Anda di halaman 1dari 9

Dina Tri Amalia, dkk

Rational Drug Prescription Writing

Dina Tri Amalia1, Asep Sukohar2


1
Pharmaceutical Division of Faculty of Medicine Lampung University
2
Pharmacology and Therapy Division of Faculty of Medicine Lampung
University

Abstract

A medication error can occur at any step of the medication use process, especially
prescribing. Prescription writing errors involve; illegibility, ambiguous abbreviations, and
incomplete prescriptions. Several factors can influence poor prescription writing. One of
them is lack of information about prescription writing standard form. It is important to
prevent medication error. Knowing rational prescription writing to minimize medication
error. Prescription writing must follow the standard form in a country. Every country
have their own form about information that must include in a prescription. Based on
Minister of Health of The Republic of Indonesia Decree number
1027/MENKES/SK/IX/2004 good prescription writing form consist of; doctor’s name,
SIP, address, prescription’s date, doctor’s signature, the patient’s informations, name,
potency, dosage and quantity of the drug; information about drug’s usage; and the other
informations. Good prescription writing makes good impact to rational treatment to the
patient. Prescription writing standard form in Indonesia consist of inscriptio, invocatio,
prescriptio, signatura, subscriptio dan pro. .[JuKeUnila 2014;4(7):22-30]

Key words: medication error, prescription, prescription writing

Pendahuluan penggunaan obat (administering)


Surat Keputusan Menteri merupakan dua hal tersering
Kesehatan RI Nomor penyebab kesalahan pengobatan.
1027/MENKES/SK/IX/2004 Kesalahan peresepan secara umum
menyebutkan bahwa medication dibagi menjadi kesalahan
error adalah kejadian yang pengambilan keputusan dan
merugikan pasien akibat pemakaian kesalahan penulisan resep. 2
obat selama dalam penanganan Penelitian yang telah
tenaga kesehatan yang sebetulnya dilakukan oleh Ansari M dan
dapat dicegah.1 Kesalahan Neupane D di Nepal diketahui bahwa
pengobatan (medication error) dapat dari 268 resep yang dikumpul secara
terjadi dalam tiap proses pengobatan, acak, ditemui kesalahan dalam
baik dalam proses peresepan penulisan resep dari segi nama
(prescribing), pembacaan resep dokter (85,4%), kualifikasi dokter
(transcribing), penyiapan hingga (99,6%), nomor registrasi dokter
penyerahan obat (dispensing), (99,6%), dan paraf dokter (15,7%).
maupun dalam proses penggunaan Hal yang sama juga berlaku dengan
obat (administering). Kesalahan tiadanya simbol Rx sebanyak 66,8%.
dalam peresepan (prescribing) dan Tidak adanya pernyataan tentang

