, industri kimia dan industri elektronika. Kelima sektor ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi sebesar 70% dari total PDB manufaktur, 65% ekspor manufaktur dan
60% pekerja industri.
Fokus Palm oil, Rice, Chicken, Sugar, Bottled Water, Noodle, RTD Tea, Baby food, Food supplement,
Produk Processed seafood, Starch, Coffee Packaged preprepared meals
Cocoa Processed fruits &
veggies
Halal-certified
Aspirasi Meningkatkan ekspor neto sebesar Menjadi pemain makanan dan Menjadi eksportir makanan minuman
50% minuman terkemuka di ASEAN global nomor 5 di dunia
Electric Vehicles
Fokus
Produk Internal Combution Engine Vehicles
Mempercepat ekspor dimulai dari MVP Memulai ekspor 2W sepeda motor Memulai ekspor 4W Ev ke negara
& LCGC listrik ke negara berkembang berkembang
Meningkatkan kapasitas produksi Terus menguatkan produksi serat Mengoptimalkan hasil biokimia
pemurnian nafta & bahan kimia sintesis untuk memenuhi permintaan
dasar (contoh : olefin & aromatik). Memperkuat produksi produk domestik & ekspor
Aktivitas untuk menyalurkan industri hilir perantara (contoh : resin sintesis) Konsolidasi industri kimia
Utama Meningkatkan efisiensi pabrik yang digunakan sebagai bahan spesialis untuk bersaing dengan
menggunakan teknologi 4IR baku di industri lain perusahaan multinasional.
Memperkuat produksi serat Meningkatkan kemampuan untuk
sintesis untuk mendukung industri mengubah biomassa menjadi
tekstil biokimia dasar
Mengurangi impor bahan kimia dasar Meningkatkan kontribusi penjualan Menjadi produsen biofuel & bioplastic
(<30%) resin & serat sintesis sebesar >1.5x1 top 5 di dunia
Smartphone Comp.
Fokus Smart Phone (Screen, Charger)
Smartphone Components (Camera) Semiconductor
Produk manufacturing (Foundry)
4IR prod. IoT Manufacturing
EV Smartphone Components (Camera) Batteries for industrial usage, homes
Mengurangi rasio impor untuk Memiliki daya saing regional (top 3 Mengembangkan para pengusaha
komponen elektronik sebesar 20% di ASEAN) untuk produk fokus utama nasional (2-3) yang bernilai puluhan
(contoh : Iot, EV) milyar
Gambar 2.33
Road Map 5 Sektor Making Indonesia 4.0
01
Perbaikan Alur Aliran Material
02
Mendesain Ulang Zona Industri
03
Akomodasi Standar Sustainability
04
Pemberdayaan UMKM
05
Membangun Infrastruktur Digital Nasional
06
Menarik Investasi Asing
07
Peningkatan Kualitas SDM
08
Pembentukan Ekosistem Inovasi
09
Menerapkan Insentif Investasi Teknologi
10
Harmonisasi Aturan & Kebijakan
Gambar 2.34
Sepuluh Prioritas Nasional Making Indonesia 4.0
36 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019
PERTUMBUHAN PDB 5 SEKTOR
INDUSTRI PRIORITAS (%)
Industri Makanan & Minuman
9,23
8,33 8,67
7,91 7,99
7,54
7,99
7,91
3,83 8,67
-0,09
-4,79
8,98
2,92
-4,14
-0,85
-12,92 -8,54
6,98
4,75
3,10
2,79
-1,78
-5,17
7,58
4,43
3,52
3,48
-4,18
-6,04
36,23
35,46
34,33
32,80
30,84
7,37
6,64
6,45
6,35
6,19
21,82
21,52
21,16
20,74
20,05
21,82
21,52
21,16
20,74
5,17
6,26
6,16
5,92
5,80
5,17
Gambar 2.36
Nilai Kontribusi 5 Sektor Industri Prioritas Terhadap Total PDB Industri
INVESTASI 5 SEKTOR
INDUSTRI PRIORITAS
59,20
58,59
55,34
39,34
30,37
29,14
12,83
8,14
7,61 7,69
4,65
2,63
11,51
9,81
4,82
2,66
2,03
1,57
52,05
39,93
