1. Lactobacillus bulgaricus
Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
Prosedur kerja
1. Pembuatan susu kedelai
- Direndam kedelai dalam larutan NaHCO3 0,5% selama 12
jam
- Direbus dalam larutan NaHCO3 0,5% selama 30 menit
- Dilakukan penghilangan kulit, pencucian, penghancuran
dengan menambahkan air hangat kemudian disaring
- Ditambahkan sukrosa sebanyak 8-10%
- Disterillisasikan selama 10 menit pada suhu 115 °C
2. Methanococcus janashi
Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
Reproduksi dilakukan dengan cara pembelahan biner.
Metode penelitian
Bahan : campuran kotoran sapi, HCl 37%, H2SO4 98%, NaOH,
CH3COOH 96% p.a., vermiculite dan Aquadest
Alat : Alat yang digunkan dalam penelitian ini adalah 18 unit tabung
Hungate, tabung pengecer, erlenmeyer, tabung scott 250 dan 500 ml,
syringe, kain kasa, parafilm, venoject, kuvet.
Prosedur kerja :
- Dimodifikasi erlenmeyer 1Lsehingga menyerupai sebuah
digester
- Dimasukan Sebanyak 800 mL campuran kotoran sapi dan
air dimasukkan ke dalam masing-masing erlenmeyer
yang telah berisi vermiculite termodifikasi Cu 0,01
mg/L dan 0,5 mg/L.
- Ditambahkan vermiculite termodifikasi Cu2+ pada 2 digaster
masing-masing dengan konsentrasi 0,01 mg/L (DII) dan 0,5
mg/L (DIII).
- diukur kandungan VS dan VFA dan kadar metana serta
volume akumulasi biogas. Pengukuran kandungan VS dan
VFA mengikuti Standard Methods for Examination of
Water and Wastewater
- diukur kadar metana dengan menggunakan Gas
Chromatography (GC), dan pengukuran volume biogas
dilakukan menurut metode Walker.
- didata VS, VFA dan kadar metana dioptimasi
menggunakan persamaan (1), (2), (3), (4), (5) dengan
bantuan software Matlab
3. Rhizopus stolonifer
Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
R. stolonifer tumbuh dengan cepat dan menyebar melalui stolon .Stolon
menyediakan struktur udara untuk pertumbuhan miselium dan
menempati area yang luas. Mereka bisa memanjat secara vertikal
maupun horizontal. Sporangiofor R. stolonifer bisa mencapai panjang
2,5 mm dan diameter sekitar 20 μm.
4. Plasmodium
Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
SIKLUS EXO ERITROSITIK. Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah
nyamuk anopheles betina dimasukkan kedalam darah manusia melalui
tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut
memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik dari
pada daur hidupnya. Didalam sel hati parasit tumbuh
menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-
30.000 merozoit, tergantung spesiesnya) . Sel hati
yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas,
sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki
eritrosit maka disebut stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang
berlangsung selama 2 minggu. Pada P. Vivax dan Ovale,
sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon,
tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal didalam hati sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan
menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kekambuhan).
5. Chlorella
Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
Chlorella sp. bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan
autospora
yang merupakan bentuk miniatur dari sel induk. Tiap satu sel induk
(parrent cell) akan membelah menjadi 4, 8, atau 16 autospora yang
kelak akan menjadi sel-sel anak (daughter cell) dan melepaskan diri dari
induknya (Bold dan Wynne, 1985 dalam Prabowo, 2009). Proses
reproduksi Chlorella sp. dapat dibagi menjadi 49 tahap (Kumar dan
Singh, 1979 dalam Zahara, 2003) yaitu tahap pertumbuhan,tahap
pemasakan awal tahap pemasakan akhir, tahap pelepasan autospora.
Padatahap pertumbuhan sel Chlorella sp. tumbuh membesar, kemudian
pada tahappemasakan awal saat terjadi peningkatan aktivitas sintesa
yang merupakan persiapan awal pembentukan autospora, tahap
pemasakan akhir autosporaterbentuk, kemdian diikuti tahap pelepasan
autospora, dinding sel induk akan pecah dan diikuti oleh pelepasan
autospora yang akan tumbuh menjadi sel induk muda. Waktu generasi
1-15 hari.