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 22


Dina Tri Amalia, dkk

bentuk sediaan obat sebanyak 12%, menyebabkan kesalahan


jumlah obat sebanyak 60%, dosis pengobatan.4
obat sebanyak 19%, frekuensi obat Definisi kesalahan peresepan
sebanyak 10%, dan cara pemakaian obat dalam arti luas meliputi
obat sebanyak 63%. Tidak adanya kesalahan dalam pengambilan
kekuatan obat ditemui sebanyak keputusan dan kesalahan dalam
40%. Penggunaan singkatan yang penulisan resep. Kesalahan
tidak sah terdapat sebanyak 0,25% peresepan dalam hal pengambilan
dan sebanyak 0,63% tulisan tidak keputusan meliputi pemilihan obat
dapat dibaca.3 yang tidak tepat untuk pasien (karena
Di Yogyakarta telah alergi, interaksi obat, adanya
dilakukan penelitian untuk gangguan ginjal dan hepar, dosis dan
mengetahui apakah resep-resep yang cara pemberian obat yang tidak
dilayani di apotek-apotek di daerah sesuai). Kesalahan peresepan dalam
tersebut telah memenuhi asas hal penulisan resep meliputi resep
legalitas sesuai dengan peraturan yang tidak dapat dibaca, penulisan
perundangan yang berlaku. singkatan yang ambigu atau memiliki
Penelitian tersebut meneliti juga dwi makna, kurangnya penulisan
tentang tulisan tangan dokter yang informasi yang penting misalnya
berpotensi menimbulkan kesalahan tanggal peresepan, dosis, rute,
interpretasi sehingga berpeluang frekuensi pemberian obat.5,6
mengakibatkan kesalahan Peresepan obat oleh dokter
pengobatan. Penelitian dilakukan adalah salah satu langkah penting
dengan mengumpulkan resep yang dalam pemberian terapi obat yang
diambil secara acak (ɑ=5% dan d=3) rasional kepada pasien.7 Makalah ini
dari 12 apotek di kotamadya akan membahas bagaimana cara
Yogyakarta. Kuesioner dan penulisan resep yang benar, termasuk
wawancara juga dilakukan terhadap format penulisan resep, persyaratan
responden (24 apoteker dan 59 dan prinsip penulisan resep serta
asisten apoteker) untuk mendukung masalah yang mungkin muncul
data pokok. Selanjutnya dilakukan dalam penulisan resep.
uji analisis deskriptif terhadap data
yang berhasil dikumpulkan. Hasil Definisi Resep
penelitian menunjukkan bahwa resep Berdasar Surat Keputusan
yang memenuhi persyaratan yang Menteri Kesehatan RI Nomor
berlaku adalah 39,8%. 1197/MENKES/SK/X/2004 resep
Ketidaklengkapan tersebut adalah permintaan tertulis dari
disebabkan antara lain karena tidak seorang dokter, dokter gigi, dokter
adanya paraf, nomor ijin praktek hewan yang diberi izin berdasarkan
dokter dan tanggal resep. Tulisan peraturan perundang-undangan yang
tangan dokter yang kurang dapat berlaku kepada apoteker pengelola
dibaca sangat menyulitkan sehingga apotek untuk menyiapkan dan atau
berpotensi menimbulkan kesalahan membuat, meracik serta
interpretasi terutama pada nama obat, menyerahkan obat kepada pasien.8
dosis, aturan pakai dan cara Penulis resep adalah dokter, dokter
pemberian, yang selanjutnya dapat gigi (terbatas pada pengobatan gigi

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 23


Dina Tri Amalia, dkk

dan mulut) dan dokter dokter yang menulis. Resep ini


hewan(terbatas pada pengobatan dapat berupa campuran atau
pada hewan/ pasien hanya hewan). obat tunggal yang diencerkan
Penerima resep adalah apoteker dan dalam pelayanannya perlu
pengelola apotek yang bila diracik terlebih dahulu.9
berhalangan tugasnya dapat
digantikan Apoteker Format Penulisan Resep
Pendamping/Apoteker Pengganti Penulisan resep adalah suatu
atau Asisten Apoteker Kepala di wujud akhir kompetensi dokter
bawah pengawasan dan tanggung dalam pelayanan kesehatan yang
jawab Apoteker Pengelola Apotek. secara komprehensif menerapkan
Resep yang benar ditulis secara jelas, ilmu pengetahuan dan keahlian di
dapat dibaca, lengkap dan memenuhi bidang farmakologi dan teraupetik
peraturan perundangan serta kaidah secara tepat, aman dan rasional
yang berlaku.9,10 kepada pasien khususnya dan
Kertas resep yang dibenarkan seluruh masyarakat pada umumnya.
oleh Kode Etik Kedokteran Sebagian obat tidak dapat diberikan
Indonesia memiliki ukuran langsung kepada pasien atau
maksimum ¼ folio (10,5 cm x 16 masyarakat melainkan harus melalui
cm) dengan mencantumkan nama peresepan oleh dokter. Berdasarkan
gelar yang sah, jenis pelayanan keamanan penggunaannya, obat
sesuai SIP, nomor SID/ SP, alamat dibagi dalam dua golongan yaitu
praktek, nomor telepon dan waktu obat bebas (OTC = Other of the
praktek. Seandainya tempat praktek counter) dan Ethical (obat narkotika,
berlainan dengan tempat tinggal psikotropika dan keras), dimana
dapat ditambah alamat rumah dan masyarakat harus menggunakan
nomor teleponnya.11 resep dokter untuk memperoleh obat
Ethical.9
Jenis Jenis Resep Penyimpanan resep tidak
Jenis- jenis resep dibagi menjadi: boleh sembarangan. Kertas resep
1. Resep standar (Resep perlu dijaga jangan sampai
Officinalis/Pre Compounded) digunakan orang lain. Kertas resep
merupakan resep dengan dokter kadang mudah ditiru sehingga
komposisi yang telah dibakukan perlu pengamanan agar kita tidak
dan dituangkan ke dalam buku terlibat dalam pemberian resep palsu
farmakope atau buku standar yang dilakukan orang lain.11 Selain
lainnya. Resep standar itu, resep obat asli harus disimpan di
menuliskan obat jadi (campuran apotek dan tidak boleh diperlihatkan
dari zat aktif) yang dibuat oleh kepada orang lain kecuali oleh yang
pabrik farmasi dengan merk berhak. Pihak –pihak yang berhak
dagang dalam sediaan standar melihat resep antara lain: 9,10
atau nama generik. 1. Dokter yang menulis resep atau
2. Resep magistrales (Resep merawat pasien.
Polifarmasi/Compounded) 2. Pasien atau keluarga pasien yang
adalah resep yang telah bersangkutan.
dimodifikasi atau diformat oleh 3. Paramedis yang merawat pasien.