36,59
26,19
14,57
9,52
23,27
18,61
12,08
11,66
5,86
3,80
Gambar 2.37
Nilai Investasi 5 Sektor Industri Prioritas
42 Capaian Kinerja Kementrian Perindustrian Tahun 2015-2019
Nilai investasi pada sektor industri makanan dan minuman selalu tumbuh
sejak tahun 2015 sampai 2018 dan masih menjadi penyumbang terbesar
dengan nilai mencapai Rp55,34 Triliun pada tahun 2018 dan pada
semester I 2019 mampu mencapai Rp30,37 Triliun. Industri bahan kimia
dan barang dari bahan kimia selama lima tahun ini mengalami fluktuatif,
tahun 2015 sebesar Rp39,93 Triliun sempat meningkat sebesar Rp52,05
Triliun (2016) dan mengalami penurunan di tahun 2017 dan 2018 serta
semester I 2019 sebesar Rp9,52 Triliun. Industri kendaraan bermotor,
trailer dan semi trailer selama lima tahun juga mengalami fluktuatif
sempat meningkat dari Rp18,61 Triliun (2015) menjadi Rp23,27 Triliun (2016)
dan mulai menurun menjadi Rp12,08 Triliun (2017) dan Rp11,66 Triliun (2018)
serta pada semester I 2019 mencapai nilai Rp5,86 Triliun.
Industri Komputer,
Barang Elektronik & Optik
17,36
14,93
13,08
12,89 13,83
11,66
6,29
6,12
5,87
4,64
4,12
-6,49
-7,20
-8,19 -7,54
-8,82
-11,06
7,87
6,73
5,32 5,90 6,17 5,91
5,25 5,14 5,25
4,76
4,72
4,54
-0,49 -0,53
-0,82
-1,37
-1,70
31,85
29,91
26,54
26,39
22,23
21,97
19,31
18,02 18,13
16,73
13,44
11,78 11,71
9,66 9,88
8,52 8,78
7,60
13,26
12,58
13,32
11,87
10,06
9,84
8,68
7,58
6,93 7,14
5,38
4,99 6,17
4,73 4,59
3,67 3,67
Industri Komputer,
Barang Elektronik & Optik
24,26
20,56
19,18
17,74 17,76
16,37
13,95
12,70
10,25 10,43
9,01 9,62
-7,50 6,74
-7,32
-7,87
-10,18
-10,30
Gambar 2.37
Nilai Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan 5 Sektor Industri Prioritas
95,49%
92,86%
92,27% 92,16%
Tingkat Realiasasi
Anggaran
77,45%
Tingkat akuntabilitas
laporan keuangan Mendapat Predikat WTP 11 kali berturut-turut sejak tahun 2008
dan BMN
77,16
77,12
Nilai Akuntabilitas
75,94 Kinerja
76,91 Indeks Reformasi
73,90 76,34 Birokrasi
74,73
66,55
Kedua Penilaian oleh
Kementerian PAN & RB
Gambar 3.2
Kinerja Reformasi Birokrasi Kemenperin 2015-2018
3,29
Nilai Indeks Kepuasan 3,21
Masyarakat 3,20
3,18
3,10
Peringkat Keterbukaan
Informasi Publik
Kategori Kementerian 2 3 3 2 Menuju
Informatif
(Penilaian oleh Komisi
Informasi Pusat)
2015 2016 2017 2018 Prognosa
2019
Gambar 3.3
Kinerja Pelayanan Publik & Kearsipan
Balai Besar Pulp & Kertas (BBPK) Dalang Ki Katon *Daur Ulang Kemasan
7 TOP 99 2018
Bandung Minuman Karton*
Balai Riset & Standardisasi Industri Si Telmi Biam "Inovasi Ketel Minyak Kayu Putih TOP 45
8 2019
Ambon BU Ambon"
Gambar 3.4
Capaian Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK)
Perusahaan
Dinas Dinas Dinas Perusahaan
Pengelola
Provinsi Kabupaten Kota Industri
Kawasan Industri
Jumlah Peserta
25 300 87 265 14
Sosialisasi
Gambar 3.5
Kinerja Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas)
Jumlah Statker
45 Statker 50 Statker 56 Statker
yang dinilai
Gambar 3.6
Kinerja Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Dari sisi kinerja SDM aparatur Kemenperin, terjadi peningkatan produktivitas di mana rata-
rata nilai prestasi kerja pegawai pada tahun 2015 sebesar 86,96 meningkat pada tahun 2018
menjadi sebesar 89,46.
