Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1 Mikrobiologi & Parasitologi

Nama/NIM : Dimas Isnu Saputra / O1A119078


Kelas/Program studi : B / Farmasi

1. Lactobacillus bulgaricus
 Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi

Bakteri ini bereproduksi dengan pembelahan biner atau pembelahan


langsung (tanpa melalui tahapan seperti mitosis). Proses pembelahan
diawali dengan proses replikasi DNA menjadi dua kopi DNA identik
dan diikuti pembelahan sitoplasma. Proses pembelahan berlangsung
cepat setiap 20 menit sekali.
Pertumbuhan bakteri ini diamati dengan perhitungan jumlah BAL
dannilai pH setiap interval 3 jam selama 24 jam. Dari Gambar 1
menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan populasi BALdan
selanjutnya stationer sampai jam ke-24.Sedangkan nilai pH turun seiring
denganmeningkatnya waktu fermentasi. Pola pertumbuhan bakteri asam
laktat pada fermentasi susu kedelai mempunyai pola yang berbeda-beda.
Perbedaan ini disebabkan oleh kemampuan bakteri asam laktat dalam
memanfaatkan sumber karbon yang terdapat dalam susu kedelai. Pola
pertumbuhan L.bulgaricus dan S.thermophilus mempunyai
kecenderungan yang hampir sama yaitu meningkat dari jam ke-0 sampai
jam ke-12, kemudian cenderung stationer mulai jam ke-12 sampai jam
ke-24. Hal ini menunjukkan bahwa L.bulgaricus dan S.thermophilus
mencapai fase stasioner pada jam ke-12 selama fermentasi susu kedelai.
Menurut Ngatirah (2000), L.bulgaricus memasuki fase logaritmik akhir
(awal fase stationer) pada sekitar 16-18 jam untuk fermentasi di MRS
broth pada suhu 37°C. Sedangkan Mital dan Steinkraus (1974)
menyatakan bahwa L.bulgaricus mencapai fase stationer setelah 8 jam
fermentasi padab susu kedelai yang ditambah dengan 2% sukrosa.
 Metode penelitian
Bahan : Isolat Bakteri Asam Laktat, Isolat bakteri asam laktat diperoleh
dari isolasi dari bahan sesuai, Kedelai. Bahan-bahan kimia Bahan kimia
yang digunakan dalam penelitian adalah MRS (Man-
RogosaSharpe,Merck), skim milk, dan gliserol
Alat : Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
autoclave, pH meter, Quebec Colony Counter, dan mikroskop.

Prosedur kerja
1. Pembuatan susu kedelai
- Direndam kedelai dalam larutan NaHCO3 0,5% selama 12
jam
- Direbus dalam larutan NaHCO3 0,5% selama 30 menit
- Dilakukan penghilangan kulit, pencucian, penghancuran
dengan menambahkan air hangat kemudian disaring
- Ditambahkan sukrosa sebanyak 8-10%
- Disterillisasikan selama 10 menit pada suhu 115 °C

2. Fermentasi susu kedelai


Pertumbuhan bakteri asam laktat diamati dengan pengukuran nilai
pH dan total BAL setiap 3 jam sekali selama 24jam.

3. Metode Perhitungan Populasi Bakteri


Asam Laktat 1 ml atau 1 gram sample diencerkan dalam beberapa
seri pengenceran (10 -1 sampai tingkat pengenceran tertentu). 3 seri
pengenceran terakhir diplating pada media MRS agar + 1% CaCO
secara pour plate (Hidayanti, 2010).

2. Methanococcus janashi
 Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
Reproduksi dilakukan dengan cara pembelahan biner.

Bakteri ini akan melakukan pembelahan yang diawali dengan replikasi


nukleoid dan diikuti pembelahan sitoplasma.
Bakteri ini menggunakan karbon dioksida (CO 2) sebagai sumber
karbon dan hidrogen. Beberapa CO2 direaksikan dengan hidrogen untuk
menghasilkan metana yang dapat menghasilkan gradien elektrokimia
melintasi membran, digunakan untuk menghasilkan ATP melalui proses
kemiosmosis. Waktu generasi sel bakteri ini berkisar 2-14 hari.