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 24


Dina Tri Amalia, dkk

4. Apoteker pengelola apotek yang resep dari rumah sakit sedikit


bersangkutan. berbeda dengan resep pada
5. Aparat pemerintah serta pegawai praktik pribadi.
(kepolisian, kehakiman, kesehatan) 2. Invocatio merupakan tanda R/
yang pada bagian kiri setiap penulisan
ditugaskan untuk memeriksa. resep. Permintaan tertulis dokter
6. Petugas asuransi untuk dalam singkatan latin “R/ =
kepentingan klaim pembayaran. resipe” artinya ambilah atau
berikanlah. Berfungsi sebagai
Persyaratan administrasi yang kata pembuka komunikasi antara
harus dimiliki resep menurut Surat dokter penulis resep dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI apoteker di apotek.
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, 3. Prescriptio/ordonatio terdiri dari
meliputi: 1 nama obat yang diinginkan,
1. Nama, SIP, dan alamat dokter bentuk sediaan obat, dosis obat,
2. Tanggal penulisan resep dan jumlah obat yang diminta.
3. Tanda tangan / paraf dokter 4. Signatura merupakan petunjuk
penulis resep penggunaan obat bagi pasien
4. Nama, alamat, umur, jenis yang terdiri dari tanda cara
kelamin dan berat badan pasien pakai, regimen dosis pemberian,
5. Nama obat, potensi, dosis dan rute dan interval waktu
jumlah yang diminta pemberian. Penulisan signatura
6. Cara pemakaian yang jelas harus jelas untuk keamanan
7. Informasi lainnya penggunaan obat dan
keberhasilan terapi
Resep terdiri dari enam 5. Subscriptio merupakan tanda
bagian, antara lain: 9 tangan/paraf dokter penulis
1. Inscriptio terdiri dari nama, resep yang berperan sebagai
alamat, dan nomor izin praktek legalitas dan keabsahan resep
(SIP) dokter, tanggal penulisan tersebut.
resep. Untuk obat narkotika 6. Pro (diperuntukkan) terdiri dari
hanya berlaku untuk satu kota nama, alamat, umur, jenis
provinsi. Format inscriptio suatu kelamin, dan berat badan pasien.

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 25


Dina Tri Amalia, dkk

Contoh Resep

Dr Andini
SIP : 113. 5. 571.09. XI. 2012
Alamat : Jl . Landak no 13, Kedaton, Bandar Lampung
Phone/Hp: 08133245678 Jam Praktek:Pkl 16.00- 20.00 WIB

INSCRIPTIO Bandar lampung, 23 Desember 2013

INVOCATIO

PRESCRIPTIO
R/ Amoxicillin 500mg tab No. XV
S 3 dd I tab SIGNATURA
___________________________ paraf

R/ Paracetamol 120mg/5ml/60ml syr flc No. I


S 3 dd I C prn
___________________________________ paraf

SUBSCRIPTIO

Pro : Andi PRO


Umur : 18 tahun
Alamat : jalan unta no 15 kedaton

Berikut beberapa tanda yang 2. Tanda resep dapat diulang (iter).