1.464,33
Rata-Rata Produktivitas
Kinerja Minumum Pegawai
Kementrian Perindustrian
(Jam Kerja Setahun) 1.406,73
999,24
89,96
Gambar 3.7
Kinerja SDM Aparatur Kemenperin
Kementerian Perindustri jelah telah aktif melakukan efisiensi energi gedung pusat Kemenperin
dengan hasil sebesar 45,01% (2015) menjadi 42,94% (2018) dan diproyeksikan pada tahun 2019
menjadi 41%.
Rata-Rata Produktivitas
Kinerja Minumum Pegawai 45,01% 45,55%
Kementrian Perindustrian
(Jam Kerja Setahun)
42,94%
41,42%
41,0%
Gambar 3.8
Efisiensi Gedung Pusat Kemenperin
a. Tingginya tingkat
persaingan usaha sehingga 4. Pengembangan AMMDes:
mengakibatkan wirausaha
baru atau pemula tumbuhnya a. Belum masifnya penjualan
b. lambat. produk AMMDes, terutama di
Keterbatasan kemampuan wilayah pedesaan sebagai
produksi IKM, pemenuhan target marketnya
bahan baku dan penguatan b. Persaingan dari produk impor
c. kelembagaan. c. Kemungkinan adanya
Lemahnya Inovasi Produk duplikasi dari pihak lain
karena keterbatasan. d. Perjanjian investasi
membatasi pengembangan
2. Pengembangan SDM Industri; AMMDes
6. Industri Ponsel:
a. Penerapan Permenperin
29/2017 terkait Regulasi
TKDN Ponsel diharapkan
dapat mengurangi impor dan
menumbuhkan industri dalam
negeri
b. Kebijakan IMEI untuk menekan
angka ponsel illegal di
indonesia
5.000.000.000.000
4.500.000.000.000
96,61% 92,72%
4.000.000.000.000 91,55% 92,27%
3.500.000.000.000
79,26%
3.000.000.000.000
2.500.000.000.000
4.600.975.142.000
56,90%
2.656.458.774.000
2.847.922.836.000
2.000.000.000.000
2.164.484.260.000
2.623.111.903.000
3.614.824.436.000
2.056.694.539.945
3.646.744.814.457
2.432.089.589.850
2.627.899.646.164
2.431.995.787.000
2.069.390.608.391
1.500.000.000.000
1.000.000.000.000
500.000.000.000
Pagu Realisasi
2014 2015 2016 2017 2018 2019
4 Program Penumbuhan & Pengembangan Industri Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat
22.880.000 5.669.901 98.181.199 126.731.100
Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Transportasi & Elektronika
5 Program Penumbuhan & Pengembangan Industri Ditjen Industri Kecil, Menengah 24.469.725 10.138.621 345.202.215 379.810.561
Kecil, Menengah & Aneka & Aneka
c. Riset, Standardisasi dan Jasa Pelayanan 11 Baristand, Balai Sertifikasi Industri & Balai
Teknis Industri 38.490.665 37.490.665 82.348.951 208.658.170
Pengembangan Produk & Standardisasi
a. Peningkatan Kualitas SDM Industri, Sekretariat & 7 Balai Diklat Industri 38.218.419 36.472.351 485.410.094 560.100.864
Peningkatan Kompetensi ASN &
Penyusunan & Evaluasi Program
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Industri
b. Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi 10 Politeknik Industri & 2 Akademi 128.658.418 44.142.353 671.178.662 843.979.433
Vokasi Industri Berbasis Kompetensi Komoditas
Menuju Dual Sistem
c. Peningkatan Kualitas Pendidikan 9 Sekolah Menengah Kejuruan 85.437.998 26.383.157 276.811.258 388.632.413
Menengah Kejuruan Industri Berbasis Industri
Menuju Dual Ssitem