 Metode penelitian
Bahan : campuran kotoran sapi, HCl 37%, H2SO4 98%, NaOH,
CH3COOH 96% p.a., vermiculite dan Aquadest

Alat : Alat yang digunkan dalam penelitian ini adalah 18 unit tabung
Hungate, tabung pengecer, erlenmeyer, tabung scott 250 dan 500 ml,
syringe, kain kasa, parafilm, venoject, kuvet.

Prosedur kerja :
- Dimodifikasi erlenmeyer 1Lsehingga menyerupai sebuah
digester
- Dimasukan Sebanyak 800 mL campuran kotoran sapi dan
air dimasukkan ke dalam masing-masing erlenmeyer
yang telah berisi vermiculite termodifikasi Cu 0,01
mg/L dan 0,5 mg/L.
- Ditambahkan vermiculite termodifikasi Cu2+ pada 2 digaster
masing-masing dengan konsentrasi 0,01 mg/L (DII) dan 0,5
mg/L (DIII).
- diukur kandungan VS dan VFA dan kadar metana serta
volume akumulasi biogas. Pengukuran kandungan VS dan
VFA mengikuti Standard Methods for Examination of
Water and Wastewater
- diukur kadar metana dengan menggunakan Gas
Chromatography (GC), dan pengukuran volume biogas
dilakukan menurut metode Walker.
- didata VS, VFA dan kadar metana dioptimasi
menggunakan persamaan (1), (2), (3), (4), (5) dengan
bantuan software Matlab

laju pertumbuhan bakteri metanogen kemudian dilakukan dengan


menggunakan rumus

3. Rhizopus stolonifer
 Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
R. stolonifer tumbuh dengan cepat dan menyebar melalui stolon .Stolon
menyediakan struktur udara untuk pertumbuhan miselium dan
menempati area yang luas. Mereka bisa memanjat secara vertikal
maupun horizontal. Sporangiofor R. stolonifer bisa mencapai panjang
2,5 mm dan diameter sekitar 20 μm.

Reproduksi aseksual Rhizopus stolonifer terjadi dengan cara


membentuk spora didalam sporangium yang terletak diujung-diujung
hifa. Sporangium ditunjang oleh sporangiofor. Sporangium stolonifer
yang telah tua dan matang biasanya berwarna hitam. Jika telah matang,
sporangium akan akan pecah dan menghasilkan banyak spora. Spora-
spora akan keluar dan menyebar dengan bantuan angin. Jika spora itu
jatuh pada tempat yang cocok, ia akan tumbuh membentuk hifa baru.

Reproduksi seksual terjadi hanya antara tegangan kawin yang berbeda,


yang biasanya berlabel + dan -. Ketika tegangan keduanya di dalams
udah dekat, menghasilkan hormone-hormon yang menyebabkan ujung
hyphal memasang bersama-sama dan mengembangkan ke dalam
gametangia, yang menjadi terpisah dari sisa tubuh fungal oleh
pembentukan septa. Meiosis terjadi pada waktu perkecambahan.
Zigospora membuka dan menghasilkan suatu sporangium yang serupa
menghasilkan sporangium dengan tidak berkelamin, dan daur hidup
mulai kembali lagi.

4. Plasmodium
 Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
SIKLUS EXO ERITROSITIK. Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah
nyamuk anopheles betina dimasukkan kedalam darah manusia melalui
tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut
memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik dari
pada daur hidupnya. Didalam sel hati parasit tumbuh
menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-
30.000 merozoit, tergantung spesiesnya) . Sel hati
yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas,
sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki
eritrosit maka disebut stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang
berlangsung selama 2 minggu. Pada P. Vivax dan Ovale,
sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon,
tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal didalam hati sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan
menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kekambuhan).