dapat tertera pada resep: 9 Tanda ini ditulis bila dokter
1. Tanda segera atau peringatan menginginkan agar resepnya
Tanda ini dapat ditulis di sebelah dapat diulang. Ditulis di sebelah
kanan atas atau bawah blanko kanan atas resep dengan tulisan
resep, bila dokter ingin resepnya iter (Iteratie) dan berapa kali
dibuat dan dilayani dengan pengulangan dapat dilakukan.
segera. Contoh tanda-tanda ini Misalnya:
antara lain:  Iter 1x, artinya resep
 Cito! = segera dapat dilayani 2x.
 Statim = penting sekali  Iter 2 x, artinya resep
 PIM (Periculum in mora) dapat dilayani 1+ 2 = 3 x.
= berbahaya bila ditunda 3. Tanda resep tidak dapat diulang
Urutan yang didahulukan adalah atau Ne iteratie (N.I)
PIM, Statim, dan Cito!.

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 26


Dina Tri Amalia, dkk

Bila dokter menghendaki agar jumlah obat kemudian ditulis


resepnya tidak diulang, maka dalam angka Romawi dan harus
tanda N.I ditulis dengan jelas.
ditulis di sebelah atas blanko a. Penulisan resep standar
resep. Resep yang tidak boleh tanpa komposisi, jumlah
diulang adalah resep yang obat yang diminta ditulis
mengandung obat-obatan dalam satuan mg, g, IU
narkotik, psikotropik dan obat atau ml, kalau perlu ada
keras yang telah ditetapkan oleh perintah membuat bentuk
pemerintah/ Menkes Republik sediaan (m.f. = misce fac,
Indonesia. artinya campurlah, buatlah)
4. Tanda dosis sengaja dilampaui. b. Penulisan sediaan obat
Tanda seru diberi di belakang paten atau merek dagang,
nama obat jika dokter sengaja cukup dengan nama
memberi obat dengan dosis yang dagang saja dan jumlah
melebihi dosis maksimumnya. sesuai dengan kemasannya
5. Resep mengandung narkotik. 6. Dalam penulisan nama obat
Resep mengadung narkotik tidak karakter huruf nama obat tidak
boleh ada iterasi yang artinya boleh berubah, misalnya:
dapat diulang; tidak boleh ada  Codein, tidak boleh menjadi
m.i. (mihipsi) yang berarti hanya Kodein.
untuk dipakai sendiri; tidak  Chlorpheniramine maleate,
boleh ada u.c. (usus cognitus) tidak boleh menjadi
yang berarti pemakaiannya Klorfeniramine maleate
diketahui. Resep dengan obat  Pharmaton F tidak boleh
narkotik harus disimpan terpisah menjadi Farmaton F
dengan resep obat lainnya. 7. Untuk dua sediaan, besar dan
kecil. Bila dibutuhkan yang
Hal-hal yang harus diperhatikan besar, tulis volume sediaan
dalam penulisan resep antara lain: 9 sesudah bentuk sedíaan
1. Resep ditulis jelas dengan tinta 8. Untuk sediaan bervariasi, bila
dan lengkap di kop format resep ada obat dua atau tiga
resmi, tidak ada keraguan dalam konsentrasi, sebaiknya tulis
pelayanannya dan pemberian dengan jelas, misalnya:
obat kepada pasien pediatric, adult, dan forte.
2. Penulisan resep sesuai dengan 9. Menulis jumlah wadah atau
format dan kaidah yang berlaku, numero (No.) selalu genap,
bersifat pelayanan medik dan walaupun kita butuh satu
informatif setengah botol, harus
3. Satu lembar kop resep hanya digenapkan menjadi Fls. II saja.
untuk satu pasien 10. Jumlah obat yang dibutuhkan
4. Penulisan resep selalu dimulai ditulis dalam angka romawi.
dengan tanda R/yang berarti 11. Signatura ditulis dalam
ambillah atau berikanlah singkatan latin dengan jelas,
5. Nama obat, bentuk sediaan, jumlah takaran sendok dengan
dosis setiap kali pemberian dan signa bila genap ditulis angka