6. H5N1
Infeksi virus influenza tipe A dimulai dengan terbentuknya ikatan antara virus
tersebut dengan sel inangnya (sel sel unggas atau sel sel manusia). Ikatan ini
difasilitasi oleh hemagglutinin yang banyak terdapat di permukaan virus influenza
tipe A dengan reseptor asam sialik yang banyak terdapat pada permukaan sel sel
saluran pernafasan. Ikatan antara Hemagglutinin dengan reseptor asam sialik
tersebut menyebabkan partikel virus “menempel” pada sel inangnya. Selanjutnya
sel inang akan melakukan endositosis sehingga virus kemudian masuk kedalam sel
dalam bentuk endosom (partikel virus yang diselingkupi oleh membran sel inang).
Sebagai bagian dari sistem pertahanan, sel inang akan menghancurkan virus yang
berada di dalam endosom dengan cara menurunkan keasaman endosom. Namun
demikian, pada saat pH endosom turun menjadi 6,0 hemagglutinin yang berada di
permukaan virus menjadi tidak stabil, terurai secara partial dan melepaskan
“fusion peptide” yang mengait dengan kuat pada membran endosom. “Fusion
peptide” ini kemudian akan mendekatkan membran endosom dengan membran
virus yang kemudian mengakibatkan kedua membran tersebut berfusi. Fusi antara
kedua membran ini mengakibatkan seluruh isi virus masuk kedalam sitoplasma sel
inang.
Setelah materi virus masuk kedalam sitoplasma sel, selanjutnya virus memulai
proses replikasi, yang dimulai dengan proses sintesis +ssRNA (mRNA) dengan
menggunakan –ssRNA yang merupakan materi genetik virus influenza tipe A.
Proses ini difasilitasi oleh “RNA replicase” yang merupakan salah satu isi partikel
virus tersebut. Setelah mRNA terbentuk, selanjutnya dengan menggunakan sistem
translasi sel inang, mRNA yang dihasilkan digunakan untuk mensintesa berbagai
protein yang dibutuhkan untuk membentuk virus yang baru. Pada saat yang sama
dengan menggunakan mRNA yang dihasilkan, dilakukan juga sintesis –ssRNA
menggunakan “RNA replicase”. Ketika –ssRNA dan protein-protein yang
dibutuhkan untuk membentuk partikel virus telah terbentuk, maka partikel virus
mulai terbentuk dan siap keluar dari dalam sel untuk menginfeksi sel atau hewan
lainnya. Waktu generasi virus ini kurang dari 10 jam.
4.a. mengapa farmasis perlu mengetahui pertumbuhan sel?
Jawab : karena sel merupakat unit fungsional terkecil pada makhluk hidup.
Dengan mempelajari pertumbuhan sel seorang farmasis dapat menggunakan
informasi tersebut untuk mengetahui proses terjadinya suatu penyakit yang
menyerang sel dan membuat sebuah sediaan yang dapat bekerja di sel yang
spesifik yang terkena penyakit. Selain itu dengan mempelajari pertumbuhan sel
farmasis juga dapat membuat sediaan nutrasetika agar dapat membantu kinerja
sel dan memperbaiki sel. Dengan mengetahui pertumbuhan sel farmasis dapat
membuka banyak variable pengobatan dan juga pengetahuan mengenai
berbagai penyakit yang menyerang manusia.
Id.wikipedia.org/wiki/Rhizopus
Prasetia, Sartika Tangguda dan I Nyoman Dodik. 2019. PRODUKSI Chlorella sp.
DENGAN PERLAKUAN LIMBAH CAIR TAMBAK UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei) STERIL. Indonesian Journal of Fisheries Science and
Technology.
Pangesti, Dedi Natawijaya Adam Saepudin dan Dwi. 2015. UJI KECEPATAN
PERTUMBUHAN JAMUR RHIZOPUS STOLONIFER DAN ASPERGILLUS
NIGER YANG DIINOKULASIKAN PADA BEBERAPA JENIS BUAH
LOKAL. Seri Sains dan Teknologi
Sudjarwo, Gregorius Prima Indra Budianto dan Wisnu Arfian Anditya. 2017. Pengaruh
Penambahan Vermiculite Termodifikasi Cu2+ sebagai Media Imobilisasi Bakteri
Anaerob pada Produksi Biogas terhadap Parameter Kinetika. Jurnal Eksergi.
www.honestdocs.id/siklus-hidup-plasmodium-penyebab-malaria