SIKLUS ERITROSITIK. Siklus didalam eritrosit dimulai


saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit tampak sebagai
kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk tidak
teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang
menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang
dan membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya
pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan
sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah
merah lainnya untuk mengulangi
siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan
membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk
seksual (gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3
siklus skizogoni darah.
Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual .Terjadi dalam tubuh
nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang
mengandung gametosit. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna.
Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang
bergerak kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk
seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan
terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam makrogamet untuk
membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek disebut
ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membran basal
dinding lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista.
Didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit dan
beberapa sporozoit menembus kelenjar nyamuk dan bila nyamuk
menggigit/ menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam darah dan
mulailah siklus ekstra eritrositik. Waktu generasi plasmodium 8-37 hari.

5. Chlorella
 Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi
Chlorella sp. bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan
autospora
yang merupakan bentuk miniatur dari sel induk. Tiap satu sel induk
(parrent cell) akan membelah menjadi 4, 8, atau 16 autospora yang
kelak akan menjadi sel-sel anak (daughter cell) dan melepaskan diri dari
induknya (Bold dan Wynne, 1985 dalam Prabowo, 2009). Proses
reproduksi Chlorella sp. dapat dibagi menjadi 49 tahap (Kumar dan
Singh, 1979 dalam Zahara, 2003) yaitu tahap pertumbuhan,tahap
pemasakan awal tahap pemasakan akhir, tahap pelepasan autospora.
Padatahap pertumbuhan sel Chlorella sp. tumbuh membesar, kemudian
pada tahappemasakan awal saat terjadi peningkatan aktivitas sintesa
yang merupakan persiapan awal pembentukan autospora, tahap
pemasakan akhir autosporaterbentuk, kemdian diikuti tahap pelepasan
autospora, dinding sel induk akan pecah dan diikuti oleh pelepasan
autospora yang akan tumbuh menjadi sel induk muda. Waktu generasi
1-15 hari.

6. H5N1
Infeksi virus influenza tipe A dimulai dengan terbentuknya ikatan antara virus
tersebut dengan sel inangnya (sel sel unggas atau sel sel manusia). Ikatan ini
difasilitasi oleh hemagglutinin yang banyak terdapat di permukaan virus influenza
tipe A dengan reseptor asam sialik yang banyak terdapat pada permukaan sel sel
saluran pernafasan. Ikatan antara Hemagglutinin dengan reseptor asam sialik
tersebut menyebabkan partikel virus “menempel” pada sel inangnya. Selanjutnya
sel inang akan melakukan endositosis sehingga virus kemudian masuk kedalam sel
dalam bentuk endosom (partikel virus yang diselingkupi oleh membran sel inang).
Sebagai bagian dari sistem pertahanan, sel inang akan menghancurkan virus yang
berada di dalam endosom dengan cara menurunkan keasaman endosom. Namun
demikian, pada saat pH endosom turun menjadi 6,0 hemagglutinin yang berada di
permukaan virus menjadi tidak stabil, terurai secara partial  dan melepaskan
“fusion peptide” yang mengait dengan kuat pada membran endosom. “Fusion
peptide” ini kemudian akan mendekatkan membran endosom dengan membran
virus yang kemudian mengakibatkan kedua membran tersebut berfusi. Fusi antara
kedua membran ini mengakibatkan seluruh isi virus masuk kedalam sitoplasma sel
inang.