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 27


Dina Tri Amalia, dkk

romawi, tetapi angka pecahan  Peresepan obat, dosis atau


ditulis arabik rute sesuai dengan yang
12. Setelah signatura harus diparaf diinginkan.
atau ditandatangani oleh dokter  Penulisan resep yang tidak
bersangkutan, menunjukkan terbaca karena tulisan tangan
keabsahan atau legalitas dari buruk
resep tersebut terjamin  Menulis nama obat dengan
13. Nama pasien dan umur harus singkatan atau nomenklatur
jelas., misalnya Tn. Narawi (49 yang tidak standar
tahun), Ny.Raya (50 tahun), An.  Menuliskan permintaan obat
Nisa (4 tahun 2 bulan) yang ambigu
14. Khusus untuk peresepan obat  Meresepkan satu tablet yang
narkotika, harus ditandatangani tersedia lebih dari satu
oleh dokter bersangkutan dan kekuatan obat tersebut
dicantumkan alamat pasien dan  Lalai menulis rute pemberian
resep tidak boleh diulangi tanpa obat yang dapat diberi lebih
resep dokter dari satu rute.
15. Tidak menyingkat nama obat
 Meresepkan obat yang
dengan singkatan yang tidak
diberikan secara infus
umum (singkatan sendiri),
intavena intermitten, tanpa
karena menghindari material
menspesifikasi durasi
oriented
pemberian infus.
16. Hindari tulisan sulit dibaca hal
 Tidak mencantumkan
ini dapat mempersulit pelayanan
informasi pasien secara
17. Resep merupakan medical
lengkap seperti alamat, berat
record dokter dalam praktik dan
badan,dll
bukti pemberian obat kepada
pasien yang diketahui oleh  Lalai menulis tanggal
farmasi di apotek, peresepan obat
kerahasiaannya dijaga  Lalai menulis informasi
dokter (seperti: nama, no.
Kesalahan Peresepan SIP,dll)
Beberapa kesalahan dalam  Tidak mencantumkan tanda
penulisan resep masih banyak tangan/paraf penulis resep.
ditemukan dalam praktek sehari-hari
seperti kurangnya informasi yang 2. Kesalahan pencatatan
6
diberikan, tulisan yang buruk (transkripsi)
sehingga menyebabkan kesalahan  Saat datang ke rumah sakit,
pemberian dosis dan rute obat, serta tanpa sengaja tidak
peresepan obat yang tidak tepat.7 meresepkan obat yang
Berikut beberapa masalah yang digunakan pasien sebelum ke
sering muncul dalam penulisan resep rumah sakit
antara lain:  Melanjutkan kesalahan
1. Kegagalan dokter dalam penulisan resep dari dokter
menyampaikan informasi sebelumnya, ketika
penting seperti : 6,7,12,13

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 28


Dina Tri Amalia, dkk

meresepkan obat pasien saat semua permintaan resep harus ditulis


datang ke rumah sakit dengan jelas, tidak ambigu, diberi
 Mencatat perintah tanggal dan ditandatangani, sehingga
pengobatan dengan tidak tercipta komunikasi yang optimal
benar ketika menulis ulang di antara dokter penulis resep, farmasi
daftar obat pasien dan perawat.7 Untuk itu diperlukan
 Untuk resep yang dibawa peningkatan pengetahuan dan
pulang tanpa sengaja berbeda keterampilan penulisan resep pada
dengan daftar obat yang saat menjalani pendidikan
diresepkan untuk pasien mahasiswa kedokteran dan bagi para
rawat inap dokter, perlu ditingkatkan kesadaran
 Menulis “miligram” padahal dan kepatuhan untuk menulis resep
bermaksud menulis yang baik dan benar. Selain itu,
“mikrogram” pengawasan yang ketat juga turut
membantu mengurangi permasalahan
Berdasarkan penelitian yang ini.12,13
dilakukan oleh Akoria dan Ambrose
diketahui bahwa alasan yang Simpulan
disampaikan oleh beberapa dokter Dapat disimpulkan bahwa
mengenai penyebab penulisan resep penulisan resep yang baik
yang buruk/tidak lengkap antara mempengaruhi tercapainya
lain:14 pengobatan yang rasional terhadap
1. Beban kerja dokter berlebih, pasien. Beberapa faktor yang
menyebabkan dokter bekerja di mempengaruhi buruknya penulisan
bawah tekanan resep salah satunya kurangnya
2. Formulir resep yang tidak selalu pengetahuan akan standard format
tersedia penulisan resep. Format penulian
3. Beberapa pasien menolak resep yang berlaku di Indonesia
memberi informasi personal terdiri dari inscriptio, invocatio,
seperti umur, alamat. prescriptio, signatura, subscriptio
4. Tidak adanya keharusan untuk dan pro.
membuat resep secara lengkap
karena pasien tetap dapat Daftar Pustaka
mengambil obat dengan atau
tanpa resep yang lengkap 1. Surat Keputusan Menteri
5. Resep sengaja ditulis dengan Kesehatan RI Nomor
tulisan yang kurang jelas 1027/MENKES/SK/IX/2004.
sehingga tidak dapat dibaca dan Standar Pelayanan Kefarmasian
dimengerti dengan mudah oleh di Apotek. Jakarta: Departemen
orang awam Kesehatan RI; 2004.
6. Banyak dokter yang 2. Calligaris L, Panzera A, Arnoldo
mengabaikan standard penulisan L, Londero C, Quattrin R,
resep Troncon MG et al. Errors and
Kejadian kesalahan penulisan omissions in hospital
resep memiliki frekuensi yang prescriptions: a survey of
tinggi.13 Guna menghindarinya maka prescription writing in a

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 29


Dina Tri Amalia, dkk

hospital. BMC Clinical Departemen Kesehatan RI;


Pharmacology. 2009; 9:9. 2004.
3. Ansari M, Neupane D. Study on 9. Jas A. Perihal Resep & Dosis
Determination of Errors in serta Latihan Menulis Resep.
Prescription Writing : A Semi Edisi ke-2. Medan: Universitas
Electronic Perspective. Sumatera Utara Press; 2009. hlm
Khatmandu University Medical 1-15.
Journal. 2009; 7(27): 238- 41. 10. Syamsuni HA. Bab I: Konsep
4. Rahmawati F, Oetari RA. Kajian Kefarmasian. Dalam: Elviana E,
Penulisan Resep: Tinjauan Syarief WR, editor. Ilmu Resep.
Aspek Legalitas dan Jakarta: Penerbit Buku
Kelengkapan Resep di Apotek- Kedokteran EGC; 2007. hlm. 1-
Apotek Kotamadya Yogyakarta. 38.
Majalah Farmasi Indonesia. 11. Majelis Kehormatan Etik
2002; 13(2): 86-94. Kedokteran (MKEK). Kode etik
5. Bobb A, Gleason K, Husch M, kedokteran Indonesia dan
Feinglass J, Yarnols PR, Noskin pedoman pelaksanaan kode etik
GA. The Epidemiology of kedokteran Indonesia. Jakarta:
Prescribing Errors : The IDI; 2002. hlm. 20-21.
Potential Impact of 12. Wali A, Ali A, Siddiqui TM,
Computerized Order Entry. Jafri Hamza. Assessing
Archieves of Internal Medicine. prescriptions writing skills of
2004; 164(7): 785-92. house officers in Dental
6. Dean B, Barber N, Schachter M. Teaching Hospitals of Karachi,
What is a prescribing Pakistan. World Journal of
error?. Quality in Health Care. Dentistry. 2012; 3(4):294-96
2000; 9: 232–37. 13. Phalke VD, Phalke DB, Syed
7. Lofholm PW, Katzung BG. MMA, Mishra A, Sikchi S,
Chapter 65: Rational Prescribing Kalakoti P. Prescription writing
& Prescription Writing. Dalam: practices in a rural tertiary care
Katzung BG, Masters BS, hospital in Western Maharashtra,
Trevor AJ, editor. Basic and India. Australasian Medical
Clinical Pharmacology. Edisi ke- Journal. 2011; 4(1): 4-8
11. United State: McGraw Hill 14. Akoria OA, Ambrose OI.
Medical; 2009. hlm.1139-48. Prescription Writing in Public
8. Surat Keputusan Menteri and Private Hospitals in Benin
Kesehatan RI Nomor City. Nigeria : The Effect of an
1197/MENKES/SK/X/2004. Educational Intervension. Can J
Standar Pelayanan Farmasi di Clin Pharmacol. 2008; 15(2):
Rumah Sakit. Jakarta: e295-e305

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 30

Anda mungkin juga menyukai