Setelah materi virus masuk kedalam sitoplasma sel, selanjutnya virus memulai
proses replikasi, yang dimulai dengan proses sintesis +ssRNA (mRNA) dengan
menggunakan –ssRNA yang merupakan materi genetik virus influenza tipe A.
Proses ini difasilitasi oleh “RNA replicase” yang merupakan salah satu isi partikel
virus tersebut. Setelah mRNA terbentuk, selanjutnya dengan menggunakan sistem
translasi sel inang, mRNA yang dihasilkan digunakan untuk mensintesa berbagai
protein yang dibutuhkan untuk membentuk virus yang baru. Pada saat yang sama
dengan menggunakan mRNA yang dihasilkan, dilakukan juga sintesis –ssRNA
menggunakan “RNA replicase”. Ketika –ssRNA dan protein-protein yang
dibutuhkan untuk membentuk partikel virus telah terbentuk, maka partikel virus
mulai terbentuk dan siap keluar dari dalam sel untuk menginfeksi sel atau hewan
lainnya. Waktu generasi virus ini kurang dari 10 jam.
4.a. mengapa farmasis perlu mengetahui pertumbuhan sel?

Jawab : karena sel merupakat unit fungsional terkecil pada makhluk hidup.
Dengan mempelajari pertumbuhan sel seorang farmasis dapat menggunakan
informasi tersebut untuk mengetahui proses terjadinya suatu penyakit yang
menyerang sel dan membuat sebuah sediaan yang dapat bekerja di sel yang
spesifik yang terkena penyakit. Selain itu dengan mempelajari pertumbuhan sel
farmasis juga dapat membuat sediaan nutrasetika agar dapat membantu kinerja
sel dan memperbaiki sel. Dengan mengetahui pertumbuhan sel farmasis dapat
membuka banyak variable pengobatan dan juga pengetahuan mengenai
berbagai penyakit yang menyerang manusia.

4.b. mengapa farmasis perlu mengetahui perkembangbiakan sel mikroorganisme?

Jawab : berbagai jenis mikroorganisme memiliki sifat pathogen dan non-


patogen bagi manusia, serta beberapa juga bermanfaat di bidang industri.
Dengan mengetahui perkembang biakannya farmasis dapat memanfaatkan
mikroorganisme yang menguntungkan bagi manusia untuk membuat suatu
produk atau obat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Dan juga dengan
mengetahui perkembangbiakan mikroorganisme farmasis dapat membuat
sebuah sediaan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang bersifat
pathogen atau membuat sediaan yang dapat mengganggu/menghancurkan
perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang menyerang manusia
Daftar pustaka

Angi, Andrijanto Hauferson. 2017. TINJAUAN STRUKTUR GENETIK SERTA


TINGKAT KEGANASAN VIRUS INFLUENZA H1N1. Jurnal kesehatan.
Politeknik Pertanian Negeri Kupang.

Hidayati, Darimiyya. 2010. POLA PERTUMBUHAN BAKTERI ASAM LAKTAT


SELAMA FERMENTASI SUSU KEDELAI. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol.
III, No. 2.

Id.wikipedia.org/wiki/Rhizopus
Prasetia, Sartika Tangguda dan I Nyoman Dodik. 2019. PRODUKSI Chlorella sp.
DENGAN PERLAKUAN LIMBAH CAIR TAMBAK UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei) STERIL. Indonesian Journal of Fisheries Science and
Technology.

Pangesti, Dedi Natawijaya Adam Saepudin dan Dwi. 2015. UJI KECEPATAN
PERTUMBUHAN JAMUR RHIZOPUS STOLONIFER DAN ASPERGILLUS
NIGER YANG DIINOKULASIKAN PADA BEBERAPA JENIS BUAH
LOKAL. Seri Sains dan Teknologi

Sudjarwo, Gregorius Prima Indra Budianto dan Wisnu Arfian Anditya. 2017. Pengaruh
Penambahan Vermiculite Termodifikasi Cu2+ sebagai Media Imobilisasi Bakteri
Anaerob pada Produksi Biogas terhadap Parameter Kinetika. Jurnal Eksergi.

www.honestdocs.id/siklus-hidup-plasmodium-penyebab-malaria

Wardononiloperbowo.wordpress.com/2013/02/14/40 (Flu Unggas H5N1)

Anda mungkin juga menyukai